Selasa, 05 April 2011

POWER

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan merupakan proses yang normal atau alamiah bagi seorang wanita. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain Power yaitu kekuatan His dan daya mengejan ibu, Passanger yaitu keadaan janin dan plasenta, Passage yaitu keadaan jalan lahir ibu. Tidak jarang penyulit pada persalinan terjadi karena tiga hal tersebut sehingga dapat menimbulkan keadaan patologis. Meskipun persalinan merupakan proses yang alamiah, Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin harus dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku. Dalam proses persalinan setiap ibu memiliki karakteristik berbeda-beda. Ada ibu yang tahan dengan rasa sakit saat rahim berkontraksi ada pula yg tidak tahan. Rasa sakit itu bisa sedikit berkurang dengan mengejan yang efektif dan sempurna.

B. Rumusan masalah
1. Apakah yang mempengaruhi terjadinya his
2. Apakah terdapat tenaga lain dalam persalinan
3. Bagaimanakah his yang ideal
4. Bagaimanakah cara mengejan yang baik
C. Tujuan
1. Memahami terjadinya his dan tenaga lain dalam persalinan
2. Memahami His yang sempurna
3. Memahami bagaimana cara mengejan yang baik

1
D. Manfaat
Bagi pembaca:
1. Dapat mengetahui bagaimana terjadinya his
2. Mengetahui his yang sempurna
3. Mengetahui cara mengejan yang baik















2
BAB II
TINJAUAN TEORI

Faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan salah satunya adalah power. Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar persalinan ialah: His, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
1. Kekuatan primer
Kontraksi involunter berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi dihantar ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat.
Kekuatan primer membuat serviks menipis( Efaccement ) dan berdilatasi dan janin turun. Penipisan serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama persalinan. Serviks yang dalam kondisi normal memiliki panjang 2 sampai 3 cm dan tebal 1 cm, terangkat keatas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan. Hal ini menyebabkan bagian serviks yang tipis saja yang dapat diraba setelah effacement lengkap. Pada kehamilan aterm pertama, efaccement biasanya terjadi lebih dahulu daripada dilatasi. Pada kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan.
Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat dari sekitar 1 cm sampai dilatasi lengkap sekitar 10 cm supaya janin aterm dapat dilahirkan. Apabila dilatasi serviks lengkap, serviks tidak lagi dapat diraba. Dilatasi serviks lengkap menandai akhir tahap pertama persalinan.
Dilatasi serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik dari serviks ke arah atas, akibat kontraksi uterus yang kuat. Tekanan yang ditimbulkan cairan amnion selama ketuban utuh atau kekuatan yang timbul akibat tekanan bagian presentasi juga membantu serviks berdilatasi. 3
2. Kekuatan sekunder
Segera setelah presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar. Ibu merasa ingin mengejan dibantu dengan usaha volunteer yang sama dengan yang dilakukan saat buang air besar. Namun dalam usaha mengejan ini, digunakan seperangkat otot dengan jenis yang berbeda-beda. Otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi jalan lahir. Hal ini menghasilkan peningkatan tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar.
Kekuatan sekunder tidak dipengaruhi dilatasi serviks, tetepi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan ibu memerlukan usaha volunteer terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Mengejan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks.
A. His (Kontraksi Uterus )
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat : kontraksi simetris, fundus dominant, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks.
Sifat-sifat lainnya dari his adalah : involuntir, intermitten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris yang kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisis, chemis dan psikis. Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus dipehatikan dari his adalah :
1. Frekuensi His adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per 10 menit.
2. Intensitas atau Amplitudo His adalah kekuatan his (adekuat atau lemah). Kekuatan His hanya dapat diraba secara palpasi apakah sudah kuat atau lemah.
3. Aktivitas His adalah frekuensi x amplitude diukur dengan unit Monte Video. Sebagai contoh : frekuensi suatu His 3x per 10 menit dan amplitudonya 50mmHg, maka aktivitas rahim = 3x50= 150 unit Montevideo
4
4. Durasi (lama His) adalah lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan dengan detik misalnya 40 detik.
5. Interval his adalah jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2-3 menit
His yang sempurna meliputi :
1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
Istilah-istilah lain yang berhubungan dengan his adalah pace maker yaitu pusat koordinasi his yang berada di sudut tuba dimana gelombang his berasal dari sini gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah. Fundus dominan adalah kekuatan paling tinggi dari his yang sempurna berada di fundus uteri. Kekuatan his yang paling lemah berada pada segmen bawah rahim (SBR).
Perubahan-perubahan His
1. Pada uterus dan serviks: uterus teraba keras atau padat karena kontraksi. Serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul his maka terjadi pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.
2. Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula kenaikan nadi dan tekanan darah.
3. Pada janin: petukaran oksigen pada sirkulasi utero plasenta kurang sehingga timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Kalau betul-betul terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 160 permenit dan tidak teratur. 5
Pembagian His dan sifat-sifatnya :
1. His pendahuluan: his tidak kuat dan tidak teratur namun menyebabkan keluarnya bloody show.
2. His Pembukaan (kala I): menyebabkan pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm, semakin kuat, teratur dan sakit
3. His Pengeluaran / His Mengedan ( kala II): untuk mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinir dan lama, koordinasi bersama antara kontraksi otot perut, diafragma dan ligament.
4. His Pelepasan uri (kala III): kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
5. His Pengiring ( kala IV): kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi pengecilan uterus dalam beberapa jam atau hari.
B. Tenaga Mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi.
Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengontaraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his. Tanpa ada tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.


6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekuatan yang mendorong janin keluar saat persalinan ialah His, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament dengan kerjasama yang baik dan sempurna serta tenaga mengejan yang paling efektif adalah saat kontraksi.

B. Saran
1. Bagi bidan
Bidan sebaiknya memberikan konseling dan penyuluhan tentang cara mengejan yang baik saat persalinan pada trimester awal agar ibu hamil tidak merasakan ketakutan saat persalinan dan ibu hamil menyiapkan mentalnya.
2. Bagi ibu hamil
Dalam melakukan persalinan saat mengejan sebaiknya saat ada his atau kontraksi agar efektif dan tenaga tidak terbuang dengan sia-sia.
3.Bagi suami
Suami ikut serta menemani sang istri menjalankan persalinan agar ibu merasa tidak sendiri dan ada pendorong semangat.




7
Daftar pustaka
Sumber : Yanti, S.S.T,M.keb,2010,Buku Anjar Asuhan Kebidanan Persalinan,Sewon Bantul Yogyakarta, Pustaka Rihama.

















8
Powered by Blogger