Tampilkan postingan dengan label TAMAN FAIDAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TAMAN FAIDAH. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 September 2013

Menyikapi Jum’iyyah Ihya’ut Turats (JIT)

 
(Tanya Jawab bersama asy-Syaikh Hani bin’Ali bin Braik al-Yamani hafizhahullah)
Dari Kajian Ilmiyah “BERPEGANG TEGUH DENGAN SUNNAH”
di Masjid al-Mujahidin, Slipi – Jakarta Barat. Ahad, 25 Syawwal 1434 H/1 September 2013 M

Jum’iyyah Ihyaut Turaits (IT) ini para ‘ulama kita telah menjelaskan tentangnya sejak sekian tahun yang lalu, yaitu sejak lebih dari 20 tahun yang lalu!! Para ‘ulama yang menjelaskan tentang IT ini antara lain,
-          Al-’Allamah Al-Muhaddits al-Faqih al-Mujaddid Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah
-       Al-’Allamah al-Imam al-Muhaddits al-Faqih al-Mujahid Hamil Liwa’ al-Jarh wa at-Ta’dil – wa imam aimmah al-jarh wa at-ta’dil fi hadza az-Zaman asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah
-          Al-’Allamah al-Faqih asy-Syaikh ‘Ubaid hafizhahullah wa Baraka fi ‘umrihi
Dan para ‘ulama ahlus sunnah wal jama’ah lainnya yang  sangat banyak jumlahnya. Kalau seandainya kita sebutkan nama-nama para ‘ulama tersebut niscaya akan panjang.

Namun akan aku sampaikan tentang selayang pandang tentang pengaruh/dampak (negatif) Jum’iyyah IT ini terhadap negeri-negeri kaum muslimin.

Pertama, di Yaman IT telah mencabik-cabik Dakwah Salafiyyah di negeri Yaman. Ketika itu, Jum’iyyah IT datang ke Yaman dalam kondisi Dakwah Salafiyyah bersatu. Kemudian JIT memecah Dakwah Salafiyyah. Muncullah dari kalangan murid-murid asy-Syaikh Muqbil orang yang menentang manhaj salaf yang selama ini didakwahkan oleh asy-Syaikh Muqbil!! Dengan alasan bahwa asy-Syaikh Muqbil keras, … dll; yang menguatkan IT dalam menyifati para ‘ulama sunnah dengan sifat-sifat tersebut. Maka muncullah sekelompok orang yang menyempal dari Dakwah Salafiyyah. Sejak dari sinilah IT berhasil memecah belah Dakwah Salafiyyah.

Kemudian IT menyokong para du’at yang menyerang sunnah, menyuplai para du’at yang memerangi sunnah dan para ‘ulamanya. Demikianlah yang diperbuat oleh IT di manapun dia berada.
Janganlah kalian tertipu dengan orang yang mengatakan bahwa IT merupakan Jum’iyyah yang berjalan di atas sunnah dan mengajak kepada sunnah. Tidak. Kalau memang benar IT mengajak Sunnah maka tentunya dia (IT) tidak akan memerangi dakwah asy-Syaikh Muqbil di Yaman, yang beliau adalah mujaddid dakwah di Yaman. Juga dia tidak akan memerangi asy-Syaikh Rabi’, asy-Syaikh ‘Ubaid, dan para masyaikh sunnah lainnya. Lihatlah, apakah mereka (IT) pernah mendukung masyaikh sunnah?

Bisa jadi IT berupaya memanfaatkan beberapa tokoh yang dianggap berpegang kepada sunnah. Yaitu mengundang mereka untuk acara-acara daurah/tabligh akbar, dalam rangka mengacaukan barisan ahlus sunnah. (IT dan pendukungnya akan mengatakan), “Lihat tokoh ini, orang berakal dewasa. Masya Allah adil, da’i pertengahan. Sementara kalian orang-orang yang keras, keterlaluan membuat umat lari.”

Maka kami nasehatkan kepada semua da’i dan semua ‘alim, hendaknya merujuk kepada ‘ulama sunnah dalam menyingkap hakekat jam’iyyah Ihyaut Turats ini.
(Semua program yang mereka serukan), menggali sumber-sumber air, menyantuni anak-anak yatim, mukafaah para du’at, pembangunan masjid, menyelenggarakan acara daurah-daurah, … maka semua program tersebut sangat baik, namun dengan syarat apabila berjalan di atas Sunnah. Adapun kalau itu dijadikan sarana untuk menebarkan paham-paham hizbiyyah dan menutup mata dari pembahasan tentang prinsip-prinsip kebatilan ahlul bid’ah, serta untuk menentang dan memerangi ahlus sunnah, maka demi Allah program-program tersebut tidak bermanfaat. Janganlah itu menipu dan mengelabuhi kita. Apabila ada seorang (da’i) yang menyatakan diri di atas sunnah namun dia tertipu dengan IT ini, maka kita tidak kagum terhadap da’i tersebut. ‘Sesungguhnya orang yang mengetahui itu sebagai hujjah bagi orang yang tidak mengetahui’.

Maka wajib atas setiap orang yang menghormati Dakwah Salafiyyah dan menghargai ‘ulamanya untuk merujuk kepada yang memiliki hujjah dan bukti (tentang IT), jangan menyandarkan pada diri sendiri.
(adapun mengatakan),“Jika aku memiliki kesempatan untuk berdakwah kepada sunnah, aku akan datang kepada IT.”
Allahu Akbar!! Sungguh dengan sikap tersebut kamu telah mendukung sufiyah ahli khurafat, kamu telah menguatkan barisan mereka. dan dengan sikap itu kamu telah menipu umat, dengan mengesankan bahwa IT memiliki kebaikan, selaras dengan sunnah, dan kesan-kesan lainnya dengan keberadaanmu berjalan bersama IT.

Namun Allah pasti akan memisahkan antara kebaikaikan dengan kejelekan. Tidak ada seorang pun yang bernilai kejelekan murni/total. Ada yang mengatakan, “bahwa IT itu padanya ada kebaikan (kenapa harus ditahdzir)?” (Ini syubhat mereka). Perhatikan, Yahudi bukankah mereka juga punya kebaikan? Nashara bukankah juga punya kebaikan? Apalagi seorang muslim yang mengatakan Lailaaha illallah Muhammad Rasulullah (maka pasti padanya juga ada banyak kebaikan).
Namun kaidah (syubhat di atas) merupakan syubhat yang mengacaukan salafiyyin. Demikian juga keberadaan sebagian tokoh yang dianggap berpegang kepada sunnah, dan juga sebagian masyaikh, yang memberikan ceramah bersama Jum’iyyah IT atau menguatkan barisan mereka, maka demi Allah sungguh sikap mereka tidak selaras dengan manhaj salafush shalih.

Dalam manhaj Salafush Shalih siapapun yang menghinakan saudaramu ahlus sunnah maka tidak boleh kamu mendukungnya. Barangsiapa yang mencela ‘ulama sunnah, maka jangan didukung. Barangsiapa yang memecah belah Dakwah Salafiyyah – yang berada di Cina sekalipun – maka wajib bagi ahlus sunnah yang ada di Andalus sekalipun untuk berdiri bersama salafiyyin menentang pihak yang memecah Dakwah Salafiyyah tersebut.
Jangan ada  yang mengatakan, “Janganlah membawa permasalahan IT di Yaman ke negeri kita. jangan membawa permasalahan IT di Saudi ke negeri Indonesia.”
As-Salafiyyah itu adalah Islam, dan Islam adalah salafiyyah, ini merupakan agama kaum muslimin di semua tempat.

Hati-hati, syubhat-syubhat seperti di atas akan datang kepada kalian. Hendaknya kalian memiliki bekal landasan ilmu yang kuat dan kokoh sebelumnya datangnya mereka (para pembawa syubhat tersebut). Tahukah kalian imunisasi? Ketika kalian diberi imunisasi ketika sedang tertimpa penyakit? Ataukah itu diberikan dalam rangka memberikan perlindungan untukmu? Jawabannya adalah diberikan untuk memberikan perlindungan untukmu, agar memiliki kekebalan/daya tahan ketika didatangi penyakit.
Maka berbagai falsafah syubhat-syubhat seperti di atas, hendaknya menjadi motivator kepada kita semua untuk menguatkan tekad kita, dan bahwa dakwah yang kita serukan yaitu Dakwah Salafiyyah adalah dakwah yang satu di seluruh alam, baik di Indonesia, Jepang, Palestina, Amerika, Eropa, Asia, dan di seluruh penjuru dunia dakwah kita adalah dakwah yang satu. Apa yang dirasakan ahlus sunnah di Yaman dirasakan oleh ahlus sunnah di Indonesia, … dst.

Syubhat-syubhat di atas tidak pernah ada dari para ‘ulama, tidak pula dari manhaj salafush shalih. Waspadalah, jangan sampai memecah belah dakwah kalian dan jangan sampai memecah barisan ahlus sunnah di negeri ini. Sebagaimana Allah mengingatkan agar menyampaikan petunjuk kepada orang-orang muslimin yang tersesat. Maka kita mengingatkan orang-orang bergabung  bersama Jum’iyyah IT dan merendahkan salafiyyin.
Mereka akan mengangkat suara bahwa “aqidah kami adalah aqidah ahlus sunnah. Kami mengikuti aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam masalah al-asma’ wa ash-shifat, dalam masalah uluhiyyah, … “
Aqidah Ahlus Sunnah bukan sekedar omongan, bukan pula sekedar tulisan di atas kertas. Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan aqidah yang tertanam dalam hati, terwujudkan dalam amalan, diucapkan oleh lisan, padanya diletakkan prinsip al-wala’ wal bara’, kita bersikap loyal di atas aqidah ini, memusuhi juga berdasarkan aqidah ini.

Jika ada yang mengatakan, “Saya adalah ahlus sunnah”, namun dia ternyata bergabung dengan kelompok-kelompok sesat, seperti takfiriyyin, Ikhwanul Muslimin, dai-dai sesat, sufiyyah, quburiyyah, dll, hadir duduk di majelis-majelis mereka, menghadiri majelis-majelis dzikir mereka, perayaan-perayaan mereka, … menguatkan barisan ahlul batil. Maka berarti dia belum meyakini aqidah ahlus sunnah dengan benar. Dia belum mewujudkan aqidah tersebut dalam praktek amaliah. Dia belum melaksanakan prinsip al-wala’ wal bara’ di atas aqidah (salafiyah) ini.

Demi Allah, wahai saudara-saudaraka. Sungguh aku menyampaikan nasehati kepada kalian. Kalian akan mendapati orang-orang yang menyepelekan perkara-perkara batil yang ada di Jum’iyyah IT ini.
Ingat, jangan ada seorangpun yang memahami penjelasan kami ini bahwa para ‘ulama mengharamkan jam’iyyah khairaiyyah (lembaga-lembaga sosial). Tidak, para ‘ulama tidak mengharamkan jam’iyah khairiyah. Namun ketika amal-amal dan kegiatan-kegiatan sosial tersebut dijadikan sarana untuk menipu umat, sarana menarik simpati dengan harta, sarana untuk ….  (maka yang demikian adalah kebatilan). 

Sebelumnya seorang da’i lantang mentahdzir umat dari ahlul bid’ah. Kemudian datanglah IT memberikan suplay dana pada sang da’i tersebut di kantongnya. Maka berubahlah sikap sang da’i, “Siapa bilang mereka ahlul bid’ah?” Di Yaman terjadi, ada da’i yang mengatakan dengan tegas, “Hasan Albanna sesat, menyimpang dari sunnah, mengikuti aqidah shufiyyah, … dst.”  Kemudian datang IT memberikan gaji bulanan pada sang da’i tersebut, seraya mengatakan, “Siapa yang bilang Hasan al Banna itu sesat. Tidak. ” Demi Allah kisah ini benar-benar terjadi.
Seorang da’i mengatakan, “asy-Syaikh Muqbil imam mujaddid, asy-Syaikh salah seorang imam ahlus sunnah di Yaman, murid-muridnya tersebar di penjuru alam, walhamdulillah.” Datanglah IT memberikan gaji bulanan pada sang da’i, seraya mengatakan padanya, “asy-Syaikh Muqbil itu memecah belah kaum muslimin. Asy-Syaikh Muqbil dan asy-Syaikh Rabi’ itu keras dan kasar. Sunnah bukan demikian.”

Jadi dana bantuan (IT) tersebut bukan diberikan karena Allah. Tapi demi menarik simpati, dan untuk mengubah aqidah dan manhaj. Hizbiyyun bukanlah orang-orang bodoh. Mereka punya banyak wajah. Ketika berhadapan dengan salafiyyin, mereka menampakkan wajah salafy.  Datang kepada da’i salafy, IT bertanya, “Kamu mengajar apa?” dijawab oleh da’i “Saya mengajar Aqidah Thahawiyyah”, maka kata IT,”Baik, kami akan membantumu. Kamu tetap mengajar aqidah salafiyyah.” Berikutnya, gembong hizbiyyin juga mengajarkan aqidah ahlus sunnah. Kenapa? Agar ketika datang seorang salafy mengkritiknya, maka dia bisa menjawab, “Kenapa kamu mengkritik mereka, sementara mereka mengajarkan Thahawiyah, Wasithiyyah, Ma’arijul Qabul … .”

Padahal ketika dicek amaliahnya, apakah mereka meletakkan al-wala’ wa al-bara’  di atas aqidah yang mereka ajarkan?!  Demi Allah, ada seorang yang mengajarkan aqidah Thahawiyah. Kemudian ada yang bertanya padanya, “bahwa si fulan mengatakan Allah ada di mana-mana. Kami meminta anda memberikan hukum kepada kami.” Orang yang bertanya tidak mengira bahwa si pengajar aqidah Thahawiyah itu bakal merendahkannya. Si pengajar berkata, “Wahai saudaraku, kita sekarang sedang menghadapi zionisme, menghadapi Yahudi dan Nashara. Perkara yang kamu tanyakan hanya perkara sampingan!”
Kenapa dia (si pengajar) itu mengajar Thahawiyah jika memang manhajnya adalah demikian?  

Kasus lain, ada seorang pergi keluar bersama jama’ah menyimpang, namun merasa sedang menyampaikan agama Allah. Orang tersebut melihat manusia berthawaf di kuburan, berdoa di sisi kuburan, mengusap-usap kuburan. Maka orang tersebut mengatakan, “Ini syirik.” Namun disergah dengan ucapan, “Tidak. Jangan memecah belah barisan muslimin.”
Kalian mengikuti cara dakwahnya siapa? Allah memerintahkan Nabi-Nya:
{وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (87)} [القصص: 87]
“Dan serulah mereka ke (jalan) Rabb-mu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang musyrik.” (al-Qashash : 87)
Inilah dakwah tauhid. Sementara kalian berdakwah kepada tauhid atau kepada apa??

Maka janganlah antum semua tertipu.
Ceramah ini semuanya, kalau antum cermati, semuanya adalah keselarasan antara ucapan dan amalan. Barangsiapa yang mengajarkan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah – walaupun dia mengajarkannya siang dan malam – namun tidak berpegang dengannya, maka:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)} [الصف: 2، 3]
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan.” (ash-Shaff: 2-3)
وعالم بعلمه لم يعملن      معذب من قبل عباد الوثن
Seorang yang berilmu namun tidak beramal dengan ilmunya
Dia akan diadzab sebelum diadzabnya para penyembah berhala!!

Seorang yang berilmu namun tidak beramal dengan ilmunya, maka dia menjadi orang pertama yang api neraka dinyalakan dengannya. Berikutnya orang yang bershadaqah karena riya’, berikutnya orang yang berperang karena ingin disebut sebagai pemberani.
Jadi sejarah perjalanan Jum’iyyah Ihyaut Turats bagi kita – duat ahlus sunnah wal jama’ah – sangat dikenal dan  terbukti. Waspadalah wahai generasi muda muslim Indonesia, wahai para ahlus sunnah wal jama’ah di sini, waspadalah jangan sampai IT memecah belah barisan kalian. Jangan tertipu dengan “syiar-syiar” sunnah yang ada pada mereka. Jangan tertipu bahwa bersama mereka ada syaikh fulan. Kita memiliki dalil-dalil dan bukti-bukti yang menunjukkan penyimpangan-penyimpangan Ihyaut Turats, dan menunjukkan bahwa IT menjatuhkan ‘ulama-’ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita semua dari kejelekannya.

http://dammajhabibah.net/2013/09/03/dari-daurah-slipi-sikap-terhadap-ihyaut-turats-it/

Rabu, 04 September 2013

Sebab Cinta Tak Berdinding





Tidurku sebelum Dzuhur hari ini harus diakhiri dengan nyaringnya ucapan salam dari seorang kawan yang datang. Walau kacamata minus 5 belum sempat aku pasang di sepanjang kedua mata, dari intonasi gelak tawanya, aku tahu kawan yang datang adalah…” Fadli Ambon…!!!”. Gaya tertawanya memang khas. Tidak ada seorang pun yang bisa sama dengannya.
“Afwan Ustadz…he..hee…Ana nganterin titipan buat Antum dari rombongan  yang datang kemaren”, katanya sambil duduk membuka tasnya di hadapanku. Oh iya…dengan posisi duduk selepas berbaring, bayanganku segera melambung jauh, menjumpai seraut wajah mungil di seberang sana.
Izzah Zainatus Shofaa…Nama untuk putriku ini memang tampil beda. Sepertinya, tidak ada nama yang sama dengan nama putriku sebelum ini. Neneknya dari Sulawesi sudah wanti-wanti,” Namanya…Pokoknya harus ada huruf Z nya”. Begitulah pesan Neneknya sehari setelah putriku lahir. Kedua kakak perempuannya punya pesan berbeda,” Yang masih jarang dipakai aja…”.
Setelah merenung dan merenung…berfikir lalu terus berfikir…lahirlah nama Izzah Zainatus Shofaa.
“He…heee…langsung disantap saja nih,Ustadz”, suara Fadli Ambon menyadarkan diriku dari lamunan sesaat.Titipan paket dari rumah di Solo terbungkus plastik hijau.Di dalamnya ada dua buah sikat gigi,dua buah pasta gigi dan lima buah Mini Jelly.
Lima buah Mini Jelly itu adalah kiriman dari putriku,Izzah Zainatus Shofa yang kini berusia empat tahun lebih.Tidak semua orang dapat menentukan berapakah sebenarnya nilai dari lima buah Mini Jelly.Namun,bagiku,lima buah Mini Jelly itu sangat berarti. Mini Jelly itu adalah lambang kerinduan seorang putri kepada ayahnya.Jelas!!  Mini Jelly itu tidak boleh dirupiahkan. Inilah cinta!!! Cinta tak dapat dirupiahkan. Cinta tak bisa dihalangi oleh dinding-dinding penyekat. Sebab cinta tak berdinding.
Ya Allah…seperti inikah rindu orangtua kepada anaknya???
Baru kali ini aku mampu meraba-raba rasa rindu Ya’qub ‘alaihis salaam kepada putranya, Yusuf. Terpisahkan berpuluhan tahun dengan takdir dan hikmah Nya. Ya’qub yang selalu mengingat-ingat Yusuf walaupun berita tentangnya seolah hilang tak berbekas.Kisah “terbunuhnya” Yusuf oleh semenghapus wujud Yusuf di mata ayahnya.
Apa kata anak-anaknya?
قَالُوا تَاللَّهِ تَفْتَأُ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّىٰ تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ الْهَالِكِينَ
Mereka berkata:”Demi Allah, senatiasa engkau (wahai Ayah) mengingat-ingat Yusuf, sehingga engkau mengidap penyakit yang berat bahkan engkau termasuk orang-orang yang binasa”. (QS. 12:85)
Kesedihan karena terpisahkan dari sang anak, membuat Ya’qub selalu menangis mengingatnya. Kedua mata Ya’qub akhirnya tak lagi mampu melihat. Buta karena tangisan. Tangisan yang bersumber dari kerinduan kepada Yusuf, si putra yang menghilang. Seperti itukah kerinduan dan kesedihan orangtua yang berpisah dengan anaknya???
Namun Ya’qub mengajarkan kepada kita tentang sebuah warna terang dalam kehidupan…Endapkan rasa itu!!! Tabah dan penuh keyakinan,Ya’qub menanggapi pernyataan anak-anaknya,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku,  dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”. (QS. 12:86)
Ya Allah…hanya kepada Mu,hamba mengadukan kesusahan dan kesedihanku…hamba Mu yang selalu teringat akan putrinya…
Aku baru benar-benar mengerti, gejolak rasa semacam apakah yang memenuhi jiwa Ibunda Musa ‘alahis salam. Seorang Ibu yang mesti terpisahkan dengan seorang putra sejak masih dalam buaian dan susuan.Seorang Ibu yang harus melihat kenyataan “pahit”, ketika sang bayi terapung di atas aliran sungai. Hanya berteman keranjang, tiada yang lainnya. Jiwa Ibunda Musa kosong…hampa…sunyi…
Hingga akhirnya dengan kuasa dan rahasia dari Allah,Musa kembali di pangkuan dan susuan Ibundanya…Dengan kekuatan dan pertolongan Allah,Ibunda Musa mampu mengendapkan rasa.Padahal,hampir saja ia bercerita kepada orang-orang tentang “rahasia” putranya yang dihanyutkan.
Sungguh indahnya Allah berfirman di dalam kitab Nya yang suci ;
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُواْ نِعْمَةَ اللّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّواْ قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ
Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS. 28:13)
Ya Allah…kembalikanlah hamba kepada putri hamba,supaya senang hati hamba dan tidak berduka cita dan supaya hamba bertambah yakin bahwa janji Mu kepada mereka yang menempuh Thalabul Ilmi itu adalah benar…
Seperti inikah rasa sayang orangtua kepada anaknya???
Hari ini aku semakin memahami seperti bagaimanakah perasaan seorang Ibrahim ‘alaihis salaam. Beliau yang sekian lama menanti si buah hati. Sekalinya sang buah hati hadir,perintah Allah mesti beliau jalani.Ibrahim harus  ”tega”  berpisah dari putranya, ditinggalkan di sebuah lembah sepi,tanpa teman tiada orang. Tanpa makanan juga minuman. Apalagi dihadapkan dengan perintah,” Wahai putraku, semalam aku bermimpi menyembelih dirimu…Apa pendapatmu?”.
Kembali kita diajarkan tentang sebuah warna cemerlang dalam kehidupan dunia…Endapkan rasa itu!!! Dengan lantang teguh,Ismail menjawab,” Wahai ayahnda, kerjakanlah saja perintah dari Allah itu!!!”. Cermin dari ajaran dan pendidikan orangtua yang selalu melangkah dengan prinsip ” Jika sudah perintah Nya, tidak mungkin Allah sia-siakan!”
Oh…Inikah cinta? Inikah sayang? Inikah rindu?
Tiga empat bulan yang lalu, aku sempat berkomunikasi dengan keluarga di Solo. Belum beberapa menit, telpon dengan fasilitas Skype harus terhenti. Sebab, putriku menangis sambil berteriak,” Abah nggak boleh kurus…Abah nggak boleh kuruus…Abah nggak boleh kuruuus!!!”.
Tak terasa,air mataku meleleh jernih. Beberapa tetes jatuh bertitik-titik.Dingin dan tawar rasanya air mataku siang itu. Mungkin di benak putriku, Abahnya yang semakin berkurang berat badannya sedang menderita, sedang susah. Barangkali gemuk, bagi putriku adalah tanda Abahnya selalu senang.
Sebulan yang lalu,air mataku kembali bereaksi.Betapa tidak? Dengan lancar dan penuh ceria,putriku memperagakan cara duduk yang benar ketika belajar di kelas…Putriku pun memperagakan tata cara berwudhu untuk shalat. Padahal saat itu, belum genap sebulan ia duduk belajar di TK. Ia memperagakannya dengan penuh ceria dan tertawa. Padahal Abahnya, di titik ribuan kilometer darinya, mendengarkan suaranya dari balik Skype dengan hati terkoyak-koyak. Sedih namun sedih yang indah. Bahagia.
Semoga Allah memberkahimu,Nak…Semoga Allah selalu menjagamu dan menjadikanmu seorang wanita yang shalehah. Semoga Engkau bisa mencontoh kedua kakak perempuanmu yang selalu membahagiakan orangtuanya,Nak…
Thalabul Ilmi yang sedang Abah jalani hari-hari ini,di baliknya adapula sebersit harapan yang tersisip.Mudah-mudahan Thalabul Ilmi ini menjadi ikhlas karena Nya,sehingga dapat terwujud sebagai sebab engkau menjadi putri yang shalehah.
Dahulu kala, seorang ulama Salaf memperbanyak dan mempersering shalat sunnahnya. Sang putra yang masih kecil lantas menanyakan hal itu. Sambil membelai rambutnya,sang ayah menjawab,” Ayah lakukan semua ini untuk kebaikanmu, Nak”.
Subhaanallah!
Apapun akan Abah lakukan sebagai usaha agar engkau baik…agar engkau bahagia di dunia maupun akhirat. Abah tidak gila harta juga tidak gila pangkat. Apalah artiharta dan pangkat jika anak-anaknya terbengkalai. Abah tidak ingin membahagiakan orang lain, sementara engkau sebagai putriku justru tidak merasa bahagia. Engkau lebih membutuhkan perhatian dari Abah, lebih memerlukan kasih sayang dan cinta daripada orang lain.
Namun, ijinkanlah dan maafkanlah Abah yang harus pergi jauh darimu. Insya Allah, perpisahan ini hanyalah sementara waktu saja. Kenang-kenanglah selalu bahwa ayahmu pergi jauh untuk Thalabul Ilmi.
“Kiriman sikat gigi dan pasta giginya untuk Abah udah dititipin ke menantunya Pak Ghifari. Insya Allah sehari lagi berangkat dari Jakarta”,kata istriku dari Solo. Tiba-tiba dari arah belakang,suara putriku dengan nada Jawa Solo seperti tak ingin kalah bersaing,”Abah harus Jazakallaahu khairan noo…”.Istriku lalu menjelaskan,” Iya Bah, Dik Izzah juga kirim Mini Jelly buat Abah…”
Di sini…entah perasaan apa yang sedang bergejolak di dalam hati…Sambil sesekali melirik lima buah Mini Jelly kiriman Izzah Zainatus Shofaa…Abah ucapkan sambil berbisik,” Jazakillahu khairan, Dik Izzah…Kiriman Mini Jelly nya sudah Abah terima”. Aku yakin, ikatan cinta antara seorang ayah dan putrinya pasti tersambung. Sebab cinta tak berdinding.
Lagi-lagi harus….mengendapkan rasa…

_abu nasiim mukhtar “iben” rifai_la
firlaz_di sebuah titik koordinat rindu_18
Syawwal 1434 H_25 August
2013_republic of yemen_

Sumber: http://ibnutaimiyah.org/blog/post/2013/08/13/34/sebab-cinta-tak-berdinding                   
repost: hanifatunnisaa.wordpress.com

Senin, 02 September 2013

Permata Faidah dari Dauroh Asatidzah IX 1434 H (8)

Wasiat Indah

Untuk Para Pengemban Kitabullah

Barangsiapa mengambil dan mengamalkan al-Qur`an maka dia akan berbahagia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang berpaling dan meninggalkan al-Qur`an maka dia akan mengalami kehidupan yang sempit di dunia dan di akhirat.
Firman Allah Ta’ala,
{إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (9)} [الإسراء: 9]
Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,
Al-Qur`an adalah hidayah, petunjuk, dan cahaya bagi barangsiapa yang mau mengambil dan mengamalkanya. Dan pada ayat ini kabar gembira bagi orang-orang yang beramal shalih, bahwa bagi mereka pahala yang besar.
Maka bagi para penuntut ilmu hendaknya hubungan mereka dengan al-Qur`an tidak seperti kondisi kebanyakan manusia.
Maka aku peringatkan kepada segenap para penuntut ilmu agar jangan tersibukkan dari al-Qur`an. Walaupun di tengah-tengah ia menuntut ilmu hadits, atau menuntut ilmu, atau pada masa penanaman asas ilmu.
Jangan sampai engkau tersibukkan (lalai) dari menghafalkan al-Qur`an, dari mentadabburi al-Qur`an. Jangan sampai engkau tersibukkan dari wirid harian al-Qur`an, baik wirid untuk menghafalnya jika engkau belum hafal, atau wirid untuk murajaah jika engkau sudah hafal. Jika engkau tersibukkan dari itu semua (lalai) maka engkau akan terhalangi dari kebaikan yang sangat banyak, akan berkurang kedudukanmu dalam ilmu, dan engkau akan merasakan bahwa engkau tidak dibarakahi dalam waktumu!!
Aku sebutkan untuk kalian sebuah atsar dari al-Imam adh-Dhiya’ al-Maqdisi, penulis kitab al-Mukhtarah, salah seorang imam dari kalangan para imam ahli hadits. Kata beliau, “Aku berangkat untuk menuntut ilmu hadits, maka al-Imam ‘Abdul Wahid al-Maqdisi berkata kepadaku, ‘Jika kamu ingin agar Allah membarakahimu dalam ilmu, dan membarakahimu dalam upaya menuntut ilmu hadits, maka perbanyaklah membaca al-Qur`an!! Maka sesuai dengan banyaknya kamu membaca al-Qur’an, sebesar itu pulalah Allah akan memberikan barakah padamu dalam upayamu menuntut ilmu hadits dan mengambil ilmu.
Kata adh-Dhiya’,”Sungguh aku dapati dan aku buktikan hal ini! semakin bertambah wiridku terhadap al-Qur`an, maka semakin bertambah pulalah perolehan ilmu hadits dan semakin banyak aku bisa mengambil hadits. Sebaliknya apabila wiridku terhadap al-Qur`an berkurang maka aku tidak diberi taufiq untuk mengambil dan memperoleh ilmu hadits.”
Jangan engkau tertipu oleh Iblis yang membisikkan bahwa sekarang pelajari ilmu saja, adapun al-Qur`an bisa nanti. Jangan! Sekarang, walaupun kalian sedang di tengah-tengah masa daurah jangan kalian memutuskan wirid kalian terhadap al-Qur`an. Jika engkau telah hafal al-Qur`an, jangan sampai putus untuk memurajaahnya 3 juz dalam sehari minimalnya!! Baik selepas shalat fajr, atau selepas shalat Isya’, antara adzan dan iqomah, dst. Jika kamu belum hafal al-Qur`an, maka upayakan untuk menghafal satu muka (halaman) dalam sehari, dan merajaah satu juz misalnya dalam sehari, harus rutin kamu lakukan. Jangan terlalaikan dari wirid tersebut!!
Disebutkan dari salah seorang ‘ulama salaf juga, bahwa dia mengeluhkan sedikitnya barakah pada waktu-waktunya. Maka salah seorang dari masyaikhnya menasehatinya, “Jika kamu menginginkan barakah pada waktumu, maka jangan meninggalkan al-Qur`an. Perbanyaklah membacanya.!” Maka akupun terus memperbanyak membaca al-Qur`an dan akupun mendapat barakah dalam waktu-waktuku. Sampai-sampai wiridku mencapai 10 juz dalam sehari!
Barangsiapa di antara penuntut ilmu yang mampu mengkhatamkan al-Qur`an setiap tiga hari, maka itu baik dan barakah. Namun jika tidak, maka jangan lebih dari 7 hari, atau maksimalnya 10 hari mengkhatamkan al-Qur`an, jika kamu seorang yang telah hafal al-Qur`an.
Niscaya kamu akan merasakan – dan kamu akan ingat ucapanku ini ya akhi.. – barakahnya waktu, dan niscaya Allah akan membukakan untukmu ilmu yang sebelumnya belum kamu ketahui! Kamu akan dapati barakah, mengetahui banyak permasalahan, dan mengingat berbagai pembahasan ilmu, …. Sungguh rahasia-rahasia al-Qur`an sangat menakjubkan!! Pengaruh al-Qur`an terhadap para pengembannya dan orang-orang yang menegakkannya – baik secara amalan, bacaan, maupun tafakkur – sangat luar biasa!!  Buktikan wahai saudaraku… engkau yang akan menilainya (benar tidaknya ucapan ini). buktikan niscaya engkau akan memetik buahnya.

Jangan engkau memutuskan wiridmu terhadap al-Qur`an, baik secara hafalan maupun bacaan. Jadikanlah itu wirid harian. Dahulukan/utamakan di atas segala sesuatu. Kalau engkau sibuk, maka bayarlah pada waktu lain.

Dulu ada di antara salaf, jika dia terlewatkan dari wirid al-Qur`an pada siang hari, maka dia tidak tidur kecuali setelah membayar wirid pada hari tersebut!!
Jangan kamu mengatakan, bahwa tidak dipersyaratkan (bagi penuntut ilmu) harus hafal al-Qur`an. Tidak demikian, yang lebih sempurna, lebih bagus, dan lebih layak seorang thalib ilmu adalah hafizh (penghafal) Kitabullah.
Ambillah Kitabullah, berpegangtegulah dengannya, jadikanlah sebagai wirid bagimu, dan jangan terpisah darinya. Utamakanlah di atas dars, utamakanlah di atas hafalan matn, maka kamu akan dapatkan barakah.
{كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (29)} [ص: 29]
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan barakah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
Al-Qur`an mubarak untuk segala sesuatu.
Ini nasehatkan untuk diriku sendiri yang pertama,
Kemudian untuk saudara-saudaraku tercinta, dan saudara-saudaraku yang ada di depanku sekarang. Semoga Allah melapangkan dada kalian untuknya. Dan aku melihat kebanyakan kalian sudah di atas nasehat ini. aku sampaikan ini sebagai tadzkir (mengingatkan), dan tadzkir itu bermanfaat kaum kaum mukminin.
وصلى الله سلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Ditulis dari nasehat yang disampaikan oleh
Asy-Syaikh Hani bin Braik hafizhahullah
Ba’da Shalat Maghrib Malam Jum’at 23 Syawwal 1434 / 29 Agustus 2013 H
http://dammajhabibah.net/2013/08/31/permata-faidah-dari-dauroh-asatidzah-ix-1434-h-8/

Permata Faidah dari Dauroh Asatidzah IX 1434 H (6)

HARUSKAH SETIAP MUSLIM BERPEGANG PADA SATU MADZHAB TERTENTU?
Muncul fenomena taqlid / fanatik madzhab di tengah-tengah kaum muslimin yang mengantarkan pada kemunduran umat. Demi Allah, sungguhnya baik al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik, al-Imam asy-Syafi’i, maupun al-Imam Ahmad tidak ada seorang pun dari mereka yang mengajak/menyerukan umat untuk bertaqlid pada dirinya.
Lihatlah, al-Imam Malik datang setelah Abu Hanifah mengambil ilmu dari sebagian murid Abu Hanifah, namun beliau tidak bertaqlid pada Abu Hanifah. Asy-Syafi’i murid langsung al-Imam Malik, apakah beliau bertaqlid pada Malik? Tidak. Al-Imam Ahmad murid langsung al-Imam asy-Syafi’i, apakah beliau bertaqlid pada asy-Syafi’i? Tidak. Kalau para imam tersebut bertaqlid, niscaya tidak akan sampai kepada kita warisan agung nan mahal ini, yakni madzhab dan pendapat masing-masing para imam tersebut.
Namun ketika muncul orang-orang jumud, menyatakan bahwa pada masa itu pintu ijtihad sudah tertutup dan tidak boleh seorang pun untuk keluar dari madzhab yang empat. Seorang muslim wajib berpegang pada satu madzhab tertentu! Mereka menjadikan ini wajib. Jika ada seorang muslim beribadah berdasarkan dalil, maka mereka katakan sebagai orang yang main-main (dalam agamanya). Untuk ini mereka menulis kitab-kitab tentang kewajiban untuk berpegang pada satu madzhab tertentu atas setiap muslim! Bahkan mereka menolak dakwah salafiyyah!
Allahu akbar!! Dakwah Salafiyyah adalah manhaj Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini adalah manhaj empat imam tersebut, yaitu tidak ada taqlid. “Apabila hadits itu shahih maka itu adalah madzhabku.”
Asy-Syaikh Muhammad Najib Ma’shumi al-Khujandi al-Bukhari   – beliau adalah syaikh para masyaikh kami, seorang ‘ulama Makkah, mudarris di Daril Hadits al-Khairiyyah sekaligus beliau salah satu pendirinya – beliau menulis risalah penting, “ar-Radd ‘ala ahlil Yaban” yang dicetak dengan judul, “Hal Yajib ‘alal Muslim Luzumul Madzhab Mu’ayyan?” (Apakah wajib atas setiap muslim berpegang pada satu madzhab tertentu?).
Alhasil, as-salafiyyah yang benar dan manhaj yang benar adalah tidak jumud pada satu madzhab tertentu. Adapun madzhab-madzhab maka itu adalah warisan ilmiyah yang sangat agung, mewariskan kepada kita ijtihad para ‘ulama kita. Wajib kita menghormati dan menghargainya. Namun kita tidak mengikuti kecuali apa yang shahih dan mencocoki dalil.
 Ada kitab yang ditulis oleh asy-Syaikh al-Albani, Shifat Shalat Nabi. Beliau meletakkan muqaddimah indah sekali. Beliau menukilkan ucapan-ucapan para imam madzhab dalam melarang umat dari bertaqlid terhadapnya.
(faidah yang aku catat dari pelajaran al-Muhimmat al-Awwaliyah fi al-Muqaddimat al-Fiqhiyyah bersama asy-Syaikh Hani bin Braik, Dhuha Kamis 22 Syawwal 1434 H/29 Agustus 2013 M. Semoga bermanfaat bagi semua)
http://dammajhabibah.net/2013/08/29/permata-faidah-dari-dauroh-asatidzah-ix-1434-h-6/

Permata Faidah dari Dauroh Asatidzah IX 1434 H (7)

Tahdzir merupakan bagian dari manhaj ahlus sunnah, …

Jangan ingin menyatukan umat pada satu pendapat  dalam fiqh
Tidak diragukan bahwa madzhab-madzhab fiqh para ‘ulama telah meninggalkan warisan ilmiah yang tak ternilai dalam sejarah umat. Para ‘ulama tersebut memberikan perhatian besar terhadap dalil-dalil rinci dalam syari’at, memberikan pedoman dalam metode pengambilan istinbath dan menyelami makna-makna, serta menyimpulkan hukum untuk permasalahan-permasalahan kekinian. Hanya orang-orang yang sempit cara pandang dan sempit pemahamannya sajalah yang akan merasa tidak suka dengan hal tersebut, dan menginginkan untuk menghimpun umat hanya pada satu pendapat saja dalam fiqh.
Pada kesempatan kunjungannya ke Yaman, asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabari menyatakan ucapan yang sangat bagus. Kata beliau, “Permasalahn yang terjadi pada kalian adalah, kalian ingin menyatukan semua orang hanya pada pendapat saja dalam fiqh. Ini mustahil!” bukankah kalian tahu bahwa Bin Baz berbeda pendapat dengan al-’Utsaimin, atau sebaliknya al-’Utsaimin berbeda pendapat dengan Bin Baz dalam beberapa permasalahan ijtihadiyyah yang memang sangat mungkin terjadi perbedaan pendapat. Demikian juga para ‘ulama lainnya, terjadi perbedaan pendapat di antara mereka. namun para ‘ulama tersebut satu sama lain tetap saling menghormati dan saling menghargai. Ini dalam permasalahan fiqhiyyah ijtihadiiyah.
Kapan saling tasamuh (toleran), dan kapan tidak?
Namun ingat, janganlah sikap toleran dan kelapangan dalam permasalahan ijtihadiyyah diseret dan diletakkan pada permasalahan lain. Yaitu diseret untuk permasalahan aqidah dan manhaj.
“Kenapa Ahlus Sunnah berbeda pendapat dengan Ikhwanul Muslimin, bukankah Imam Malik, asy-Syafi’i, Ahmad saling berbeda pendapat, namun mereka tetap saling memuji?! Kenapa menyalahkan orang-orang sufiyyah, bukankah mereka mengucapkan Lailaha illallah juga? Bukankah mereka adalah saudara kita??! Kalian tidak paham Fiqhul Khilaf!!”
Apa yang mereka maukan dari “Fiqhul Khilaf”? yaitu jangan membantah ahlul bid’ah!! Ini maksud mereka.
Di sini tercampur antara barang baik dengan barang jelek. Sehingga dengan cara ini mereka hendak mengelabuhi umat, terutama generasi muda para penuntut ilmu. Mereka berkata dalam memuji tokoh-tokoh bid’ah dan merendahkan para ‘ulama, “Lihatlah pada si fulan, menunjukkan sikap toleran. Lihatlah akal sempurna yang ada padanya. Sementara mereka (‘ulama ahlus sunnah) tidak ada padanya kecuali terburu-buru, kedunguan, bisanya hanya mencela dan membongkar aib orang lain”, dengan cara ini mereka menjauhkan umat dari para ‘ulama ahlus sunnah.

Peran besar al-Jarh wat Ta’dil dan Tahdzir
Demi Allah, kalau bukan karena al-Jarh wat Ta’dil, kalau bukan karena tahdzir terhadap ahlul bid’ah, kalau bukan karena tahdzir terhadap orang-orang menyimpang, tidak akan sampai kepada kita Islam yang murni dan bersih. Tidak akan sampai as-Sunnah seperti yang antum berjalan di atasnya sekarang!
Perhatikan, bahwa sikap lapang dan toleran itu dalam permasalahan ijtihadiyyah yang memungkinkan terjadinya khilaf padanya. Di sini engkau harus lapang dada. Bin Baz bersedekap setelah ruku’, sementara al-Albani tidak bersedekap setelah ruku’. Maka siapa yang bersedekap atau tidak, maka ini permasalahan yang lapang. Satu sama lain tidak boleh saling mencela.
Adapun permasalahan aqidah dan manhaj, yang padanya pembelaan terhadap dakwah yang haq dan bantahan terhadap dakwah yang batil, kemudian dikatakan kenapa tidak ada toleransi, kenapa tidak ada kelapangan, kenapa kita tidak saling memberikan udzur dalam permasalahan yang kita berbeda? maka ini semua adalah ucapan yang batil.
Apabila kalian mendengar pernyataan para ‘ulama dalam sikap lapang dan toleran, serta bagaimana mereka saling memberikan udzur dalam permasalahan fiqhiyyah, maka itu semua dalam permasalahan ijtihadiyyah yang memungkinkan terjadi perbedaan pendapat padanya. Adapun permasalahan aqidah dan manhaj, maka tidak ada toleransi dan kelapangan di sini.
Namun tidak berarti menghalangi kita dari berdakwah dengan cara yang baik. Kita sampaikan penjelasan tentang al-haq dengan cara yang baik, jelaskan kebatilannya dan sampaikan nasehat. Kalau dia seorang dari ahlus sunnah wal Jama’ah, maka kita junjung tinggi dia, namun kebatilannya tetap harus ditolak. Ibnul Qayyim berkata tentang al-Harawi yang aqidahnya tercampur dengan kotoran-kotoran shufiyyah, “al-Harawi adalah orang yang kita cintai, namun kebenaran lebih kita cintai.”
Ucapan senada juga dikatakan oleh asy-Syaikh Muhammad Aman al-Jami ketika membantah satu kesalahan yang asy-Syaikh al-Albani terjatuh padanya, “Aku katakan kepada asy-Syaikh al-Albani ketika kami dulu di al-Jami’ah al-Islamiyyah, ‘Al-Albani adalah orang yang kami cintai, namun al-Haq lebih kami cintai.” Demikian kita katakan kepada setiap salafy/ahlus sunnah yang terjatuh pada kesalahan dan menyalahi kebenaran, “Kami mencintaimu, namun al-Haq lebih kami cintai.” Dia tetap kita jaga kehormatannya, dan kita nasehati dengan cara yang terbaik.
Namun apabila seseorang itu prinsipnya adalah bid’ah, mengajak kepada bid’ah, atau menguatkan bid’ah, atau dia menisbahkan diri kepada sunnah padahal sangat banyak penyimpangannya dan sering menentang ahlul haq. Maka orang seperti ini harus ditahdzir, harus ditahdzir orangnya dan manhajnya. Bahkan bahaya orang seperti ini lebih besar, karena dia berpenampilan sunnah, berbicara dengan sunnah, padahal dia menyimpang dari sunnah. Adapun seorang  yang jelas-jelas ahlul bid’ah, maka menghadapinya lebih mudah. Apabila para penuntut ilmi diperingatkan dari ahlul bid’ah tersebut akan lebih mudah menerima.
Kisah tentang niqasy (diskusi) yang terjadi antara al-Imam asy-Syafi’i dengan al-Imam al-Muzani rahimahumallah, sampai terjadi perdebatan yang cukup runcing antara kedua imam tersebut. Namun pada keesokan harinya, al-Imam asy-Syafi’i memegang tangan al-Muzani seraya mengatakan, “Tidak engkau suka bahwa kita berbeda pendapat namun kita tetap sebagai saudara?”
Tentu saja kisah ini dimanfaatkan oleh para ahlul batil untuk membenarkan kaidah mereka, “Kita saling bekerja sama dalam permasalahan yang kita bersepakat padanya, dan kita saling memberikan udzur dalam perkara yang kita saling berbeda padanya.” Padahal tidak demikian.
Perlu diketahui, bahwa yang dimaksud oleh asy-Syafi’i “bahwa kita berbeda pendapat”, bukan perbedaan pendapat dalam masalah seperti, hukum menyembelih untuk kuburan, ajakan kepada hizbiyyah, memberontak kepada pemerintah muslimin, menjatuhkan kehormatan ‘ulama umat, menjauhkan umat dari sunnah, ajakan untuk bergaul dengan ahlul bid’ah dan memperkuat barisan mereka, dst. Bukan ini yang dimaksud. Namun yang dimaksud adalah permasalahan ijtihadiyyah yang memungkinkan terjadi perbedaan pendapat padanya.

Kami akan terus mentahdzir
Jangan mencela ahlul haq yang terus menjelaskan dan mentahdzir. Karena memang kebatilan itu terus menerus dilancarkan dan ditebarkan. Maka para da’i al-haq harus tampil tegak membela al-haq, tidak akan merugikan mereka orang-orang yang menghinakan mereka.
Maka jika ada yang mengatakan, “Berhentilah dari mentahdzir, jangan menyibukkan umat dengan tahdzir-tahdzir. Cara ini sudah usang, kita sudah bosan dengannya. Kalian telah menyibukkan umat dengan tahdzir. Tidak ada pada kalian kecuali tahdzir.”
Padahal demi Allah, jika diteliti tidak ada yang menegakkan durus kecuali ahlus sunnah, tidaklah memberikan pengajaran ilmu (taklim) kecuali ahlus sunnah, tidak ada yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar kecuali ahlus sunnah, tidak ada yang menunaikan tanggung jawab masyarakat kecuali ahlus sunnah. Bagaimana mereka bisa mengatakan kepada ahlus sunnah, “Tidak ada pada kalian kecuali tahdzir.” Sungguh mereka telah berdusta.
Benar, tahdzir ada pada kami. Tahdzir merupakan bagian dari manhaj kami (ahlus sunnah), dan manhaj kami tidak terbatas pada tahdzir saja.
Maka ucapan terhadap ahlus sunnah, “Tidak ada pada kalian kecuali tahdzir. Tidak ada pada kalian kecuali celaan.” demi Allah ini adalah cara-cara kaum hizbiyyin dalam upaya mereka menjauhkan umat dari ahlus sunnah di setiap tempat dan di setiap negeri!! Kalau ada seorang salafy mengucapkan kata-kata seperti di atas terhadap saudaranya salafy, niscaya kita meragukan kesalafiyahannya!!
Sungguh durus, taklim, fiqh, tauhid, aqidah, dst maka kalian tidak akan mendapatinya kecuali pada ahlus sunnah salafiyyin. dan kita  tegaskan bahwa, Tahdzir merupakan bagian dari manhaj kita (ahlus sunnah), dan manhaj kita tidak terbatas pada tahdzir saja. Dan selama kita hidup, kita tidak akan meninggalkan tahdzir. Jika ada yang hendak menghasut, “kamu akan terus-terusan mentahdzir?” kita jawab: Ya, kita akan mentahdzir, dan akan terus mentahdzir. Dengan cara inilah agama terjaga.
Perhatikan kalimat Lailaha illallah, padanya ada nafi dan itsbat. Demikianlah agama ini tidak tegak kecuali dengan cara pembelaan terhadapnya, menjaganya, dan menghilangkan berbagai kotoran darinya. Adapun jika ada orang yang mau hanya berjalan begitu saja, maka cara ini akan memunculkan orang-orang yang mumayyi’ (lembek) tidak menegakkan sunnah dan tidak pula membantah bid’ah.
Sungguh kita sering terganggu dengan adanya orang-orang mukhadzdzil seperti ini. tidak jarang orang-orang tersebut dari barisan kita, atau dinisbahkan kepada kita. Siapa yang bergembira dan menjadi kuat dengan ucapan orang-orang tersebut? Para hizbiyyin, ahlul bid’ah, dan orang-orang menyimpang yang bergembira. Perhatikan ucapan orang-orang tersebut, “Lihat si fulan bijak, tidak seperti mereka.” atau “Perhatikan si fulan, ini baru salafy sejati.” Siapa si  fulan yang ia puji tersebut? Yang ia puji itu ternyata hizbi, atau sufi, atau sekuler, atau liberalis.
(faidah yang aku catat dari pelajaran al-Muhimmat al-Awwaliyah fi al-Muqaddimat al-Fiqhiyyah bersama asy-Syaikh Hani bin Braik, Dhuha Kamis 22 Syawwal 1434 H/29 Agustus 2013 M. Semoga bermanfaat bagi semua)
http://dammajhabibah.net/2013/08/29/permata-faidah-dari-dauroh-asatidzah-ix-1434-h-7/

Permata Faidah dari Dauroh Asatidzah IX 1434 H (5)

Kesabaran Seorang ‘Ulama Besar Demi Kemurniaan Aqidah

Ar-Rabi’ bin Sulaiman mengisahkan tentang al-Imam al-Buwaithi, “Sungguh aku melihatnya di atas Bighal dengan leher terbelenggu, dan kaki juga dibelenggu, antara kedua belenggu tersebut ada rantai padanya ada batu (beban) seberat 40 rathl. Beliau mengatakan, “Allah menciptakan makhluk dengan kalimat Kun (jadilah). [1] Kalau seandainya “Kun” itu makhluk, maka berarti makluk diciptakan dari makhluk. Sunguh kalau aku dipertemukan dengannya (yakni Khalifah al-Watsiq) niscaya aku akan tetap mengatakan kebenaran di hadapannya dan aku akan binasa di belenggunya ini. Supaya generasi setelah ini tahu bahwa di sana telah gugur orang-orang besar di belenggu-belenggu penguasa demi mempertahankan urusan ini (aqidah ahlus sunnah wal jama’ah).” (Siyar A’lamin Nubala’ IX/459)
Sungguh kalimat yang agung, kisah yang agung. Padanya sangat banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik oleh generasi muslim Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Di antaranya:
1. Perhatikan bagaimana para ‘ulama rela disiksa dan diadzab demi mempertahankan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Namun meskipun demikian, para ‘ulama tersebut tidak mencabut tangan ketaatan terhadap pemerintah! Bahkan tetap memandang wajibnya memberikan an-Nush (kebaikan dan nasehat) kepada pemerintah yang mengadzab dan menyiksanya. Mereka bersikap demi agamanya, bukan demi membela dirinya.
Ditanyakan kepada al-Imam Ahmad – beliau adalah orang terdepan dalam mempertahankan aqidah sehingga siksaan kepada beliau paling besar pula – “tidakkah engkau mendoakan kejelekan untuk penguasa yang menyiksamu ini?” maka dengan tegas beliau menjawab, “Kalau seandainya aku memiliki doa yang mustajab, niscaya aku berdoa untuk kebaikan waliyyul amr.” Inilah jawaban beliau, padahal beliau sedang disiksa. Hal yang sama ditanyakan kepada Fudhail, maka beliau menjawab dengan jawaban yang sama. Demikianlah fiqh (pemahaman) para ‘ulama.
2. Banyak para ‘ulama berguguran demi mempertahankan aqidah yang bersih murni ini, aqidah ahlus sunnah wal jama’ah as-salafiyah. Permasalahan aqidah merupakan urusan besar, bukan urusan remeh. Maka jangan tertipu dengan orang-orang yang meremehkan urusan aqidah. Yang hanya mementingkan untuk menyatukan umat, menggerakkan umat, tanpa melihat permasalahan aqidah.
3. Jangan tertipu dengan para “dai” – yang sebenarnya mereka hanya para orator atau politikus – yang dipenjara oleh penguasa karena mempertahankan agama katanya. Padahal dia menjerumuskan kaum muslimin ke banjir darah!! demi mempertahankan atau mengembalikan kekuasaan si fulan!!
4. Perhatikan bagaimana teladan yang ditunjukkan oleh Amirul Mukminin Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, beliau sangat sayang kepada kaum muslimin, tidak rela darah kaum muslimin tertumpah. Maka ketika beliau dikepung oleh para pemberontak bejat, maka shahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum lainnya datang demi membela beliau dan mengusir para pemberontak!! Namun Amirul Mukminin mengatakan kepada para shahabat tersebut, “Barangsiapa yang masih memandang kewajiban mentaatiku, maka hendaknya menyimpan pedangnya masing-masing dan keluar dari rumahku ini.” demi menjauhkan kaum muslimin dari fitnah dan menjaga agar darah mereka tidak tertumpah!!
Apakah para revolusioner yang mengepung rumah ‘Utsman di atas kebenaran? Demi Allah mereka di atas kebatilan. Mereka adalah para pemberontak. Maka perhatikan sikap Amirul Mukminin yang menyayangi umat ini, bandingkan dengan para orator yang menjerumuskan kaum muslimin untuk berhadapan dengan senjata-senjata mematikan, mengeluarkan kaum wanita agar turun ke jalan-jalan melakukan demo,, demi mengembalikan si fulan ke tampuk kekuasaannya??! Ini sangat jauh dari fiqh para salaf.
5. Perhatikan kisah di atas, “Sunguh kalau aku dipertemukan dengannya (yakni Khalifah al-Watsiq) niscaya aku akan tetap mengatakan kebenaran di hadapannya.”
Inilah jihad!! Kalimat haq yang disampaikan dihadapan penguasa zhalim. Bukan dia mengucapkan di depan mimbar, di hadapan umum. Ketika itu berani berkata. Namun ketika di hadapan penguasa secara langsung, dia tidak berkata benar. Tidak kuasa mempertahankan al-haq.
(faidah yang aku catat dari pelajaran al-Muhimmat al-Awwaliyah fi al-Muqaddimat al-Fiqhiyyah bersama asy-Syaikh Hani bin Braik, pagi ini 22 Syawwal 1434 H/29 Agustus 2013 M. Semoga bermanfaat bagi semua)
http://dammajhabibah.net/2013/08/29/permata-faidah-dari-dauroh-asatidzah-ix-1434-h-5/

Permata Faidah dari Dauroh Asatidzah IX 1434 H (4): Mengenal sahab.net dan miraath.net

Syaikh Hani: Aku tidak mengetahui seorang ‘ulama salafy pun kecuali merekomendasi dan memujinya.

Pertanyaan : Kami melihat Daurah Nasional Indonesia ini terdapat/disiarkan di situs Miratsul Anbiya’ (www.miraath.net  ), dan antum sempat menyebutkan situs tersebut di pelajaran (kemarin) bahwa para ‘ulama menyampaikan durus-nya di situs tersebut. Mohon penjelasan lebih jauh tentang situs www.miraath.net dan juga situs sahab salafiyyah (www.sahab.net )
Jawab: Situs Sahab Salafiyyah merupakan situs yang paling kita kenal. Situs ini diasuh oleh para ‘ulama dan para masyaikh kita. Cukuplah bahwa tulisan-tulisan/artikel-artikel asy-Syaikh Rabi’ ditampilkan dalam situs ini sejak bertahun-tahun yang lalu. Situs ini memperhatikan manhaj salafiyah yang adil dan wasath, yaitu wasathiyyah Islam, bukan wasathiyah versi tasawwuf, atau versi mumayyi’in (orang-orang yang lembek dalam manhaj). Tapi (sekali lagi) wasathiyyah Islam yang dibawa oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan kalian tahu bahwa para masyaikh kita semuanya, asy-Syaikh Rabi’, asy-Syaikh ‘Ubaid, asy-Syaikh Muhammad bin Hadi, asy-Syaikh al-Fauzan, asy-Syaikh al-Luhaidan, dan ‘ulama lainnya, maka sahab.net mempublikasikan durus mereka, fatwa-fatwa mereka, dan sikap-sikap yang tepat dalam menghadapi fitnah. Sahab.net maupun miraath.net
http://dammajhabibah.net/2013/08/28/permata-faidah-dari-dauroh-asatidzah-ix-1434-h-4-mengenal-sahab-

Permata Faidah dari Dauroh Asatidzah IX 1434 H (3)

Syaikh Hani’ :  Tulislah Kalimat Agung ini

Pelajaran Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Karya asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsamin rahimahullah
bersama asy-Syaikh Hani’ bin ‘Ali bin Braik al-’Adani hafizhahullah
Di antara nikmat Allah kepada asy-Syaikh Hani’ bin ‘Ali bin Braik al-Buraiki al-’Adani hafizhahullah adalah beliau berkesempatan untuk bisa belajar langsung kepada Faqihul ‘Ashr asy-Syaikh al-’Allamah al-Utsaimin rahimahullah. Tentunya di samping beliau juga berguru kepada Mujaddid negeri Yaman asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah.
“Saya harap kalian menulis kalimat agung ini, asy-Syaikh Muqbil mengatakan, ‘Pelajarilah ilmu agar kalian menjadi hakim. Bukan hakim dengan makna penguasa politik. Namun hakim yang membedakan kebenaran dari kebatilan. Dengan ilmu engkau bisa membedakan mana yang benar dan mana yang batil.’ ” Demikian di antara faidah berharga yang beliau sampaikan di tengah-tengah syarh beliau terhadap kitab Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah (karya asy-Syaikh al-’Utsaimin), sore ini ba’da shalat ‘Ashr yang merupakan dars (pelajaran) pertama beliau pada Daurah Asatidzah 1434 H ini.
http://dammajhabibah.net/2013/08/28/permata-faidah-dari-dauroh-asatidzah-ix-1434-h-3/

Permata Faidah dari Dauroh Asatidzah IX 1434 H (2)

Faidah Seputar Kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar
1. Ada yang menyebutkan bahwa kitab ini ditulis oleh al-Hafizh Ibnu Hajar untuk putranya.
2. Namun yang pasti, sebagaimana dalam muqaddimahnya, bahwa kitab ini beliau peruntukkan untuk para penuntut ilmu dan ‘ulama. Para ‘ulama pun masih perlu untuk mencari ilmu. Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan mengatakan, barangsiapa yang membaca Kitabullah dan menghafal kitab Bulughul Maram dan kitab Zadul Mustaqni’ maka dia menjadi seorang yang ‘alim.
3. Orang pertama yang mensyarh kitab Bulughul Maram seorang dari kalangan Zaidiyyah Yaman, bernama Abul Husain Al-Maghrabi. Kitabnya berjudul al-Badr at-Tamam fi syarh Bulughil Maram.
Kemudian berikutnya Muhammad bin Isma’il Al-Amir ash-Shan’ani, dengan judul Subulus Salam fi Syarh Bulughil Maram. Kitab ini di antara kitab syarh Bulughil Maram yang paling terbaik, bagi barangsiapa yang punya perhatian terhadap ilmu hadits.
Berikut banyak bermunculan kitab-kitab syarh lainnya. Pada masa ini, di antara syarh terbaik adalah syarh-nya asy-Syaikh al-’Allamah Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin. Beliau men-syarh-nya secara meluas.

Untaian Mutiara Faidah Dauroh Nasional (3)

Kajian Tafsir Surat an-Naba’ ayat 40

Asy-Syaikh Badr al-Badr hafizhahullah
(penerjemah: Ust. Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc)
إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا (40)
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:”Alangkah baiknya Sekiranya dahulu adalah tanah”.
Dalam ayat ini Allah memberikan peringatan. Karena terkadang peringatan atau ancaman dapat memberikan manfaat yang besar. Peringatan dan ancaman dibutuhkan dalam rangka mengingatkan orang-orang yang lalai.
(adzab yang dekat) yang dimaksud adalah adzab Hari Kiamat. Disebut dengan Hari Kiamat karena manusia bangkit (qiyam) dari kubur-kubur mereka untuk menghadap kepada Rabbul ‘Alamin.
Pada ayat ini Allah memperingatkan manusia dengan Hari yang dahsyat tersebut. Hari yang tidak ada siapapun mengetahui kapan terjadinya kecuali Allah ‘azza wa jalla satu-satu-Nya. Para nabi dan para malaikat tidak ada yang tahu kapan Kiamat. Bahkan Nabi terbaik Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak tahu. Beliau memperingatkan manusia akan Hari Kiamat namun beliau sendiri tidak tahu kapan Kiamat terjadi. Demikian pula malaikat terbaik, Jibril ‘alaihis salam, juga tidak tahu kapan Kiamat. Maka siapapun yang mengaku tahu kapan terjadinya Kiamat, maka dia telah berdusta atas nama Allah!! “Adakah ia melihat yang ghaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Allah yang Maha Pemurah? Sekali-kali tidak!!” (Maryam: 78-79)
 Allah tegaskan di ayat ini bahwa Hari Kiamat tersebut dekat. Tidak ada yang tahu dekatnya kecuali Allah. “Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh. Sedangkan Kami memandangnya dekat.” Tidak ada seorang pun yang tahu tentang dekatnya hari tersebut kecuali Allah, karena itu termasuk ilmu ghaib. Dan ilmu ghaib tidak ada seorang pun yang tahu kecuali Allah. Terkadang Allah tampakkan perkara yang ghaib itu kepada para rasul-Nya, dalam rangka menguatkan risalahnya. Termasuk perkara yang ghaib juga adalah asyratus sa’ah (tanda-tanda Kiamat).
 (pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya), manusia yang dimaksud adalah orang mukmin. Yakni dia melihat yang dulu dia perbuat, baik amal-amal shalih maupun amal-amal jelek, untuk kemudian dibalas, amal baik dibalas kebaikan amal jelek dibalas kejelekan.
Kaum mukminin pada hari kiamat nanti ada tiga tingkatan,
Pertama, yang masuk jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Yaitu orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak berobat dengan cara kay, dan tidak bertathayyur, serta benar-benar bertawakkal hanya kepada Allah. Yakni mereka benar-benar merealisasikan tauhid yang sempurna.
Kedua, yang dihisab dengan perhitungan yang mudah/ringan. Yaitu dia dimintai pengakuan akan dosa-dosanya, kemudian Allah ampuni dosa-dosa tersebut dan ia pun masuk al-jannah.
Ketiga, orang yang dihisab dengan mendetail. Mereka adalah mukmin yang berbuat dosa-dosa besar dan maksiat. Orang-orang yang banyak tertipu dengan perhiasan dunia, mengikuti syahwat dan syubhat. Kehidupannya seperti hewan ternak, hanya makan, minum, dan tidur. Tidak beramal shalih. Mereka ini berada dalam bahaya besar. Semestinya mereka bersegera untuk bertaubat. Ketauhilah bahwa pintu taubat senantiasa terbuka.
(tulisan ini hanya merupakan cuplikan singkat)
http://dammajhabibah.net/2013/08/25/untaian-mutiara-faidah-dauroh-nasional-3/

Untaian Mutiara Faidah Dauroh Nasional (2)

Awas, Jangan Dusta!!
Seorang mukmin sudah selayaknya menghindari dusta. Di kalangan orang-orang jahiliyah arab dulu, dusta merupakan aib! Mereka adalah orang-orang yang jujur, pantang berdusta! Lihatlah, Abu Sufyan ketika beliau masih musyrik, sebelum beliau berislam. Tatkala beliau pergi ke negeri orang-orang Romawi, beliau ditanya oleh kaisar tentang dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kata Abu Sufyan, “kalau bukan karena malu aku disebut-sebut pendusta (oleh orang-orang Quraisy), maka bisa saja aku berdusta saat itu.”. dia takut dari aib yang sangat memalukan ini.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا»
“Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu mengantarkan kepada jannah. Sungguh sungguh seseorang itu senantiasa berupaya jujur (dalam semua urusan) sehingga benar-benar menjadi orang yang shiddiq. Sesungguhnya dusta itu mengantarkan kepada fujur, dan fujur itu mengantarkan kepada neraka. Sungguh seseorang itu terus berdusta hingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (muttafaq ‘alahi)
(tulisan ini hanya merupakan cuplikan singkat)
http://dammajhabibah.net/2013/08/25/untaian-mutiara-faidah-dauroh-nasional-2/

Untaian Mutiara Faidah Dauroh Nasional

Sesungguh di antara ilmu yang paling utama seca mutlak adalah ilmu tafsir al-Qur`an. Karena ilmu ini berkaitan dengan Kitabullah. Dengan ilmu seseorang akan bisa menjaga dan menghafal al-Qur`an.

Kajian Tafsir Surat al-’Ashr

Asy-Syaikh Badr al-Badr hafizhahullah
(penerjemah: Ust. Usamah Mahri, Lc)
Surat yang hanya berisi tiga ayat ini, merupakan surat yang sangat pendek namun memiliki makna yang sangat luas.
Di antara pembahasan dalam kajian ini,
-          Dulu para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mereka saling bertemu, maka tidaklah mereka berpisah kecuali membacakan surat ini. (HR.ath-Thabarani, dishahihkan oleh al-Albani)
-          Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan apa yang Dia kehendaki dari makhluk-makhluk-Nya. Ibnu Katsir mengatakan, “Allah itu Maha Agung, tidaklah Dia bersumpah kecuali dengan sesuatu yang besar pula.”
Maka di surat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan al-’Ashr (yaitu zaman) untuk menjelaskan pentingnya zaman/waktu.
Oleh karena itu, wajib atas setiap muslim untuk mengisi waktu dengan ketaatan kepada Allah. Tidak mengisinya dengan kemaksiatan kepada-Nya.
-          Barangsiapa yang mengisi waktunya dengan kemaksiatan maka dia merugi.
Barangsiapa yang mengisi waktunya dengan ketaatan kepada Allah, maka dia beruntung.
Barangsiapa yang mengisi waktunya dengan main-main dan senang-senang maka dia tidak benar.
-          Tidak disebutkan kata “main-main dan hiburan” dalam Kitabullah kecuali disebutkan dalam konteks celaan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«كُلُّ لَهْوٍ لَهَا بِهِ الْمُؤْمِنُ بَاطِلٌ إِلَّا رَمْيَهُ عَنْ قَوْسِهِ، وَأَدَبَهُ فَرَسَهُ، وَمُلَاعَبَتَهُ أَهْلَهُ»
“Setiap hiburan/kesenangan yang seorang mukmin bermain dengannya maka itu batil. Kecuali dia memanah dari busurnya, dia melatih kudanya, dan di bercumbu rayu dengan istrinya.”
-          Adapun makhluk, maka tidak boleh baginya bersumpah kecuali dengan nama Allah.
«مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ»
“Barangsiapa bersumpah dengan selain nama Allah maka dia telah kafir atau syirik.”
Bersumpah dengan selain Allah adalah syirik ashghar (kecil). Namun jika diiring dengan pengagungan kepada selain Allah yang ia jadikan sumpah tersebut, maka menjadi syirik akbar (besar) yang mengeluarkan pelakunya dari Islam.
-          Sumpah ada dua jenis,
  1. Sumpah yang masyru’ (diperbolehkan)
  2. Sumpah yang tidak masyru’
Sumpah yang masyru’ (diperbolehkan)
Adalah engkau bersumpah dengan Allah, Nama-nama-Nya, atau sifat-sifat-Nya. Ini ada beberapa macam,
  1. Sumpah yang mengikat. Yaitu engkau bersumpah karena memang engkau menghendaki bersumpah. Maka barangsiapa bersumpah, wajib menunaikan sumpahnya. Jika rujuk dari sumpahnya tersebut, maka dia wajib membayar kaffarah. Adapun kaffarah-nya adalah, memberi makan 10 orang miskin, atau memberi mereka pakaian, atau membebaskan budak. Kalau tidak mampu semua, maka dia berpuasa selama 3 hari.
  2. Sumpah yang sia-sia (tidak dianggap/mengikat). Yaitu mengucapkan kata-kata sumpah namun ia tidak bermaksud bersumpah. Keluar ucapan sumpah tersebut begitu saja dari lisannya, tanpa ia niatkan sumpah.
Termasuk dalam hal ini, barangsiapa bersumpah karena suatu hal dan ia yakin atas kebenarannya dirinya. Kemudian selang beberapa waktu ternyata dia tahu bahwa permasalahannya tidak seperti yang ia ucapkan.
Contohnya, kamu sudah memberikan uang kepada seseorang. Kemudian orang tersebut lupa, dan mengatakan, “Demi Allah, kamu belum memberiku uang!” Kemudian selang beberapa waktu dia ingat.
Maka yang demikian tidak mengapa dan tidak ada kaffarah.
4. Sumpah Ikram (sebagai pemuliaan). Yaitu engkau bersumpah kepada saudaramu, “Demi Allah, kamu harus makan di rumahku hari ini!” jika ternyata saudaramu tersebut tidak memenuhi undanganmu, maka tidak mengapa pada sumpahnya dan tidak ada kaffarah, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Sumpah yang tidak masyru’ (dilarang), di antaranya
  1. Bersumpah dengan selain Allah. Ini hukumnya syirik. Contohnya sumpah, “Demi kewajibanku, …”
  2. Sumpah ghamus, (dinamakan ghamus karena menceburkan orangnya ke dalam Neraka). Yaitu bersumpah dengan Allah untuk berdusta, agar bisa mengambil hak orang lain. Misalnya, “Demi Allah tanah ini milikku!” dusta. Padahal bukan miliknya. Hukumnya dosa besar. Karena padanya ada unsur mengambil hak orang lain secara zhalim. Barangsiapa melakukannya maka wajib bertaubat, menjelaskan mana yang benar, serta mengambilkan hak kepada pemiliknya.
  3. Sumpah dusta. Misalnya, “Demi Allah aku sudah melakukan ini” padahal belum. Hukumnya haram.
  4.  Terlalu banyak bersumpah. Bersumpah pada segala sesuatu. Ini tidak selayaknya.
(tulisan ini hanya merupakan cuplikan singkat)
http://dammajhabibah.net/2013/08/23/permata-faidah-dari-dauroh-asatidzah-ix-1434-h-2/

Jumat, 23 Agustus 2013

Perhatikan Gambar Ini!!...Terharukah?

Kisah Kasih Sayang Induk Lumba-Lumba


Perhatikan gambar ini yah=> Induk Lumba-Lumba Terus Menggendong Jasad Bayinya Berhari-hari

Foto: Perhatikan gambar ini yah (T_T) => Induk Lumba-Lumba Terus Menggendong Jasad Bayinya Berhari-hari  Ini benar-benar mengharukan. Seekor induk lumba-lumba tak mampu menyembunyikan kesedihannya ditinggal pergi anaknya yang mati. Hampir selama tiga hari, lumba-lumba itu 'menggendong' jasad sang anak agar tak tenggelam ke dasar laut.  Induk lumba-lumba itu terlihat membawa bayinya sepanjang 1,5 meter. Dengan menggunakan siripnya, si lumba-lumba membawa jasad anaknya di perairan Teluk Sanniang di selatan Cina.  Ketika mendekati lumba-lumba tersebut, nelayan setempat menyadari bahwa sang bayi lumba-lumba ternyata sudah mati. Ada luka goresan sepanjang 30 cm pada perutnya.  Dari kulitnya yang terlihat masih merah muda, anak lumba-lumba itu diperkirakan baru lahir. Bayi lumba-lumba diyakini sudah mati tiga hari lalu.  Sang induk berusaha mempertahankan jasad anaknya tetap berada di permukaan laut.  ''Jasad bayi lumba-lumba itu tenggelam tujuh sampai delapan kali akibat terkena terpaan gelombang,'' kata Luo Lieqiangre, nelayan setempat, seperti dikutip The Sun. ''Tapi, sang induk berhasil membawanya kembali ke permukaan laut dengan menggunakan siripnya. Sang induk siang malam menggedong jasad bayinya.''  --- Ternyata binatang saja punya rasa sayang sama anaknya, apa lagi kita manusia... ---  ***  Semoga Bermanfaat ...  Bismillah.. Baca Yuk Artikel Islami : "SUBHANALLAH , TUMBUHAN SALING BERKOMUNIKASI " hanya ada dipage Apple Insya Allah Bermanfaat  Bagikan tausiyah ini kepada teman-temanmu dengan meng-klik 'bagikan'/'share' dan undang temen2mu gabung dg klik ‘Invite Your Friends’


Ini benar-benar mengharukan. Seekor induk lumba-lumba tak mampu menyembunyikan kesedihannya ditinggal pergi anaknya yang mati. Hampir selama
tiga hari, lumba-lumba itu 'menggendong' jasad sang anak agar tak tenggelam ke dasar laut.

Induk lumba-lumba itu terlihat membawa bayinya sepanjang 1,5 meter. Dengan menggunakan siripnya, si lumba-lumba membawa jasad anaknya di perairan Teluk Sanniang di selatan Cina.

Ketika mendekati lumba-lumba tersebut, nelayan setempat menyadari bahwa sang bayi lumba-lumba ternyata sudah mati. Ada luka goresan sepanjang 30 cm pada perutnya.

Dari kulitnya yang terlihat masih merah muda, anak lumba-lumba itu diperkirakan baru lahir. Bayi lumba-lumba diyakini sudah mati tiga hari lalu.

Sang induk berusaha mempertahankan jasad anaknya tetap berada di permukaan laut.

''Jasad bayi lumba-lumba itu tenggelam tujuh sampai delapan kali akibat terkena terpaan gelombang,'' kata Luo Lieqiangre, nelayan setempat, seperti dikutip The Sun. ''Tapi, sang induk berhasil membawanya kembali ke permukaan laut dengan menggunakan siripnya. Sang induk siang malam menggedong jasad bayinya.''

--- Ternyata binatang saja punya rasa sayang sama anaknya, apa lagi kita manusia... ---

DAMMAJ KEMBALI DIKEPUNG SYI’AH!!

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه.
أمَّا بعد ؛؛؛
Sungguh kita berduka atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Dammaj. Yaitu mereka dikepung oleh orang-orang zhalim dan lalim Syi’ah Rafidhah yang najis, para zindiq yang busuk!! Pengepungan terhadap Dammaj mereka lakukan lagi sejak, Rabu 21 Agustus 2013 / 13 Syawwal 1434 kemarin. Orang-orang syiah Hutsi, antek-antek Iran tersebut menggempur Dammaj dengan senjata-senjata mereka ke beberapa lokasi di Dammaj, dan mereka berupaya merangsek maju menduduki tempat-tempat tersebut. Namun makar busuk mereka itu Allah patahkan, sehingga mereka pun kembali dengan tangan hampa.
Orang-orang syi’ah Hutsi kafir juga mengalangi masuknya bahan-bahan pangan ke Dammaj. Hingga sekarang telah gugur 2 orang – semoga Allah merahmatinya dan mencatatnya sebagai syahid – dan beberapa orang luka-luka. Ketegangan antara penduduk Dammaj dengan syi’ah Hutsiyyin mulhidin masih terus berlangsung, semoga Allah hinakan dan hancurkan syi’ah!!
Kita tidak heran dengan pengkhianatan dan pelanggaran orang-orang syi’ah Hutsi terhadap perjanjian dan kesepakatan yang ada. karena memang mereka adalah anak cucu ‘Abdullah bin Saba’ si Yahudi, pendiri kelompok kafir syi’ah rafidhah. Allah berfirman tentang Yahudi,
“Setiap kali mereka membuat perjanjian, sekelompok dari mereka pasti melanggarnya. Mayoritas mereka tidak beriman.”
Al-’Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan dalam kitab Tafsir-nya tentang ayat ini, “Pada ayat menerangkan tentang sesuatu yang sangat mengherankan pada mereka. yaitu mereka sering membuat perjanjian-perjanjian. Namun mereka tidak bisa bersabar untuk menepati perjanjian tersebut. … setiap kali mereka membuat perjanjian, pasti mereka melanggar. Apa sebabnya? Sebabnya karena mayoritas mereka tidak beriman. Tiadanya iman pada mereka itulah yang menyebabkan mereka melanggar perjanjian. Kalau seandainya iman mereka benar, niscaya mereka akan seperti yang Allah firmankan, “kaum mukminin orang-orang yang menepati perjanjian dengan Allah.”
Orang-orang syi’ah Rafidhah Hutsi seperti Yahudi, tidak beriman. Orang karena itu mereka juga selalu melanggar perjanjian!!
Maka kami mengajak salafiyyin di forum ini untuk banyak mendoakan saudara-saudaranya di Dammaj, semoga Allah menyelamatkan mereka dari orang-orang Rafidhah (Hutsi musyrik)
اللهم عليك بالرافضة المعتدين الأنجاس الحوثيين السَفَلة الظالمين أعداء الله رب العالمين ، والملائكة المقربين والأنبياء والمرسلين والصحابة والتابعين والأخيار والصالحين.
اللهم عليك بهم فإنهم لا يعجزونك اقتلهم بددا واحصهم عددا ولا تغادر منهم أحدا .
اللهم لا تدع لهم سلاحاً إلا دمرته ، ولا جمعاً إلا فرقته ، ولا قوياً إلا أوهنته.
اللهم أرنا فيهم عجائب قدرتك ، وسلط عليهم الأوبئة والأمراض ، والحيات والعقارب ، اللهم اقذف الرعب في قلوبهم ، اللهم أرنا فيهم يوماً أسود كيوم عادٍ وثمود.
اللهم اجعل تدبيرهم سبباً في تدميرهم واجعل الدائرة تدور عليهم ، فرِّق جمعهم وشتت شملهم وأنزل صواعقك عليهم يا رب العالمين.
اللهم انتقم لأهل دماج منهم يا منتقم يا جبار.
اللهم كن لإخواننا المسلمين في دماج نعم المولى ونعم النصير ، وانصرهم على الحوثيين الملاعين أعداءك أعداء الدين أعداء الإسلام والمسلمين.
اللهم انصر أهل دماج نصراً عزيزاً مؤزراً وقوي شوكتهم ونجهم من كيد ومكر وشر الرافضة المشركين.
دعوناك يا ربنا كما أمرتنا فاستجب لنا كما وعدتنا.
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Ditulis oleh Abu Qatadah Hisam bin Ahmad al-’Adeni
Kamis, 15 Syawwal 1434 H
Darul Hadits Ilmiyyah di Fuyus
sumber http://dammajhabibah.net/2013/08/23/doa-untuk-dammaj/

Kamis, 15 Agustus 2013

Mari Beramal Shalih!

        
 Di Tulis Oleh Al Ustadz Marwan
Para pembaca rahimakumullah.
Kehidupan di dunia ini adalah bukan untuk kehidupan dunia semata, kalau demikian halnya yaitu  kehidupan di dunia ini semata untuk dunia maka  kehidupan seseorang tersebut adalah tercela dan bukan merupakan kebahagiaan kehidupan.  Karena kehidupan dunia semata tanpa adanya amalan shalih sungguh akan cepat berlalu dan diakhiri dengan kerugian di hari kemudian nanti. Allah Ta’aala berfirman :
لَّهُمْ عَذَابٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَقُّ ۖ وَمَا لَهُم مِّنَ اللَّهِ مِن وَاقٍ
Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan Sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.(ar-Ra’du : 34).
Demikianlah gambaran kehidupan orang-orang kafir, karena jelas bagi mereka bahwa mereka hidup di dunia ini adalah semata untuk dunia dan sedikitpun tidak terdapat bagi mereka amalan shalih, sehingga kehidupan mereka itu adalah terhitung sebagai kehidupan yang tercela, sekalipun ada pada mereka keistimewaan-keistimewaan fasilitas kehidupan dunia, yang bahkan mungkin tidak dimiliki oleh orang-orang yang beriman sekalipun. Akan tetapi sungguh apa yang mereka miliki itu begitu cepat akan sirna, hingga kemudian mereka akan mati dan diadzab di dalam kuburnya, kemudian mereka akan dibangkitkan untuk selanjutnya memenuhi neraka, sungguh neraka adalah sejelek-jelek tempat kembali. Demikianlah yang dimaksud dengan adzab yang bersambung sebagaimana yang termaktub pada ayat di atas.
Sehingga, amalan shalih adalah suatu kelaziman pada kehidupan ini. Adalah kebahagiaan kehidupan yang hakiki.  Adalah manusia terbaik,  yaitu seorang yang mengisi waktu-waktunya dan yang senantiasa menyertakan di dalam kehidupannya dengan amalan yang mengantarkan kepada kebaikan dunia dan akhiratnya. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam  bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ، وَشَرُّ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُه
Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalannya. Dan sejelek-jelek manusia adalah orang yang panjang umurnya dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Abu Bakrah –radhiallahu ‘anhu. Bisa dilihat di dalam kitab  Shahih Al-Jami’ no. 3297).
Dan kehidupan dunia yang senantiasa seseorang menyertainya dengan amalan shalih, sungguh akan tetap jejaknya dan akan bersambung kebaikannya tanpa ada akhir. Karena kehidupan dunia yang disertai dengan amalan shalih itu sungguh akan bersambung kebahagiannya hingga di kehidupan akhirat. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
اللَّهُمَّ لا عَيشَ إلا عَيش الآخرة
Ya Allah sungguh tidaklah ada kehidupan (yang sesungguhnya) kecuali kehidupan akhirat.
Kehidupan seorang yang beriman, adalah kehidupan yang bersambung kebaikan dan kebahagiaannya hingga pada kehidupan di akhirat. Di dunia mereka bahagia dengan merasakan ketaatan kepada Allah Ta’aala, hatinya tenteram karena senantiasa lisannya berdzikir kepada Allah Ta’aala. Kelezatan iman ada pada kehidupan seorang yang beriman dan beramal shalih di dunia ini.
Masih berlanjut. Di alam barzakh (kubur) baginya dibukakan pintu surga, baginya kebaikan dan kenikmatan.
Tidak berhenti, di hari kebangkitan ia dalam keadaan sebaik-baik keadaan. Dihisab dengan hisab yang mudah, ia mendapatkan perlindungan Allah Ta’aala, di mana di hari tersebut tidaklah terdapat perlindungan kecuali perlindungan dari Allah Ta’aala. Hari yang sangat dahsyat, setiap individu hanya memikirkan nasibnya sendiri. Hari sebagaimana dinyatakan di dalam firman Allah Ta’aala :
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ () يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ () وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ () وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ () لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, Dari ibu dan bapaknya, Dari istri dan anak-anaknya.Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.(‘Abasa : 34-37).

Kemudian, terus-menerus dan kekal selamanya. Dimasukkan ke dalam surga, negeri kenikmatan dan negeri kekekalan, tidak berasa kepayahan dan kelelahan, tidak dikhawatirkan rasa kesedihan, kegalauan,  tidak akan mati dan tidak akan pernah dikeluarkan darinya, firman Allah Ta’aala :
لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ
Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya. (al-Hijr : 48).
Para pembaca rahimakumullah.
Demikianlah kehidupan yang baik, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah Ta’aala :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[ dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(an-Nahl : 97).
Wallahu Ta’aala A’lam.

Repost: Salafy.or.id

Powered by Blogger