Tampilkan postingan dengan label BAITY JANNATY. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BAITY JANNATY. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 September 2013

Sabtu, 10 Agustus 2013

(Untukmu,Yang Sedang Merindukan Cinta) Penantian Terhadap Yang Halal Untuk-Ku

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapapun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba masanya. Kehadiran sseorang lelaki yang menuntut sesuatu yang kujaga rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku tersadar dari lenaku yang panjang.
Ibu telah mendidikku semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku menutup pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak mau membelakangimu.

Aku menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan mahramku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang terbaik buat sorang perempuan. Aku sering merasa tidak selamat dari diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu, tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata.

Aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi (asing) karena Sayyidah Aisyah r.a pernah berpesan, “Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki.” Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan ALLAH kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?

Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah
aku berada di tebing kebinasaan ? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.

Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampumendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.

Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga….

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Asiyah Syam/ Kun-Yah

SEORANG GADIS YANG MEMBIARKAN DIRINYA DIKERUMUNI, DIDEKATI, DIAKRABI, OLEH LELAKI LAIN YANG BUKAN MAHRAMNYA…
CUKUPLAH DENGAN HAL ITU HILANG HARGA DIRINYA DI HADAPAN ALLAH…
DI HADAPAN ALLAH…
DI HADAPAN ALLAH…

SO BUAT SAUDARIKU, PELIHARALAH DIRI DAN JAGA KESUCIANMU!!!

UHIBBUKUM FILLAH…
AKU MENCINTAIMU KARENA ALLAH 
 
repost: http://thuwalibah.blogspot.com 

Sabtu, 06 Juli 2013

Suamiku Tak Mau Mati Untukku


Bismillahirrahmanirrahim

Suami ku adalah seorang insinyur, aku mencintai sifatnya yg alami & aku menyukai perasaan hangat yg muncul dihatiku, ketika aku bersandar di bahunya yg bidang. Sekian lama masa pernikahan, harus aku akui, bahwa aku mulai lelah, alasan-alasanku yg dulu mencintainya mulai berubah menjadi sesuatu yg
menjemukan.

Aku seorang wanita yg sentimentil, aku merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yg menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah aku dapatkan. Suamiku jauh berbeda dari yg aku harapkan. Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapanku akan cinta yg ideal.

Suatu hari aku beranikan diri untuk mengatakan keputusanku kepadanya, bahwa aku menginginkan perceraian.

“Mengapa?” dia bertanya dengan terkejut.

“Aku lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yg aku inginkan.”

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya. Tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaanku semakin bertambah, seorang pria yg bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya. Apalagi yg bisa aku harapkan darinya?

Dan akhirnya dia bertanya.”Apa yg aku dapat lakukan untuk merubah pikiranmu?”

Aku menatap matanya dalam-dalam.

Kujawab dengan pelan, “Aku punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hatiku, aku akan merubah pikiranku.”

“Seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yg ada di tebing gunung dan kita berdua tahu Jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati, Apakah kamu akan melakukannya untukku?”

Dia termenung dan akhirnya berkata, “Aku akan memberikan jawabannya besok.”

Hatiku langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia sudah tidak ada dirumah. Dan aku menemukan selembar kertas dengan coret-coret tangannya dibawah sebuah gelas yg berisi susu hangat yg bertuliskan….

“Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan aku menjelaskan alasannya.”

Kalimat pertama ini menghancurkan hatiku. Aku melanjutkan untuk membacanya.

“Kamu bisa (boleh) mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya. Dan akhirnya menangis di depan monitor, dengan sepenuh hati aku akan memberikan jari-jariku untuk membantumu dan memperbaiki programnya.”

“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dengan tulus aku pasti akan memberikan kakiku supaya bisa mendobrak pintu dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.”

“Kamu suka jalan-jalan ke luar kota, tapi selalu nyasar ditempat-tempat yg baru kamu kunjungi, aku sudah pasti akan menunggu dirumah memberikan mataku untuk mengarahkanmu.”

“Kamu selalu pegal-pegal pada waktu “teman baikmu” datang setiap bulannya. Dan aku pasti akan memberikan tanganku untuk memijat kakimu yg pegal.”

“Kamu senang diam dirumah. Dan aku selalu menjadi khawatir kamu akan menjadi “aneh”. Maka aku akan membelikan sesuatu untuk dapat menghiburmu dirumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yg ku alami.”

“Kamu selalu menatap komputermu dan membaca buku. Itu tidak baik untuk kesehatan matamu. Maka aku harus menjaga mataku agar ketika kita tua nanti, aku masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.”

“Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yg indah. Menceritakan warna-warna bunga yg bersinar indah seperti cantiknya wajahmu.”

“Tapi…, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena aku tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.”

“Aku tahu, ada banyak orang yg bisa mencintaimu lebih dari aku mencintaimu.”

“Untuk itu… jika semua yg telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki dan mata yang lain yang dapat membahagiakanmu.”

Air mataku jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi aku tetap berusaha untuk membacanya.

“Dan sekarang… kamu telah selesai membaca jawabanku. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini.. tolong bukakan pintu rumah kita. Aku sekarang sedang berdiri di sana dan menunggu jawabanmu.”

“Jika kamu tidak puas… biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah,bahagiaku bila kau bahagia.”

Aku segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku...Dan kini aku tahu.. tidak ada orang yang pernah mencintaiku lebih dari dia mencintaiku.”

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yg kita inginkan. Sesungguhnya dia telah hadir dalam wujud yg lain yg tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita bukan mengharapkan cinta dalam wujud tertentu.

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...
                            
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...Semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmah-Nya ...



Repost: forumterselubung.blogspot.com

Menjadi Sholihah Karena Lelaki Sholih?!



Ada yang menggelitik dari cuplikan tayangan sebuah infotainment pagi ini di televisi. Seorang artis penyanyi wanita yang terkenal karena goyang mautnya, menyatakan bahwa dirinya tengah mendambakan seorang suami. Ia menginginkan seorang lelaki yang bisa “menuntunnya menjadi wanita sholehah”. Katanya, sejauh ini ia belum menemukan lelaki yang bisa “menggugah” hatinya.

Sungguh pernyataan yang membuat miris. Karena ia seakan mencari pembenaran atas perilakunya selama ini yang jauh dari cerminan pribadi sholehah. “Belum menemukan lelaki yang bisa menggugah hati saya untuk menjadi wanita sholehah.” Maka ia merasa sah-sah saja jika terus bertahan dengan perilaku jahiliyahnya: hobi bergoyang erotis, mengumbar aurat, ribut dengan sesama artis, menjadi pribadi yang suka meledakkan kemarahan di depan publik, dan sebagainya.


Padahal, dalam salah satu ayat Al Quran, Allah berfirman yang artinya:

“Perempuan-perempuan keji adalah untuk laki-laki keji, dan laki-laki keji untuk perempuan keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan baik untuk laki-laki baik, dan laki-laki baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula) …” (QS. An-Nur[24]: 26)

Sebuah ayat yang tepat untuk melakukan muhasabah diri. Jika diri kita masih berkubang dalam lumpur kemaksiatan, layakkah kita berharap mendapatkan lelaki sholeh? Sedangkan Allah sendiri telah memberikan ketetapan bahwa wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik.

Berusahalah menjadi baik (sholehah) dahulu sebelum berharap mendapatkan pendamping yang sholeh. Seorang wanita yang mampu menjaga kebaikan dirinya, insya Allah nanti akan diberi pendamping yang baik oleh-Nya. Di antara kebaikan keislaman seorang wanita adalah jika dia mengetahui agamanya. Maka Islam mewajibkan para wanita mencari ilmu sebagaimana yang diwajibkan terhadap kaum laki-laki.

Mari renungkan ayat berikut:

“Katakanlah, ‘Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui ?’” (QS Az-Zumar [39]: 9)

Sebuah pertanyaan retoris. Karena tentu saja, antara orang yang berilmu dan tidak berilmu, memiliki derajat yang berbeda di mata Allah swt, sebagaimana firman-Nya dalam ayat yang lain:

“Allah mengangkat derajat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu beberapa derajat ...” (QS. Al Mujaadalah [58]: 11)

Wahai wanita muslimah. Ingin mendapatkan pendamping yang sholeh? Jadilah wanita yang berilmu dahulu, sehingga mengetahui cara menjadi wanita sholehah. Lantas praktekkan ilmu tersebut. Terakhir, berdoalah agar Allah memberimu pendamping yang sholeh. Insya Allah, jodohmu adalah seorang yang sholeh.

Wallaahu’alam bisshowab.

Repost:  forumterselubung.blogspot.com

Rabu, 03 Juli 2013

Yuk, Motivasi Dia Secara Kreatif Dan Inovatif

Ditulis Oleh Al Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin
Pada satu siang, hari Asyura, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan pengumuman kepada penduduk Anshar. (Beliau sampaikan), “Barang siapa yang hari ini berpuasa, hendaknya lanjutkan (sempurnakan) puasanya. Barang siapa yang tidak berpuasa, hendaknya berpuasa (dengan) sisa hari yang ada. Setelah (mendengar itu) kami berpuasa dan menyuruh anak-anak kecil kami berpuasa pula. Kami pergi ke masjid. Di sana kami membuat mainan dari kain wol bagi mereka (anak-anak). Apabila ada diantara mereka menangis lantaran merasa lapar, kami berikan mainan itu padanya. Ini berlangsung hingga berbuka puasa tiba. (Terjemah Hadits Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Rubayyi’ binti Mu’awwidz radhiyallahu ‘anha)
Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajjar rahimahullah (dalam Fath al-bari), bahwa hadits ini merupakan hujjah disyariatkannya melatih anak-anak berpuasa. Karena, usia anak belumlah terkena kewajiban untuk menunaikan puasa. Namun, itu dilakukan sebagai bentuk latihan.
Kisah yang dituturkan sahabat wanita, Rubayyi’ bintu Mu’awwidz radhiyallahu ‘anha, setidaknya memberikan pelajaran sangat berharga, betapa melatih anak-anak untuk tekun beribadah memerlukan kesabaran. Seorang anak belum memahami benar untuk apa dirinya menunaikan satu ibadah. Akal seorang anak tentu belum memahami pula betapa penting tunaikan ibadah bagi seorang hamba. Karenanya, pemberian motivasi dari orang-orang yang berada disekitarnya sangat diperlukan. Seorang sahabat wanita pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan bagaimana memberikan motivasi secara kreatif dan penuh inovatif itu dilakukan.
Pertama, anak-anak diajak ke masjid. Suasana masjid dengan rumah tentu berbeda. Hikmahnya, anak-anak diajak ke sebuah tempat yang memungkinkan bagi diri mereka untuk mendapatkan suasana yang menguatkan dan mendukung pelaksanaan puasanya. Bukan tempat yang akan melemahkan kemauan diri mereka untuk menunaikan puasa. Sehingga, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terlaksananya sebuah prosesi ibadah pada diri anak amat sangat urgen. Mengajak anak-anak ke masjid merupakan langkah untuk mengondisikan anak-anak dalam melaksanakan ibadah.
Kedua, buatlah suasana yang menyenangkan saat seorang anak menunaikan ibadah (puasa). Sehingga, menunaikan ibadah bukan sebagai tekanan atau paksaan. Akan tapi, ibadah yang dilakukannya benar-benar lahir dari perasaannya yang senang dan tulus. Dalam keadaan semacam ini, ibadah (puasa) telah menjadi tuntutan dan kebutuhan bagi dirinya. Telah tumbuh pada dirinya bahwa berpuasa adalah sesuatu yang menyenangkan.
Ketiga, dunia bermain bagi anak-anak adalah sesuatu yang tak bisa dipisahkan. Saat permainan itu diarahkan agar bisa membuahkan manfaat (bukan untuk hal yang melanggar syariat), maka permainan itu bisa dijadikan sebagai sarana guna menumbuhkan motivasi. Membuat mainan untuk mengalihkan perhatian anak agar terus mempertahankan puasanya tentu sebuah langkah kreatif penuh inovatif.
Dalam sebuah hadits Al-Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
يسروا ولا تعسروا بشروا ولا تنفروا
 “Permudahlah oleh kalian dan jangan dipersulit. Gembirakanlah dan janganlah kalian  (menjadi penyebab) larinya seseorang.”
Tumbuhkanlah rasa senang pada anak kala dia menunaikan ibadah pada Rabb-nya. Sebagai orang tua atau pendidik, tentu saja harus terus mengupayakan beragam cara yang selaras syar’i agar anak-anak merasa senang kala beribadah. Menerapkan langkah yang tidak tepat bisa menyebabkan sang anak menjauh dan lari dari kewajibannya beribadah. Wal-‘iyadzu billah. Wallahu ‘a’lam.

Selasa, 18 Juni 2013

Calon istri seorang Ikhwan



Seorang teman pernah mengatakan, kriteria calon isterinya: shalihah, cerdas, kaya dan cantik. Sebuah hadist juga mengemukakan, seorang perempuan dipinang karena kecantikannya, hartanya dan keturunannya. Tapi pinanglah perempuan karena keshalihannya. Itu yang utama. Saya sepakat dengan hadist tersebut. Perempuan yang shalihah, insya Allah cerdas. Ketika seorang perempuan cerdas, harta bisa dicari. Bila harta sudah di tangan, kecantikan bisa dibeli. Pilih satu, dapat tiga.

Namun, bila kita tinjau ulang, pemikiran akan kriteria calon isteri tersebut cenderung egois. Tidak memandang dari banyak sisi. Hanya memandang pernikahan dari segi manfaat untuk diri sendiri. Tidak untuk keluarga, sahabat dan lingkungan sekitar. Padahal menikah adalah penyatuan dua organisasi besar; keluarga, membentuk organisasi baru. Banyak pihak yang bisa terpengaruh dan mempengaruhi pra dan pasca pernikahan.

Jika kita berkaca, mengevaluasi. Melihat, mencari kelebihan dan kekurangan diri. Niscaya kita akan menemukan berbagai fakta; kita juga punya banyak kekurangan. Lalu, pantaskan bersibuk ria dengan segala macam kriteria? Sedang diri sendiri mungkin tak bisa memenuhi segala kriteria impian oleh calon pasangan. Seseorang berharap mendapat perempuan shalihah, namun apakah dia cukup shalih untuk berdampingan dengan perempuan shalihah. Ia ingin perempuan cerdas, tapi apakah ia cukup cerdas untuk mengimbangi kecerdasannya? Ia ingin perempuan berharta, tapi seberapa banyak harta yang dapat dia berikan, untuk ‘membeli’ sang calon dari ayah-bundanya. Dan ketika ia ingin perempuan cantik, apakah ia sendiri cukup gagah, tidak jomplang, saat bersisian dengannya? Tidakkah keinginan si lelaki terlalu berlebih?

Dari kisah cinta para Nabi, sahabat dan para syuhada, ada sejumlah fakta: tangan Allah selalu bermain. Kisah cinta Muhammad-Khadijah, Yusuf-Zulaikha hanyalah sebagian kecil contoh. Keikhlasan menggenapkan separuh agama pasti akan mendapat anugerah luar biasa; seorang isteri penghuni taman surga. Segala hambatan pernikahan hanyut karena ibadah yang khusu, penghambaan yang sangat padaNya. Manusia hanya berusaha, hasilnya terserah pada Yang Kuasa.

Hendaknya seorang lelaki berusaha melihat dari banyak sisi, ketika datang seorang calon isteri padanya. Segala identitas standar bukan pertimbangan utama. Serahkan saja padaNya. Meminta petunjuk lewat shalat istikharah. Apakah perempuan itu orang yang tepat? Apakah si calon pasangan dunia akhirat? Hanya Allah yang tahu, kan?

Lelaki manapun bisa saja berharap: Semoga calon isteri yang datang padaku adalah perempuan shalihah. Bila belum shalihah, haruslah dia mengajak, meningkatkan pemahaman agama, terus memperbaiki diri. Menghiasi rumah tangga dengan amalan wajib dan sunnah. Menggapai sakinah. Semoga perempuan yang datang padaku cerdas. Jika belum cerdas, mestilah dia yang mengajar dan belajar dari pasangannya. Mencari ilmu baru, terutama ilmu rumah tangga. Tentang harta, boleh saja meminta: datangkanlah padaku calon isteri yang berharta. Tetapi ingatlah, harta adalah cobaan, tak banyak orang yang bisa tetap rendah hati, menunduk-nunduk ketika punya harta. Lagipula harta gampang dicari. Soal kecantikan, wajar lelaki normal ingin mendapatkan isteri cantik. Tetapi bukan hanya cantik lahir, batinnya juga harus cantik. Yang menjadi pertanyaan, standar apakah yang akan digunakan untuk menilai seorang perempuan cantik. Standar dunia atau standar surga? Standar dunia menekankan kecantikan maya. Mengandalkan costmetik. Kecantikan abadi, keindahan hingga akhir hayat dan di akhirat kelak, itulah yang seharusnya dicari. Terserah cantik atau tidak kata dunia, yang penting isteri bisa selalu menarik di mata, di hati. Menjadi telaga sejuk, pohon teduh di terik siang. Standar cantik ini sifatnya personal. Orang lain memandang biasa, tapi luar biasa menurut sang suami.

Perempuan manapun yang datang pada seorang lelaki, sudah sepatutnya ia melepas kacamata kekinian. Menggunakan kacamata masa depan dan kacamata banyak orang untuk menilai. Mungkin banyak keindahan calon pasangan yang sengaja disimpan olehNya. Allah ingin mengujinya, apakah dia cukup shaleh, cukup ikhlas, cukup bersabar untuk mendapatkan pasangan sejati.

Pasti ada keraguan saat menimbang. Maka dari itulah perlunya mengetuk nurani sahabat, saudara, kakak, orang tua, mereka yang lebih berpengalaman. Calon suami dapat bertanya, apakah perempuan begini akan begini-begini? Ia bisa minta tepukan tangan di pundak, pelukan, dan untaian mutiara. Agar sang lelaki yakin, mantap. Semoga setelah itu, dia betul-betul siap, menggenapkan separuh agama, mengapai sakinah. Memberatkan bumi dengan generasi yang menjunjung tinggi kalimat La Illa Ha Illallah.

 
Penulis : Akhi Ivan Al Marbawi (repost:http://www.ikhwanmuslim.or.id)

Minggu, 02 Juni 2013

SURAT TERBUKA UNTUK SUAMI YANG INGIN, AKAN DAN TELAH BERPOLIGAMI

 
*** Renungan Bagi Seorang Suami ***
(Sebagai solusi agar selamat dari tidak berbuat zhalim sebelum terjadi)
Tatkala Allah mensyari’atkan poligami, sama sekali bukan bermaksud untuk membebani para hambanya dengan sesuatu yang tidak mampu dipikul oleh mereka.
Segala sesuatu yang ditetapkan oleh Allah bagi hambanya. maka hal tersebut ada dalam kemampuan hambanya.
Akan tetapi syarat keadilan adalah pondasi kemampuan tersebut… dan takut untuk berbuat zhalim adalah merupakan sebab syar’i untuk meninggalkan poligami…
Berkata Syekh As-Sa’di -semoga Alloh merahmatinya- tatkala menafsirkan Firman Alloh:
… وإن خفتم ألا تعدلوا فواحدة
“Jika kamu takut akan berbuat zhalim maka cukuplah satu …
Kemudian beliau menafsirkan:
ذلك أدنى ألا تعولوا
“hal itu” artinya: cukuplah satu … lebih dekat untuk tidak berbuat zhalim”
Kemudian beliau berkata:
“Dalam hal ini, apabila seorang hamba dihadapkan kepada perkara yang dia takut untuk berbuat durhaka dan zhalim dengan tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang semestinya – walaupun hukumnya adalah mubah / boleh- maka sesungguhnya, tidak selayaknya dia menyodorkan dirinya kepada perkara tersebut, bahkan semestinya mencari hal yang membuatnya leluasa dan selamat, karena sesungguhnya mendapatkan ‘afiat ( keselamatan) itu merupakan kebaikan yang diberikan kepada seorang hamba”

*** Bisikan Untuk Saudaraku Yang Berpoligami ***
Saudaraku…
Wanita yang berakal tidak menolak untuk dipoligami…
akan tetapi dia akan menolak praktek poligami yang salah… dia akan menolak pemahaman yang tidak mendapatkan bimbingan… dan dia akan menolak penafsiran yang keliru (tentang poligami)…
Saudaraku …
Wanita yang bijak tidak akan menghancurkan rumahtangganya karena sebab poligami… akan tetapi dia akan menghancurkan kebengkokan dan penyimpangan yang ada pada suami yang berpoligami…
Saudaraku…
Wanita yang benar tidak menyia-nyiakan kebahagiannya karena sebab poligami… akan tetapi dia akan menyia-nyiakan suami yang tidak adil dalam berpoligami… dia akan menyia-nyiakan keluarga yang tidak berterima kasih… dan dia akan menyia-nyiakan teman hidup yang tidak menjaga hak pertemanan…
Saudaraku…
Wanita yang bahagia tidak akan binasa dirinya karena sebab poligami… akan tetapi dia akan akan binasa karena hidup bersama suami yang berpoligami untuk kebahagian dirinya sendiri diatas penderiatan istrinya… dia akan akan binasa karena hidup bersama suami yang mendahulukan jiwanya sendiri untuk membela ketenangannya…

*** Pesan Dari istri Yang Dimadu … ***
Suamiku yang ku banggakan…
Jika engkau berfikir untuk menikah lagi, maka janganlah kau melupakan bahwa sesungguhnya engkau mempunyai istri yang masih hidup, aku belum mati, maka janganlah engkau wariskan seluruh hatimu kepada wanita selainku….
Suamiku yang ku banggakan…
Jika engkau menikah lagi, maka ingatlah bahwa engkau telah mengubah kehidupanku 180 derajat, maka perlahan-lahanlah, dan terimalah suatu akibat yang timbul dariku.
Abu Ya’la telah meriwayatkan hadits marfu’ dari Aisyah: ” sesungguhnya wanita yang cemburu itu tidak akan memperlihatkan lembah yang paling bawah dari atasnya”
Suamiku yang ku banggakan …
Apabila kau akan menikah lagi, maka ingatlah bahwa aku mempunyai hati, perasaan yang bercampur, maka perhatikanlah hatiku, dan tengoklah aku pada hari pernikahanmu,
Sungguh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam telah melakukannya pada malam pernikahannya dengan zainab bint jahsy -semoga Allah meridhainya-. Maka Nabi shallallahu ‘alahi wasallam keluar, lalu pergi ke kamar Aisyah, beliau mengucapkan: “Assalamu’alaikum warahmatullah wahai penduduk rumah”, maka Aisyah menjawab: wa’alaikassalam warahmatullah, bagaimana keadaan keluargamu? semoga Alloh memberkahimu, lalu nabi mengucapkan salam kepada semua kamar istri-istrinya sebagaimana nabi mengucapkan salam kepada Aisyah dan merekapun menjawabnya sebagaimana jawaban Aisyah… al-hadits
Diantara kebaikan pergaulan beliau dengan keluarganya adalah: beliau selalu memperhatikan istri-istrinya dan menengok mereka, serta menanyakan tentang keadaan mereka setiap hari.
Dari Aisyah semoga Alloh meridhainya berkata: “Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam menyukai manisan dan madu…maka apabila beliau selesai shalat ashar, beliau mengelilingi istrinya lalu mendekati mereka”
Suamiku yang ku banggakan …
Apabila kau menikah lagi, maka ketahuilah bahwa aku mempunyai hak yang sempurna jangan kau kurangi, dan kewajiban yang tetap tidak menjadi gugur.

*** Kepada Setiap Suami Yang Mau Berpoligami ***
Waspadalah…
Pertimbangkanlah antara positif dan negatifnya…
Bandingkanlah antara maslahat dan madharatnya…
Janganlah keputusanmu adalah karena emosi, atau karena kebutuhan yang tiba-tiba, atau untuk memanfa’atkan kekosongan…
Pernikahan dengan sebab emosi biasanya menimbulkan emosi-emosi lain yang lebih besar dari hal tersebut yang akan menghancurkannya…
Kebutuhan tiba-tiba hanya sebentar dan keruginnya akan menetap…
Dan waktu kosong itu bisa dihilangkan dengan dipenuhi kegiatan, maka janganlah kau menghilangkan sesuatu yang penuh, untuk memenuhi kekosongan.

*** KEPADA SETIAP SUAMI YANG SUDAH BERPOLIGAM ***
Janganlah engkau sibuk dengan yang cabang diatas penderitaan yang pokok, maka engkau menyia-nyiakan yang pokok dan tidak merasa cukup dengan yang cabang
Waspadalah….
Pertama-tama:
Engkau menoleh kondisi tertentu, kemudian hendaklah engkau berubah, berbuat lembutlah, dan hendaklah engkau bertahap, selalu mengintrospeksi diri, serta berhati-hatilah….
Kedua:
Engkau memasuki kehidupan baru, dan kondisi yang tidak diketahui, maka engkau akan menerima yang baru –sebagaimana dahulu engkau baru menerimaku-,
Engkau akan beradaptasi dengan kenyataan sebagaimana dahulu engkau bisa beradaptasi denganku,
Maka janganlah berlebih-lebihan dalam cinta, pemberian, dan seluruh waktumu,
Akan tetapi, bersikaplah dengan adil, waspadalah, hendaklah berbuat yang benar, dan mendekatlah….
Apabila engkau tiba di rumah, maka bergembiralah,
Apabila engkau meninggalkan rumah maka berlemah lembutlah.
Apabila engkau berbuat salah, maka hendaklah engkau mengakuinya,
Apabila engkau menyia-nyiakanku maka minta maaflah…
Introspeksilah dirimu dan luruskan perbuatanmu,
Introspeksi tingkah lakumu…
Ucapanmu akan diperhitungkan,
Perbuatanmu akan diminta pertanggungan jawab.
Ucapan yang baik adalah shadaqah…
Ucapan yang baik akan membuka hati yang terkunci, menutup prasangka yang jelek…
Seyuman sayang adalah harta karun yang tersimpan.. yang dapat membahagiakan hati yang sedih.. yang mampu mengusap linangan air mata kepedihan…
Ampunilah kekeliruan.. ma’afkanlah kesalahan… dan fahamilah sikapku dalam bergaul,
Karena cemburu adalah api yang membakar kecintaan hati, kemudian hati tersebut akan mengeras
Lalu merusak prasangka yang baik, kemudian bersikap buruk & kasar, lalu menghilangkan kelembutan, kemudian jatuh & binasa..
Maka padamkanlah api kecemburuanku dengan air kecintaanmu…
Perbaikilah hatiku dengan keindahan maafmu, kebaikan penjagaanmu, dan kelembutan sanjunganmu…
Jagalah kaca ini, janganlah engkau memecahkannya dengan perubahan hatimu dan berpalingnya kecintaanmu dariku…
Janganlah engkau membuangku karena konsentrasimu yang kacau & engkau banyak diam membisu…

*** Surat Terbuka Dari Istri Pertama ***
Sesungguhnya aku terbakar bagaikan lilin, aku meleleh bagaikan salju yang mencair, dan aku terhina bagaikan mawar yang dipetik kemudian dicampakkan di tengah jalan.
Aku bagai sehelai bulu yang diterpa badai, prasangka dan kegelisahan membunuhku…
Dahulu aku adalah seorang istri yang merupakan segalanya dalam hidup suamiku… kemudian aku menjadi tersisihkan dari kehidupan ini… sementara hidup didunia ini hanya sekali…
Dahulu… hati kita adalah satu…
Namun sekarang… ada rahasia dalam kehidupan kita masing-masing,
Dan perasaan kita berpencar setiap hari…
“Dahulu, engkau yang membuat hatiku tenang… engkau yang memenuhi kehidupanku …
Pada hari ini, engkau datang untuk pergi, engkau tampak untuk bersembunyi…
Ini adalah ringkasan surat yang panjang sekali, dari istri pertama yang bercerita tentang kelelahannya karena pernikahan suaminya.
Hati suaminya berpaling darinya, yang mengubah keadaan rumahtangga dan kehidupannya,
Apakah menikah lagi dengan wanita lain itu berarti menyingkirkan istri pertama?
Apakah kesibukan dengan istri kedua dapat dijadikan alasan untuk menjauhi dan menepikan istri pertama?
Poligami adalah neraca keadilan, maka janganlah anak timbangannya berat sebelah.
Poligami adalah suatu maslahat yang jelas, maka janganlah ia merusak selainnya
Poligami adalah hikmah yang diperhitungkan, maka janganlah ditempatkan tidak pada tempatnya !!!
*** * ***


repost: Ummu Haitsam, terjemahan bebas dari Risalah ila Mu'addid

Kamis, 23 Mei 2013

Poligamilah! Apalagi Yang Kau Tunggu...


Bismilläh
yä ukhtì, rendahkanlah dirimu, kalahkanlah egomu, padamkanlah kesombonganmu! Ijinkanlah saudarimu yg lain merasakan kebahagiaan yg kau rasakan! Janganlah engkau merasa paling berhak memiliki suamimu! Janganlah merasa engkau paling berhak dicintai suamimu! Kecantikan yg kau banggakan saat ini, tidak kekal! Mgkn saat ini kau msh hidup brsma suamimu, tetapi Allöh maha Mampu atas segala ssuatu. Bagaimana kiranya jika engkau berada dlm posisi mereka? Paksalah dirimu ridho dan menerima. Smg Allöh memberikan hidayah taufiq pd hati-hati wanita muslimah. (Kupersembahkan kado indah ini untuk saudariku fillah, sungguh nasihat ini lebih pantas untuk diri ana sendiri...)


Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah disempurnakan oleh Allah -Subhanahu wa Ta’ala- sebagai rahmat bagi seluruh hamba-Nya, sehingga agama ini tidak butuh tambahan, pengurangan dan otak-atik.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-Ma`idah: 3)

Di antara rahmat Allah -Ta’ala- kepada hamba hamba-Nya, disyari’atkannya “poligami” (seorang laki laki memiliki lebih dari satu istri) berdasarkan dalil-dalil yang akan datang.
Namun berbicara masalah poligami akan mengundang berbagai tanggapan. Ada yang menanggapinya secara posotif dan ini datangnya dari ulama’ dan kaum beriman. Tetapi, ada pula yang menanggapinya secara negatif, bahkan menentangnya dengan keras di antara segelintir orang dari kalangan orang-orang munafiq, dan orang-orang yang jahil dari kaum wanita dan laki-laki. Berbagai alasan dilontarkan intuk menolak poligami, entah dengan alasan kecemburuan, emosi, atau tidak siap dimadu, bahkan dengan alasan ketidakadilan.
Mungkin dengan dasar inilah, ada seorang penulis wanita (kami tidak sebutkan namanya) berusaha menentang, dan menzholimi “anugerah poligami” ini untuk membela kaum wanita -menurut sangkaannya-, padahal sebenarnya ia menzholimi kaum wanita. Maka dia pun menuangkan “pembelaannya” (baca: penzholimannya) tersebut dalam bentuk tulisan yang dimuat oleh koran “Kompas”, edisi 11 Desember 2006, dengan judul, “Wabah itu Bernama Poligami”. Sebuah judul yang memukau bagi orang-orang jahil, terlebih lagi orang-orang munafiq. Namun hal itu sangat berbahaya bagi keimanannya, dan mengerikan bagi kaum beriman. Betapa tidak, dia telah berani menyebut poligami sebagai “wabah”, dan telah lancang berani menyebut syari’at yang Allah -Ta’ala- sendiri yang menurunkan-Nya sebagai “wabah”. Dia telah menghina, menentang dan mengingkari anugerah yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Kalau wanita ini menganggap poligami adalah wabah, berarti dia telah menganggap bahwa Allah -Ta’ala- telah menurunkan wabah kepada para hamba-Nya,“Subhanallah wa -Ta’ala- ‘an qaulihim uluwwan kabiran !!!” Maha Suci, dan Maha Tinggi Allah atas apa yang mereka ucapkan.
Wanita untuk memuntahkan kebenciannya, dan penolakannya kepada syari’at poligami, maka ia pun tidak tanggung-tanggung membawakan hadits untuk menguatkan pendapatnya. Padahal hadits itu tidaklah menguatkan dirinya sedikitpun, bahkan menolak dengan kejahilannya: Wanita itu membawakan hadits, bahwa dilaporkan Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- marah ketika beliau mendengar putrinya Fatimah akan di poligami suaminya, Ali bin Abi Thalib. Beliau bergegas menuju mesjid, naik mimbar dan menyampaikan pidato, “Keluarga Bani Hasim bin Al-Mughiroh telah meminta izinku untuk menikahkan putri mereka dengan Ali Bin Abi Thalib saya tidak mengizinkan sama sekali kecuali Ali menceraikan putri Saya terlebih dahulu”. Kemudian Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- melanjutkan, “Fatimah adalah bagian dari-ku. Apa yang memggamggu dia adalah menggangguku dan apa yang menyakiti dia adalah menyakitiku juga”. Akhirnya, Ali bin Abi Thalib tetap monogami hingga Fatimah wafat.
Setelah membaca hadits diatas, mungkin kita akan menganggukkan kepala dan membenarkan wanita tersebut. Namun Saking “pandainya” wanita ini, ia lupa riwayat lain dalam Shohih Muslim (2449), “Sesungguhnya aku tidak mengharamkan yang halal dan tidak menghalalkan yang haram. Tapi, demi Allah, tidak akan berkumpul putri Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan putri musuh Allah selamanya”. Artinya, Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- tidak mengharamkan atas umatnya sesuatu yang halal, yaitu poligami. Selain itu, Syaikh Al-Adawiy dalam Fiqh Ta’addud Az-Zaujat (126) berkata, “Di antara kekhususan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, putrinya tidak boleh dimadu. Ini yang dikuatkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari (9/329)”.
Perlu diketahui bahwa para sahabat sepeninggal Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, bahkan Ali sendiri berpoligami setelah Fathimah wafat. Ali bin Rabi’ah berkata, “Dulu Ali memiliki dua istri”. [HR. Ahmad dalam Fadho’il Ash-Shohabah (no.889)]. Ini menunjukkan bahwa poligami tetap diamalkan oleh para sahabat sepeninggal Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, bukan bersifat kondisional !!
Lebih jauh lagi, Wanita itu mengomentari ayat berikut,
وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (QS. An-Nisa`: 3)
Wanita ini berkata, “Ayat tersebut turun setelah perang Uhud, dimana banyak sahabat wafat di medan perang. Ayat ini memungkinkan lelaki muslim mengawini janda, atau anak yatim, jika dia yakin inilah cara melindungi kepentingan mereka, dan hartanya dengan penuh keadilan. Jadi, ayat ini bersifat kondisional”.
Yang menjadi pembahasan kita dalam perkataannya adalah bahwa ayat ini bersifat kondisional, padahal seandainya ayat ini bersifat kondisional, justru ayat ini sangat memungkinkan untuk diamalkan pada zaman sekarang, karena melihat perbandingan jumlah wanita jauh lebih banyak dibandingkan jumlah laki-laki. Oleh karena itu, poligami di saat sekarang ini mestinya lebih disemarakkan! Selain itu, para ulama membuat kaedah, “Barometer dalam menafsirkan ayat dilihat pada keumuman lafazhnya, bukan pada kekhususan sebab turunnya ayat tertentu”. Jadi, dilihat cakupan dan keumuman ayat di atas dan lainnya, maka mencakup semua lelaki yang memiliki kemampuan lahiriah.
Kemudian, dia pun mengomentari firman Allah berikut -layaknya sebagai ahli tafsir, padahal ia bukan termasuk darinya-,
وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa`: 129)
Wanita ini berkata dengan congkak, “Ayat ini dapat disimpulkan, Islam pada dasarnya agama monogami”. Pembaca -semoga dirahmati Allah- beginilah apabila menafsirkan ayat dengan penafsiran sendiri, tanpa mau melihat bagaimana para ulama tafsir ketika menafsirkan ayat-ayat Allah. Ayat ini justru menunjukan disyari’atkannya poligami. Dengarkan para ahli tafsir ketika mereka menafsirkan ayat di atas (QS. An-Nisa`: 129)
Ath-Thabariy -rahimahullah- berkata, “Kalian, wahai kaum lelaki, tak akan mampu menyamakan istri-istrimu dalam hal cinta di dalam hatimu sampai kalian berbuat adil di antara mereka dalam hal itu. Maka tidak di hati kalian rasa cinta kepada sebagiannya, kecuali ada sesuatu yang sama dengan madunya, karena hal itu kalian tidak mampu melakukannya, dan urusannya bukan kepada kalian”. [Lihat Jami’ Al-Bayan (9/284)]
Syaikh Muhammad bin Nashir As-Sa’diy-rahimahullah- dalam menafsirkan ayat di atas (QS. An-Nisa`: 129), “Allah -Ta’ala- mengabarkan bahwa suami tidak akan mampu. Bukanlah kesanggupan mereka berbuat adil secara sempurna di antara para istri, sebab keadilan mengharuskan adanya kecintaan, motivasi, dan kecenderungan yang sama dalam hati kepada para istri, kemudian demikian pula melakukan konsekuensi hal tersebut. Ini adalah perkara yang susah dan tidak mungkin. Oleh karena itu, Allah -Ta’ala- memaafkan perkara yang tidak sangup untuk dilakukan. Kemudian, Allah -Ta’ala- melarang sesuatu yang mungkin terjadi (yaitu, terlalu condong kepada istri yang lain, tanpa menunaikan hak-hak mereka yang wajib-pent),
فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ
Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung”. (QS. An-Nisa`: 129)
Maksudnya, janganlah engkau terlalu condong (kepada istri yang lain) sehingga engkau tidak menunaikan hak-haknya yang wajib, bahkan kerjakanlah sesuatu yang berada pada batas kemampauan kalian berupa keadilan. Maka memberi nafkah, pakaian, pembagian dan semisalnya, wajib bagi kalian untuk berbuat adil di antara istri-istri dalam hal tersebut, lain halnya dengan masalah kecintaan, jimak (bersetubuh), dan semisalnya, karena seorang istri, apabila suaminya meninggalkan sesuatu yang wajib (diberikan) kepada sang istri, maka jadilah sang istri dalam kondisi terkatung-katung bagaikan wanita yang tidak memiliki suami, lantaran itu sang istri bisa luwes dan bersiap untuk menikah lagi serta tidak lagi memiliki suami yang menunaikan hak-haknya”. [Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman (hal. 207)]
Lebih gamblang, seorang mufassir ulung, Syaikh Asy-Syinqithiy -rahimahullah- berkata dalam Adhwa’ Al-Bayan (1/375) ketika menafsirkan ayat di atas, “Keadilan ini yang disebutkan oleh Allah disini bahwa ia tak mampu dilakukan adalah keadilan dalan cinta, dan kecenderungan secara tabi’at, karena hal itu bukan di bawah kemampaun manusia. Lain halnya dengan keadilan dalam hak-hak yang syar’iy, maka sesuangguhnya itu mampu dilakukan”.
Jadi, dari komentar para ahli tafsir tadi, tidak ada di antara mereka yang berdalil dengan ayat itu untuk menolak poligami. Lantas kenapa wanita ini tak mau menoleh ucapan para ulama’ tafsir? Jawabnya, karena tafsiran mereka tidak tunduk kepada hawa nafsu wanita ini.
Adapun dalil dalil yang menunjukan disyariatkannya poligami antara lain, maka telah berlalu dalam (QS. An-Nisa`: 3).
Di antara dalil poligami, Seorang tabi’in, Sa’id bin Jubair, “Ibnu Abbbas berkata kepadaku: “Apakah engkau telah menikah ?” Aku menjawab “ Belum”. Ibnu Abbas berkata, “Maka menikahlah, karena sebaik baik manusia pada umat ini adalah orang yang paling banyak istrinya”. [HR. Al-Bukhariydalam Shohih-nya).
Satu lagi dalil poligami -namun sebenarnya masih banyak-, Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Termasuk sunnah jika seorang laki laki menikahi perawan setellah istri sebelumnya janda maka sang suami pun tinggal di rumah istri yang perawan ini selama tujuh hari maka sang suami tinggal dirumah istri yang janda selama tiga hari kemudian dia bagi”. [HR Bukhariy dalam Ash-Shohih]
Seorang ulama’ Syafi’iyyah, Al-Hafizh Ibnu Hajar -rahimahullah- dalam Fatul Bari (9/10) berkata, “Dalam hadits ini, ada anjuran untuk menikah dan meninggalkan hidup membujang”.
Setelah kita mengetahui dalil-dalil yang menunjukan disyari’atkannya seorang muslim, laki-laki maupun wanita melakukan poligami. Jadi, kami nasihatkan kepada diri kami dan para suami dan calon suami untuk menikah hingga empat orang istri, jika dia sanggup untuk berbuat adil dalam perkara lahirah, seperti, pembagian malam, dan nafkah. Adapun adil dalam perkara batin (seperti, cinta, kesenangan jimak, perasaan bahagia bersama dengan salah satu diantara mereka), maka ini bukan merupakan syarat berdasarkan hadits-hadits dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana yang diterangkan oleh para ulama.
Terakhir, Kami nasihatkan kepada para wanita agar bersiap untuk dimadu dan berlapang dada untuk menerima anugerah poligami ini, serta tidak menentang syari’at poligami, karena ini adalah kekufuran. Samahatusy Syaikh Abdul Azizi bin Baz-rahimahullah- berkata, “Barangsiapa yang membenci sedikitpun dari sesuatu yang dibawa Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, meskipun dia mengamalkannya, maka sungguh dia telah kafir. Allah -Ta’ala- berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur’an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka”. (QS. Muhammad: 9)[Lihat Nawaqid Al-Islam]

repost:  http://menikahsunnah.wordpress.com

Minggu, 19 Mei 2013

(Terbaru) ALLAAHU AKBAR, DAKWAH AHLUS SUNNAH DI PESISIR CILACAP MULAI MEMASUKI PUSAT-PUSAT KRISTENISASI

Masjid Kampung Laut

[Setelah sebuah Pondok Pesantren di daerah rawan Kristenisasi diamanahkan kepada Ahlus Sunnah, alhamduliLlah satu persatu orang-orang yang murtad kembali ke pangkuan Islam]

Segala puji hanya bagi Allah tabara wa ta'ala, Rabb semesta alam, setelah melewati berbagai macam ujian dan cobaan yang cukup berat..., Ahlus Sunnah wal Jama'ah di pesisir Cilacap, mendapatkan anugerah dari Allah ta'ala yang sangat besar, sebuah pondok pesantren yang terletak di Rawa Jaya Cilacap, diamanahkan kepada Ahlus Sunnah untuk dikelola.

Dan ternyata, daerah ini adalah pusat Kristenisasi, jauh sebelum Kristenisasi marak di Kampung Laut, di sekitar daerah ini sudah banyak yang murtad, bahkan tidak jarang gerakan Kristenisasi mendapat dukungan dari sebagian tokoh agama, dengan iming-iming bantuan finansial dan politis.

Pondok pesantren yang diamanahkan kepada Ahlus Sunnah itu sendiri, awalnya dibangun untuk melawan Kristenisasi, namun dalam perjalanannya terdapat banyak kendala, alhamduliLlaah dengan masuknya dakwah Ahlus Sunnah di daerah ini, gayung pun bersambut, semoga Allah ta'ala membalas kebaikan para muhsinin yang telah membangun pondok ini.

Dan pada hari Sabtu, 8 Rajab 1434 H / 18 mEI 2013, ALHAMDULILLAH, telah kembali ke pangkuan Islam, enam orang dari wilayah Gandrung (jarak 20 menit dari Pondok Ahlus Sunnah Rawa Jaya) telah kembali ke pangkuan Islam, mereka adalah:

1) Bpk Nasimin (31 thn)

2) Bpk Darto Tulus (61 thn, suami Ibu Mursyim, yang masuk Islam setelah kegiatan ta'lim bersama Ust. Muhammad Naim, LC pekan lalu)

3) Bpk Sumarno (67 thn, beliau telah buta matanya, tapi hatinya sudah bisa melihat insya Allah ta'ala)

4) Ibu Misni (41 thn)

5) Ibu Haryati (42 thn)

6) Ibu Manisem (50 thn)

Dengan hidayah dari Allah ta'ala, kemudian bimbingan para da'i Ahlus Sunnah, mereka semuanya telah kembali masuk Islam di hadapan Pemerintah dan Tokoh-tokoh agama setempat. Mohon doa kaum muslimin semoga kita dan mereka tetap istiqomah dalam tauhid dan sunnah sampai akhir hayat.

WalhamduliLlaah, pemerintah dan tokoh agama setempat ikut mendukung kegiatan dakwah Ahlus Sunnah, bahkan mereka menawarkan sebidang tanah untuk dibangun musholla, sebagai tempat ibadah dan pendidikan bagi kaum muslimin, khususnya para mu'allaf di desa mereka.

Bagi kaum muslimin yang mau turut serta membantu dakwah dapat menghubungi: HP. 0852 5684 2111, PIN BB 3: 2657C6B4. JazaakumuLlaahu khayron.

Nantikan rekaman bimbingan masuk Islam insya Allah ta'ala di blog NasihatOnline. (nasihatonline.wordpress.com)
 
Sumber : https://www.facebook.com/#!/SofyanRuray?hc_location=stream

Sabtu, 18 Mei 2013

Ini Anakku...,Bagaimana Dengan Anakmu...?




Hari-hari bersama Ibrohim adalah hari-hari yang menggembirakan sekaligus melelahkan.Betapa tidak menggembirakan, karena kehadirannya adalah pelipur luka ketika 'Aisyah pulang kembali ke sisi ALLOH. Ibrohimlah yang selalu menemani menghadirkan tawa dan canda. Ia tumbuh sebagai anak yang sangat aktif dan cerdas masyaALLOH. Usianya kini baru 2,5 tahun. Keelokan wajahnya sering membuat orang tidak sabar untuk menciumnya. Begitu pula, tingkahnya yang menggemaskan membuat orang tidak sabar untuk mencubitnya. Ia suka sekali meniru Abinya sholat, berdzikir dan membaca al-qur'an dengan bahasa cadelnya. Begitu juga, ia sangat gemar meniru abinya mengutak-atik komputer dan motor.

Namun begitu, tetap saja ia adalah penguji kesabaran kedua orang tuanya. Ada saja 'aksinya' yang membuat kami sering mengerahkan stok kesabaran sekuat mungkin!

Suatu hari, Ibrohim sedang menyalakan komputer. Saat itu abinya sedang tidak ada di rumah, dan ana sendiri sedang sholat asar. Tiba-tiba...dhuarrrrr....terdengar suara petir dari atas langit dan...dengan sekejap komputer mati terkena kejutan listrik dari petir itu. Bukankah ia baru 2,5 tahun? Tapi ia bisa menyalakan komputer dan memasang setiap kabel dengan tepat. Pfiuh...bagaimana jika kau terkena sengatan listrik Nak...

Ketika usai sholat maghrib, seperti biasa kami berkumpul di ruang keluarga. Sedang asyikya bercengkerama dengan abinya, tiba-tiba Ibrohim yang sedang asyik bermain di samping kami berujar:”Hapenya dicelupin!”. Sontak kami menoleh ke arahnya dan ternyata...MasyaALLOH, ponsel itu telah menggantikan selembar roti yang terbenam di dalam secangkir besar minuman...

Suatu siang, entah bagaimana caranya ia berhasil mengambil laptop yang ana simpan di atas lemari dan ia berdiri di atas laptop itu dengan kedua kakinya! Sepertinya ia berhasil mengambilnya dengan memanjat melalui kursi. Ah, lagi-lagi dibutuhkan kesabaran ekstra...

Ia tidak suka bermain dengan anak yang sebaya, ia lebih suka bermain dengan anak yang kira-kira usianya sekitar tiga tahun lebih tua darinya. Saat bermain dengan anak yang sebaya, ia selalu memukul,merebut mainan dan membuat temannya menangis. Ia hobi sekali membuat isi rumah berantakan seperti kapal pecah, memanjat lemari, menggunting apa saja yang bisa digunting termasuk bantal hias di sofa tamu,dokumen-dokumen abinya yang tersimpan rapih di atas lemari, dan gemar sekali mengutak-atik  laptop hingga banyak software yang error. Semua itu ia lakukan tanpa sepengatahuan ana karena sering ia melakukan 'aksinya' ketika ana sedang sholat dan abinya  belum pulang kantor! Bukankah usiamu belum juga mencapai tiga tahun Nak, tapi ternyata kau begitu...

Sebenarnya, banyak juga yang membuat kami tersenyum saat bersamanya. Bila mendengar adzan,tanpa disuruh ia akan segera menggelar sajadah dan melakukan gerakan-gerakan seperti sholat semampu dia hingga ia berhenti setelah merasa bosan. Setelah itu ia membalik arah duduknya untuk berkomat-kamit seperti seorang imam yang sedang berdzikir di hadapan makmumnya. Saat ana sakitpun, sering ia mengelus pipi ana dan menanyakan bagian mana yang terasa sakit sehingga ia akan memijatnya. Ah, ada rasa haru di dada ini ketika ia sedang seperti itu...
Ia mengucapkan 'andillah' (alhamdulillah) ketika selesai bersin, mengucapkan 'gukonaka' (ghufronaka) saat keluar dari kamar mandi, mengucapkan 'aca awoh elikong' (jazakalloh khoiron) saat seseorang memberinya sesuatu, dan mengucapkan 'bis mi la' (bismillah) saat akan makan dan minum. Semua itu ia lakukan tanpa ana dan zawjiy yang menyuruh.

Teringat nasehat seorang ustadz di majelis rutin yang suatu sore “anak itu adalah bukan mutlak milik kita, ALLOH lah yang memiliknya, dan Dia pula lah yang akan mentakdirkan ia untuk mudah diatur atau sebaliknya. Maka ikhlaslah saat ia sulit diatur dan cenderung melawan serta merepotkan kita, itu adalah ujian bagi kita sebagai orang tuanya. Do'a adalah  sebagai salah satu senjata ampuh untuk menghadapinya, tak perlu ada amarah dan kata-kata kasar.”

Ya Robbi yang menguasai segala ilmu, anugerahkanlah kepada kami kesabaran untuk mendidik putra kami ke arah yang Engkau cintai, jadikanlah ia sebagai hamba-Mu yang sholeh dan berilmu, dan karuniakanlah kepadanya kebahagiaan dunia akhirat, serta anugerahkanlah kepadanya pasangan yang sholihah.Amin Alloh humma amin...

~Teruntuk semua ukhty fillah, ummahat, keep on fight,jangan pernah menyerah dan tetaplah berdoa kala mentarbiyah 'sang penyejuk pandangan'~







 

Jumat, 17 Mei 2013

Cemburuku Padamu Wahai Bidadari...



Entah mengapa akhir-akhir ini ana sering sekali melamun tentang keadaan bidadari di syurga.Selalu ada rasa harap  dan cemas yang begitu besar membuncah dalam dada, ingin sekali menjadi manusia yang ditakdirkan oleh ALLOH untuk menjadi 'Ratunya' bidadari di syurga kelak...

Disebutkan dalam dalil bahwa bidadari syurga itu memiliki wajah yang sangat jelita dan rupawan, betis mereka bagaikan mutiara yang bening berkilauan,dada-dada mereka penuh berisi, usia mereka selalu muda dan sebaya, aroma wewangian selalu tersebar dari tubuh-tubuh indah mereka.
Mereka tidak berkeringat, beringus, mengeluarkan dahak, membuang kotoran dan hal-hal lain yang menjijikkan, termasuk mani dan darah haid.
Bahkan mereka selalu kembali perawan setiap kali suami mereka telah menjima' mereka. Begitu keadaan mereka seterusnya. Bidadari-bidadari itu bertelekan pada bantal-bantal yang empuk,berpakaian selembut sutra yang sangat bagus dan halus.
Mereka selalu menundukkan pandangan kecuali dari suami mereka,sangat manja,pemalu dan penuh cinta.Hanya kepada suami mereka,mereka tidak malu.

Pernah mendengar dari suatu majelis bersama ustadzah, bahwa seorang lelaki sholih yang masuk syurga, maka ALLOH akan menikahkannya dengan sembilan bidadari yang ia pilih sendiri.
Sangat masyhur di telinga kita bahwa ketika lelaki sholih itu masih tinggal di dunia, lalu istrinya dari penduduk dunia marah dan berbuat durhaka padanya hingga menyakiti hati sang suami, maka bidadari yang ALLOH takdirkan untuk menjadi pasangannya kelak di syurga berkata “qatalakillah, dia disisimu menjadi suamimu hanya untuk sementara, hampir-hampir dia akan meninggalkanmu dan kembali ke sisi kami”

Aduhai, siapa gerangan istri yang tidak cemburu bila mendengar kabar tersebut?
Ada rasa iri yang membuncah dalam dada terhadap bidadari-bidadari itu. Betapa jauh keadaan kami dibanding keadaanmu wahai bidadari...

Karena selalu kepikiran terus tentang bidadari-bidadari mulia itu, sampai-sampai ketika ada waktu istirahat saat mengajar di ma'had, ana sempatkan untuk berbincang dengan sesama ummahat pengajar. Ana katakan pada mereka “Um,tahukah anti tentang bagaimana kedudukan wanita sholihah di syurga kelak, dibanding kedudukan para bidadari yang juga akan menjadi istri-istri dari suaminya?”.
Ternyata mereka menjawab sama persis dengan jawaban ana. Meskipun begitu, ana tetap saja bertanya pada mereka, bukan untuk mencari jawaban, tapi lebih untuk meyakinkan diri ana sendiri bahwa wanita yang sholihah itu akan lebih utama kedudukannya dibandingkan para bidadari mulia tersebut.
Mereka, wanita sholihah penghuni syurga dari kalangan penduduk dunia, akan menjadi 'ratunya' para bidadari, dan bidadari-bidadari itu akan menjadi pelayan baginya. Begitu juga, bidadari-bidadari itu akan menjadi istri-istri suaminya.
Namun, ia akan lebih cantik dibanding bidadari-bidadari tersebut. Suaminya mencintai bidadari-bidadari itu, tapi ia lebih mencintainya. Tidak ada cemburu di dalamnya, semua terjalin begitu indah dan harmonis, penuh cinta dan kebahagiaan. Sungguh, tak mampu membayangkan kenikmatannya!

Ah,...ada rasa lega,tapi juga terselip rasa cemas yang begitu besar dan rasa harap yang begitu membongkah!
Pikiran tentang bidadari ini, membangkitkan semangat untuk lebih giat lagi beramal sholih demi merentas jalan menuju syurga.Semoga ia bukan hanya keinginan dan semangat yang sesaat.

Ketika zawjiy sedang tertidur lelap, ana pandangi wajahnya lekat-lekat.Duhai, serasa tak akan pernah sanggup dan rela jika harus kehilanganmu dan berpisah darimu cinta...
Ah, lagi-lagi air mata ini meleleh. Mengapa begitu rapuh dan sendu?

Ya ALLOH, sungguh aku sangat mencintai suamiku karena-Mu, maka izinkanlah dan takdirkanlah kami untuk bisa menjadi penghuni jannah-Mu, satukanlah kami kembali di jannah kelak Ya Robbi, Sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha mengabulkan segala doa...amin.


~~~Untuk seluruh saudariku, wanita dunia, mari kita beramal sholih sekuat dan semampu kita,
fastabikul khoirot, agar kita kelak menjadi ratu para bidadari syurga.
Untuk suamiku, raihlah aku dalam dekapmu,
lalu kita bersama-sama mencoba menyatukan asa merajut cinta di jannah.~~~




Powered by Blogger