Senin, 28 November 2011

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA “SISTITIS”

KELOMPOK 4
1. NURIL IMANIA KAMILA (090201047)
2. BUDHI SANTOSA (090201050)
3. ERWI ROSALINA (090201051)
4. SUMIN TATIK LESTARI (090201052)
5. MEIGA ANGGRAINI (090201053)
6. STALASATUN KHASANAH (090201055)
7. ARIFAH NUR KHASANAH (090201056)
8. DEWI RATIH MERDEKA WATI (090201057)
9. FITRIANA SITORESMI (090201058)
10. RAHAYU MARTHA SUSIANTI (090201059)
11. IIN INDRAYATI (090201060)
12. INDRI WULANSARI (090201061)
13. MUH FERY SETIAWAN (090201062)
14. ANGGUN PUTRI PERTIWI (090201063)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2010
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
BAB II ISI 2
A. Difinisi Sistisis 2
B. Gambaran Klinis 2
C. Tanda dan Gejala 4
D. Patofisiologi 4
E. Jalur Infeksi 5
F. Klasifikasi 5
G. Penyebab Umum 6
H. Faktor Presdisposisi 6
I. Pencegahan 7
J. Pemeriksaan Penunjang 7
K. Prognosa 8
L. Penatalaksanaan 8
BAB III PROSES PENYAKIT DAN ASKEP 10
A. Proses Penyakit 10
B. ASKEP 11
C. Diagnosa 14
D. Rencana Keperawatan 14
BAB IV KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistitis merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius.

Sistitis adalah salah satu penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu adanya peradangan bacterial yang berkembangbiak di saluran kemih disertai adanya kolonisasi mikroba di urin. Sedangkan Sistitis sendiri merupakan peradangan pada kandung kemih itu sendiri tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih. Karena Sistitis merupakan ISK bagian bawah.
Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara berulang.
Dunia ternyata tidak ramah pada kaum wanita. Bagaimana tidak. Sebagai wanita, ia ditakdirkan harus tunduk pada kaum pria yang diposisikan dalam kitab suci agama apa pun sebagai Khalifah, pimpinan, baik dalam sebuah kelompok ataupun keluarga. Sebagai seorang individu, wanita ditakdirkan memiliki fisik yang ringkih dan lemah. Sehingga catatankesehatan yang dimiliki WHO, banyak tersurat berbagai daftar penyakit yang mayoritas penderitanya adalah kaum wanita. Sangat panjang dan beragam nian deret penyakit yang berpeluang diderita kaum wanita, baik yang sifatnya berat dan beresiko kematian hingga yang ringan beresiko penderitaan.

Salah satu penyakit yang banyak dan sering menyerang kaum wanita, tapi tidak disadari adalah Cystitis. Penyakit Cystitis, memang sifat dan gejalanya cenderung sebagai gangguan yang biasanya tidak terlalu ditanggapi oleh penderitanya. Misalnya, penderita akan sering ke belakang dan saat berkemih terasa perih. Selain itu, bagi yang telah menikah akan terganggu saat melakukan hubungan intim. Gejala lainnya termasuk kram, sakit punggung, meningkatnya suhu tubuh, kadang-kadang kencing berdarah. Kedengarannya familiar?

Namun, gejala-gejala itu merupakan bukan fisik seorang wanita sedang tidak normal. Ironisnya, jika gangguan ini tidak tertangani dengan segera, maka sebuah keluhan psykologis akan muncul. Dan, penderitanya akan dibelit stress berkepanjangan dan merasa tidak memiliki arti bagi pasangannya.
.


BAB II
ISI

A. Definisi Sistitis
Sistitis adalah adalah inflamasi pada mukosa buli - buli yang sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Kuman penyebab infeksi ini terutama adalah Escherichia colli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk ke buli - buli terutama melalui uretra. Sistitis akut sangat mudah terjadi jika pertahanan lokal tubuh menurun, yaitu pada diabetes melitus atau trauma lokal minor pada saat sanggama.

Wanita sangat sering mengalami sistitis karena uretra wanita lebih pendek dibanding pria. Selain itu sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat bersifat bakterisidal sehingga pria relatif tahan terhadap infeksi. Kurang lebih sekitar 10 - 20% wanita pernah mengalami sistitis selama hidupnya dan kurang lebih 5% dalam satu tahun pernah mengalami serangan ini.

B. Gambaran Klinis


Inflamasi menyebabkan mukosa buli - buli menjadi eritema, edema, dan hipersensitif

Bila buli - buli terisi urin, akan mudah terangsang untuk mengeluarkan isinya segera, ini mengakibatkan gejala frekuensi

Kontraksi buli - buli menimbulkan nyeri pada daerah suprapubik serta eritema mukosa buli - buli mudah berdarah dan menyebabkan hematuria

Radang kandung kencing (sistitis) disebabkan oleh infeksi yang naik (melalui uretra naik ke kandung kencing), atau oleh menurunnya ketahanan tubuh. Kemungkinan kedua ialah menjalarnya radang perkontinuitatum (tersebarnya penyakit karena suatu organ yang sakit menempel pada organ yang sehat) dari alat- alat genital sekitarnya seperti kista ovarium yang berisi nanah, salpingitis (radang pada saluran indung telur) dan sebagainya. Kemungkinan ketiga ialah penyebaran kuman secara hematogen (disebarkan melalui darah) dari suatu fokus (suatu sumber infeksi) di tempat lain. Untuk penyebab kedua dan ketiga biasanya diikuti dengan keluhan lain yang menonjol tergantung penyebabnya. Selain itu dengan pengobatan yang standar, sistitis tidak bisa sembuh.

C. Tanda dan gejala

1. Rasa nyeri pada saluran kencing dan perut bagian bawah. Jika dibawa buang air kecil terasa sakit dan nyeri (disuria karena yang meradang tertekan).
2. Sering buang air kecil, tetapi air seni yang keluar hanya sedikit dan disertai rasa nyeri (peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal).
3. Jika sistitis disebabkan oleh kanker kandung kemih, biasanya kencing disertai rasa nyeri dan darah yang keluar bersama air seni (demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah).
4. rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal

D. Patofisiologi

Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.
Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.

Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.

Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat) atau karena infeksi dari usus.

E. Jalur infeksi
1. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita
2. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
3. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis
4. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.

F. Klasifikasi
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
Tanda dan gejala:
a. Peningkatan frekwensi miksi, baik deural maupun noktural.
b. Disuria karena epitel yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah supra pubis atau perineal.
c. Rasa ingin miksi
d. Hematuria:
• Pada wanita biasanya timbul setelah adanya infeksi saluran pernafasan atau setelah diare.
• Pada pria timbul prostitis setelah minum alkohol yang berlebihan.


2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
Sama dengan sistitis akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol.
Pemeriksaan Diagnostik
Pasien perlu dilakukan IVP dan cystoscopy

G. Penyebab Umum
1. Saluran kencing mengalami infeksi karena kuman yang masuk melalui uretra atau karena daya tahan tubuh yang menurun.
2. Radang perkontinuitatum menyebar. Penyebaran ini terjadi karena organ tubuh yang sakit menempel pada organ yang masih sehat, misalnya kista ovarium yang mengeluarkan nanah menyebar ke organ genital yang lain.
3. Ada kuman yang menyebar melalui darah. Kuman ini biasanya berasal dari satu infeksi pada organ tubuh yang lain.
4. Pemakaian kateter (alat bantu kencing) atau benda-benda asing lainnya di dalam uretra.
5. Keluarnya mani atau keputihan secara berlebihan karena sanggama sehingga bisa memasuki uretra.
6. Pemeriksaan daerah dalam organ genital sehingga menyebabkan infeksi pada saluran kencing.
H. Faktor Presdiposisi
1. Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula usus
2. Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
3. Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
4. Hubungan seksual
5. Kurang minum air putih
6. Sering menahan untuk berkemih
7. Cara cebok yang salah dari bawah ke atas.

I. Pencegahan
1. Menjaga kebersihan daerah genital dengan air bersih. Jangan terlalu sering menggunakan tisu basah atau sabun khusus organ kewanitaan karena bisa mematikan bakteri baik dalam organ genital. Kalau kita tetap ingin memakai sabun, gunakan sabun dengan pH 3,5.
2. Jika mencuci alat kemaluan, arah cebok (mencuci daerah genital) dari arah depan dan tidak berulang (maju mundur). Jadi, daerah depan (uretra) dibersihkan dahulu baru kemudian daerah vagina dan terakhir anus untuk menghindari perpindahan kuman dari anus atau vagina ke uretra.
3. Segera mengobati keputihan yang berlebih.
4. Tidak menahan kencing.
5. Banyak minum air putih.
6. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi suplemen vitamin C atau buah-buahan sumber vitamin C.
J. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.
Diambil contoh air kemih aliran tengah (midstream), agar air kemih tidak tercemar oleh bakteri dari vagina atau ujung penis. Air kemih kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat adanya sel darah merah atau sel darah putih atau zat lainnya.
Dilakukan penghitungan bakteri dan dibuat biakan untuk menentukan jenis bakterinya. Jika terjadi infeksi, maka biasanya satu jenis bakteri ditemukan dalam jumlah yang banyak.
Pada pria, air kemih aliran tengah biasanya cukup untuk menegakkan diagnosis. Pada wanita, contoh air kemih ini kadang dicemari oleh bakteri dari vagina, sehingga perlu diambil contoh air kemih langsung dari kandung kemih dengan menggunakan kateter.


Pemeriksaan laboratorium
• Piuri (>10/LPB)
• Silinder lekosit
• Hematuri (>5/LPB)
• Proteinuri
• Bakteriuri (>100.000 koloni/ml urine)
• Urin tampak keruh
Pemeriksaan lainnya yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis sistitis adalah:
1. Rontgen, untuk menggambarkan ginjal, ureter dan kandung kemih
2. Sistouretrografi, untuk mengetahui adanya arus balik air kemih dari kandung kemih dan penyempitan uretra
3. Uretrogram retrograd, untuk mengetahui adanya penyempitan, divertikula atau fistula
4. Sistoskopi, untuk melihat kandung kemih secara langsung dengan serat optik
K. Prognosa
Infeksi pada kandung kemih mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh sendiri bila tidak disertai infeksi dari ginjal, prostat, atau adanya urine sisa.
L. Penatalaksanaan
Terapi
1. Untuk sistitis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dari tubuh, bakteri yang tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan alami tubuh.
2. Pemberian antibiotik per-oral (tablet, kapsul, sirup) selama 3 hari atau dosis tunggal biasanya efektif, selama belum timbul komplikasi.
Jika infeksinya kebal, biasanya antibiotik diberikan selama 7-10 hari.
3. Untuk meringankan kejang otot bisa diberikan atropin.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan fenazopiridin.
Gejalanya seringkali bisa dikurangi dengan membuat suasana air kemih menjadi basa, yaitu dengan meminum baking soda yang dilarutkan dalam air.
4. Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih (uropati obstruktif) atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi.
Biasanya sebelum pembedahan diberikan antibiotik untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi ke seluruh tubuh.















BAB III
PROSES PENYAKIT DAN ASKEP

E. Proses Penyakit

Bakteri vagina
saluran pencernaan
infeksi uretra
iritasi hubungan seksual prostat (laki-laki)
iritasi kateter

Masuk kandung kemih

Bakteri berkembang biak

Peradangan kalor Dx 1 Hipertermi

Edema obstruksi Dx 3 Perubahan Eliminasi Urin

Kontraksi

Dx 2 Nyeri

Dx 4 Intoleransi Aktivitas 
F. ASKEP
a. Pengkajian
1. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Masuknya bakteri kekandung kemih sehingga menyebabkan infeksi
b. Riwayat penyakit dahulu
Mungkin klien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
c. Riwayat penyakit keluarga
ISK bukanlah penyakit keturunan
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kurangnya pengetahuan klien tentang pencegahan
b. Pola istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur klien mengalami gangguan karena gelisah dan nyeri.
c. Pola eminasi
Klien cenderung mengalami disuria dan sering kencing
d. Pola aktivitas
Aktivitas klien mengalami gangguan karena rasa nyeri yang kadang datang
3. Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda vital
TD : normal (120/80) / meningkat (>120/80)
Nadi : normal (60-100 kali/menit) / meningkat (>60-100 kali/menit)
Respirasi : normal (16-25 kali/menit) / meningkat (>16-25 kali/menit)
Temperatur : meningkat (>36,5ᵒ-37,5ᵒ)
- Data fokus
Inspeksi : Frekuensi miksi bertambah, lemah dan lesu, urin keruh
Palpasi : Suhu tubuh meningkat
Perkusi : Resonan
Auskultasi : -
b. Analisa Data
No Data Etiologi Diagnosa
1







2









3





4 DS:

DO:









DS:




DO:









DS:


DO:






DS:


DO: Klien berkata badannya panas.
-suhu tubuh > 37.5°C
-takikardi (>100 kali/menit)
-RR >25 kali/menit
-mata merah dan berair
-kulit kemerahan

Klien mengeluh nyeri pada
daerah suprapublik
- Disuria
- menyeringai
- Lemah, lesu
-RR >25 kali/menit
-Takikardi >100kali/menit

- Klien mengeluh lelah dan tidak nyaman saat beraktivitas
-klien terlihat lemah, lesu
-klien lebih sering berbaring di tempat tidur

-klien mengeluh serig berkemih walaupun sedikit
- Disuria
- Frekuensi miksi bertambah
- Urin keruh
- Hematuria Proses penyakit






Proses peradangan







Kelemahan umum




Perubahan kapasitas kandung kemih Hipertermi






Nyeri







Intoleransi aktivitas



Perubahan eliminasi urin





C. Diagnosa
1. Hipertermi b/d perubahan regulasi suhu tubuh ditandai dengan badan teraba panas, mata merah dan berair, suhu tubuh me, dan leokositosis s/t infeksi kandung kemih.
2. Nyeri b/d proses peradangan ditandai dengan kx mengatakan nyeri pada daerah siprapubik dan merasa sakit saat BAK, disuria, frekuensi miksi b (+), skala nyeri 1-5 s/t infeksi kandung kemih.
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum ditandai dengan lemah, lesu, kx lebih sering berbaring di tempat tidur, kebutuhan kx dibantu oleh orang lain s/t nyeri
4. Perubahan eliminasi urin b/d perubahan kapasitas kandung kemih ditandai dengan disuria, frekuensi miksi b (+), urin berbau, keruh dan hematuria.
D. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan intervensi
1. Hipertermi b/d perubahan regulasi suhu tubuh ditandai dengan badan teraba panas, mata merah dan berair, dankulit kemerahan Setelah dilakukan intervensi diharapkan suhu tubuh klien dalam keadaan normal, mata klien tidak merah dan berair lagi.
1.Monitor suhu tubuh
2. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadi
3. Monitor intake dan output
4. Pertahankan ventilasi udara yang cukup di ruangan pasien
5 .Berikan kompres air biasa
6. Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
7. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik



No Diagnosa Tujuan intervensi
2. Nyeri b/d proses peradangan ditandai dengan kx mengatakan nyeri pada daerah siprapubik dan merasa sakit saat BAK, disuria, frekuensi miksi bertambah, skala nyeri 1-5 infeksi kandung kemih.
Setelah dilakukan intervensi diharapkan suhu tubuh klien dalam keadaan normal
Nyeri teratasi d/k:
- Klien mengatakan tidak sakit lagi pada daerah suprapubik dan tidak sakit lagi saat BAK.
- Skala nyeri 0
1. Kaji TTV
2. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
3. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
4. berikan informasi yang akurat untuk meneruskan kesalahan konsep pada keluarga, missal ragu-ragu tentang nyeri

No Diagnosa Tujuan intervensi
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum ditandai dengan lemah, lesu, klien lebih sering berbaring di tempat tidur,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam jangka waktu 3 x 24 jam, klien dapat berpartisipasi pada aktivitas dengan kriteria hasil:
- Tidak mengalami kelemahan dalam melakukan aktivitas
- Dapat memenuhi kebutuhan perawatan sendiri
1.lakukan pendekatan dengan klien dan keluarga
2. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
3. letakkan alat-alat keperluan klien di dekat klien
4. batasi aktivitas yang dapat memperberat keadaan klien
5. rencanakan dan sediakan aktivitas secara bertahap








No Diagnosa Tujuan intervensi
4. Perubahan eliminasi urin b/d perubahan kapasitas kandung kemih ditandai dengan disuria, frekuensi miksi bertambah, urin berbau, keruh dan hematuria.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien dapat mempertahankan keseimbangan masukan / pengeluaran dengan urin jernih dan bebas dari bau. 1. Kaji pola berkemih seperti frekuensi dengan jumlahnya serta catat, berat jenis urin.
2.Anjurkan klien untuk memperbanyak minum
3.Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
4. Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal




BAB IV
KESIMPULAN


Sistitis adalah adalah inflamasi pada mukosa buli - buli yang sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Kuman penyebab infeksi ini terutama adalah Escherichia colli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk ke buli - buli terutama melalui uretra. Sistitis akut sangat mudah terjadi jika pertahanan lokal tubuh menurun, yaitu pada diabetes melitus atau trauma lokal minor pada saat sanggama.

Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara berulang. Wanita sangat sering mengalami sistitis karena uretra wanita lebih pendek dibanding pria. Selain itu sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat bersifat bakterisidal sehingga pria relatif tahan terhadap infeksi. Kurang lebih sekitar 10 - 20% wanita pernah mengalami sistitis selama hidupnya dan kurang lebih 5% dalam satu tahun pernah mengalami serangan ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. file:///F:/Cystisis/CYSTITIS%20%C2%AB%20CATATAN%20MAHASISWA%20PERAWAT.htm
2. http://www.scribd.com/doc/39657696/Asuhan-Keperawatan-Eliminasi-Urine
3. http://masalahkesehatanwanita.blogspot.com/2010/01/sistitis.html
4. http://www.sidenreng.com/2009/02/sistitis/
5. http://www.kesihatanport.com/sistitis-pencegahan-dan-perlakuan.html
Powered by Blogger