KELOMPOK 6
1. BUDHI SANTOSA (090201050)
2. ERWI ROSALINA (090201051)
3. SUMIN TATIK LESTARI (090201052)
4. MEIGA ANGGRAINI (090201053)
5. STALASATUN KHASANAH (090201055)
6. ARIFAH NUR KHASANAH (090201056)
7. DEWI RATIH MERDEKA WATI (090201057)
8. FITRIANA SITORESMI (090201058)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAHYOGYAKARTA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2011 / 2012
ASFIKSIA NEONATORUM
A. Pengertian
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena hipoksia janin intra uterin dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul di dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. (Tim FK Unair 1995).
Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari empat kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai ciri tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing kelompok akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut adalah :
1. Hipoksik-hipoksia
Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah.
2. Anemik-hipoksia
Keadaan dimana darah yang tersedia tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk metabolisme dalam jaringan.
3. Stagnan-hipoksia
Keadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi kegagalan sirkulasi.
4. Histotoksik-hipoksia
Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah oleh karena suatu hal, oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan oleh jaringan.
B. Etiologi
1. Faktor ibu: Cacat bawaan, Hipoventilasi selama anastesi ,Penyakit jantung sianosis, Gagal bernafas,Keracunan CO ,Tekanan darah rendah,Gangguan kontraksi uterus,Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,Sosial ekonomi rendah, Hipertensi pada penyakit eklampsia.
2. Faktor janin / neonatorum : Kompresi umbilikus,Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,Prematur,Gemeli,Kelainan congential,Pemakaian obat anestesi,Trauma yang terjadi akibat persalinan.
3. Faktor plasenta: Plasenta tipis,Plasenta kecil,Plasenta tidak menempel, Solusio plasenta.
4. Faktor persalinan: Partus lama,Partus tindakan.
C. Patofisiologi
Eklampsia pada ibu
Asfiksi
Gangguan pertukaran gas
PO2menurun PC O2meningkat
Pucatisionosis
D. Manifestasi Klinis
D. ManifestasiKlinis
Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular menurun
Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah
TANDA-TANDA STADIUM I STADIUM II STADIUM III
Tingkat kesadaran Sangat waspada Lesu (letargia) Pinsan (stupor), koma
Tonus otot Normal Hipotonik Flasid
Postur Normal Fleksi Disorientasi
Refleks tendo / klenus Hyperaktif Hyperaktif Tidak ada
Mioklonus Ada Ada Tidak ada
Refleks morrow Kuat Lemah Tidak ada
Pupil Midriasis Miosis Tidak sama, refleks cahaya jelek
Kejang-kejang Tidak ada Lazim Deserebrasi
EEG Normal 1aktifitasVoltase rendah kejang-kejang Supresi ledakan sampai isoelektrik
Lamanya 24 jam jika ada kemajuan 24 jam sampai 14 hari Beberapa hari sampai beberapa minggu
Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian, defisit berat
E. APGAR Score
Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk memutuskan apakah seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan. Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti tersebut membutuhkan tindakan.
Observasi dan periksa :
A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut jantung dengan jari.
G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan tenggorokannya dihisap.
A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R = “Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan pernapasannya.
TANDA 0 1 2 JUMLAH NILAI
Frekwensi jantung Tidak ada Kurang dari 100 x/menit Lebih dari 100 x/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh / lemas Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif
Refleks Tidak ada respon Gerakan sedikit Menangis batuk
Warna Biru / pucat Tubuh: kemerahan, ekstremitas: biru Tubuh dan ekstremitas kemerahan
Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa
Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
F. Pemeriksaan Penunjang
- Foto polos dada
- USG kepala
- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
8. Pengkajian spesifik
H. Komplikasi
1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.
2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema paru.
3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.
4. Ginjal: tubular nekrosisakut, siadh.
5. Hematologi: dic
I. Prognosis
a. Asfiksia Ringan :Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.
b. Asfikisia Berat : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama kelainan saraf. Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis permanen,misalnya retardasi mental.
J. Prinsip Dasar Resusitasi
Ada beberapa tahap: ABC resusitasi,
A= memastikan saluran nafas terbuka.
B= memulai pernafasan .
C= mempertahankan sirkulasi (peredaran darah).
• Membersihkan dan menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi serta mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenisasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.
• Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah.
• Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.
• Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA
Neonatus (Bayi. P) dibawake IGD RumahSakitusia 6 jam dengan masalah utama merintihsejak lahir. Bayi ini merintih sejak lahir. Orangtua khawatir dengan keadaan anaknya. Bayi ini lahir dengan bidan, anak pertama, berat lahir 2400 gr, menurut bidan sudah cukup bulan, air ketuban bewarna hijau kental. Keadaan klinis saat masuk bayi tampak pucat, kaki teraba dingin, nafas 20x/menit, tampak retraksi epigastrium dan intekostal, merintih dan biru. Bidan yang membawa tampak kebigungan dan minta pertolongan ke dokter. Dokter kemudian melakukan resusitasi untuk menolong
A. Pengkajian
Biodata Identitas orang tua
Nama : Bayi P Nama ayah : NS
Umur : 6 jam Nama ibu : P
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : pertama
1. Keluhan Utama
Bayi merintih sejak lahir dan sesak nafas
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
Sudah cukup bulan
DO:
- BBL : 2400 gram
- suhu tidak tetap
- membran mukosa biru
- Tampak Pucat
- Kaki teraba dingin
- turgor kulit jelek
- jaringan subkutan lembek
- Nafas dangkal dan cepat
- pernapasan cuping hidung
- reflek menghisap lemah
- gerakan tidak aktif
- Merintih
DS:
-Orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya
MASALAH KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d imatur system pernafasan.
2. Hipotermi b/d imatur system termoregulasi.
3. Gangguan pemeriksaan kebutuhan nutrisi b/d intake yang kurang.
4. Defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan akibat dari peningkatan pola nafas.
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imobilitas.
TABEL DIAGNOSA
Data Fokus Etiologi Problem
DO:
- Bayi pucat
- Reflek gerakan sedikit
- Terlihat penggunaan otot saat bernapas
- Napas cepat dan dangkal
-
DO:
-Tampak Pucat
-Kaki Teraba dingin
-Merintih
-Membran mukosa pucat
DO:
- Turgor jelek
- Jaringan subcutan lembek
- Reflek hisap lemah
DO:
- Napas Sesak
- Jaringan subcutan lembek
DO:
- Jaringan lembek
- Reflek bergerak kurang
Immaturitas otot
pernafasan
Imatur sistem
thermoregulasi
Intake kurang
Output berkurang
Akibat pembesaran pada nafas
Imobilitas
Pola nafas
Tidak efektif
Hipotermi
Nutrisi kurang
Defisit vol. Cairan
Resti gangguan integritas kulit
TABEL INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif
b/d imaturita periode pernafasan.
2. Hipertensi b/d imaturitas thermogulasi
3. Defisit vol. Cairan b/d pengeluaran cairan yang berlebih akibat peningkatan pola nafas.
1. Jalan nafas menjadi efektif dengan kriteria :
- RR > 60x.menit
- Tidak ada penggunaan alat pernafasan.
- Whashing
- AGD dalambatas (N) :
- Ph = 7,35-7,45
- PCO2 = 35-45 mmhg
- PO2 = 50-80 mmgh
1. Cairan seimbang dengan kriteria :
- Membran mukasa lembab
- Turgor kulit baik
- Pengisiankapilercepat
- TTV stabil :
- RR : 30-60x/menit
- N : 110-1670x/menit
- S : 36-36C
1. Cairan seimbangdengankriteria :
- Membranmukosalembab
- Turgor kulitbaik
- Pengisiankapilercepat
- TTV stabil :
- RR : 30 – 60 x/mnt
- N : 110 – 160 x / mnt
- S : 36 – 367o C
1. Bersihkan hidung dan mulut dari mukus.
2. Berikan O2 dengan nasacanul 2 tts/menit
3. Obstetri TTV (RR & N)
1. Kontrol suhu lingkungan
2. Lakukan prosedur di area yang hangat
3. Observasi bayi terhadap stress dingin seperti takipnea, apnea, perubahan warna
4. Beri cadangan kalori untuk perbaiki keadaan hipoglekemia dan menstabilkan AGD
5. Periksa suhu secara bertahap sampai stabil.
6. Berikan pakaian untuk melindungi bayi dari kehilangan panas.
1. Kaji Turgor kulit, kelembaban, membran mukosa.
2. Pantau masukan, pengaluaran, catat warna dan karakter uruine
3. Hitung keseimbangan cairan.
4. Waspadai kehilangan cairan yang tak tampak.
5. Ukur berat badan secara periodic.
6. berikan cairan tambahan perinfus sesuai keperluan
Diagnosa
Tujuan Intervensi
4.Resiko tinggi gangguan nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan / imaturitas saluran cerna.
Nutrisi terpenuhi dengan kriteria :Berat badan naik / dipertahankan.
- 1. Early feeding untuk mencegah penurunan BB > 10%, hipoglikemi, hiperbilirubinemia
• Pedoman :puasa 2 jam dextrosa 5%.
Frekwensi minum.
a. BB 1250 gram x/24 jam
b. BB 1250-2000 gram =12x/24jam.
c. BB >2000gram 8x/24 jam
d. Jumlah cairan :
• Jumlah cairan :
a. hari I 60 cc/kg BB/hr.
b. hari II 90cc/kg BB/hr
c. hari III 120cc/kg BB/hr
d. hari IV 150cc/kg BB/hr
e. hari seterusnya 180-200cc/kg BB/hr
• Jumlah kalori
110-140 ka /kg bb/hr.
• Jumlah protein
3-69 gram/kg BB/hr
• Jumlah karbohidrat
10-15 gram/kg BB/hr
• Jumlah lemak
5-7 gram/kg BB/hr
• Macam nutrisi
Asi, ASS/ air susu sapi.
(cak residu lab) parenterae
2. Cegah pneumonia aspirasi
DAFTAR PUSTAKA
Nanda Internasional. 2009-2011. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, Alih Bahasa: Made Sumarwati, S.Kep. MN.,Ns, dkk. Jakarta: EGC
Jumiarni.Drs, Mulyanti.Sri, S.Nurlina ;AsuhanKeperawatan Perinatal, Jakarta : ECG PenerbitBuku Kedokteran,1995
Kiranapritasari, 2008.Asuhan Persalinan Normal.Edisi2008 : Jakarta
PrawirohardjoSarwono,SpOG ,2005.Ilmu Kebidanan.Edisiketiga : Jakarta
http://askep-asfiksia-pada-bayi-baru-lahir.html
http://www.pediatrik.com/kanal.Php?pg=karyailmiah&id=03