Kamis, 14 April 2011

MAKALAH “ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)”

NAMA : ARIFAH NUR KHASANAH
NIM : 090201056


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2011
CATATAN KEPERAWATAN DI KOMUNITAS (CMHN)

A. IDENTITAS
NAMA : CHELSEA BELLA RAMADHANI
USIA : 4,7 Tahun
JENIS KELAMIN : Perempuan
ALAMAT : Ngricik RT 06/RW05, Wiladeg, Karangmojo, Gunungkidul

B. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Uraikan karateristik perilaku yang diperlihatkan anak prasekolah dengan memberi tanda √ pada bagian ( ).
( √ ) Berkhayal dan kreatif.
( √ ) Bermain dengan benda-benda yang ada di rumah.
( √ ) Mudah berpisah dengan orang tua.
( √ ) Memperlihatkan kreativitas dan kemampuan berkhayal.
( √ ) Menikmati bermain dengan teman seusianya bersama-sama.
( √ ) Mengetahui tindakan yang benar dan salah serta mau mengikuti perintah.
( √ ) Mengetahui minimal empat warna.
( √ ) Bicara menggunakan kalimat yang panjang.
( √ ) Mengenal jenis kelamin.

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Potensial (normal) : Potensial mengembangkan inisiatif

D. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRASEKOLAH.
TUGAS PERKEMBANGAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Perkembangan yang normal: Inisiatif • Beri kesempatan kepada anak untuk mencapai kemampuan tertentu yang dapat dipelajarinya, seperti naik sepeda, menulis, menggambar, menyusun balok, puzzle.
• Dukung anak untuk bermain berkelompok.
• Beri kesempatan anak untuk bermain peran menggunakan alat-alat yang sesuai (memasak, sekolah, berperan sebagai orang tua).
• Beri tugas yang sesuai dengan kemampuan anak.
• Jadi role model bagi anak mengenai cara menerima keunikan orang lain.

2. TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK KELUARGA
TUGAS PERKEMBANGAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Perkembangan yang normal: Inisiatif • Informasikan kepada keluarga mengenai cara yang dapat dilakukan keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial anak.
- Bersikap positif dan dorong usaha anak untuk mandiri.
- Dukung anak untuk bermain dan sediakan alat bermain.
- Bantu anak menyelesaikan masalah yang dialami jika tindakan yang dilakukan anak berakibat negatif/buruk.
- Gunakan bahasa yang positif dalam melarang anak.
- Berikan pendapat yang positif terhadap perilaku yang ditampilkan
- Beri pujian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh anak.
- Berikan suasana disiplin dalam rumah pada waku belajar, menonton TV, bermain, makan.
• Diskusikan dengan keluarga mengenai cara yang akan digunakan keluarga untuk menstimulasi inisiatif anak.
• Latih keluarga untuk melakukan cara tersebut dan dampingi saat keluarga menstimulasi inisiatif anak.


E. TABEL IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
IMPLEMENTASI EVALUASI
13 APRIL 2011 PUKUL 15.20

1. TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRASEKOLAH.
• Memberi kesempatan anak mencapai kemampuan tertentu yang dapat dipelajarinya: belajar berhitung dan menulis
• Mendukung anak untuk bermain berkelompok: masak-masakan
• Memberi kesempatan anak untuk bermain peran menggunakan alat-alat yang sesuai: bermain masak-masakan.


3. TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK KELUARGA
• Informasikan kepada keluarga mengenai cara yang dapat dilakukan keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial anak.
- Bersikap positif dan dorong usaha anak untuk mandiri.
- Dukung anak untuk bermain dan sediakan alat bermain.
- Bantu anak menyelesaikan masalah yang dialami jika tindakan yang dilakukan anak berakibat negatif/buruk.
- Gunakan bahasa yang positif dalam melarang anak.
- Berikan pendapat positif terhadap perilaku baik anak.
- Beri pujian terhadap keberhasilan yang dicapai anak.
- Berikan suasana disiplin dalam rumah pada waku belajar, menonton TV, bermain, makan.
• Diskusikan dengan keluarga mengenai cara yang akan digunakan keluarga untuk menstimulasi inisiatif anak: membelikan poster angka dan huruf. 13 APRIL 2011 PUKUL 17.30

S: Anak mengatakan senang bermain masak-masakan dengan teman sebayanya.

O: Anak dapat mengahafal angka dan belajar menulis dengan mandiri.

A: Anak mengembangkan inisiatif

P: Anjurkan anak belajar menulis dan menghafal angka sesuai kemampuan tanpa paksaan mulai dari yang mudah sampai ke level yang lebih sulit.

MAKALAH KISTA KELENJAR BARTOLINI

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Gangguan perdarahan di luar dan di dalam siklus menstruasi “ Amenorhea “
Makalah ini diselesaikan karena bantuan beberapa pihak,maka kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Andari Wuri Astuti ,S.SiT selaku pembimbing.
2. Teman-teman seperjuangan yang telah ikut menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari harapan sempurna untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat orang-orang yang berkecimpung di dunia kesehatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Yogyakarta, Maret 2011

Penyusun









DAFTAR ISI

Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar isi 3

BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang 4
II. Rumusan Masalah 4
III. Tujuan 5
IV. Manfaat 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian kista kelenjar bartolini 6
II. Gejala kista kelenjar bartolini 8
III. Epidemiologi kista kelenjar bartolini 10
IV. Stadium kista kenjar bartolini........................................................... 11
V. Penanganan dan pengobatan............................................................ 12

BAB III KASUS 22

BAB IV PEMBAHASAN 24

BAB V PENUTUP
I. Kesimpulan 30
II. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.
Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini.
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kista kelenjar bartolini ?
2. Bagaimanaepidemiologi pada kista kelenjar bartolini ?
3. Apa gejala dari kista kelenjar bartolini ?
4. Apa saja stadium kista kelenjar bartoilini ?
5. Bagaimana cara penanganan kista kelenjar bartolini ?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kista kelenjar bartolini dapat terjadi pada perempuan .
2. Untuk menambah pengetahuan tentang gangguan yang terjadi kerena gangguan sistem reproduksi salah satunya kista kelenjar bartolini .
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kista kelenjar bartolini.



IV. Manfaat
1. Memberikan penjelasan pada masyarakat khususnya perempuan dalam masa reproduktif mengenai hal-hal yang terjadi bila mengalami kista pada kelenjar bartolini.
2. Mendeteksi secara dini yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi oleh perempuan apabila terkena kista kelenjar bartolini.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian kista kelenjar bartolini
Kista adalah tumor iinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya. Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi
2. Gejala-gejala kista kelenjar bartolini
Kista dapat memberikan berbagai keluhan seperti nyeri sewaktu haid, nyeri perut bagian bawah, sering merasa ingin buang air besar atau kecil, dan pada keadaan yang sudah lanjut dapat teraba benjolan pada daerah perut. Untuk jenis kista folikel, biasanya tidak memberikan rasa nyeri. Sehingga kebanyakan penderita tidak menyadarinya. Namun, jika kista pecah, misalnya saat berhubungan seksual, penderita akan merasa nyeri yang bertambah bila melakukan aktivitas fisik berat.
Tidak seperti kista folikel, kista korpus luteum umumnya memberikan nyeri hanya pada satu sisi dari perut bagian bawah. Penderita juga mengalami perubahan pola haid, misalnya terlambat haid atau pendarahan diantara periode haid. Pendarahan vagina yang hebat dan tidak teratur jika berlangsung kronik dapat berakibat pada anemia. Nyeri perut yang timbul biasanya hebat dan dapat disertai mual dan muntah. Pembesaran perut juga sering terjadi pada beberapa jenis kista yang cenderung tumbuh makin besar. (http://id.shvoong.com/)
3. epidemiologi kista kelenjar bartolini
Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista. Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena massa pada wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa penelitiantelah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita-tahun).Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka. Jadi, hal ini adalah masalah yang perlu dicermati.Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20 sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda.

4. Stadium kista kelenjar bartolini
1. Kista non-neoplastik
Kista non-neoplastik bersifat jinak dan biasanya akan mengempis dengan sendirinya setelah dua atau tiga bulan.

2. Kista neoplastik.
Kista kneoplastik umumnya harus dioperasi, namun tetap tergantung pada ukuran dan sifatnya, apakah membahayakan atau tidak.
Selain pada ovarium, kista dapat juga tumbuh di vagina dan daerah vulva (bagian luar alat kelamin wanita). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, ductus gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea, serta inklusi epidermal.
Kista umumnya tidak disertai dengan keluhan atau gejala spesifik. Keluhan biasanya akan muncul jika ukuran kista sudah membesar dan letaknya mengganggu organ lain di sekitarnya. Jika si penderita menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, maka?akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan, kesemutan, atau bengkak pada kaki.
Kista memang tumor yang jinak, namun 20-30% kista dapat berpotensi menjadi ganas. Keadaan itu ditandai dengan terjadinya pembesaran tumor dalam waktu singkat sehingga memicu tumbuhnya kanker.
Pasalnya, sampai sekarang belum diketahui secara pasti faktor-faktor penyebab tumbuhnya kista dalam tubuh seorang wanita dan cara pencegahannya pun belum terungkap dengan jelas. Ada penelitian yang menyatakan bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur untuk berovulasi. Dalam siklus reproduksi, satu sel telur dalam ovarium wanita setiap bulannya akan mengalami ovulasi, yaitu keluarnya inti sel telur dari folikel untuk kemudian ditangkap serabut fimbria dan ditempatkan di saluran ovarium, dan siap dibuahi jika bertemu sperma. Folikel yang sudah kehilangan inti sel telur itu disebut dengan corpus luteum, yang secara normal akan mengalami degenerasi dan hilang diserap tubuh.
Namun, ada kalanya proses keluarnya inti sel telur dari dalam folikel gagal terjadi. Sel telur yang gagal berovulasi tersebut lama-kelamaan dapat berubah menjadi kista. Selain itu, dapat pula terjadi kegagalan penyerapan corpus luteum oleh tubuh. Keadaan itu dapat pula berpotensi menyebabkan kista.
Selain disebabkan oleh kelainan pada sel telur (folikel), kista di ovarium juga dapat tumbuh begitu saja. Kista semacam itu terdiri atas selaput yang berisi darah kental dan sering disebut sebagai endometriosis.
Seiring dengan berjalannya waktu, kista akan terus mengalami pembesaran. Dalam jangka waktu tertentu, kista terus tumbuh hingga diameternya mencapai puluhan sentimeter. Sebenarnya tidak ada patokan mengenai ukuran besarnya kista sehingga berpotensi untuk pecah. Pecahnya kista dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rusak dan menimbulkan terjadinya perdarahan yang dapat berakibat fatal
5. Penanganan dan pengobatan
1. Dengan mengangkat kista melalui operasi.
Namun, tindakan pengobatan tersebut hingga kini belum memberikan hasil yang memuaskan. Tindakan operasi pengangkatan kista tidak menjamin kista tidak akan tumbuh kembali nantinya. Selama seorang wanita masih memproduksi sel telur, maka potensi untuk tumbuh kista akan tetap ada. Namun, dengan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran kaum wanita saat ini untuk memeriksakan organ reproduksinya merupakan langkah awal yang tepat untuk mengurangi risiko terjadinya kista.

2. Mengatasi Kista dengan Laparoskopi
Laparoskopi merupakan teknik pembedahan atau operasi yang dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 5-10 milimeter) di sekitar perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor, sementara dua lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain.
Teknik ini disebut juga teknik operasi minimal invansif (Minimal Invansive Surgery). Namun, teknik ini tetap memiliki resiko bagi pasien, terutama karena saat melakukan operasi tersebut, dokter yang menangani memerlukan ruang dalam rongga perut sehingga memerlukan gas karbondioksida (CO2) untuk mengembangkan rongga perut, antara lain risiko yang dapat terjadi jika gas bertekanan tinggi tersebut masuk ke dalam pem- buluh darah.

Pantangan makanan bagi pasien kista:
- santan, alpukat, kuning telur
- seafood
- fastfood
- gorengan (bila menggoreng lebih baik menggunakan olive oil/minyak zaitun)
- susu sapi (ganti dg susu diet, misalnya WRP)
- susu kedelai, termasuk tahu tempe
- jeroan
- makanan2 manis, termasuk buah2an, misalnya lengkeng, rambutan, mangga.




























KASUS

Aku juga sedang mengalami penyakit itu, malu deh rasanya soalnya aku blm nikah msh gadis juga... jd risih ke dokter kandungan... apalagi pas pertama kali ke bidan langsung di kira hamil, sekarang masih ada kistanya... wkt itu sih cuma diiris sm dokter utk di keluarin isinya the next months kembali lagi... klo lg bengkak gak enak bgt enak rasanya... cenut cenut gitu trus perih... coba pake pantyliners therapy yg di jual di multimarketing itu lho... bisa sih kempes tp balik lagi klo lg gak pake... uhuhuhu... sedih bgt... pingin sembuh kayak dulu lagi... awal mulanya sih keputihan berlebihan... jadi klo keputihan berlebihan jangan di anggap enteng... sekarang jadi nyesel... mau sembuh... mau sembuh... info di atas berguna bgt jd tau banyak, soalnya ada beberapa dokter yg gak ngejelasin detail ttg penyakit, knp bisa timbul ato penanggulangannya... setelah operasi itu pernah kambuh lagi tidak? atau ada keluhan... pengaruh ke masa depan gak? maksudnya will have problem having baby...






























PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus diatas tampaknya memang dapat menjadi masalah bagi Ny. nina. Tentu saja dengan keadaanya sekarang dengan menstruasi yang tidak normal membuatnya keadaanya tidak seperti perempuan lainnya. Siklus menstruasi yang sangat pendek dengan jumlah perdarahan yang normal, membuat ibu Nina seringkali mengalami lesu dan lemas yang dapat mengakibatkan anemia.
Namun, disinilah peran seorang bidan yang harus mampu memberi dukungan, motivasi serta semangat agar ibu Nina berusaha untuk memperbaiki keadaanya sekarang. Sebenarnya dari pemeriksaanya yang dilakukan oleh bidan, tidak didapatkan sesuatu yang sangat membahayakan namun dari data - data yang didapat Ny nina memang mengalami anemia yang disebabkan karena siklus menatruasi yang cukup pendek, sehingga kondisinya pun lemah.
Dan ini bisa berpengaruh pada siklus menstruasi yang tidak teratur. Sehingga Ny. Nina dianjurkan untuk menganti alat kontrasepsi yang lain, sehingga diharapkan dengan mengganti alat kontrasepsi yang lain menstruasinya dapat kembali normal. Namun, untuk menegakkan diagnose perlu melakukan kolaborasi dengan dokter obgsyn sehingga perlu dilakukan rujukan. dan
Dalam kasus ini bidan melakukan fungsinya sebagai konselor yang baik dengan cara memberikan KIE yang tepat dan jelas kepada klien. Namun mengenai kelainan yang dialami klien untuk mengetahui secara pasti maka bidan harus merujuk atau menyarankan klien untuk periksa kepada tenaga medis yang lebih ahli,dalam hal ini adalah dokter kandungan. Karena pemeriksaan yang harus dilakukan juga bukan hanya pemeriksaan fisik luar saja tapi organ bagian dalam juga yang sudah keluar dari wewenang bidan.











PENUTUP

I. KESIMPULAN
Menstruasi merupakan hal yang sangat fisiologis yang dialami oleh setiap perempuan normal. Namun, ada hal yang harus diperhatikan bahwa tidak semua perempuan mengalami menstruasi yang normal. Ada beberapa macam gangguan menstruasi yang mungkin terjadi pada perempuan, salah satunya polymenorea.
Tentu saja, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang perempuan mengalami polimenore seperti karena kesuburan endometrium kurang akibat dari pengaruh hormon combinasi progesteron dan estrogen yang sangat berpengaruh pada endometirum. Namun dengan demikian, polimenore bukanlah suatu kejadian yang sangat membahayakan. Dengan penanganan yang khusus tentu saja pada ahlinya yaitu dokter obgsyn, polimenore dapat disembuhkan .

II. SARAN

1. Setiap perempuan hendaknya waspada terhadap gejala yang menunjukkan adanya polimenorea .
2. Hendaknya bidan memberikan penyuluhan pada tiap perempuan mengenai polimenorea.


DAFTAR PUSTAKA

http://nenkeliezbid.blogspot.com/2010/04/siklus-haid.html
http://akd3b.wordpress.com/2010/06/18/poliminorea/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-nurmasadah-5571-3-babii.pdf
Manuaba,Chandranita,dkk.2008.Gawat Darurat Obstetri-Giekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.Jakarta : ECG

Badziat,Ali.2003.Endokrinologi Ginekologi.Jakarta : Media Aesculapius Buku Panduan Praktikum Kesehatan Reproduksi

MAKALAH KISTA VAGINA

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Gangguan perdarahan di luar dan di dalam siklus menstruasi “ Amenorhea “
Makalah ini diselesaikan karena bantuan beberapa pihak,maka kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Andari Wuri Astuti ,S.SiT selaku pembimbing.
2. Teman-teman seperjuangan yang telah ikut menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari harapan sempurna untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat orang-orang yang berkecimpung di dunia kesehatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Yogyakarta, Maret 2011

Penyusun


DAFTAR ISI

Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3

BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang 4
II. Rumusan Masalah 4
III. Tujuan 5
IV. Manfaat 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian kista vagina 6
II. patofisiologi 8
III. etiologi kista vagina 10
IV. tanda da gejala kista vagina............................................................. 11
V. tindakan kista vaginitis....................................................................... 12

BAB III KASUS 22

BAB IV PEMBAHASAN 24

BAB V PENUTUP
I. Kesimpulan 30
II. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Organ reproduksi baik laki-laki maupun perempuan mempunyai bentuk dan fungsi yang bebeda. Disini kami akan membahas tentang organ reproduksi perempuan, yang mungkin dapat terjadi gangguan yang menyebabkan gangguan reproduksi sehingga menghambat kerja dari organ reproduksi itu sendiri .
Disini kami akan membahas tentang salah satu gangguan yang terjadi pada organ reproduksi perempuan yaitu Kista. Kista adalah dtumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.

II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kista vagina ?
2. Apa penyebab dan gejala kista vagina ?
3. Bagaimana patofisiologi pada kista vagina ?
4. Bagaimana tindakan dan penatalaksanaan dari kista vagina ?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui kenapa kista vagina dapat terjadi pada perempuan .
2. Untuk menambah pengetahuan tentang pencegahan agar tidak terjadi kista vagina .
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kista vagina pada perenpuan .



IV. Manfaat
1. Memberikan penjelasan pada perempuan tentang gangguan reproduktif mengenai hal-hal yang terjadi bila mengalami kista vagina .
2. Memberikan informasi tentang pengobatan kepada perempuan apabila terkena kista vagina .















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian Kista vagina
Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.
Kista berupa penumpukan cairan menggelembung berisi udara. Ada macam-macam kista tapi yang paling sering ditemukan adalah kista gartner atau duktus muller. Bentuknya seperti gelembung air atau bisul. Kista di vagina bisa mempersempit lubang vagina yang akhirnya akan menghambat persalinan. Bahkan jika bentuknya besar, bisa menghalangi hubungan intim dan akibatnya malah tak bisa hamil. Karenanya, jika ibu menemukan kista di vaginanya, harus segera dioperasi agar bisa hamil.
Bila setelah hamil dijumpai ada kista, harus dilakukan operasi ketika usia kehamilan masih muda, sekitar 3-4 bulan. Jika sudah telanjur, harus dilakukan operasi sesar.
II. Patofisiologi
Tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium invaginasi yang sederhana dari epitel germinal sampai ke invaginasi disertai permukaan ruangan kista yang luas terjadi pembentukan papil-papil kearah dalam tumor kistik.

III. Etiologi
Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
1. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya;
1. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
2. Zat tambahan pada makanan
3. Kurang olah raga
4. Merokok dan konsumsi alcohol
5. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
6. Sering stress
2. Faktor genetic.
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
VI. Tanda dan Gejala
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;
1. Gangguan haid
2. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
3. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
4. Nyeri saat bersenggama.
V. Bagaimana Hubungannya Pada Janin
Kista yang besar bisa menimbulkan kelainan letak janin dalam kandungan, atau menghalangi turunnya kepala di jalan lahir pada waktu persalinan. Oleh karena itu bila ditemukan kista permanen yang besar, maka perlu tindakan pembedahan pada kehamilan sekitar 18 minggu. Bila kista yang besar tersebut tidak menghalangi jalan lahir atau tidak menimbulkan gejala sakit, operasi dapat dilakukan 3 bulan setelah ibu melahirkan. Jadi, tindakan yang diambil dokter sangat ditentukan oleh jenis kista, ukuran dan letaknya di jalan lahir serta keluhan dari ibu hamil itu sendiri.

VI. Tindakan
Cara yang paling efektif untuk mengatasi kista yaitu:
1. Dengan mengangkat kista melalui operasi. Namun, tindakan pengobatan tersebut hingga kini belum memberikan hasil yang memuaskan. Tindakan operasi pengangkatan kista tidak menjamin kista tidak akan tumbuh kembali nantinya. Selama seorang wanita masih memproduksi sel telur, maka potensi untuk tumbuh kista akan tetap ada. Namun, dengan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran kaum wanita saat ini untuk memeriksakan organ reproduksinya merupakan langkah awal yang tepat untuk mengurangi risiko terjadinya kista.
2. Mengatasi Kista dengan Laparoskopi
Laparoskopi merupakan teknik pembedahan atau operasi yang dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 5-10 milimeter) di sekitar perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor, sementara dua lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain.
Penderita kanker ovarium stadium dini dapat ditangani dengan operasi yang kemudian dilanjutkan dengan terapi. Bila kanker ovarium telah memasuki stadium lanjut baru di lakukan kemoterapi atau radiasi.











BAB III
KASUS

Seorang ibu rumah tangga bernama Ny. bebeb dengan umur 30 tahun, datang bersama suaminya ke BPS Amanah untuk memeriksakan keadaanya kerena Ny. bebeb mengeluh bahwa terasa nyeri saat berhubungan, perut terasa terasa tidak nyaman. Dan hasil yang didapatkan adalah sbb :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali permenit
Pernafasan : 20 kali permenit
Suhu : 36 0C
TB : 155 cm
BB : 50 kg

















BAB IV

PEMBAHASAN


Dari kasus yang dialami oleh ibu Bebeb merupakan suatu hal yang sangat menggangu kehidupan ibu Bebeb. Dari anamnese yang dilakukan, sebaiknya dilakukan rujukan pada dokter obsgyn agar tidak menimbulkan ganggauan yang lebih gawat lagi. Dapat dilakukan operasi ini sebaiknya pada saat wanita yang bersangkutan akan menikah. Dengan demikian vagina baru dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan akan menyempit.
Pada attresia vaginae terdapat gangguan dalam kanalisasi : sehingga terbentuk suatu septum yang horisontal. Septum itu dapat ditemukan pada bagian proksimal vagina, akan tetapi bisa juga pada bagian bawah, diatas himen.
Bila penutupan vagina itu menyeluruh, mensturasi timbul terapi vagina tidak menyeluruh, tidak akan timbul kesulitan.










BAB V
PENUTUP

I. KESIMPULAN

Vaginitis terjadi ketika flora vagina telah terganggu oleh adanya mikroorganisma patogen atau perubahan lingkunang vagina yang memungkinkan mikroorganisma patogen berkembang biak/berproliferasi. Penanganan yang segera sangatlah dibutuhkan ketika seseorang mengalami masalah infeksi, salah satunya vaginitis, karen bila tidak segera dilakukan tentu saja berpengaruh buruk terhadap penderita, dan menagkibatkan terganggunya pemenuhan kebutuhan bagi si penderita .

II. SARAN
1. Untuk setiap perempuan, menjaga kebersihan daerah kewanitaan sebaiknya lebih ditingkatkan lagi, untuk memperkecil resiko berkembanganya bakteri-bakteri yang seringkali dapat tumbuh di daerah kewanitaan .
2. Untuk tenaga kesehatan, khususnya bidan yang sangat mengerti tentang kebutuhan perempuan, lebih peka terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul pada perempuan, sehingga dapat memperkecil penderita vaginitis .







ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. N UMUR 25 TAHUN DENGAN POLIMENORE
DI BPS KASIH IBU
Jl. Gampingan Baru No. 105, Bantul, Yogyakarta

No. Register : 101010
Tanggal pengkajian : 15 Maret 2011
Pukul : 10.15 WIB
Oleh : Bidan wiwid
PENGKAJIAN DATA
Biodata / Identitas pasien suami
1. Nama : Ny. B Tn. A
2. Umur : 30 tahun 35 tahun
3. Agama : Islam Islam
4. Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
5. Pendidikan : SMA STM
6. Pekerjaan : IRT Swasta
7. Alamat : Jln. Gunung Pring No. 415, RT 05/RW 01 Muntilan Magelang Jawa Tengah
8. No. Telp : 081234567xxx 081234566xxx
DATA SUBYEKTIF
1. Kunjungan saat ini kunjungan ulang
Keluhan utama
Pasien mengatakan sering mengalami nyeri saat berhubungan, perut terasa tidak nyaman.
2. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah selama 5 tahun .
3. Riwayat menstruasi
Menarche pada umur 16 tahun, kadang sering terjadi gangguan menstruasi seperti siklus yang tidak teratur .
4. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: P2Ab0Ah2
5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan: pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi suntik
6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/ sedang diderita
Pasien mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit berat seperti hipertensi, DM, jantung, TBC
b. Penyakit yang pernah/ sedang di derita keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang pernah dan sedang menderita penyakit berat seperti hipertensi, DM, jantung, TBC, keganasan
c. Riwayat penyakit ginekologi
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit ginekologi
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola nutrisi makan minum
Frekuensi 2 kali sehari 3 – 4 kali sehari
Macam nasi dan lauk susu, dan teh
Jumlah 1 porsi habis 1 gelas habis
Keluhan tidak ada tidak ada
b. Pola eliminasi BAB BAK
Frekuensi tidak teratur 2 – 3 kali sehari
Warna kuning kehijauan kuning jernih
Bau khas khas
Konsistensi lunak encer
Keluhan tidak ada nyeri
c. Pola aktivitas
Ibu mengatakan kegiatan sehati-harinya adalah pekerjaan rumah tangga
Istirahat/ tidur: siang tidak pernah, malam 7 jam
Seksualitas: 1 kali dalam satu minggu
d. Personal hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali perhari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin: saat mandi, sehabis buang air kecil dan besar.
Kebiasaan mengganti pakaian dalam: setiap habis mandi
Jenis pakaian dalam yang digunakan: katun
8. Keadaan psiko social spirituala
a. Pengetahuan pasien tentang gangguan/ penyakit yang diderita saat ini
Menurut pasien, apa yang dialaminya tidak normal
b. Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi
Menurut pasien, gangguan reproduksi yang dialaminya tidak normal dan sangat mengganggu.
c. Dukungan keluarga
Keluarga menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan agar dapat diketahui penyebab pasien belum juga haid.
d. Ketaatan beribadah
Pasien taat menjalankan sholat 5 waktu, namun setelah mengalami keadaan sekarang yang sedang dialami pasien mengatakan tidak dapat melaksanakan 5 waktu secara penuh.

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum baik, kesadaran composmenthis
b. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali permenit
Pernafasan : 20 kali permenit
Suhu : 36 0C
c. TB : 155 cm
BB : 50 kg
d. Kepala dan leher
Hiperpigmentasi : tidak ada hiperpigmentasi pada wajah dan leher
Mata : simetris, sclera putih, konjungtiva merah muda
Mulut : bibir merah muda, lembab
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis
e. Payudara : pembesaran payudara normal
f. Abdomen :
g. Ekstermitas
Edema : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflek patella : positif
h. Genetalia luar
Tampak kemerahan dan teraba benjolan, nyeri saat dipegang .
Tanda chadwich : tidak ada
Varices : tidak ada
Bekas luka : tidak ada
Kelenjar bartholini: tidak ada
Pengeluaran : lendir warna kuning kehijauan berbau
i. Anus : tidak ada hemoroid
2. Pemeriksaan dalam/ ginekologis
3. Pemeriksaan penunjang
USG, pengambilan jaringan biopsy


ASSESSMENT
Ny. D umur 30 tahun dengan suspect vaginitis .
PLANNING tanggal 24 maret 2011 pukul 11.00 WIB
1. Menjelasakan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien :
• Keadaan umum klien sedang
• Kesadaran compos mentis
• TB : 155 cm, BB : 38 kg
• TD : 110/70 mmHg. N ; 84x/m. P : 20 x/m. S : 36 C
• Inspeksi Keadaan umum klien normal
 Klien mengerti tentang keadaannya .
2. Memberikan konseling agar klien tidak cemas bahwa keadaanya sekarang bukanlah sesuatu yang sangat membahayakan,sehingga dapat disembuhkan.
 Klien mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan .
3. Menjelaskan pada klien tentang gangguan reproduksi yang dialaminya akibat dari bakteri.
 Klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan .
4. Menganjurkan pada klien untuk lebih memperhatikan personal hygin nya
 Klien mengerti dan akan lebih memperhatikan kebersihannya .
5. Melakukan rujukan kepada dokter obsgyin untuk memastikan diagnose yang tepat sehingga penanganannya pun tepat.
 Klien bersedia untuk dirujuk dengan dokter obgsyn .

Ttd

Bidan Ema






























DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,Chandranita,dkk.2008.Gawat Darurat Obstetri-Giekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.Jakarta : ECG

Badziat,Ali.2003.Endokrinologi Ginekologi.Jakarta : Media Aesculapius Buku Panduan Praktikum Kesehatan Reproduksi

http://bataviase.co.id/detailberita-10443643.html

http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Konsultasi-Kesehatan/Gangguan-kesehatan reproduksi.

FIMOSIS DAN HIPOSPODIA

A. Pengertian Fimosis
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin,) . Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat.
Fimosis kongenital (kelainan bawaan, true phimosis)
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. Hanya sekitar 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
Fimosis didapat (fimosis patologik)
Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.


Gejala fimosis
Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni kulit preputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi besarnya lubang di ujung preputium. Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat darurat.
jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastik lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik.
Terapi
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien. Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama, periengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan. Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis.
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.
Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika manuver ini gagal , periu dilakukan insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada temuan klinis lokal, sirkumsisi dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.
B. Pengertian Hipospodia
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana uretra terbuka di permukaan bawah penis, skrotum atau peritonium. Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang.
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam utero. Terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke 10 sampai minggu ke 14. Gangguan ini terjadi apabila uretra jatuh menyatu ke midline dan meatus terbuka pada permukaan ventral dari penis. Propusium bagian ventral kecil dan tampak seperti kap atau menutup.




Terapi
Intervensi bedah direkomendasikan untuk bentuk hipospadia sedang dan berat, dan untuk bentuk distal dengan patologi yang bernubungan (kurvatura penis, stenosis meatal). Pada hipospadia distal sederhana, koreksi kosmetik hanya dilakukan setelah diskusi menyeluruh mengenai aspek psikologis dan pemastian adanya indikasi gangguan fungsional.
Tujuan terapi adalah untuk mengkoreksi kurvatura penis, untuk membentuk neo-uretra dan untuk membawa neo-uretra ke ujung glans penis jika memungkinkan. Untuk mencapai hasil yang memuaskan diperiukan kaca pembesar dan benang jahit khusus, pengetahuan mengenai berbagai teknik operasi plastik (rotational skin flaps, free tissue transfer), penggunaan dermatom, perawatan luka dan terapi pasca operasi.
Terapi pre-operasi dengan aplikasi lokal testosteron propionate seiama 4 minggu dapat membantu. Untuk bentuk distal hipospadia terdapat beberapa teknik operasi (misal Mathieu, MAGPI, King, Duplay, Snodgrass, Onlay). Selain chorde kulit, jaringan ikat chortte dan korpus spongiosum bagian distal yang berjalan longitudinal di bawah glans pada kedua sisi saluran. Uretra biasanya juga bertanggung jawab terhadap kurvatura penis. Jika terdapat kurvaura sisa setelah chordectomy, dan jika sisa kulit saluran uretra yang terbuka tipis dan sirkulasinya buruk, mungkin diperlukan insist atau eksisi lempeng uretra. Pada disproporsi korporeal, harus ditambahkan tindakan orthoplasty (modifikasi plikasi korporeal dorsal Nesbft). Orthoplasty (Nesbit, modifikasi Nesbit, Schroder-Essed) dan penutupan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan dalam dua tahap.
Teknik Onlay dengan preservasi lempeng uretra dan menghindari anastomosis sirkumferensial merupakan metode pilihan, dengan tingkat komptikasi yang rendah untuk hipospaSyarat yang diperlukan adalah lempeng uretra yang intak dengan vaskularisasi yang baik, atau hasil yang memuaskan setelah tindakan pertama dengan penis yang lurus dan batang penis yang tertutup dengan baik. Jika lempeng uretra tidak dapat dipertahankan semua (setelah eksisi atau divisi), digunakan tube-onlay flap atau inlay-onlay flap. Prosedur dua tahap dapat menjadi pilihan untuk hipospadia berat Jika tidak ada prepusium atau kulit penis, dapat digunakan mukosa bukal, mukosa buli dan free skin graft.
Benang yang digunakan sebaiknya hanya dari bahan yang dapat diserap dengan baik (6/0-7/0). Untuk koagulasi darah, diperiukan alat bipolar dengan kapas yang direndam dalam larutan epinefrin 1:10.000. Untuk persiapan glans dapat diberikan infittrasi dengan larutan epinefrin 1:100.000. Tumiket sebaiknya tidak digunakan tebih dari 20 menit. Setelah preparasi neurovaskular dorsal, dipasang jahitan modifikasi Nesbit (benang monofilik yang tidak dapat diserap 4/0-5/0, misal Goretex, Protene) dengan simpuf teriipat ke dalam. Urin dialirkan melalui kateter transuretra atau suprapubik. Jika menggunakan kateter suprapubik, hams dipasang stent pada neo-uretra. Untuk stent uretra dan drainase digunakan kateter 8-10 Fr dengan lubang multipel di bagian samping dengan ujung di uretra pars bulbosa (tidak sampai ke buli). Prosedur rutin lairmya adalah penggunaan balutan sirkular dengan kompresi ringan dan pemberian antibiotik.

KESIMPULAN
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin,)
SARAN









DAFTAR PUSTAKA

www.iaui.or.id/ast/file/pediatric_urology.doc
www.hanyawanita.com
http://uniceffcorporation.com/?page_id=101
Dewan PA. Treating phimosis. MJA. 2003;178(4):148-150

GANGGUAN PERDARAHAN DI LUAR DAN DI DALAM SIKLUS MENSTRUASI “ HIPOMENOREA “

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Gangguan perdarahan di luar dan di dalam siklus menstruasi “ Amenorhea “
Makalah ini diselesaikan karena bantuan beberapa pihak,maka kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Andari Wuri Astuti ,S.SiT selaku pembimbing.
2. Teman-teman seperjuangan yang telah ikut menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari harapan sempurna untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat orang-orang yang berkecimpung di dunia kesehatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Yogyakarta, Maret 2011

Penyusun









DAFTAR ISI

Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar RIsi 3

BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang 4
II. Rumusan Masalah 4
III. Tujuan 5
IV. Manfaat 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian menstruasi 6
II. Siklus menstruasi 8
III. Gangguan menstruasi“ hipomenorea “ 10

BAB III KASUS 22

BAB IV PEMBAHASAN 24

BAB V PENUTUP
I. Kesimpulan 30
II. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Perempuan merupakan mahluk hidup yang mempunyai kebutuhan yang beragam. Kebutuhan itu mencakup beberapa aspek seperti biopsikososial spiritual dimana jika salah satunya tidak terpenuhi akan menimbulkan ketidakseimbangan.
Disini kami akan membahas salah satu contoh ketidak seimbangan yang terjadi pada perempuan yang di sebabkan oleh gangguan pada sistem reproduksi yaitu hipomenorea. Hipomenorea sendiri merupakan salah satu, dari berbagai masalah yang ditimbulkan karena adanya gangguan menstruasi pada perempuan. Siklus menstruasi sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak faktor internal seperti perubahan sementara di tingkat hormonal, stres, dan penyakit, serta faktor eksternal atau lingkungan. Hilang satu periode menstruasi jarang tanda masalah serius atau kondisi medis yang mendasari, tapi amenore dari durasi yang lebih lama mungkin menandakan adanya suatu penyakit atau kondisi kronis.
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa, sebab kelainan ini terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misal : sesudah operasi mioma). Hipomenorea tidak mengganggu fertilitas. Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit, melakukan pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari saja. Perdarahan haid yg jumlahnya sdkt (<40ml>) siklus regular.

II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipomenorea ?
2. Bagaimana siklus terjadinya hipomenorea ?
3. Apa saja gangguan yang terjadi pada hipomenorea ?
4. Apa saja faktor penyebab gangguan pada hipomenorea serta cara penanganannya?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana hipomenorea dapat terjadi pada perempuan .
2. Untuk menambah pengetahuan tentang gangguan yang terjadi kerena gangguan menstruasi yaitu hipomenorea .
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan menstruasi hipomenorea .



IV. Manfaat
1. Memberikan penjelasan pada masyarakat khususnya perempuan dalam masa reproduktif mengenai hal-hal yang terjadi bila mengalami hipomenorea .
2. Mendeteksi secara dini yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi oleh perempuan apabila terkena hipomenorea .














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Haid
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG , 2005: 103).
Menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang terjadi setiap bulan berupa darah dan jaringan, yang dimulai pada masa pubertas, ketika seorang perempuan mulai memproduksi cukup hormon tertentu (‘kurir’ kimiawi yang dibawa didalam aliran darah) yang menyebabkan mulainya aliran darah ini (Robert P. Masland dan David Estridge, 2004: 51).
Menstruasi adalah puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi karena adanya serangkaian interaksi antara beberapa kelenjer didalam tubuh.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Haid
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya haid antara lain :
a. Faktor hormone
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu:
• FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh Hipofise
• Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium
• LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh Hipofise
• Progesteron dihasilkan oleh ovarium
b. Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesa protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
c. Faktor Vascular
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul statis dalm vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.
d. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi myometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

3. Siklus Haid
Siklus haid merupakan waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari.
Dalam satu siklus terjadi perubahan pada dinding rahim sebagai akibat dari produksi hormon-hormon oleh ovarium, yaitu dinding rahim makin menebal sebagai persiapan jika terjadi kehamilan.
Siklus haid perempuan normal berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15 persen perempuan yang memiliki siklus haid 28 hari. Panjangnya siklus haid ini dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada perempuan usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada perempuan usia 55 tahun 51,9 hari.
Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7 – 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata + 16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap patologik.
Siklus haid perempuan tidak selalu sama setiap bulannya. Perbedaan siklus ini ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya gizi, stres, dan usia. Pada masa remaja biasanya memang mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju atau mundur beberapa hari. Pada masa remaja, hormon-hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya siklus haid menjadi lebih teratur, walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor stres atau kelelahan.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopii dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung selama 3 – 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
1. Fase Folikuler
Dimulai dari hari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar fsh sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase Ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3. Fase Lutuel
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.

Siklus endometrium terbagi menjadi 4 fase:
1. Stadium Menstruasi atau Desquamasi
Pada masa ini endometrium dicampakkan dari dinding rahim disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum basale. Stadium ini berlangsung selama 4 hari. Jadi, dengan haid itu keluar darah, potongan-potongan endometrium dan lendir dari servix.
Darah itu tidak membeku karena ada fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan mucosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan-bekuan darah dalam darah haid. Banyaknya perdarahan selama haid normal adalah ± 50 cc.
2. Stadium Post menstruum atau Stadium Regenerasi
Luka yang terjadi karena endometrium dilepaskan, berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel kelenjer-kelenjer endometrium. Pada saat ini tebalnya endometrium ± 0,5 mm, stadium ini sudah mulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.
3. Stadium Intermenstruum atau Stadium Proliferasi
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm. Kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain hingga berkelok. Stadium proliferasi berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari hari pertama haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
a Fase Proliferasi Dini (early proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.
b. Fase Proliferasi Madya (mid proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nukleus).
c Fase Proliferasi Akhir (late proliferation)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan padat.
4. Stadium Praemenstruum atau Stadium Sekresi
Pada stadium ini endometrium kira-kira tetap tebalnya tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur. Memang maksud dari perubahan ini tidak lain dari pada mempersiapkan endometrium untuk menerima telur.
Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum compactum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar-kelenjar, lapisan mampung (stratum spongiosum), yang banyak lubang-lubangnya karena disini terdapat rongga dari kelenjar-kelenjar dan lapisan bawah yang disebut stratum basale.
Stadium sekresi ini berlangsung dari hari ke-14 sampai 28. Kalau tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepaskan dengan perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi.
a Fase Sekresi Dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena kehilangan cairan, tebalnya ± 4 – 5 mm. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yaitu :
1) Stratum Basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada kelenjar.
2) Stratum Spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Ini disebabkan oleh banyak kelenjar yang melebar dan berkeluk keluk dan hanya sedikit stroma di antaranya.
3) Stratum Kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran saluran kelenjar sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema.
b. Fase Sekresi Lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5 – 6 mm. Dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini , dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan.

3. Pengertian Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa, sebab kelainan ini terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misal : sesudah operasi mioma). Hipomenorea tidak mengganggu fertilitas. Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit, melakukan pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari saja. Perdarahan haid yg jumlahnya sdkt (<40ml>) siklus regular.
4. Penyebab Hipomenorea
Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. Sering disebabkan karena gangguan endokrin. Kekurangan estrogen maupun progesterone, stenosis hymen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri (sindrom asherman). Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah meomektomi), pada gangguan endoktrin, dan lain-lain, kecuali bila ditemukan sebab yang nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita.
5. Pengobatan Hipomenorea
Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar subsitusi hormon Estrogen dan Progesteron bila perlu induksi ovulasi jika siklus anovulatoar & ingin anak. Tindakan Bidan:
a. Menenangkan penderita
b. Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap






PENUTUP

I. KESIMPULAN


II. SARAN
1. Setiap perempuan hendaknya waspada terhadap gejala yang menunjukkan adanya hipomenorea .
2. Hendaknya bidan memberikan penyuluhan pada tiap perempuan mengenai hipomenorea.


DAFTAR PUSTAKA
http://nenkeliezbid.blogspot.com/2010/04/siklus-haid.html
http://akd3b.wordpress.com/2010/06/18/hipominorea/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-nurmasadah-5571-3-babii.pdf

MAKALAH PRAKTIKUM EPIDEMIOLOGI SURVEILLANCE DAN SCREENING KANKER PAYUDARA DI PUSKESMAS SEHAT TAHUN 2009

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillahirobbil ’alamin, segala puji syukur hanya pada Allah SWT yang tiada Allah selain diri-Nya dan menguasai orang semesta ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga, dan para pengikut-pengikut beliau semoga mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti. Amin.
Atas limpahan rahmat Allah lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Surveilans dan Screening Kanker Payudara di Puskesmas Sehat Tahun 2009. Penulis sadar betul bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, semoga Allah senantiasa memudahkan jalan hidupnya dan selalu mengiringi langkah. Amien.
Kami yakin bahwa penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan karya penulis selanjutnya.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr. Wb

Yogyakarta, 7 April 2011

Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah........................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................1
Tujuan……………………………………………………………........1
BAB II PENGUKURAN MASALAH KESEHATAN
BAB III SURVEILLANCE MASALAH KESEHATAN
Sumber Data
Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Interpretasi Data
Penyebarluasan informasi
BAB IV SCREENING TERHADAP KANKER PAYUDARA
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................




BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kanker payudara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Di Indonesia kanker payudara termasuk kanker yang banyak ditemukan di masyarakat. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua yang ditemukan pada perempuan setelah kanker serviks yang kasusnya terus meningkat tiap tahunya.
Meskipun makin banyak kasus kematian pada perempuan akibat kanker payudara, sayangnya banyak perempuan yang tidak mengetahui tentang kanker payudara seperti tanda-tanda kanker payudara, penyebab, faktor resiko, pencegahan dan deteksi dini kanker payudara. Padahal kanker payudara akan lebih mudah disembuhkan dengan baik jika dideteksi sejak awal dibandingkan jika sudah pada stadium lanjut.
Oleh karena keadaan itulah yang mendorong
Mengetahui surveillans epidemiologi terhadap penyakit kanker payudara.
1. Mengetahui screening yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit kanker payudara.

BAB II
PENGUKURAN MASALAH KESEHATAN

1. Data kasus baru dan kasus lama kanker payudara tiap bulan

No Bulan Kasus Baru Kasus Lama Total Kasus Laki-laki Perempuan Jml Penduduk
1. Januari 3 0 3 0 3 500.000
2. Febuari 1 0 1 0 1 500.100
3. Maret 1 0 1 0 1 500.200
4. April 3 0 3 0 3 500.250
5. Mei 0 1 1 0 1 500.300
6. Juni 1 1 2 0 2 500.340
7. Juli 3 0 3 0 3 500.389
8. Agustus 1 1 2 0 2 500.410
9. September 0 1 1 0 1 500.430
10. Oktober 1 2 3 0 3 500.470
11. November 2 2 4 0 4 500.500
12. Desember 2 1 3 0 3 500.555
Jumlah 18 9 27 0 27 6.003.944
2. Incidence rate tiap bulan
Jumlah penderita baru penyakit kanker payudara yang ditemukan pada suatu jangka tertentu (yaitu setiap bulan) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bersangkutan dalam persen dan permil.
Rumus yang digunakan untuk mengukur Incidence rate setiap bulan adalah :


Jumlah Penderita Baru
Incidence Rate = x k
Jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebut

K = Konstanta 100, 1.000, 10.000, 100.000
Incidence rate (jumlah penderita baru) tiap bulan penderita kanker payudara adalah :
1. Januari : 3/500.000 x 100.000 = 0,6/100.000
2. Febuari : 1/500.100 x 100.000 =0,2/100.000
3. Maret : 1/500.200 x 100.000 =0,2/100.000
4. April : 3/500.250 x 100.000 =0,6/100.000
5. Mei : 0/500.300 x 100.000 =0/100.000
6. Juni : 1/500.340 x 100.000 =0,2/100.000
7. Juli : 3/500.389 x 100.000 =0,6/100.000
8. Agustus : 1/500.410 x 100.000 =0,2/100.000
9. September : 0/500.430 x 100.000 =0/100.000
10. Oktober : 1/500.470 x 100.000 =0,2/100.000
11. November : 2/500.500 x 100.000 =0,4/100.000
12. Desember : 2/500.555 x 100.000 =0,4/100.000
3. Prevalence rate tiap bulan
Jumlah penderita kanker payudara lama dan baru pada tiap bulan dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu dalam persen dan permil. Prevalence rate menggambarkan keadaan suatu masalah kesehatan pada satu saat.
Rumus prevalence rate :

Jumlah Penderita Lama dan Baru satu saat
Prevalence Rate = x k
Jumlah penduduk pada saat itu


K : Konstanta %, ‰
Prevalence rate tiap bulan pada penderita kanker payudara :
1. Januari : 3/500.000 x ‰ = 0,006 ‰
2. Febuari : 1/500.100 x ‰ = 0,002 ‰
3. Maret : 1/500.200 x ‰ = 0,002 ‰
4. April : 3/500.250 x ‰ = 0,006 ‰
5. Mei : 1/500.300 x ‰ = 0,002 ‰
6. Juni : 2/500.340 x ‰ =0,004 ‰
7. Juli : 3/500.389 x ‰ = 0,006 ‰
8. Agustus : 2/500.410 x ‰ = 0,004 ‰
9. September : 1/500.430 x ‰ = 0,002 ‰
10. Oktober : 3/500.470 x ‰ = 0,006 ‰
11. November : 4/500.500 x ‰ = 0,008 ‰
12. Desember : 3/500.555 x ‰ = 0,006 ‰

4. Prevalence rate selama satu tahun
Perhitungan ini menggunakan cara yang sama dengan prevalence rate tiap bulan namun waktunya yang berbeda yaitu dengan menggunakan tahun.
Rumus prevalence rate :

Jumlah total Penderita Lama dan Baru satu saat
Prevalence Rate = x k
Jumlah total penduduk yang mungkin terkena
penyakit tersebut pada saat itu

prevalence rate : 27 x 10000 = 0,045
6.003.944

5. Rasio total kasus laki-laki terhadap perempuan
Laki-laki = 0
Perempuan 27

Perbandingan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya yang tidak saling berhubungan.
6. Proporsional rate total kasus perempuan terhadap laki-laki
Rumus proporsional rate total kasus:
Proporsional rate total kasus = Perempuan x 100
total kasus
proporsional rate total kasus perempuan terhadap laki-laki:
Perempuan x 100% = 27 x 100% = 100%
total kasus 27

7. Survival rate
Rumus Survival rate penderita kanker payudara :


jumlah kasus lama
Survival rate = x 100 %
Jumlah kasus baru


Survival rate : 9 x 100 % = 52,94 %
17
8. Case Fatalatity Rate (CFR)

Case fatalatity rata (CFR) :Jumlah seluruh kemtian akibat suatu penyakit x 100%
Jumlah populasi yang menderita penyakit yang sama


CFR : 0 x 100% = 0%
27






















BAB III
SURVEILANS KANKER PAYUDARA

1. Sumber data untuk mengumpulkan kasus kanker payudara meliputi :
a. Data kesakitan (laporan morbiditas) yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.
1. Diagnosis penyakit
Dilakukan sehingga mendapatkan diagnosis sebenar mungkin sehingga hasil merupakan informasi yang benar serta berguna dalam siklus manajemen yaitu pemantauan, penilaian, dan perencanaan kembali pelayanan / program kesehatan.
2. Distribusi penyakit
Disebut juga sebagai gambaran epidemiologi suatu penyakit yang merupakan distribusi penyakit menurut waktu, orang dan tempat seperti pada table.
3. Data demografi
Diperoleh dari unit statistic kependudukan dan masyarakat. Berisi informasi tentang distribusi penduduk menurut umur, jenis kelamin, ras etnis, pendidikaan, pekerjaan dan lain-lain seperti pada lampiran.

2. Cara pengumpulan data
Melalui survey data laporan kasus penyakit kanker payudara pada puskesmas sehat selama satu tahun dari januari sampai dengan desember 2009 oleh bidan.













3. Pengolahan dan interpretasi data
a. Grafik kasus kanker payudara selama satu tahun berdasarkan variabel orang
Berdasarkan umur

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kasus kanker payudara ini banyak terjadi pada usia 31-40 tahun dengan prosentase sebanyak 17 orang.

Berdasarkan jenis kelamin


berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada kasus kanker payudaratersebut terjadi pada perempuan, dengan prosentase 100 %.



a. Grafik kasus Kanker Payudara selama satu tahun berdasarkan variabel tempat

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kasus kanker payudara ini banyak terjadi di desa sido jaya.
b. Interpretasi dan analisis grafik KLB
Penyakit kanker payudara ini bukan merupakan kasus KLB karena perkembangan tiap bulannya seimbang. Menurut UU KLB, kanker payudara bukanlah merupakan wabah / KLB karena tidak memenuhi criteria kerja KLB.
c. Rekomendasi / saran perbaikan terhadap kondisi kasus kanker payudara
Saran yang bisa di berikan kepada masyarakat adalah menjaga pola hidup dengan tidak merokok, menikah dan memiliki keturunan, menjaga pola menstruasi agar tetap teratur.

4. Penyebarluasan informasi
a. Penderita
Bagi penderita seperti perokok agar menghilangkan kebiasaan merokoknya dan menjaga pola hidupnya, dapat juga diminimalisir penyebabnya dengan menikah dan memiliki keturunan, karena menikah dan memiliki keturunan akan memperkecil resiko terkena kanker payudara.
b. Masyarakat
Bagi masyarakat agar menghilangkan kebiasaan merokok dan bagi perempuan agar menikah dan memiliki keturunan.
Memperhatikan setiap makanan yang masuk dan tidak makan-makanan yang berlemak.

c. Tenaga kesehatan ( Bidan, Petugas Puskesmas )
Memberikan penyuluhan tentang tanda- tanda, penyebab, dampak,deteksi dini dan terapi kanker payudara.
Lebih sering melakukan kunjungan ke rumah-rumah atau kemasyarakat agar warga lebih memahami dan dapat memantau perkembangan dari pola hidup masyarakat setempat
d. Pemerintah ( khususnya Dinas Kesehatan )
Upaya pemerintah memberikan pemeriksaan dan deteksi dini pada semua yang beresiko (rentan) terhadap kanker payudara.


















BAB IV
SCREENING TERHADAP KANKER PAYUDARA

1. Jenis screening
a. Mass screening
Mass Screening adalah penyaringan yang dilakukan pada seluruh penduduk. Misalnya survey data atau wawancara atau pengisian kuesioner mengenai Kanker Payudara untuk seluruh penduduk.
b. Selective screening
Selective Screening adalah penyaringan yang dilakukan terhadap kelompok penduduk tertentu. Misalnya dilakukan mamograph terhadap perempuan berusia 21-49 tahun untuk mengetahui Kanker Payudara.
c. Single disease screening
Single disease screening adalah penyaringan yang hanya ditunjukkan pada satu jenis penyakit. Misalnya penyaringan untuk mengetahui perempuan yang menderita Kanker Payudara.

2. Tujuan Screening
Tujuan melakukan screening adalah :
a. Penecegahan penularan dan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit-penyakit yang dapat dideteksi secara dini misalnya penggunaan pemeriksaan mamograph, pemeriksaan radiodiagnostik (Xeroradiography), pemeriksaan dengan USG (ultrasound scanning), thermography, nuclear magnetik resonance estimation dan sadari untuk mendeteksi kanker payudara.
b. Perspektive/ anjuran/ petunjuk untuk mendeteksi dini adanya penyakit sehingga dapat dilakukan pengobatan segera tehadap kasus-kasus yang ditemukan, mendeteksi penyakit Kanker payudara pada perempuan dan segera diberikan pengobatan sesuai dengan type dan stadium yang dialami penderita. Seperti pembedahan, radiotherapy, therapy hormon, chemotherapy, pengobatan herceptin.
c. Untuk menentukan ferkuensi kejadian (angka prevalensi) atau riwayat perjalanan alamiah penyakit, misalnya pemeriksaan .
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit dengan pengobatan sejak dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Hampir selalu diarahkan kepada penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes, glaucoma dan lain-lain). Dalam skala tingkatan prevensi penyakit maka deteksi dan pengobatan dini di sini termasuk tingkat prevensi sekunder, misalnya Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih pada stadium dini. Sadari, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan cara untuk mendeteksi kanker secara dini.

3. Penentuan kelompok sasaran screening
Penentuan kelompok sasaran screening berdasarkan syarat-syarat sebagai berikut
a. Kondisi/penyakit merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Jenis penyakit yang tepat untuk screening :
• Merupakan penyakit yang serius, misalnya penyakit Kanker Payudara ini sangat berbahaya apabila tidak segera ditangani.
• Pencegahan sebelum terjadi gejala muncul harus lebih baik daripada setelah gejala muncul, misalnya hindari kegemukan, kurangi makan lemak, usahakan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan C, olahraga secara teratur, dan Check-up payudara sejak dini secara teratur.
• Prevalensi penyakit pre-klinik harus lebih tinggi pada populasi yang diskrining.
b. Harus ada cara pengobatan untuk penderita yang ditemukan dengan screening, misalnya pada kasus Kanker Payudara penderita yang diketahui terpapar penyakit harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan type dan stadium yang dialami penderita. Seperti pembedahan, radiotherapy, therapy hormon, chemotherapy, pengobatan herceptin.
c. Tersedia fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan, misalnya pada kasus Kanker Payudara di rumah sakit telah tersedia pelayanan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit Kanker Payudara.
d. Harus dikenal simptomatik dini dan masa laten, misalnya pada kasus Kanker Payudara.
e. Tidak berbahaya dan dapat diterima masyarakat.
f. Harus ada cara pemeriksaan yang cocok, misalnya pada kasus Kanker Payudara deteksi dini yang paling sederhana adalah sadari atau mammografi.
g. Diketahui riwayat alamiah penyakit. Pada kanker payudara sejak ditemukan prakanker sampai terjadinya kanker memerlukan waktu yang lama yaitu lebih dari 3 tahun.
h. Harus ada kebijakan yang dianggap penderita, pada kasus kanker payudara sekarang ini sudah terdapat mobil mammografi yang diselenggarakan oleh LSM peduli kanker payudara bekerjasama dengan pemerintah khususnya Dinas Kesehatan.
i. Biaya screening (termasuk diagnosis dan pengobatan) seimbang dengan biaya medis keseluruhan.
j. Penemuan kasus merupakan proses yang berlangsusng terus menerus, misalnya pada kasus kanker payudara ini di dapatkan data selama satu tahun tiap bulannya.

4. Alat dan metode screening
Pada kasus ini, mengunakan screening pada perempuan usia 21-49 tahun di dwilayah puskesmas Sehat. Tujuan screening adalah untuk mendeteksi adanya perempuan yang terpapar penyakit Kanker Payudara, sehingga dapat segera diobati dan bisa melakukan pencegahan secara dini yang belum terserang kanker payudara.
Metode screening yang digunakan adalah
1. Pertanyaan Kuesioner atau Wawancara
Berisi tentang riwayat penyakit keluarga, kebiasaan sehari-hari dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kasus Kanker Payudara.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemeriksaan fisik, keluhan–keluhan yang dirasakan yang berhubungan Kanker Payudara. Seperti adanya benjolan pada payudara atau nyeri tekan pada payudara.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan pasti dengan cara pengambilan sample jaringan sel payudara yang mengalami pembenjolan (tindakan biopsi). Dengan cara ini akan diketahui jenis pertumbuhan sel yang dialami, apakah bersifat tumor jinak atau tumor ganas (kanker). Pemeriksaan mamograph, pemeriksaan radiodiagnostik (Xeroradiography), pemeriksaan dengan USG (ultrasound scanning), thermography, nuclear magnetik resonance estimation
5. Langkah-langkah screening
a. Uji screening, ditetapkan pada penduduk yang telah dipilih terlebih dahulu. Mereka yang hasil tes negative disisihkan. Test screening dapat dilakukan dengan cara : pertanyaan keusioner dan pemeriksaan fisik.
wilayah kerja puskesmas sehat, yaitu desa sido mukti, sido makmur, dan sido jaya. Test screening dapat berupa pertanyaan kuesioner (contoh : apakah memiliki riwayat penyakit kanker), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
b. Test diagnostik dilakukan kepada mereka yang hasilnya positif dicurigai menderita penyakit kanker payudara (contoh : pemeriksaan mammografi dan kultur jaringan).
c. Intervensi terapeutik dilakukan pada penderita kanker payudara, yaitu dengan KIE mengenai penyakit kanker payudara dan memberikan saran untuk melakukan pengobatan.


















BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
































DAFTAR PUSTAKA
Bhisma Murti.2003.Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Lumenta,Benyamin.2000.Penyakit Citra Alam dan Budaya.Yogyakarta:Kanisius.
Rasjidi,Imam.2007.Panduan Penatalaksannan Kanker.Jakarta:EGC.
TIM Penanggulangan dan Pelayanan Kanker Payudara Paripurna R.S. Kanker Darmais.2003.Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini.Jakarta:Pustaka Populer Obor.
Tschudin,Verene.1988.Nursing the patien with cancer.Tokyo:Prentice Hall.
Walid.2007.Fikih Kedokteran.Yogyakarta:Pustaka Fahima.

Rabu, 06 April 2011

KEBUTUHAN KEAMANAN FISIK

A. Definisi
_ keadaan fisik yg terbebas dari ancaman cedera ( injury) baik secara mekanis, thermis, elektris maupun baktereriologis
_ kebutuhan untuk melindungi diri sendiri dari bahaya yang mengancam kesh. Fisik yg difokuskan pada pencegahan transfer mikroorganisme dan lingkungan yang aman
_ Keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis
_ Cedera atau injury dapat terjadi oleh faktor eksogen dan faktor endogen
_ Faktor eksogen : surgery, trauma, kimia (obat-obatan), thermal (panas/dingin) dan mikroorganisme
_ Faktor Endogen : iskemik, respon imun

B. Mekanisme Pertahanan Tubuh
_ Pertahanan Non Spesifik
_Kulit
_Mulut ( epitel mukosa, saliva yg mengandung lactoperoksidase, lysozym dan IgA)
_Mata ( air mata yg kandung lysozym dan Ig A)
_Gastrointestinal traktus ( asam lambung, flora normal dan Ig A)
_Vagina ( Laktobasilus yg pertahankan PH : 3,5 - 4,5)
_ Pertahanan spesifik
_ Terdiri dari sistem imun yang berespon thdp protein asing( antigen) dlm tbh ( bakteri atau jaringan transplantasi)
_ Bahkan suatu saat bereaksi thdp protein tubuh sendiri.

Tipe Imunitas ( kekebalan) :
a. Aktif dimana tbh bentuk sendiri antibodi u/ respon antigen abik secara alamiah (infeksi) maupun buatan (vaksin)
b. Pasif, dimana tbh terima antibodi secara alami (ibu) atau buatan ( injeksi serum kekebalan)
c. Ada 5 gol antibodi : Ig M, Ig A, Ig G, Ig E, Ig D

C. Inflamasi
_ Adalah respon pertahanan lokal non spesifik dari jaringan tdp injuri atau infeksi.
_ merupakan mekanisme adaptasi dgn cara menghancurkan agent injury, mencegah penyebaran lebih lanjut dan membantu memperbaiki jaringan yg rusak.

Tanda dari reaksi inflamasi :
_ Rubor (kemerahan)
_ Kalor (panas)
_ Tumor
_ Dolor ( Nyeri)
_ Fungtio laesa ( gangguan fungsi) Stressor injury dapat dikategorikan sebagai berikut:
_ Fisik/mekanis : benda yg dpt timbulkan truma, panas tinggi dan radiasi
_ Kimia : Ekternal iritan ( asam/basa kuat, racun, gas iritan), Internal iritan ( Zat dlm tbh yg diproduksi berlebihan misal asam lambung)
_ Mikroorganisme : bakteri, virus, jamur, protozoa
Tahap Respon Inflamasi
_ Tahap I respon Vaskuler dan seluler konstriksi pembuluh darah pd daerah injury _diikuti dilatasi PD (pelepasan histamin)_ Darah mengalir kedaerah injuri _ kemerahan dan hangat. Jaringan injury melepaskan mediator kimia (bradikinin, prostlagandin, serotonin dan histamin), Peningkatan permeabilitas vaskuler shg cairan, protein dan leukosit masuk keruang intersisial _bengkak. Penumpukan cairan intersisial sebabkan penekanan pada ujung syaraf dan iritasi oleh mediator kimia _ nyeri Pelebaran vaskuler menyebabkan aliran darah lambat mudahkan mobilisasi leukosit kedaerah injury melalui dua proses :
a. Marginasi ( penepian)
b. Emigrasi ( Perpindahan)

Tahap II : Eksudasi
_ Cairan yang keluar dr pembuluh darah, selsel pagosit dan jaringan-jaringan mati serta produk lain yang membentuk eksudat

_ Tipe-tipe eksudat :
1. Eksudat serosa ( serum )
2. Eksudat purulen ( mengandung pus)
3. Eksudat sanguineous/hemoragic ( sel-sel darah merah)

Tahap III : Reparasi
Pada tahap ini terjadi regenerasi dan pembentukan jaringan rusak dengan jaringan fibrosa ( sikatrik/skar) Transfer mikroorganisme Ada 5 kelompok M O yg menyebabkan penyakit :
Bakteri, virus, fungi, protozoa, Riketsia
_ Rantai infeksi
M O Agent
Resource Reservoir
Susceptible host
Portal of exit from resource
Method of Transmision contact, vehicle,air
Portal of entry to body

Cara mencegah transfer MO
_ Antiseptik ( menghambat pertumbuhan Mo )
_ Desinfektan (merusak spora dari agen phatogen)
_ Sterilisasi ( membunuh agen beserta sporanya)

Faktor yang mempengaruhi resiko infeksi :
_ Usia ( tingkat perkembangan)
_ Hereditas
_ Tingkat stress
_ Status nutrisi
_ Status imunisasi
_ Pengobatan
_ Kondisi sakit

Tahap-tahap infeksi
_ Masa inkubasi
_ masa antara masuknya Mo kedalam tubuh sampai timbulnya gejala
_ Inkubasi Rubela 10-14 hari, tetanus 4-21 hari
_ Apabila yang menginfeksi adalah virus, individu dapat menularkan pada masa inkubasi ini.
_ Masa Prodormal
_ Masa antara timbulnya sejala non spesifik : capek kelelahan, meningkatnya suhu tbh serta iritabel, Hingga nampak gejala spesifik dari infeksi
_ Orang yang terinfeksi lebih infeksius dan menyebar ketempat lain
_ Berlangsung dlm waktu pendek beberapa jam/hari saja

• Masa sakit
_ Selama masa ini gejala spesifik berkembang makin nyata
_ Gejala yg tampak dpt gejala lokal atau sistemik
_ Orang kan merasakan demam, sakit kepala dan merasa lelah, kadang kulit kemerahan atau adanya rash pada mukosa membrane

• Masa Covalescent ( penyembuhan)
_ Masa yang dimulai sejak gejala berkurang sampai dengan orang tersebut kembali normal

Pengkajian
_ Riwayat Keperawatan
• Derajad resiko klien untuk mendapatkan infeksi
• Keluhan-keluhan klien yg mendukung adanya infeksi
• Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan infeksi

_ Data kesehatan fisik
• Tanda dan gejala infeksi lokal
• Tanda dan gejala infeksi sistemik : demam, _ nadi dan respirasi, fatigue, anoreksia dan teraba lembut kelenjar lympe yang menuju arah infeksi

Data Laboratorium
_ Meningkatnya leukosit ( N: 4500 – 10000/mm3)
_ Meningkatnya tipe-tipe spesifik dari leukosit :
_ Neutrofil ( N : 54 – 75 % ) meningkat pada infeksi akut terutama orang tua
_ Lymposit ( N : 25 – 40 %) meningkat pd infeksi kronik
_ Monosit ( N : 2-8 % ) meningkat pada infeksi protozoa, riketsia serta TBC
_ Eosinopil ( N : 1 – 4%) secara umum tdk beruba dlm proses infeksi
_ Basophil ( normal : 0 – 1 %) SDA
_ Kultur urine, darah sputum atau cairan drain yg mengindikasikan adanya MO


DIAGNOSA KEPERAWATAN
_ Resiko infeksi b.d tdk diimunisasi, gangguan integritas kulit, penyakit kronis, pembedahan, adanya prosedur invasif, malnutrisi
_ Potensial isolasi sosial b.d kurangnya informasi yang adekuat tentang penularan MO infektif
_ Gangguan mobilitas fisik b/d keterbatasan fisik akibat penyakit menular, lingkungan rumah sakit yang monoton

Perencanaan
Tujuan:
_ Mempertahankan atau memulihkan pertahanan tubuh
- Mencegah penyebaran penyakit
_ Mengurangi atau meredakan masalah-masalah yg berhub dgn infeksi

Kriteria Hasil
Klien dengan potensial infeksi :
• Memverbalisasikan pengertian faktor-faktor resiko
• Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah atau mengurangi infeksi
• Mempraktekan tindakan yg tepat untuk mencegah infeksi
• Mendapat imunisasi yg diperlukan
• Tidak ada tanda infeksi

Klien dengan isolasi sosial
1. Memverbalisasikan perasaan takut, keterbatasan dan hambatan u/berinteraksi dgn orang lain
2. Mengidentifikasi alasan dari perasaan terisolasi
3. Mengidentifikasi tindakan untuk mengatasi perasan terisolasi

_ Klien dgn penurunan aktivitas
1. Menjelaskan pola kebiasaan aktivitas yg berubah
2. Mengidentifikasi aktivitas masa lalu yg memberikan kepuasan dlm kondisi keterbatasan saat ini
3. Mengespresikan kepuasan dgn aktivitas yg dipilih
4. Memilih satu aktivitas kebiasaan utk diteruskan

Implementasi
• Mendukung pertahanan tubuh
_ Memberikan cairan dan nutrisi cukup
_ Istirahat
_ Memberikan dan memonitor pemberian anti mikroba
_ Personal hygiene
_ Menghindari stress

• Mencegah infeksi
_ Tindakan asepsis mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan prosedur
_ Membatasi jumlah pengunjung yang masuk
_ Surgical asepsis atau tehnik steril, untuk mencegah daerah atau obyek t3 bebas dari
Mo, memusnahkan seluruh MO dan sporanya

INFEKSI NOSOKOMIAL
Adalah infeksi yg didapat selama ditempat pelayanan kesehatan ( RS, Puskesmas dll) atau muncul setelah dari tempat pelayanan kesehatan

Sumber : Mikroorganisme yang sebabkan infeksi berasal dari klien sendiri maupun
lingkungan RS, personal RS Penyebab terbanyak : Escheria Coli, streptokokus aureus dan enterococus ( pickering dan dupont,86 dalam kozier dkk, 1991)

Tindakan Isolasi
_ Isolasi kontak Mencegah penularan melalui kontak langsung atau berdekatan, misalnya ISPA, Influensa, pedikulusis, rubela, scabies
_ Isolasi Strik untuk mencegah penularan melalui udara, kontak pada MO virulen spt dipteri, smallpox, varicela, Zoster
_ Isolasi respiratorik : mencegah penularan melalui percikan ludah, seperti ketika batuk, bersin maupun bernafas pada penyakit epiglotitis, pertusis
_ Isolasi Drainase : mencegah kontak langsung/tidak dengan material atau drainage tubuh misalnya luka basah, abses, luka bakar, ulkus dekubitus, conjungtivitis
_ Isolasi Enterik : mencegah penularan melalui kontakLangsung maupun tidak langsung dengan feses misalnya hepatitis A, GE, kholera, demam typoid, diare yg diduga krn infeksi
_ Isolasi darah dan cairan tubuh : mencegah penularan melalui kontak langsung/tidak dengan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi : heptitis B, Shypilis, AIDS
_Isolasi tuberculosa : mencegah penularan bakteri
tahan asam pada penderita TBC

MEMBERIKAN LINGKUNGAN AMAN
Bahaya kecelakaan lingkungan meliputi : jatuh, kebakaran, keracunan, alat-alat dan prosedur tindakan, mati lemas, dll

Faktor Yg mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melindungi diri dari kecelakaan
_ Usia/tingkat perkembangan
_ Gaya hidup
_ Persepsi sensori
_ Kesadaran
_ Kondisi kesehatan
_ Mobilitas
_ Pengetahuan tentang keamanan/pencegahan kecelakaan






PENGKAJIAN
_ Riwayat Jatuh, seseorang beresiko untuk jatuh bila:
_ Usia lebih 60 tahun
_ Pernah jatuh pada riwayat sebelumnya
_ Mengalami gangguan penglihatan dan keseimbangan
_ Mendapat pengobatan seperti hipnotiv sedatif,analgesik
_ Hipotensi postural
_ Waktu beraksi lambat
_ Disorientasi
_ Gangguan mobilitas
_ Riwayat kecelakaan karena kecenderungan kecelakaan berulang
_ Kebakaran, tanyakan cara mengantisipasi kebakaran, pengetahuan ttg proteksi dari kebakaran
_ Keracunan terutama pada anak kecil
_ Mati lemas terutama anak-anak karena tenggelam, sesak menghirup udara , keracunan gas dll

Diagnosa Keperawatan
1.Resiko injury b/d terganggunya fungsi sensori, perubahan proses fikir,terganggunya mobilitas fisik, resiko bahaya di rumah, pengobatan, tidak tepatnya penggunaan lat bantu
2.Resiko keracunan b/d penyimpanan produk berbahaya, kontaminasi zat kimia, adanya tumbuhan beracun, polusi udara, kurangnya pengetahuan
3.Resiko mati lemas b/d tidak adanya tindakan pencegahan, tidak ada pendidikan keamanan

Perencanaan
A. Pendidikan klien tentang tindakan pencegahan
B. Memodifikasi lingkungan agar aman

Untuk membuat lingkungan aman dengan cara
_ Penyusunan furniture dan benda-benda lain
_ Menyimpan barang-barang milik pribadi disamping TT pasien

Implementasi
Untuk pasien yang tingkat kesadarannya berubah-ubah
_ Penghalang tempat tidur untuk mencegah jatuh
_ Posisi yang tepat ditempat tidur
_ Pencahayaan yang cukup
_ Mengurangi keributan/bising dari lingkungan untuk meyakinkan bahwa klien aman

Bila klien tidak sadar
_ Memandikan
_ Perawatan kulit
_ Memberi makan
_ Pemenuhan kebutuhan eliminasi
_ Instruksi bagimana melakukan aktivitas pada klien yg disorientasi tp sadar
KRITERIA EVALUASI
_ Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yg berhubungan dengan resiko terjadinya injury
_ Mengidentifikasi faktor ancaman bahaya dari lingkungan
_ Melaporkan maksud dan menentukan tindakan yg dipilih
_ Mendemostrasikan penggunaan alat yg tepat
_ Mengajarkan anak ttg tindakan pencegahan kecelakaan dan keamanan
_ Merubah lingkungan fisik untuk kurangi injury
_ Mencari petujuk/instruksi untuk mengoperasian alat-alat
_ Melakukan tindakan pengamanan

PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF URINE

URINE
Urin atau air seni merupakan cairan yang jernh kekuning – kuningan, berbau khas, reaksinya asam, dikeuarkan dari dalam tubuh melalui ginjal.
Zat – zat yang terdapat dalam urine
Zat – zat normal yang terkandung dalam urine antara lain :

Urea
Merupakan hasil akhir metabolisma nitrogen asam amino (protein dalam tubuh). Normal di ekskresikan 25 gram urea tiap hari. Urea merupakan jumlah terbesar senyawa nitrogen yang dikeluarkan oleh tubuh lewat urine. Ekskrsi urea tergantung dari jumlah protein yang dimakan, sedangkan senyawa nitrogen tidak dipengaruhi oleh pemasukan protein.

Ammonia
Jumlahnya dalam urine sangat sedikit, dibentuk dan dikeluarkan langsung dari sel tubuli ginjal.

Kreatinine
Merupakan hasil pemecahan kreatine. Kreatine banyak terdapat pada otot sebagai senyawa utama perantara energi bagi otot. Pada pemyakit otot, keratin banyak dipecah hingga ekskresi kreatine meningkat.

Asam urat
Adalah hasil oksidasi purine dalam tubuh, berasal dari nukleo protein sel tubuh. Dalam air kelarutannya kecil, tapi larut dalam garanm alkali.

Asam – asam amino
Dalm 24 jam orang dewasa mengeluarkan 15 – 200 mgram nitrogen asam amino lewat urin. Pada bayi dikeluarkan 3 mgram. Asam amino atau kgram berat badan dan ekresinya turun berangsur sampai umur 6 bulan.

Alantoin
Merupakan hasil oksidasi asam urat. Pada manusia tidak dijumpai alantoin dalam urin.

Klorida
Dikeluarkan bersama dengan Na dalam bentuk NaCl.

Sulfat
Sukfat dalam urin berasal dari metabolisme protein yang mengandung S, yaitu sistein dan metionin. Ada 3 bentuk sulfat yaitu sulfat organic, sulfat eteria, sulfat nettral.

Fosfat
Fosfat dalam urine merupakan garam – garan Mg dan Cl. Fosfat akan mengendap pada urine yang alkalis.

Oksalat
Terdapat sangat sedikit dalam urin.

Mineral
Dalam uribn tedapat ion – ion Na+, K+, Mg+ dan Ca+.

Hormone
Adanya senyawa – senyawa tersebut dapat digunakan membantu mendiagnosis penyakit tertentu dan kehamilan. Amylase dan sakaridase dapat meningkat pada pankreatitis.

Zat – zat abnormal dalam urin

Protein
Pada keadaan normal dalam urin tidak lebih dari 200 mgram protibn yang di ekskresi bila ekskresinya naik disebut proteinuria. Ini terjadi karena gangguan fungsi ginjal. Misalnya akibat glomerulonefritis.

Glukosa
Dala keadaan normal tidak lebih dari 1 mgram glukosa diekskresikam perhari bila diperiksa dalam air benedict hasilnya positif, bila kadarnya lebih disebut glukosuria misalnya penyalit DM.
Gula yang lain:
Fruktosa:Adanya fruktosa dalam urin disebut fruktosuria .Fruktosuria biasanya terdapat dalam penyakit tertentu.
Laktosa: Adanya laktosa dalam urine disebut laktosuria.
Pentosa: Adanya pentosa dalam urin disebut pentosuria.

Benda-benda keton
Benda ketobn adalah asam aceto acetate, beta hidroksi butirat, dan acetone. Pada keadaan normal dalam urine terdapat 3-15 mgram tiap hari.

Bilirubin dan garam-garam kolat
Terdaoat di urine karena adanya sumbatan saluran empedu hingga empedu masuk ke dalam saluran darah dan diekskresi melalui urine.

Darah
Terdapatnya darah dalam urin disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu. Kadaan seperti ini disebut hematuria, misalnya pada radang ginjal, atau saluran kencing di bawahnya. Bila eritrosit pecah, hemoglobin akan keluar. Adanya hemoglobin dalam urine disebut hemoglobinuria. Adanya hemoglobin dalam urine bias dibuktikan melalui tes benzidin.

Indikan
Indikan adalah indoksil sulfat, terdapat dalam urine sebagai garam Kalium. Obstipasi atau meningkatnya pembusukan (putrefeksi) triptofan dalam protein dapat diubah menjadi indol kemudian diabsorbsi dan dibentuklah indikan yang diekskresi bersama urine.

Profirin
Profirin diekskresi oleh orang dewasa kira-kira 60-200 mikrogram per hari. Bila ekskresi naik disebut porfiria.


Praktikum urine

1. menunjukkan adanya protein dalam urine
a. masukkan ke dalam tabung reaksi 2 ml urine kemudian 1 atau 2 tetes larutan asam sulfosalisilat 20%. Terjadi endapan putih atau kekeruhan.
b. Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml urine dan 2 ml reagen esbach (campuran antara asam pikrat dan asam sitrat). Terjadi endapan kuning.
2. percobaan urea (ureum)
- ke dalam tabung reaksi kering dimasukkan sedikit urea
- dipanaskan hati-hati di atas api, sehingga urea meleleh. Perhatikan bau yang timbul (gas NH3)
- pemanasan diteruskan sampai ureum yang melelh menjadi padat lagi, terjadi biuret.
- diamkan sampai menjadi dingin
- tambahkan sedikit akuades, campur baik-baik sampai larut (=larutan biuret)
- tambahkan larutan 10% NaOH sama banyak dengan larutan biuret, campur baik-baik
- tambahkan satu tetes larutan 0,01 M Cu SO4, campur sehingga terjadi warna violet ungu, kalau belum timbul warna tambah larutan CuSO4 satu atau dua tetes.
3. pemecahan ureum oleh enzim urease
urease mengaktalisis reaksi :
CO(NH2)2 + H2O CO2 + 2NH3 (ammoniak)
Ureum urease
- kedalam 2 tabung reaksi, satu diisi 3 ml akuades dan yang lain 3 ml urin
- tambahkan 2 tetes larutan 0,04% fenol-merah
- jika belum terjadi warna pink (merah muda) tambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 0,1 M sampai terjadi warna pink
- masukkan larutan asam asetat tetes demi tetes sampai warna pink tepat hilang (pH=7)
- tambahkan sedikit tepung kedelai, campur hati-hati
- diamkan beberapa waktu (sekitar 10 menit)
- perhatikan warna yang terjadi pada masing-masing tabung
- ammonia yang terbentuk akan membuat larutan bersifat asam sehingga fenolftalin berwarna merah muda. Dalam tepung kedelai terdapat enzim uease.
4. percobaan untuk kreatinin
a. reaksi asam pikrat (reaksi jaffe)
- masukkan 1 ml asam pikarat jenuh
- tambahkan 0,5 ml larutan 10% NaOH- campur hati-hati
- campuran dibagi dua (dalam tabung reaksi):
1. satu tabung ditambah 3 ml urin
2. tabung yang lain ditambah 3 ml akuades
- isi tabung yang ditambah urine bewarna merah, oleh karena terbentuk kreatinin pikrat, yang ditambah asam menjadi kuning. Kreatin pikrat dalam suasana alkalis memberikan warna merah dari senyawa tautomernya.
b. Reaksi Nitroprussida (dari Weyl)
- Ke dalam tabung reaksi dimasukkan sekitar 3 ml urin
- Ditambah beberapa tetes larutan nitroprusside
- Di tambah beberapa tetes 10% NaOH sehingga arutan menjadi alkalis muncul warna merah yang cepat berubah menjadi warna kuning
- Kreatinin bersama dengan nitroprusside dalam suasana alkalik membentuk warna merah (ruby). Warna merah berubah menjadi kuning. Bila di asamkan dengan asam asetat, warna kuning berubah menjadi hhijau kemudian menjadi biru.

5. menunjukkan adanya garam-garam ammkonium dalam urine

2NH4Cl + Na2CO3 (NH4)2CO3 + 2NaCl


2NH3 + H2O + CO2
ke dalam tabung raeksi dimasukkan 2 ml urine, ditambahkan 1 tetes larutan fenolftanin dan tetes demi tetes larutan NA2CO3 2% hingga larutan berwarna merah muda kemudian dipanaskan. Timbulnya gas NH3 menunjukkan adanya garam ammonium dalam urine. Cara menunjukkan timbulnya gas NH3 :
- ambil batrabng kaca, basahi dengan larutan fenolftalein
- masukkan batang kaca ini ke dalam bagian atas tabung reaksi yang dipanaskan tersebut (batang kaca tidak sampai kena dinding dan isi tabung reaksi)
- fenolftalein pada batang kaca berwarna merah muda. Hal ini disebabkan ammoniak (NH3) yang keluar dari terurainya garam ammonium dalam urine.

6. menunjukkan adanya fosfat dan kalsium
ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml urine dan tambahkan beberapa tetes larutan NH4OH encer hingga alkalis dengan lakmus. Panaskan lambat-lambat dan lihatlah terjadinya endapan Ca-Mg fosfat. Saringlah endapan dengan kertas saring, endapannya dicuci dengan akuades. Kemudian endapan di atas kertas saring ditetesi 1 ml asam cuka 2% panas. Tapisannya (larutan Ca-Mg fosfat) dibagi dalam dua tabung.
Menunjukkan adanya fosfat.
Satu tabung yang berisi sebagian larutan CA-Mg fosfat ditambah 1 tetes HNO3 pekat dan beberapa tetes larutan ammonium molibdat. Dipanaskan terjadi endapan kuning jeruk yang karakteristik menunjukkan adanya fosfat (fosfomolibdat).

Menunjukkan adanya kalsium.
Pada tabung ke dua percobaan di atas ditambah beberapa tetes larutan K.osalat jenuh. Terjadinya kekeruhan dari Ca-oksalat yang tidak larut.
Powered by Blogger