Senin, 04 April 2011

MAKALAH PERMASALAHAN REMAJA

TUGAS PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI
ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DENGAN PERMASALAHANNYA
( OBESITAS,MEROKOK DAN NARKOBA)







SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2010

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kesehatan reproduksi dan hukum kesehatan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Remaja Dengan Permasalahannya ( Obesitas,Merokok dan Narkoba).
Makalah ini diselesaikan karena bantuan beberapa pihak,maka kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Herlin Fitriana,S.SiT selaku pembimbing.
2. Teman-teman seperjuangan yang telah ikut menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari harapan sempurna untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat orang-orang yang berkecimpung di dunia kesehatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Yogyakarta, Maret 2010



Penyusun


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994). Kesehatan reproduksi ditujukan bagi laki-laki maupun perempuan namun dalam hal ini perempuan mendapatkan perhatian lebih karena begitu kompleksnya alat reproduksi perempuan. Kesehatan reproduksi membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan alat reproduksi seseorang,selain itu kesehatan reproduksi juga membahas tentang siklus hidup serta permasalahan yang dihadapi oleh perempuan.
Permasalahan yang dihadapi perempuan sangatlah kompleks daripada permasalahan yang dihadapi oleh laki-laki. Dalam setiap fase atau masanya perempuan memiliki masalah yang berbeda-beda. Sebut saja permasalahan pada masa remaja yang berupa obesitas,merokok serta penggunaan obat-obatan terlarang. Perlu diketahui beberapa hal tersebut merupakan yang paling sering terjadi pada remaja,kadang kala masalah-masalah ini muncul bukan hanya disebabkan oleh kurang terkendalinya remaja namun juga bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua. Dalam berbagai permasalahan yang dihadapi remaja peran orang tua sangatlah penting.
Obesitas merupakan salah satu gangguan yang terjadi akibat penumpukan lemak ditubuh secara berlebihan,hal ini merupakan salah satu kasus malnutrisi. Obesitas bisa terjadi pada siapa saja,anak-anak,remaja maupun orang dewasa. Sedangkan factor penyebabnya bermacam-macam bisa berupa kurang terkendalinya pola makan atau bahkan stress.
Merokok merupakan salah satu sikap yang jauh dari perilaku hidup sehat,maka tak heran bila banyak orang yang menghujat keberadaan rokok. Merokok sudah menjadi trend masa kini di kalangan masyarakat kita,hal ini sungguh memprihatinkan karena bukan hanya orang dewasa saja saat ini yang bisa leluasa menghisap rokok di sembarang tempat,bahkan remaja kita saat ini dengan leluasanya menghisap rokok dimana mereka berada.
Narkoba atau narkotika dan obat-obat berbahaya adalah salah satu alat perusak bangsa. Narkotika merupakan suatu zat yang dapat merusak tubuh dan mental manusia karena menyerang susunan syaraf pusat manusia. Narkotika sendiri terdiri dari beberapa macam,antara lain narkotika alam,sintesis (buatan) dan semisintesis (campuran).


II. TUJUAN

 Untuk mencegah semakin maraknya budaya yang merugikan kesehatan.
 Untuk menambah pengetahuan petugas kesehatan maupun masyarakat tentang bahaya obesitas,merokok,dan narkoba pada remaja.
 Untuk memberitahukan cara menangani kasus obesitas,merokok dan narkoba pada remaja.


III. MANFAAT

 Timbulnya kepedulian masyarakat terhadap masalah yang dihadapi oleh remaja.
 Berkurangnya permasalahan yang dihadapi remaja.
 Petugas kesehatan lebih memperhatikan pola kehidupan remaja.
 Remaja lebih tanggap terhadap diri dan permasalahan yang mereka hadapi.
 Orang tua lebih tanggap tehadap anak-anak mereka.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KASUS

I. OBESITAS
Ada beberapa definisi mengenai pola makan menurut beberapa pakar,yaitu Yayuk Farida Baliwati, dkk (2004:69) mengatakan pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Sedangkan Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti (2004 : 89) mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.
Manusia hidup bermasyarakat memiliki pandangan, kebiasaan dan kebersamaan termasuk pola makannya. Pola makan individu dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan pola makan masyarakat. Pola yang dianut oleh remaja dimiliki melalui proses belajar yang menghasilkan kebiasaan makan yang terjadi sejak dini sampai dewasa dan akan berlangsung selama hidupnya, hingga kebiasaan makan dan susunan hidangan masih bertahan sampai ada pengaruh yang dapat mengubahnya. Usia remaja digolongkan dalam tiga tahap yaitu usia 10-12 tahun,tahap kedua 13-15 tahun dan remaja akhir usia 16-19 tahun. Usia remaja merupakan peralihan pola masa anak, namun pada usia remaja telah mendapatkan berbagai pengarahan dan bimbingan orang tua tentang makanan yang harus dikonsumsi guna pemenuhan kebutuhan yang mulai banyak aktivitasnya baik di sekolah maupun di rumah. Aktivitas fisik remaja sebagian besar banyak dilakukan di sekolah selama 8 jam meliputi kegiatan belajar dan bermain saat istirahat. Aktivitas berada di rumah kurang lebih selama 5-6 jam meliputi mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua dan bermain di lingkungan sebayanya. Aktivitas fisik remaja membutuhkan asupan pangan mengandung gizi yang cukup, sehingga kondisi tubuh remaja akan tetap baik dalam arti tidak mudah jatuh sakit. Pola makan remaja yang perlu dicermati adalah tentang frekuensi makan, jenis makanan dan jumlah makanan.
Aktifitas fisik remaja diukur sebagai pengeluaran kalori (caloric cost),tetapi tidak selalu sesuai karena keuntungan dan efek kesehatan aktivitas fisik melalui pengeluaran energi sebagai contoh lari dengan suatu intensitas tertentu, sedangkan pengeluaran energi rendah contohnya latihan peregangan tidak berhubungan dengan besarnya penegeluaran kalori ( Dedi Subardja,2004 : 50).
Aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umumnya memiliki tingkatan aktivitas fisik sedang, sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar di sekolah. Kegiatan belajar yang mereka lakukan mulai pukul 07.00-13.00 WIB. Tingkat aktivitas remaja laki-laki dan remaja perempuan sangat berbeda, untuk remaja laki-laki tingkat aktivitasnya lebih tinggi dari pada perempuan. Remaja laki-laki aktivitas fisiknya lebih berat, sebab pada usia tersebut sedang memprioritaskan olah raga seperti hiking, sepak bola, tenis,dan berenang. Sedangkan untuk remaja perempuan aktivitasnya lebih ringan dari remaja laki-laki seperti megerjakan pekerjaan rumah, merawat tanaman,berdandan dan sebagainya.
Sunita Almatsier (2003 : 150) mengatakan bahwa obesitas merupakan kelebihan energi yang terjadi bila konsumsi energy melalui makanan yang melebihi energi yang dikeluarkan, kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Sedangkan Dedi Subardja (2004:12) mengatakan obesitas adalah suatu keadaan yang terjadi bila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar dari pada kondisi normal. Pada dasarnya obesitas berbeda dengan kelebihan berat badan atau over weight. Kegemukan dapat juga diartikan penimbunan lemak tubuh yang berlebihan sehingga berat badan remaja jauh diatas normal mencapai 20 % dari berat badan ideal, sedangkan kelebihan berat badan (over weight) adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan lemak secara berlebih, hingga berat badannya mencapai 10 % -20% dari berat badan ideal.
Remaja yang mengalami obesitas memiliki kelebihan berat badan sebesar 20 % dari berat badan ideal. Pengukur tingkat obesitas bagi remaja diperlukan perhitungan dengan menggunakan standar brocca, bila diterapkan pada orang dewasa kurang sesuai hal ini disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi obesitas selain tinggi badan dan berat badan (Emma S.Wirakusumah,1994:27). Adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan obesitas menurut Dina Agoes dan Maria Poppy (2003 :15) antara lain : faktor makanan,faktor genetik, faktor hormonal dan metabolisme,faktor psikologis serta faktor aktivitas.
Klasifikasi obesitas remaja dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu obesitas ringan, obesitas berat dan obesitas sedang. Untuk lebih jelas dalam klasifikasi obesitas antara lain :
1. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 30-40%
2. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
(http://www.medicastore.com : 10 Juli 2004)


II. MEROKOK
Merokok merupakan masalah klasik yang sudah lama menghiasi kehidupan manusia. Meski rata-rata perokok sudah mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan penyakit jantung, impotensi, kanker dan lain-lain seperti yang tertulis pada setiap akhir iklan rokok, namun kenyataannya orang masih saja merokok. Ironisnya, akibat yang ditimbulkan bukan hanya bagi mereka yang menghisapnya, tapi perokok pasif juga harus menanggung beban ini. Berdasarkan survei yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 yang dilakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun, sebanyak 24,5 persen remaja laki-laki dan 2,3 persen remaja perempuan merupakan perokok, 3,2 persen di antaranya sudah kecanduan. Bahkan, yang lebih mengkhawatirkan, 3 dari 10 pelajar mencoba merokok sejak mereka di bawah usia 10 tahun. Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan, independensi, dan berontak dari norma-norma dimanfaatkan para pelaku industri rokok dengan memunculkan slogan-slogan promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga serta menantang. Kedekatan remaja dengan rokok tidak hanya dikarenakan gencarnya iklan rokok di media, tetapi mulai dari lingkungan terkecilnya (keluarga).
Jumlah konsumsi rokok di Indonesia, menurut the Tobacco Atlas 2002, menempati posisi kelima tertinggi di dunia, yaitu sebesar 215 miliar batang. Mengikuti China sebanyak 1,634 triliun batang, Amerika Serikat sebanyak 451 miliar batang, Jepang sebanyak 328 miliar batang, dan Rusia sebanyak 258 miliar batang. Tidak seharusnya kita bangga dengan "prestasi" yang kita miliki karena di balik itu serentetan penyakit yang berujung kematian menghantui. Dalam satu kandungan sebatang rokok setidaknya terdapat 4.000 zat kimia dan 43 zat karsinogenik, dengan 40 persennya beracun seperti hidrokarbon, karbon monoksida, logam berat, tar, dan nikotin yang berefek candu. Setiap tahunnya angka kematian di dunia mencapai lima juta orang diakibatkan berbagai penyakit yang disebabkan rokok, seperti kanker paru-paru dan penyakit jantung. Di Indonesia, menurut Demografi Universitas Indonesia, sebanyak 427.948 orang meninggal di Indonesia rata-rata per tahunnya akibat berbagai penyakit yang disebabkan rokok. Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan dipandang tidak cukup efektif baik dalam mencegah maupun menanggulangi bahaya merokok. Alasannya, dalam undang-undang itu tidak ada ketentuan bagi industri rokok untuk membatasi kadar nikotin dan tar dalam rokoknya. Padahal, pembatasan itu sempat dilakukan di Peraturan Pemerintah No 81/1999 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan yang direvisi atas desakan petani tembakau dan industri rokok (Surabaya.eHealth.org).
Merokok telah mendapat kecaman dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun dari dinas kesehatan,selain itu akhir-akhir ini juga sedang marak diperbincangkan hukum merokok dalam pandangan islam. Perbedaan pendapat tentang bagaimana hukum merokok dalam pandangan hukum Islam, sampai sekarang masih menjadi perdebatan yang hangat dan kontroversial. Perdebatan yang muncul, bermuara dari tidak terdapatnya ketentuan secara tekstual di dalam Al-Quran maupun Hadis mengenai masalah merokok. Sehingga, muncullah beberapa pendapat yang mengatakan bahwa merokok hukumnya boleh. Adapula yang berpendapat bahwa merokok hukumnya makruh. Dan adapula yang mengatakan hukumnya adalah haram. Argumen dari kalangan yang mengatakan merokok hukumnya boleh adalah bahwa terhadap masalah yang tidak diatur di dalam nash maka harus kembali kepada kaidah asal yaitu boleh sampai ada nash yang mengharamkannya. Sedangkan kalangan yang mengatakan makruh, mereka beragumen bahwa merokok tidak diatur secara khusus di dalam nash, namun merokok merupakan perbuatan yang mendatangkan beberapa efek negatif sehingga hukumnya menjadi makruh. Kemudian kalangan yang mengatakan merokok hukumnya haram karena unsur-unsur yang timbul dari perbuatan merokok adalah jelas merupakan unsur-unsur merugikan terhadap diri sendiri dan orang lain yang dilarang oleh Allah SWT. M.U.I dalam kapasitasnya sebagai lembaga yang memberikan pandangan, nasehat, maupun fatwa bagi umat Islam di Indonesia, menjawab permasalahan hukum merokok ini dengan mengeluarkan fatwa dalam Sidang Ijtima` Ulama Fatwa M.U.I III Di Padang Panjang, Sumatra Barat, tanggal 24-26 Januari 2009 Tentang Fatwa Rokok, bahwa merokok hukumnya adalah haram jika: 1. Di tempat umum 2. Bagi anak-anak 3. Bagi wanita hamil Dalam mengambil sikap mengenai permasalahan ini, hendaknya kita memahami kembali bahwa Al-Quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW terhenti setelah wafatnya beliau. Sedangkan perkembangan zaman berjalan sedemikian pesat, sehingga selalu muncul masalah-masalah yang tidak terdapat di dalam Al-Quran maupun Hadist. Jika kita hanya mendasari hukum secara tekstual, akan banyak sekali masalah yang tidak terjawab. Dengan demikian, langkah yang tepat adalah memahami secara global maksud-maksud dari hukum yang telah ada secara tekstual di dalam Al-Quran maupun Hadist. Dengan langkah pemahaman yang seperti itu dan melihat unsur-unsur larangan Allah dan Rasulullah, kemudian kita bandingkan dengan dampak-dampak negatif dari merokok, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa merokok hukumnya adalah haram. Jika M.U.I mengharamkan merokok hanya dalam tiga hal, demikian itu berdasarkan banyak pertimbangan, mulai dari pertimbangan ekonomi, tenaga kerja, dan kebiasaan merokok masyarakat yang sulit sekali untuk dilepaskan. Oleh karena itu, difatwakan demikian adalah salah satu langkah mendidik masyarakat untuk meninggalkan kebiasaan merokok secara berangsur-angsur (www.ums.ac.id).

III. NARKOBA
NARKOBA atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA, yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut. Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA.
Narkotika menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi NAPZA adalah sebagai berikut :
1. Faktor individual
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri-ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA, seperti kurang percaya diri, mudah kecewa, agresif, murung, pemalu, pendiam dan sebagainya.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan kurang baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat, seperti komunikasi orang tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai, kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, acuh, orang tua otoriter dan sebagainya.
Faktor-faktor tersebut memang tidak selalu membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi, makin banyak faktor-faktor di atas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.
Semua laporan tentag pengguna narkoba,baik laporan media massa maupun laporan resmi lembaga-lembaga yang mengkhususkan perhatiannya pada upaya penanggulangan narkoba memberikan gambaran bahwa pengguna narkoba paling banyak adalah kalangan remaja. Bahkan Kompas Cyber Media mencatat 90 persen pengguna narkoba adalah remaja (generasi muda).
Dalam buku Remaja Berkualitas,Problematika Dan Solusinya,Hasan Bisri menilai,remaja sebagai kelompok manusia yang tengah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Pada usia remaja terjadi perubahan yang sangat cepat,baik perubahan jasmani maupun kejiwaan. Dalam melakukan penyesuaiaan agar sesuai dengan pola kehidupan dewasa pengaruh lingkungan sebaya sangat kuat,bahkan kadang-kadang lebih kuat dari pengaruh keluarga. Karena pengaruh yang sangat kuat tersebut maka remaja mudah terlibat dalam persoalan akibat pengaruh kawan mereka. Inilah yang menjadi titik pangkal sehingga masa remaja dianggap sebagai masa terpenting dalam hidup manusia karena keberhasilan manusia di masa dewasa tergantung pada keberhasilannya di masa remaja. Masa remaja sering disebut dengan masa rentan karena masa remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Sedikit saja tergelincir oleh lingkungan yang kurang baik maka kepribadian remaja tersebut dikhawatirkan akan kurang baik pula. Sebab lain yang menyebabkan remaja tergelincir pada kegagalan hidup,diantaranya :
a. Terbatasnya kemampuan mental dan fisik
b. Kekurangan pengenalan terhadap potensi diri
c. Kekurangan kesempatan untuk berlatih
d. Rendahnya motivasi,dan
e. Tingkat aspirasi yang tinggi tetapi tidak realistis (Adi,1983).
Banyak problema pada lingkungan global yang saat ini menggayuti kehidupan remaja.salah satu problema yang menjadi problema besar dari sekian problema yang ada adalah tindak penyalahgunaan Napza (narkotika,psikotropika dan zat adiktif lainnya). Dunia hitam Napza setiap saat mengancam kehidupan remaja dan sudah jutaan remaja yang terjerumus hingga terbenam dalam lumpur hitam. Mereka menjadi tumbal-tumbal keganasan Napza (M.Hikmat,2008 : 45)




KASUS

I. OBESITAS
Obesitas Pada Remaja
Selasa, 15 Juli 2008
SAYA termasuk remaja yang kurang beruntung. Bila teman-teman saya ramping dan cantik, saya berpenampilan tambun dan bulat. Maklumlah bobot saya 75 kg padahal tinggi saya cuma 161 cm. Umur saya sekarang baru 18 tahun dan sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi Ebtanas SMU.
Soal Ebtanas saya tak begitu khawatir karena selama ini saya selalu mendapat peringkat di kelas. Paling sedikit peringkat tiga, tapi lebih sering peringkat pertama.
Bentuk tubuh saya ini menimbulkan rasa rendah diri meski saya dianggap teman-teman cukup menyenangkan. Saya dianggap peramah, dan peduli pada teman. Nah, meski teman saya banyak, namun patut dokter ketahui saya sampai saat ini belum punya pacar. Penyebab utama saya rasa adalah penampilan saya yang gemuk. Banyak teman lelaki yang bergaul dengan saya bahkan menjadi teman dekat, tetapi rupanya tidak ada yang naksir pada saya.
Saya sudah berusaha keras untuk menurunkan berat badan. Saya telah berobat ke berbagai dokter termasuk menjalani akupunktur namun hasilnya kurang memuaskan. Mula-mula ada penurunan berat badan 2-3 kg tetapi dalam beberapa lama berat badan saya naik lagi. Saya juga telah mencoba puasa Senin-Kamis tapi berat badan tak mau turun.
Saya mendengar bahwa orang yang gemuk mudah terserang berbagai penyakit. Karena itu saya makin sedih. Sudah tidak punya pacar, mudah pula sakit.
Dapatkah dokter menjelaskan kenapa berat badan saya tak mau turun? Apakah ilmu kedokteran yang sudah maju sekarang ini tak dapat membantu saya menurunkan berat badan? Bila berat badan saya turun saya akan merasa dunia ini akan semakin indah dan tentu masa depan saya akan lebih baik. Terima kasih banyak atas jawaban dokter. Elly, Jakarta

Obesitas & Depresi, Ancaman Terbesar bagi Anak
Sabtu, 01 Nov 2003 21:48:24
Pdpersi, Jakarta - Jika selama ini anak obesitas identik dengan latar belakang keluarga kaya dan serba berkecukupan, hasil riset di Universitas Brandeis Massachusetts dan Pusat Medis Rumah Sakit Anak Cincinnati AS justru menemukan fakta sebaliknya. Tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga yang rendah ternyata berkorelasi dengan obesitas dan juga depresi.
Penelitian pada lebih dari 15.000 remaja di AS menemukan fakta bahwa sekitar sepertiga dari kasus depresi dan obesitas di antara para remaja tersebut terkait dengan latar belakang orang tua yang berpendapat rendah atau berpendidikan rendah.
"Kondisi sosial ekonomi memberikan pengaruh besar terhadap beban penyakit tersebut. Untuk memahami kesehatan dan perilaku remaja, konteks itu perlu dipertimbangkan dalam kehidupan remaja," kata peneliti Dr. Elizabeth Goodman dari Universitas Brandeis seperti dikutip situs berita Yahoo.com/HealthDay akhir pekan lalu.
Hasil studi itu akan dimuat dalam American Journal of Public Health edisi November. Penelitian itu menemukan fakta, pendapatan keluarga yang rendah menyebabkan 26 persen kasus depresi dan 32 persen kasus obesitas pada remaja.
Sedangkan, pendidikan orang tua yang rendah berhubungan dengan 40 persen kasus depresi dan 39 persen kasus obesitas pada remaja. Pendidikan orang tua yang rendah merupakan faktor yang lebih kuat dibandingkan dengan pendapatan baik untuk kasus depresi maupun obesitas.
"Dampak pendidikan mungkin lebih terkait dengan perbedaan dalam keahlian interpersonal, sedangkan dampak pendapatan mungkin lebih kuat dihubungkan dengan barang dan jasa," kata Goodman. "Obesitas dan depresi mewakili masalah kesehatan umum yang penting bagi remaja saat ini, karena keduanya merupakan penyakit kronis yang biasanya bertahan hingga dewasa."


II. MEROKOK
Remaja Merokok, Salah Lingkungan?
Jum'at, 12 September 2008 - 08:25 wib
RISET tentang perilaku merokok pada remaja menunjukkan rata-rata remaja wanita mulai merokok pada usia 15 tahun. Lingkungan dan keluarga perokok turut memicunya.

Lebih dari sepertiga penduduk Indonesia merokok. Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi ketiga negara perokok terbanyak di dunia setelah China dan India. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian pada 2007 tersebut menunjukkan rokok seolah telah menjadi bagian dari "gaya hidup" masyarakat.

Lebih ironis lagi karena gaya hidup ini telah merambah usia muda, yakni remaja tanggung usia belasan.

Belum lama ini, Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KuIS), mengumumkan hasil studi terkini tentang perilaku merokok di kalangan remaja putri dan wanita muda di Indonesia. Riset ini meliputi survei terhadap 3.040 siswi SMP (usia 13-15 tahun) dan SMA (usia 16-19 tahun), serta mahasiswi (usia 20-25 tahun) di Jakarta dan Sumatera Barat. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif (dengan kuesioner) dan kualitatif (dengan focus group discussion/ FGD).

Dari penelitian yang dilakukan selama kurun waktu Oktober-Desember 2007 tersebut terungkap bahwa ratarata remaja putri mulai merokok pada usia 15 tahun. Sekitar 20,33 persen remaja putri juga mengaku pernah merokok meski hanya satu isapan.

Beragam alasan dikemukakan terkait dorongan untuk merokok. Di antaranya untuk bersantai, tertantang untuk melakukan hal yang dilakukan pria, kebiasaan dalam kelompok pertemanan, dan agar dapat diterima dalam sebuah kelompok. Sebanyak 53,19 persen wanita juga percaya bahwa merokok dapat membantu menurunkan berat badan. Namun, di antara beberapa alasan tersebut, motif meringankan ketegangan dan stres menempati urutan tertinggi, yakni sekitar 54,59 persen.

"Rupanya ?mitos' bahwa merokok dapat melepaskan ketegangan sudah telanjur lekat dalam benak mereka," ujar koordinator riset dari KuIS, Anti Hadi.
Sesuatu akan lebih mudah digapai bila ada peluang atau kesempatan. Demikian halnya keterpaparan terhadap rokok akan lebih tinggi jika lingkungan mendukung terhadap budaya merokok. Masih dari hasil penelitian yang sama, sekitar 34,75 persen remaja putri usia 13-15 tahun mengaku mudah mengakses rokok.

"Dari hasil FGD juga diketahui bahwa mayoritas mereka mulai merokok karena diajak teman. Biasanya mereka merokok di acara kumpul- kumpul atau saat nongkrong. Namun hal ini juga tergantung kelonggaran aturan dan kontrol di rumah masing-masing," papar Anti.

Fakta tentang kuatnya pengaruh lingkungan dalam menciptakan "budaya" merokok juga terungkap dalam sejumlah penelitian di luar negeri. Sebuah penelitian yang dilakukan Dr Alison B Albers dan timnya dari Boston University School of Public Health, Amerika, mengungkapkan, remaja yang tinggal dalam keluarga yang tanpa larangan merokok biasanya cenderung menganggap merokok sebagai hal lazim. Mereka juga lebih mudah menerima keberadaan perokok dewasa, tanpa merasa terganggu.

Temuan lainnya, remaja yang tinggal dengan keluarga yang tidak merokok dan tidak ada aturan larangan merokok cenderung lebih berani mencoba merokok di dalam rumah ketimbang mereka yang tinggal dalam keluarga yang menerapkan larangan merokok. Dengan kata lain, larangan merokok di dalam rumah dapat membantu remaja membangun sikap anti-merokok dan mencegah rasa ingin mencoba. Sebaliknya, apabila ada salah seorang anggota keluarga yang merokok, akan menjadi faktor penentu utama remaja menjadi perokok.

"Larangan merokok dalam rumah dapat menurunkan kemungkinan remaja untuk mulai mencoba rokok, tapi hanya di dalam rumah yang tidak terdapat perokok," ujar Albers.
Selama periode 2001- 2002, Albers bersama timnya mencoba meneliti sikap antimerokok pada 3.834 partisipan remaja berusia 12-17 tahun. Secara keseluruhan, penelitian tersebut menyarankan adanya larangan merokok dalam rumah sebagai kekuatan potensial dalam membentuk aturan anti-merokok
tp://lifehtstyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/09/12/27/145232/remaja-merokok-salah-lingkungan

Memangnya Kenapa kalau Remaja Merokok?

Rabu, 17 Februari 2010 | 14:23 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Memang kenapa kalau remaja merokok? Pertanyaan tersebut, dengan berbagai versi cara bertanya, kerap dilontarkan oleh para remaja yang baru atau bahkan sudah sering merokok.
Para remaja sudah merasa berhak merokok di usia belasan tahun dan kenyataannya, memang remaja berusia 15-19 tahun sudah menjadi sasaran utama pemasaran rokok saat ini.
"Remaja usia ini pasti yang dicari karena produknya, kan, adiktif. Mereka berpotensi akan jadi pelanggan tetap untuk masa depan," tutur Ketua Komnas Pengendalian Tembakau Farid Anfasa Moeloek, Rabu (17/2/2010).
Pendekatannya macam-macam, mulai dari iklan hingga pemberian sponsor untuk kegiatan sekolah, seperti musik, seni, dan olahraga yang dekat dengan kehidupan gaul remaja.
Masuk akal, lanjut Moeloek, karena pada usia ini para remaja masih dalam proses pencarian jati diri, di mana emosinya labil dan belum dapat mengambil keputusan dengan matang. Oleh karena itu, fokus penekanan konsumsi rokok harus diarahkan pada para remaja.
Selain itu, perilaku merokok pada remaja juga berkontribusi signifikan terhadap tumbuhnya berbagai penyakit sosial, misalnya menyebabkan munculnya the lost generation. Kemiskinan dan kebodohan, penyakit mematikan HIV/AIDS, penggunaan narkotika, kekerasan fisik dan seksual semua bersumber dari perilaku merokok. Ini kemudian mengarah pada kehancuran ekonomi keluarga dan hilangnya generasi bangsa yang berkualitas.
Dengan demikian, Farid memandang perlunya peraturan khusus dari pemerintah untuk menggunakan tembakau yang sama dengan aturan terhadap zat adiktif lainnya. "Ingat, the lost generation gerbangnya adalah rokok," tegas mantan Menteri Kesehatan ini.
Selain itu, sosialisasi berbagai penelitian yang membuktikan bahwa rokok mengandung tar dan nikotin yang dikenal sebagai zat adiktif serta dampak negatif terhadap kesehatan harus terus disuarakan, terutama kepada para remaja yang hidup di kelas ekonomi bawah.
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/17/1423034/Memangnya.Kenapa.kalau.Remaja.Merokok.
III. NARKOBA
Remaja dan Napza
Namanya sebut saja is. Ia seorang anak SMP yang tertangkap basah memakai obat (narkoba). Sebelumnya anak itu pendiam, jarang bolos. Namun tiba-tiba ia sering bolos dan terlambat sekolah. Teman-temannya sering memergoki Is keluar dari rumah kosong dibelakang sekolah dengan mata merah dan batuk-batuk. Karena sering bolos, akhirnya guru memanggil orang tuanya, Is selalu berangkat sekolah denga rajin.
Ketika semua siswa mengikuti upacara penurunan bendera, pihak sekolah sengaja mengadakan razia (pemeriksaan) ke seluruh siswa. Akhirnya pihak sekolah menemukan plastic kecil berisi heroin yang terselip dibuku milik is. Pihak sekolah pun akhirnya mengintrogasinya. Is pun mengaku dan dikeluarkan dari sekolah.(korcil MQ)

14 Ribu Remaja Indonesia Pengguna Narkoba
Sunday, 31 January 2010 10:25 Nasional
Hidayatullah.com—Remaja, katanya generasi penerus bangsa. Masalahnya, akan seperti apa nasib bangsa kita jika remajanya adalah pengguna narkoba. Nah, sumber terbaru menyatakan, tercatat, 19 % dari jumlah remaja di Indonesia atau sekitar 14 ribu remaja, diindikasikan menjadi pengguna narkoba. Fenomena ini akan menjadi pertanda buruk bagi eksistensi bangsa, jika persoalan tersebut tak segera dicarikan solusinya. Pernyataan terbaru ini disampaikan Ibu Negara, Ani Bambang Yudhoyono.
"Eksistensi bangsa akan terancam, manakala banyak remaja atau pemudanya yang menjadi pemakai narkoba," kata, dalam peluncuran Aksi Peduli Anak Bangsa Bebas Narkoba bertajuk "Love in Action" yang digelar Polres Metro Jakarta Barat bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, di Central Park Podomoro City, Jl S Parman, Grogolpetamburan, Jakarta Barat, Sabtu (30/1) kemarin.
Remaja yang telah terkontaminasi oleh narkoba secara otomatis akan mengalami banyak problem. Mulai dari mengalami degradasi moral, penurunan intelektual, hingga penurunan produktivitas. Pada akhirnya mereka akan menjadi remaja pemalas dalam melaksanakan berbagai hal termasuk belajar.
"Bahkan hanya untuk mandi sekalipun, para pecandu narkoba juga menjadi malas," lanjut Ani. Selain itu, lanjutnya, remaja juga akan menjadi sangat cuek atau tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Mereka menjadi suka berbohong kepada keluarga maupun teman-temanya. Bahkan, mereka juga tidak takut lagi melakukan tindakan kriminal seperti mencuri barang, baik milik keluarganya sendiri maupun orang lain, hanya demi membeli narkoba. Lebih dari itu, kesehatan pemakai narkoba juga akan menjadi menurun. Berbagai penyakit, seperti hepatitis bahkan HIV/AIDS bisa menyerang mereka.
"Untuk itu saya mengimbau kepada seluruh anak-anak Indonesia agar menjauhi narkoba. Jangan sampai mencoba-coba, karena sekali mencoba maka akan terperosok lebih dalam," tegasnya.
Selanjutnya, ibu negara mengajak pada semua pihak untuk turut serta dalam mencegah bertambahnya pengguna narkoba. Berbagai lapisan masyarakat, termasuk orangtua juga harus lebih memperhatikan dan mengasihi anak-anak mereka.
"Bahkan hingga anak-anak sudah memasuki bangku kuliah sekalipun, kasih sayang disertai bimbingan harus tetap dilakukan," pesanya.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menyatakan dukunganya terhadap pemberantasan narkoba. Menurutnya, dalam memerangi narkoba diperlukan pendekatan preventif, edukatif, dan persuasif. Untuk itu dibutuhkan sinergi kerja sama yang erat dari berbagai pihak. Pemprov DKI bersama Polri akan terus memerangi narkoba khususnya di wilayah DKI Jakarta.
"Kita semua harus berperan aktif dalam menanggulangi narkoba, khususnya di DKI Jakarta untuk menuju Indonesia bebas narkoba 2015," tegasnya.
Kapolres Metro Jakarta Barat yang juga ketua panitia acara, Kombes Abdul Kamil Razak, mengatakan, penyalahgunaan narkoba sampai kini masih menjadi masalah utama, bukan saja nasional tapi juga internasional.
"Maka dari itu, persoalan ini menuntut penyelesaian tuntas dari semua pihak, karena angka penggunaan narkoba semakin meningkat dari tahun ke tahun," ucap Kamil.
Lebih jauh, Ani juga mengatakan, sebaiknya pengguna narkoba tidak diperlakukan sebagai kriminal. Yang terjerumus menggunakan narkoba dibimbing dan ditempatkan di pusat rehabilitasi. Sedangkan bagi pengedar narkoba, Ani Yudhoyono menyatakan dukungan jika ditempatkan di penjara sebagai efek jeranya.
''Saya tidak sependapat dengan Kapolri yang memperlakukan para pemakai narkoba sebagai kriminal. Mereka seharusnya ditempatkan di panti rehabilitasi, bukan penjara,'' kata Ani. Ani juga mengatakan pengguna narkoba berbeda dengan pengedar narkoba. Oleh karena itu, dalam memerangi narkoba, terutama terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja, Ani meminta masyarakat dapat mengubah persepsi tentang pengguna narkoba. Sebaiknya, para pemakai narkoba jangan dijauhi dan jangan dikucilkan.
''Tetapi semestinya dirangkul, diawasi secara teratur secara periodik. Secara perlahan, mereka dapat diajak untuk meninggalkan narkoba,'' sarannya.
Oleh karena itu, dia meminta kepada semua pihak terutama pihak-pihak terkait untuk lebih memberi perhatian terhadap penyalahgunaan narkoba yang kebanyakan dilakukan di kalangan remaja. [bjkt/www.hidayatullah.com]

BAB III
PEMBAHASAN

I. OBESITAS
1. Obesitas pada remaja
Dari kasus ini kita bisa menyarankan kepada remaja dengan gangguan obesitas supaya dia tidak berkecil hati kerena masalah obesitas di kalangan remaja juga bukan hanya dialami dirinya saja cukup banyak remaja yang mempunyai persoalan seperti dia. Menurut badan kesehatan sedunia, WHO, obesitas memang merupakan suatu masalah yang sering dijumpai terutama di negara maju. Dalam 20 tahun terakhir ini terdapat penambahan sekitar 30 persen populasi yang obes di Amerika Serikat. Di negara kita pun jumlah orang yang obes sudah semakin bertambah termasuk di kalangan remaja. Obesitas di samping mengganggu penampilan juga berisiko lebih tinggi untuk penyakit darah tinggi, jantung, dan kencing manis.
Penyebab obesitas adalah genetik (faktor keturunan) dan pola hidup. Faktor keturunan diperkirakan merupakan predisposisi yang menentukan ketidakseimbangan energi. Pola hidup berupa makan berlebih, kurang olahraga, masalah psikologis dan sosial, berpengaruh pada terjadinya obesitas.
Patut kita pahami obesitas adalah keadaan kronik yang predisposisinya dapat seumur hidup (lifelong) dan acapkali dipengaruhi banyak faktor. Banyak sekali dari penderita obesitas yang mengiinginkan adanya sebuah treatment yang sederhana dan dapat menurunkan berat badan dalam waktu singkat namun hingga saat ini belum ditemukan cara yang seperti itu. Pengobatan obesitas memerlukan upaya jangka panjang dan acapkali memerlukan perubahan kebiasaan hidup seseorang. Namun merubah kebiasaan bukan merupakan hal yang mudah,diperlukan keinginan yang kuat serta ketekunan. Prinsipnya adalah masukan kalori janganlah berlebihan dibandingkan dengan penggunaan kalori oleh tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang obes memperhitungkan kalori yang diperlukan tubuh sesuai dengan kegiatan sehari-hari serta keperluan kalori untuk pertumbuhan.
Remaja masih berada dalam masa tumbuh kembang. Olahraga memerlukan kalori, karena kebiasaan berolahraga secara teratur perlu ditumbuhkan. Selain itu faktor-faktor yang juga dapat mempengaruhi obesitas seperti faktor psikologis, jika ada, juga perlu diselesaikan. Dengan mempertimbangkan kenyataan ini kita berharap remaja lebih realistis. Penurunan berat badan hanya dapat dicapai dengan disiplin dan pemahaman mengenai penyebab obesitas, dengan pola makan yang teratur dan memenuhi gizi , olahraga rutin maka tidak perlu membutuhkan semacam obat untuk mempercepat turunnya berat badan , karena itu hanya bersifat sementara bahkan dapat mengganggu kesehatan.
Emosional juga dapat mempengaruhi obesitas , berawal dari emosi yang tidak teratasi. Sebagian orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Dalam suatu masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, sehingga orang gemuk cenderung melu penampilannya dan kesulitan mengendalikan diri dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan.
Dilihat dari segi hukum obesitas tidak diatur dalam undang-undang, dan obesitas bukan suatu hal yang dapat dipandang dari segi hukum. Karena obesitas sendiri adalah pertumbuhan alami yang dialami seseorang tetapi bukan sebagai tolok ukur untuk mengetahui seberapa banyak makanan yang masuk. Bisa juga obesitas karena keturunan, itu banyak terjadi disekitar kita. Obesitas terjadi secara alami tidak direncanakan, maka dari itu belum ada undang-undang yang mengatur tentang berat badan yang berlebih atau obesitas. Meskipun tidak ada hukum yang mengatur tentang obesitas sebagai tenaga kesehatan kita harus bisa mengendalikan bertambahnya remaja yang mengalami obesitas dengan cara penyuluhan ke sekolah-sekolah atau bahkan dengan cara melakukan konseling baik secara langsung pada sang anak ataupun melalui orang tua anak tersebut mengenai penerapan pola makan yang benar serta mengkonsumsi makanan yang benar pula. Selain itu kita juga perlu menganjurkan kepada remaja untuk banyak dan sering melakukan olahraga agar ketika lemak menumpuk bisa segera dibakar dengan cara berolahraga dengan begitu lemak tidak akan sempat menumpuk hingga menimbulkan obesitas.
2. Obesitas & Depresi, Ancaman Terbesar bagi Anak
Obesitas saat ini telah merajalela di berbagai kalangan. Dan yang menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini adalah obesitas yang terjadi pada remaja,remaja yang merupakan peralihan dari masa anak-anak ini masih sangat rentan sekali terhadap pengaruh lingkungan maka dari itu perhatian dari pihak orang tua pada masa-masa ini sangat dibutuhkan. Obesitas bisa terjadi karena berbagai sebab dan factor,dari kasus ini kita dapat melihat bahwa obesitas merupakan salah satu dampak dari rendahnya perekonomian masyarakat. Hal ini mengakibatkan remaja masa kini lebih sering mengalami depresi karena kurangnya penerimaan pada kondisi yang mereka alami. Depresi bisa menghantarkan pada terjadinya obesitas karena dengan depresi seseorang terutama remaja akan melakukan berbagai cara untuk menghilangkan perasaan depresi dan tertekan tersebut. Semua ini sebenarnya bisa dicegah bila orang tua lebih banyak memberikan perhatian pada anak-anak mereka karena dalam masa-masa remaja sebenarnya hal yang paling penting adalah pendampingan dari pihak keluarga. Lagi-lagi keluarga yang sangat berperan di setiap tingkah polah remaja. Pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja bergantung pada baik daan buruknya perlakuan keluarga pada diri mereka,bila keluarga baik perlakuannya terhadap mereka maka baik pula pribadi remaja secara fisik,mental maupun psikis begitu juga sebaliknya.
Obesitas merupakan masalah kelebihan berat badan yang disebabkan oleh penumpukan lemak yang tak terkendali. Secara hokum memang hal ini tidak dijelaskan secara detail namun dalam bidang kesehatan telah ditegaskan bahwa obesitas merupakan hal yang memerlukan perhatian khusus dari berbagi pihak terutama kita sebagai petugas kesehatan. Sebagai seorang bidan kita harus mampu mengendalikan permasalahn ini dengan cara memberikan penyuluhan tentang pentingnya pola pemberian nutrisi pada anak maupun remaja secara benar. Penyuluhan bisa dilakukan di sekolah-sekolah maupun dalam sebuah seminar untuk remaja. Selain melalui penyuluhan kita juga bisa memberikan konseling pada orang tua mereka,dan perlu ditekankan bahwa obesitas pada remaja tidak membutuhkan cara instan untuk penyembuhannya seperti diet karena remaja masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam pembahasan kasus ini kita bisa meninjau melalui beberapa aspek,antara lain :
a. Fisik
Dari segi fisik kita bisa melihat bahwa remaja yang mengalami obesitas akan mempunyai ukuran badan yang berlebihan yang bisa menyebabkan mereka malas mengerjakan aktivitas. Selain malas mereka juga disulitkan oleh berat badan yang sangat menghambat ruang gerak mereka sehingga selain keberatan berat badan mereka juga bisa mengidap penyakit lain yang disebabkan karena kurangnya aktivitas yang seharusnya menggerakkan badan mereka.
b. Psikologi
Dari segi psikologi kita bisa mendapati para remaja yang obesitas mengalami stress karena minder ataupun kurang percaya diri karena badan mereka yang tambun sehingga hal ini menjadikan mereka sebagai seorang pribadi yang pasif. Maka dari itu kita harus mampu memberikan dukungan kepada mereka supaya mereka mau beraktifitas layaknya remaja yang normal.
c. Kesehatan reproduksi
Dilihat dari segi kesehatan reproduksi remaja yang obes bisa saja mengalami komplikasi beberapa penyakit,antara lain : hipertensi,kolesterol tinggi (dislipidemia),penyempitan pembuluh darah yang jika terjai terus menerus mengakibatkan pecahnya pembuluh darah jika terjadi di otak akan mengakibatkan stroke dan bila terjadi di jantung akan menyebabkan infark myokard,begitu pula pada organ lainnya.
d. Agama
Secara agama kita dapat meninjau dari hadist rosul yang artinya “makan dan minumlah tapi jangan berlebih-lebihan…” dari hadist ini ikita bisa menyimpulkan bahwa Allah pun tidak menyukai seseorang yang berlaku secara berlebihan.
e. Lingkungan
Dari segi lingkungan bisa saja mereka para obes dikucilkan dan mereka akan menutup diri dari kegiatan-kegiatan sosial sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam hal komunikasi dengan orang lain.

II. MEROKOK
3. Remaja Merokok, Salah Lingkungan?
Dari kasus kasus merokok diatas dapat di lihat dari berbagai sudut pandang, baik itu sudut pandang secara hukum, agama, kesehatan, kesehatan reproduksi, lingkungan, psikologi.
a. Sudut pandang hukum
bila bilihat dari sudut pandang hukum sampai saat ini belum menjadi sebuah ketetapan karena sampai saat ini pemerintah belum merumuskan dalam undang-undang. Tetapi pemerintah telah mengatur dalam peraturan pemerintah no. 19 tahun 2003 dan dalam hukum kesehatan juga sudah disebutkan.
b. Sudut pandang kesehatan
Dilihat dari sudut pandang kesehatan secara umum rokok dapat menyebabkan:
• Gangguan pada system saluran pernafasan
Gangguan pada saluran pernafasan karena asap rokok yang dihisap mengandung nikotin yang sangat berbahaya bagi keadaan paru-paru.

• Keguguran
Banyak perempuan yang keguguran yang diakibatkan merokok karena asap rokok yang mengandung nikotin dapat menyebab gangguan perkembangan janin sehingga janin tidak dapat bertahan dalam kandungan.
• Berat badan bayi lahir rendah
Seorang ibu hamil yang sering merokok dapat manyebabkan bayi yang ada dalam kandungan akan semakin mengecil karena merokok dapat mengganggu perkambangan janin.
• Ketergantungan, ketagihan, dan cenderung terpengaruh untuk menggunakan narkoba.
Merokok dapat menyebabkan ketagihan karena nikotin dapat memberi kenikmatan tersendiri dan kepuasa pada pengguna rokok yang menyebab kan para pengguna akan mersa ketagihan dan bila seseorang sudah merasa ketergantungan para pengguna akan mencoba sesuatu yang lebih nikmat seperti narkoba dan bila hal seperti ini tarjadi maka bisa menimbulkan suatu hal yang kriminal.
c. Sudut pandang kesehatan reproduksi
Sedangkan menurut sudut pandang kesehatan reproduksi merokok dapat menyebabkan kemandulan karena asap rokok yang di hirup mengandung nikotin dan toksik yang menyebabkan kandungan menjadi kering dan tidak mampu untuk melakukan pembuahan. Selain kemandualan pada wanita merokok juga dapat menyebabkan impotent yang menyebabkan alat kelamin pada laki-laki tidak dapat berfungsi secara optimal.
d. Sudut pandang lingkungan
Merokok di lingkungan umum juga sangat merugikan kerena rokok dapat mencemari lingkungan dan udara selain itu merokok dapat membahayakan dan merugikan orang lain yang tidak merokok karena orang yang di sekelilingnya ikut menghirup asap rokok.dampak dari perokok pasif lebih berbahaya dibandingan perokok aktif.
e. Sudut pandang agama
Sampai saat ini fatwa-fatwa tentang haramnya rokok masih menjadi perdepatan yang hangat ada beberapa kalangan yang mengatakan merokok itu hukam nya makrh dan ada beberapa kalangan yang mengatakan merokok hukumnya haram karena unsur-unsur yang timbul dari perbuatan merokok adalah jelas merupakan unsur-unsur merugikan terhadap diri sendiri dan orang lain yang dilarang oleh Allah SWT. M.U.I dalam kapasitasnya sebagai lembaga yang memberikan pandangan, nasehat, maupun fatwa bagi umat Islam di Indonesia, menjawab permasalahan hukum merokok ini dengan mengeluarkan fatwa dalam Sidang Ijtima` Ulama Fatwa M.U.I III Di Padang Panjang, Sumatra Barat, tanggal 24-26 Januari 2009 Tentang Fatwa Rokok, bahwa merokok hukumnya adalah haram jika: 1. Di tempat umum 2. Bagi anak-anak 3. Bagi wanita hamil Dalam mengambil sikap mengenai permasalahan ini, hendaknya kita memahami kembali bahwa Al-Quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW terhenti setelah wafatnya beliau. Sedangkan perkembangan zaman berjalan sedemikian pesat, sehingga selalu muncul masalah-masalah yang tidak terdapat di dalam Al-Quran maupun Hadist.
f. Sudut pandang psikologi
Dari sisi psikologi kita dapat melihat bahwa ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seorang anak merokok misalnya lingkungan sekitar yang sangat penggaruh terhadap tingkah laku anak dan cara bergaul anak jika anak yang hidup dalam lingkungan yang tidak baik maka sikap dan cara bergaul anak pun akn terpengaruh , perhatian orang tua adalah sosok yang sangat pengaruh terhadap psikologi anak karena keluarga adalah pembentuk psikologi anak yang paling dasar biasanya sikap orang tua yang tidak peduli atau oarng tua yang sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak memperdulikan anaknya pada umumnya anak akan mencari pelarian ke hal-hal yang tidak diinginkan , cara bergaul dengan teman sangat berpengaru setelah orang tua nya karena masa anak-anak maupun masa remaja mudah terpangaruh dengan teman disekitarnya jiak teman-teman anak adalah perokok biasanya anak juga ikut mencoba rokok karena bila si anak tidak mau akan dioalok olok oleh teman-temannya sehinga anak tersebut psikolognya menjadi tertekan dan mau tidak mau ikut mencoba merokok sehingga anak akan merasa ketgihan dan lama-lama menjadi seorang perokok .
g. Sikap bidan
Dalam menangani kasus di atas kita sebagai bidan dapat melakukan berbagai tindakan antara lain penyuluhan tentang bahaya merokok dan tips agar tidak menjadi pengguna rokok antara lain adalah minum banyak air putih, makan sayur dan buah setiap kali timbul keinginan untuk merokok, berolah ragalah yang menyenangkan dan disukai secara teratur, pijatlah daerah punggung dan leher lalu tariklah nafas dalam-dalam. Penyuluhan ini dapat dilakukan dari kalangan pelajar dari SD sampai SMA karena dengan cara ini dapat mengurangi pengguna rokok.
Sebagai seorang tenaga kesehatan apalagi bidan, kita harus mampu mengurangi tingkat penggunaan rokok apalagi saat ini, rokok telah menyerang generasi-generasi muda dan seakan akan menjadi sebuah trend bagi remaja-remaja sekarang.
4. Memangnya Kenapa kalau Remaja Merokok?

Kata “rokok” seakan sudah tidak asing terdengar dalam telinga kita. Apalagi bila dikait-kaitkan dengan pergaulan remaja saat ini yang semakin tidak terkendali dan tak mempunyai batasan, seringkali kita melihat banyak anak-anak dibawah umur yang sedang enak-enaknya menghisap si batang putih alias rokok. Seperti pada kasus yang akan kita bahas saat ini, para remaja tidak mengerti betapa bahayanya rokok bagi kesehatan terutama bagi masa depan mereka. Mereka tidak mengerti apa bahaya bagi si perokok aktif dan bagi si perokok pasif yaitu orang-orang yang tidak merokok dan tidak sengaja menghirup asap rokok dari seorang perokok. Banyak akibat yang ditimbulkan karena rokok.
Misalnya saja dari segi kesehatan tubuh. Banyak penyakit yang bisa menyerang si perokok misalnya tekanan darah tinggi, apalagi kita ketahui bahwa tekanan darah tinggi dapat menjadi awal utama timbulnya penyakit lain, seperti serangan jantung, gangguan pada sistem pernafasan, dan bisa beresiko terkena kanker seperti kanker pada bibir, lidah, tenggorokan, pita suara, kandung kemih, leher rahim, dll.
Dari segi kesehatan reproduksi sendiri, rokok sangat berpengaruh dan sangat berakibat fatal bagi si pengguna itu sendiri, apalagi bagi ibu hamil, padahal kita ketahui bahwa ibu hamil sangat rentan terhadap penyakit. Misalnya ibu hamil yang menjadi perokok aktif, bayi yang akan dilahirkan beresiko lahir mati atau cacat ini dikarenakan kandungan pada asap rokok sangat berbahaya bagi perkembangan dan pertumbuhan janin, kemudian impotensi yang mengakibatkan organ-organ reproduksi tidak dapat berfungsi secara normal dan bisa mengakibatkan kemandulan bagi si pengguna rokok itu sendiri.
Dari segi agama sendiri memang masih menjadi perdebatan. Perbedaan pendapat tentang bagaimana hukum merokok dalam pandangan hukum Islam, sampai sekarang masih menjadi perdebatan yang hangat dan kontroversial. Perdebatan yang muncul, bermuara dari tidak terdapatnya ketentuan secara tekstual di dalam Al-Quran maupun Hadis mengenai masalah merokok. Sehingga, muncullah beberapa pendapat yang mengatakan bahwa merokok hukumnya boleh. Adapula yang berpendapat bahwa merokok hukumnya makruh. Dan adapula yang mengatakan hukumnya adalah haram. Argumen dari kalangan yang mengatakan merokok hukumnya boleh adalah bahwa terhadap masalah yang tidak diatur di dalam nash maka harus kembali kepada kaidah asal yaitu boleh sampai ada nash yang mengharamkannya. Namun masih saja banyak penikmat rokok yang semakin hari bukannya berkurang tapi malah semakin bertambah jumlahnya.
Begitu banyak akibat dari rokok,dan tidak semua orang menyadarinya. Sebenarnya seorang remaja merokok tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Banyak factor yang mempengaruhinya misalnya factor lingkungan yang sebagian besar perokok, ini membuat kejiwaan seorang remaja yang ingin ikut mencoba merasakan rokok, kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua juga berpengaruh pada kondisi kejiwaan seorang anak, banyak remaja yang merokok karena orang tua yang sibuk dan tidak peduli dengan keadaan anaknya. Sehingga mereka merasa leluasa untuk mencoba hal-hal yang baru termasuk merokok.
Disinilah dibutuhkan peran seorang tenaga kesehatan, dan kita sebagai bidan wajib mencegahnya, bidan dapat melakukan penyuluhan terhadap pengguna rokok, terutama para remaja yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Penyuluhan sebaiknya dibuat semenarik mungkin agar para remaja merasa tidak bosan dan merasa senang saat mengikuti penyuluhan. Akan tetapi perhatian dari orang tua dan dukungan keluarga sangat penting bagi psikis si anak tersebut. Oleh karena itu satiap orang tua diharapkan memberi perhatian khusus bagi anaknya terutama saat anak mulai masuk usia remaja.







III. NARKOBA
5. Remaja dan Napza
Is adalah seorang remaja yang salah langkah. Ia tidak dapat menjalankan tugas keremajaannya sehingga terjerumus menjadi pemakai narkoba. Is adalah salah satu dari ribuan, bahkan jutaan remaja yang menjadi korban narkoba yang akhirnya mempunyai masa depan yang suram(dikeluarkan dari sekolah bahkan dikucilkan temannya).
Dari hasil penelitihan dari dirjen pemasyarakatan departemen kemasyarakatan dan ham menyatakan bahwa sebagian besar penghuni lapas anak dan remaja di Indonesia tersangkut narkoba.
Hasil penelitian yang dilakukan dadang hawari (1990) diperoleh data dan kesimpulan bahwa pada umumnya kasus penyala gunaan narkoba (napsa) dilakukan pada usia remaja (13-17) tahun, yakni sebanyak 97%. Sebagian besar (60%) menggunakan zat ganda (alcohol dan sedativa). Lebih dari 88% zat tersebut didapatkan dari teman. Alasan mereka menggunakan zat tersebut pada umumnya untuk menghilangkan kecemasan, kemurungan, ketakutan dan sukar tidur. Dampak dari penyakagunaan tersebut antara lain prestasi turun, hubungan dengan keluarga memburuk, memicu perkelahian, tindak pidana, kecelakaan lalu lintas.
Sebab-sebab penyalagunaan narkoba(napsa) antaralain:
1. Lingkungan Sosial
a. Motif ingin tahu.
Remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu segala sesewatu dan ingin mencoba sesewatu yang belum atau kurang diketahui dampak negatifnya, misalnya, ingin tahu rasa narkotika, minuman keras, begitu juga dengan is.
b. Kesempatan.
Bisa karena kesibukan orang tua atau broken home, kurang kasih sayang, maka dalam kesempatan tersebut remaja mencari pelarian dengan cara menyalahgunakan narkotika atau minuman keras.
c. Sarana dan prasarana.
Sebagai ungkapan rasa kasih sayang orang tua biasanya memberikan fasilitas dan uang berlebih.
2. Kepribadian.
a. Rendah diri.
Rasa rendah diri pada remaja dalam pergaulan masyarakat sangat besar. Oleh sebab itu jika tidak dapat mengatasinya para remaja akan menunjukan ekstensi dirinya. Kemudian melakukan pelarian kepada narkoba.
b. Emosional.
Emosi remaja pada umumnya masih labil, apalagi pada masa pubertas.
c. Mental.
Lemahnya mental seseorang akan mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan untuk bertindak berbuat hal-hal yang negatif.
Pengaruh terhadap kondisi sekolah guru akan kesulitan mengajar siswa yang sudah menjadi pecandu narkoba, biasanya siswa bodoh bahkan sulit diatur begitu juga dengan is ia menjadi sering bolos dan juga sulit diatur sampai-sampai orang tuanya dipanggil kesekolah. Sepengetahuan orang tua is selalu rajin berangkat sekolah padahal is bolos.
Dampak dari mengkonsumsi narkoba teryata sangat menakutkan. Narkoba bisa menyebabkan HIV dan AIDS dialami pengguna jarum suntik secara bergantian, selain itu dapat membuat paru-paru rusak, liver rusak, dan terkena hepatitis C yang kronis dan tidak dapat di obati, pengguna narkoba tinggal menunggu kematiandengan cara yang sia-sia.bahkan ia masih digerogoti penyakit dan rasa sakit yang tidak menentu dan tidan berujung.

6. 14 Ribu Remaja Indonesia Pengguna Narkoba
Prestasi yang sangat menyedihkan untuk bangsa kita. Dari berita diatas kita bisa mengetahui betapa rapuh dan bobroknya bangsa kita,lihat saja 14 ribu remaja Indonesia merupakan pengguna narkoba. Fenomena yang membuat ibu pertiwi menangis. Besarnya suatu bangsa dipengaruhi oleh perkembangan generasi muda. Masa remaja yang merupakan masa-masa rentan sangat rawan dan mudah sekali goyah hanya gara-gara kurang teguhnya peran orang tua dan lingkungan sehingga remaja mencari celah lain untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan mereka inginkan. Dalam berbagai kasus dan problematika yang terjadi pada remaja kita tidak bisa hanya sepihak saja menyalahkan remaja karena sebenarnya peran yang paling utama adalah orang tua,ketika orangb tua mampu dan benar pola pengasuhannya pada para remaja maka remaja juga tidak akan gampang terjerumus ke berbagai hal yang negative salah satunya adalah narkoba. Sangat memprihatinkan nasib remaja masa kini,hanya karena orang tua yang tidak bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan dan pertumbuhan mereka,mereka menjadi korban ganasnya kehidupan yang telah terkontaminasi oleh berbagai kriminalitas.
Secara hukum penggunaan narkoba telah diatur dalam UU RI No 22 / 1997. Dalam pasal ini telah jelas disebutkan bahwa narkoba merupakn salah satu benda haram di mata hokum maupun agama. Dan sebagia seorang bidan dalam hal ini kita bisa mengambil peran dengan pendekatan pada para remaja khususnya perempuan. Selain itu kita juga perlu mempertegas lagi pada para orang tua tentang pentingnya penanaman moral dan pendidikan yang benar baik umum maupun agama kepada anak-anak mereka terutama masa-masa remaja.








BAB IV
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Kesehatan reproduksi adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Pendidikan tentang kesehatan reproduksi ditujukan pada semua orang terutama perempuan. Dalam hal ini perlu ditinjau berbagai aspek pada setiap fase atau siklus kehidupan perempuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Kali ini telah dibahas berbagai permasalahan yang dihadapi pada masa remaja , antara lain obesitas , merokok , dan narkoba. Dari ketiga problema tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa orang tua sangat berperan pada setiap tindak tanduk remaja.
Obesitas bisa terjadi pada siapa saja. Pada remaja obesitas menjadi salah satu permasalahan yang sangat kompleks sehingga perlu perhatian khusus dalam penyelesaiannya. Dalam hal ini bidan berperan sebagai konselor baik bagi remaja itu sendiri maupun orangtua mereka.
Merokok merupakan perilaku yang menyimpang dari perilaku hidup sehat. Kita ketahui bahwa merokok membawa banyak dampak negative bagi para penggunanya. Remaja yang menjadi sasaran empuk bagi produk-produk rokok memerlukan perhatian agar mereka bisa menempatkan dan tidak terpengaruh oleh kehidupan yang kian membudayakan merokok.
Narkoba merupakan salah satu alat yang menghantarkan remaja pada lembah hitam yang dapat menjauhkan mereka dari kehidupan normal. Karena narkoba merupakan salah satu awal dari rusaknya mental para remaja. Memang sulit manjauhkan narkoba pada remaja yang sudah terjerumus namun perlu kesabaran dan kasih sayang dari keluarga maupun orang-orang terdekatnya untuk menyembuhkan mereka dari lembah hitam dari narkoba.
Dapat disimpulkan dari kasus tersebut bidan berperan penting dalam pemberian pengetahuan maupun perhatian kepada remaja untuk menghindarkan mereka dari berbagai problematika yang menyesatkan.


II. SARAN

1. Remaja diharapkan lebih teliti dalam memilih teman, karena pergaulan antar teman dapat berpengaruh lebih besar dan menjaga diri terhadap lingkungan yang baru.
2. Orangtua diharapkan perhatian terhadap pergaulan anak sehari-hari dan menanamkan sikap , agama , dan moral sejak dini.
3. Bidan diharapkan ikut berperan dalam memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada para remaja tentang hal-hal baru yang akan mereka alami.




























DAFTAR PUSTAKA


Informasi kesehatan provinsi DIY
A-Z,1989.Olahraga dan Kesehatan.Pustaka Kartini : Jakarta
Dr. Soetjiningsih,DSAK.1994. Tumbuh Kembang Anak. ECG : Udayana Bali
M. Hikmat,Mahi.2007.Awas Narkoba Para Remaja Waspadalah.PT. Graffiti : Bandung
Yayuk Farida Baliwati, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Anne Lies Ranti Santoso Soegeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Dedi Subardja. 2004. Obesitas Primer Pada Anak. Bandung : PT. Kiblat Buku Utama.
Sunita Almatsier. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAP.
Emma S. Wirakusumah. 1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Dina Agoes, Maria Poppy. 2003. Mencegah dan Mengatasi Kegemukan Pada Balita. Jakarta : Puspa Swara.
(http://www.medicastore.com : 10 Juli 2004)
(Surabaya.eHealth.org)
(www.ums.ac.id)
[bjkt/www.hidayatullah.com]
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/17/1423034/Memangnya.Kenapa.kalau.Remaja.Merokok.
http://lifehtstyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/09/12/27/145232/remaja-merokok-salah-lingkungan
(Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Powered by Blogger