Senin, 04 April 2011

MAKALAH PSIKOLOGI

BAB I
KONSEP DASAR PSIKOLOGI SECARA UMUM

A. Pengertian Psikologi
Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam, gejala, proses maupun latar belakangnya. Perbedaan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmaniah dan menimbulkan hidup badaniah (behavior), Perilaku yaitu perbuatan yang ditimbulkan karena proses belajar. Jiwa adalah daya hidup rokhaniah yang bersifat abstrak, menjadi penggerak dan pengatur bagi perbuatan manusia (personal behavior).
B. Sejarah Psikologi
Manusia dikenal sbg makhluk homo sapiens, ekonomicus, faber, sosialis, dan homo religius. Manusia kesatuan jiwa raga, individu sosial. Aristoteles sbg Bapak Psik yang muncul seb masehi(384-322). Muncul psikologi mulai abad 19, Gustav Fechner (1801-1887) mengatakan bahwa metode ilmiah dapat digunakan untuk meneliti proses mental, rangsang fisik dan pengindraan, Dia menemukan metode matematis yang dapat dipergunakan untuk mempelajari daya pikir manusia- abad 20 Wilhelm Wundt (1832-1920), seorang dokter, meneliti tentang proses mental, yang paling utama dipelajari oleh psikolog adalah proses kesadaran manusia, dan yang amat penting adalah mempelajari cara kerja mental yang terpusat. Untuk mempelajari proses kesadaran manusia, melalui metode introspeksi analytik. Perkembangan sejarah menunjukkan bahwa yang kuat adalah yang menang (Homo homini lupus)-- C. Darwin, abad 19 ( original of the spesies) ” Survival of the fittes” manusia harus bias bertahan, yakni kuat-- adaptasi secara biologis. Perkembangan sekarang adaptasi dengan menggunakan otak emosi dan sosial. Pendekatan tidak dapat terpisah melainkan life span development (melihat contex/tempat dan episode/waktu).


C. Ruang Lingkup Psikologi
1. Pendidikan
2. Sosial
3. Industri
4. Perkembangan
5. Klinis
6. Kepribadian
7. Psikologi Abnormal
8. Faal
D. Bentuk dan Gejala Psikologi
1. Gejala Kognitif : Pengindraan, persepsi, memori, berpikir, inteligensi
 Indra merupakan factor eksternal yang pertama kali menerima stimulus
 Terjadinya respon dari indera dipengaruhi oleh beberapa hal, stimulus, atensi, keadaan fisik
 Memory merupakan kemampuan individu untuk menangkap (decoding), menyimpan (retention) dan melakukan recalling (retrieval) terhadap informasi yang disimpan. Kemampuan individu untuk menangkap stimulus dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain, atensi, emosi dan motivasi. Cepat tidaknya seseorang melakukan pemanggilan kembali tidak lepas dari IQ, pengulangan yang dilakukanh (3x1#1x3), banyaknya informasi yang diperoleh, kemiripan informasi sehingga sulit untuk melakukan pemilahan. Hal tsb sering menjadikan lamanya untuk melakukan recalling atau sering terjadi lupa. Lupa merupakan proses mental yang melibatkan beberapa komponen, yakni, usia, banyaknya informasi yang tertumpuk, patologis, stress, obat-obatan, dll.
 Berfikir merupakan aktifitas kognitif sebagai suatu proses mental yang bertujuan memecahkan masalah. Solso (1988) mengatakan bahwa berpikir merupakan proses yang menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai proses mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi dan pemecahan masalah.
 Berpikir merupakan proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di dalam system kognitif. Berpikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan pemecahan masalah
 Inteligensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri (Tyler, 1956, Wechsler 1958, Sorenson, 1977)
 Inteligensi sebagai kemampuan untuk belajar (Freeman, 1971, Flynn, dalam Azwar 1996)
 Inteligensi kemampuan untuk berfikir abstrak (Mehrens, 1973., Terman dalam Crider dkk, 1983 Stoddard, dalam Azwar, 1996.,)
 Inteligensi diartikan sebagai kemampuan umum (general faktor)
 Inteligensi merupakan kemampuan berpikir abstrak
 Inteligensi merupakan kemampuan memecahkan masalah, dsb
 Merupakan kemampuan umum / g dan faktor khusus / spesifik/s (Teori Inteligensi dari spearman)
 Tidak mengakui gagasan inteligensi umum/faktor g. Ada banyak faktor yang memiliki kadar umum yang berbeda-beda
 Contoh : teori inteligensi dari Thurstone, Guilford, Gardner
 Beberapa yang mempengaruhi intelligensi, Herediter/Keturunan, Lingkungan, Kondisi-kondisi patalogis, Ras
 Pengukuran Intelligensi: Tes dari Francis Galton, Tes Binet Simon, Stanford Biet, Tes dari Wechsler, TesTIKI, Tes CFIT. Tes CPM, SPM, APM
2. Gejala Afektif : Emosi dan perasaan
 Emosi dan perasaan memiliki perbedaan yang nyata, Perasaan lebih mendalam dan belum terekspresi sedangkan emosi merupakan reaksi dari perasaan yang tertekan karena adanya dorongan atau stimulus. Penyataan emosi banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya factor internal dan eksternal. Faktor internal di dalamnya ada temperament, heriditer sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah, liingkungan, belajar, budaya, usia, tingkat pendidikan, dan genderal.
 Emosi diartikan sebagai bangkitnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, jantung berdebar (Kartono, 1987).
 Emosi memberi warna pada perilaku manusia sehari-hari, dengan emosi manusia bisa merasakan senang, sedih, cemburu, cinta, aman, takut, semangat, dsb
 Motivasi dan emosi merupakan dorongan yang membuat seseorang menjadi survive
 Emosi juga dapat menjadikan seseorang jatuh dalam lembah kehancuran (ketidakmampuannya dalam mengendalikan emosi)
3. Gejala Psikomotorik : Sugesti, kelelahan, kepribadian
 Sugesti, perasaan sesorang untuk mudah terpengaruh pada orang lain
 Sugesti dipengaruhi oleh beberapa hal, usia, tingkat pendidikan, IQ, genderal, kondisi mental, pergaulan dsb
E. Beberapa yang Mempengaruhi Kondisi Psikologis
1. Pengaruh umur normative (cronological age)
2. Sejarah/normative-depressi ekonomi dan dampaknya
3. Non normative (life event)- lingkungan diluar dirinya tetapi sifatnya sangat individual
4. Faktor internal (Pre natal)
5. Faktor natal
6. Faktor post natal (eksternal)
F. Penelitian dalam Bidang Psikologi
1. Life histori
Sejarah kehidupan seseorang akan mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, baik sejarah yang positif maupun negative (kesuksesan, kegagalan. Penelitian ini akan mencari ke belakang tentanhg kejadian-kejadian yang terkait dengan masa lalunya secara mendalam dan komprehensiff
2. Studi korelasi
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antar peristiwa dalam kaitannya dengan perkembangan psikologis manusia
3. Studi komparasi
Penelitian ini merupakan suatu pendekatan yang membanding antara peristiwa satu dengan yang lainnya sehingga dapat menarik suatu kesimpulan mana yang mempengaruhi kondisi psikologis.
4. Studi Eksperiment
Penelitian ini dilakukan di lab dengan kelompok experiment dan kelompok control dengan menggunakan metode yang telah direncanakan secaraa matang untuk mengetahui secara riel mana yang lebih baik diantara ke dua kelompok tersebut, untuk selanjutnya akan dipakai sebagai acuan dalam melangkah atau melakukan suatu intervensi atau mengembangkan diri
5. Longitudinal
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan yang sudah tersistimatis dengan waktu yang panjang, sehingga akan mampu mengamati, menganalisis suatu perkembangan dalam tiap tahapannya secara detail dan teliti.


BAB II
KONSEP PERKEMBANGAN PERILAKU/KEPRIBADIAN

A. Pengertian Perilaku
 Perilaku merupakan tindakan yang nampak, yang dapat diamati baik lewat mimic, bahasa verbal non verbal, lewat symbol yang dikenakannya maupun lewat bahasa tubuh atau siyaratnya yang dapat dilihat/diamati oleh mata
 Gambaran keseluruhan dari cara individu bertingkah laku terhadap lingkungan sekitar, yang terlihat dari kebiasaan2 berpikir, sikap, minat, & pandangan hidup yang khas & memiliki keajegan.
 Fungsi Deskriptif: menerangkan tingkah laku secara sistematis, konsisten & memberi penafsiran.
 Fungsi Prediktif: meramalkan tingkah laku, akibat2, kejadian yang belum muncul pada diri individu
 Cattel dan Warburton (1967) mengatakan bahwa temperament merupakan sifat kepribadian yang tidak berubah banyak.
 Menurut Buss and Plomin (1975) memiliki kriteria empiris, yakni diwarisi, stabil selama perkembangannya, hadir atau ada pada masa dewasa. Kriteria rasionalnya adalah adaptif, ada pada binatang yang dekat pada manusia.
 Watak/kepribadian= Reaksi emosional & volisional yang terbentuk oleh unsur2 dari dalam (faktor endogen: keturunan/bawaan) dan unsur2 dari luar (faktor eksogen:pengalaman, pendidikan. Watak memiliki kriteria 1) Aktivitas = pengeluaran energi yang kecil. Aktivitas telah dipelajari dengan berbagai metodologi, peralatan mekanis, penilaian observasional dan self report. 2) Sosialitas = cenderung mendekati yang lain. Sosiabilitas merupakan kondisi adaptif yang dapat dipakai untuk meningkatkan kerjasama dan dapat dipakai sebagai pertahanan dalam melakukan evolusi. Setiap individu selalu mengharapkan reinforcement positif dalam mendekati orang lain dalam batasan tertentu sehingga menjadi pribadi yang sosiable. Upan balik yang positif akan memberikan perasaan aman dan nyaman dalam sosialisasi. 3) Emosionalitas= cenderung digerakkan/dibangkitkan. Merupakan konsep yang sangat sulit untuk diartikan. Dalam keadaan normal emosionalitas memilki 3 komponen (Izart, 1972), yakni susunan syaraf yang ditentukan sejak lahir, karakter yang ekspresif neomuskuler dan sifat subyektif yang unik. Emosionalitas merupakan sesuatu yang adaptif. Emosi sangat sulit dipelajari dalam perspektif perbedaan individu, karena biasa berlalu dengan cepat dan terkait erat dengan perbedaan stimuli lingkungan Perbedaan harus dilihat dari perkembangan tonik dan fisik
 Metode yang sering dipakai untuk pengukuran kepribadian dapat dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif yang sering digunakan adalah angket, baik langsung maupun tidak langsung. Test yang kuantitatif, mis test IQ, test bakat minat dsb. Metode kualitatif yang sering digunakan adalah observasi, study kasus, biografi, berbagai test proyektif, misalnya, Rho, TAT, CAT, Test grafis dsb
 Temperamen (konstitusi kejiwaan)= bagian kejiwaan yang berkorelasi
B. Pembentukan Perilaku
1. Pembentukan Perilaku/Kepribadian karena factor internal
Perilaku merupakan hasil interaksi dari berbagai factor yang terjadi dalam waktu yang relative lama dan sifatnya tidak menetap. Perilaku merupakan hasil interaksi antara factor internal dan eksternal. Tidak ada satu penyebab dan tidak hanya satu yang diakibatkan oleh penyebab. Artinya satu sebab bisa mengakibatkan efek yang banyak dan akibat satu bias berkembangan menjadi penyebab juga sehingga anatar sebab dan penyebab merupakan hubungan yang reciprocal. Untuk mengetahui bagaimana perilaku terbentuk, maka akan melalui berbagai cara. Mulai dari pendekatan non ilmiah sampai dengan pendekatanon ilmiah. Dalam pendekatan ini, beberapa ahli yang merumuskan adalah al, Secara genetis manusia dapat menurunkan seuatu hal secara genetis kepada keturunannya, baik dalam bentuk fisik, syaraf, maupunh cairan kimia yang ada dalam tubuh kedua orang tuanya. Hipocrates dan disempurnakan oleh Galenus. Hipocrates (460-370 SM), Alam semesta tersususn dari empat unsure dasar, yakni tanah bersifat kering, air bersifat basah, api bersifat panas dan udara bersifat dingin dengan sifat-sifatnya, kering, basah, panas dan dingin tersebut manusia memiliki dominan pada unsurnya masuing-masing yang diperoleh secara menetap dari orang tuanya lewat gen yang dibawa oleh kedua orangtuanya. Dominasi dari salah satu unsur tsb akan menjadikan sifat khas manusia yang membedakan antara manusia yang lain. Ada beberapa type manusia yang dipengaruhi oelh faktor bawaan tersebut yakni:
Menurut teori Hipocrates, bahwa manusia memiliki unsur sbb dengan sifatnya, yakni:
a. Tanah bersifat,kering terdapat dalam dalam chole (empedu kuning)
b. Air, bersifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
c. Udara, bersifat dingin terdapat dalam phlegma(lendir)
d. Api bersifat panas terdapat dalam sanguis (darah)
Sifat dominant dari masing-masing dinamakan temperament. Teori tersebut selanjutnya dikembangkan oleh Galenus dengan beberapa perubahan nama dalam unsur dengan sifat khasnya (Hypocratuus dan Galenus)
Cairan Prinsip Type Sifat Khas
Chole (empedu kuning) Tegang Choleris Semangat, keras hati, optimis
Melanchole (empedu hitam) Penegaran
(Rigidity) Melancholis Mudah kecewa, muram, pessimis, daya juang lemah
Phlegma (limpa atau lender) Plastisita Phlegmatis Kalm, tdk mudah terpengaruh, tenang, setia
Sanguis (darah merah) Ekspansivitas Sanguis Ramah, mudah berganti
haluan.

Typologi berdasarkan pengamatan Fisik (konstitusi)
a. Teori De-Giovani, Hukum Deformasi.
Karyanya yang berjudul Morfologia del Corpo Umano, berisikan variasi tubuh manusia. Orang dengan gembung kecil cenderung bentuk tubuhnya panjang. Orang dengan gembung besar mempunyai tubuh pendek. Orang dengan gembung normal akan mempunyai bentuk badan yang normal.
b. Tipologi Viola dibedakan menjadi tiga golongan yaitu,
Microsplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran-ukuran menegaknya lebih daripada dalam perbandingan biasa, sehingga tubuh kelihatan jangkung. Macrosplanchnis, bentuk tubuh ukuran mendatarnya lebih dari perbandingan biasa , tubuh kelihatan pendek. Normosplanchnis, bentuk tubuh yang ukuran menegak dan mendatar selaras
c. Typologi Mazhab Prancis.
Dalam organisme ada unsure yang mempengaruhi system, ada empat macam unsure: udara dengan dominasi rekasi respiratoris, makanan dengan reaksi digestif, keadaan alam dengan reaksi muskuler dan keadaan social dengan reaksi cerebral. Dengan dasar pemikiran tsb Sigaud menggolongkan manusia dalam empat tipe:

Dom. Fungsi Tipe Keadaan Jasmn Khas
Motorik Muskuler Muka penuh, kokoh, otot baik, organ selaras
Pernafasan Respiratoris Muka lebar, leher besar, gembung besar
Pencernaan Digestif Gembung dan leher pendek, pinggang besar,
Susunan Saraf Cerebral Daun telinga lebar,mata bersinar,dahi menonjol

Dikembangkan oleh La Vie Humanie(1923) dengan asal daerah:
Muskuler--------- daerah yang menghendaki kekuatan jasmani
Respiratoris------ daerah pegunungan dan pertanian
Digestif----------- daerah yang penuh kemewahan
Cerebral---------- daerah di kota-kota
d. Typologi Kretschmer.
Ia membedakan antara Konstitusi, temperament dan watak. Konstitusi sifat-sifat individu yang berasal dari keturunan, baik jasmani maupun rokhani, sebagai factor endogen yang tidak dapat dirubah oleh f. luar. Temperament, bagian kejiwaan yang dipengaruhi oleh kandungan kimiawi, diturunkan dan tidak dapat diubah. Temperament ini akan mempenagruhi kelitas kejiwaan, yakni suasana hati (stimmung) dan tempo psikis. Watak atau karakter adalah keseeluruhan yang terbentuk karene unsure dari dalam dan unsure dari luar
e. Penggolongan typology konstitusi dan watak serta gangguan jiwa
ype Konstitusi Gang jiwa
Piknis Pendek, dada bulat, perut besar, leher pendek dan kuat Manis Depresif
Leptosom Badan langsing, kurus, rongga kecil,pipih, muka bulat telur Schizophrenia
Atletis Otot kuat, badan kokoh, tegap, bahu lebar, perut kuat, kaki kuat Schizophrenia
Displastis Tidak termsuk dalam katagori di atas Schizophrenia

f. Teori William Sheldon
Factor genetis dan biologis memegang peranan yang penting dalam perkembangan individu. Ada dua komponen jasmani, primer dan sekunder. Komponen jasmani primer terdiri dari endomorphy: ditandai oleh alat dalam dan seluruh system digestif, lembut, gemuk dan BB rendah, mesomorphy: otot pembuluh darah dan jantung dominan, kokoh dan tahan sakit, ectomorphy;sistim saraf memainkan peran penting, jangkung, dada kecil lemah, otot tidak nampak berkembang. Type jasmani sekunder: Displasia, Gynadromorphya dan Texture. Dia juga membagi komponen primer dalam temperamen yakni viscorotonia, somatonia, cerobotania.




Korelasi dengan komponen Psikiatrik

Type Komp Psikiatr I (Affective) Komp Psikiatr II (Paranoid) Komp Psikiatr III ( Heboid)
Endomorphy +0, 54 - 0,04 - 0, 25
Mesomorphy +0, 41 +0,57 -0, 68
Ectomorphy -0, 59 -0, 34 +0, 64

N = 155
Affective: gembira dan sedih secara ekstrem
Paranoid: banyak angan-anagn, pikiran jauh dari kenyataan, marasa di ancam, terlalu besar diri.
Heboid : sama dengan schizophrenia, menyendiri, anti social, dingin
Hubungan antara Jasmani dan Kenakalan (Delinquent), sebagian besar terdapat pada golongan mesomorphy dan endomorphy.
2. Pembentukan perilaku karena faktor eksternal
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membentuk atau merubah perilaku, yakni dengan menggunakan berbagai pendekatan. Pendekatan behavioristik, pendekatan kognisi, kognisi sosial, pendekatan humanistik maupun pendekatan modelling (lihat PP)
3. Penyimpangan Perilaku
Penyimpangan perilaku dapat dilihat dari beberapa pengukuran:
a. Statistik, normal dan tidka normal dilihat dari kurva normal
b. Norma sosial tingkah laku normal adalah yang sesuai dengan norma sosial dalam masyarakat tertentu
c. Norma pengakuran, Tingkah laku Pengakuran, tingkah laku normal bukan terletak pada penolakan dan penerimaan masyarakat terhadap tingkah lakunya, tetapi terletak pada kesanggupan tingkah laku dalam mewujutkan potensi seseorang dalam suatu kelompok (conformity). Jika persetujuan sosial membawa kepada pertumbuhan dan keuntungan kelompok, maka tingkah laku dipandang normal dan sebaliknya (Coleman, 1972).
d. Pandangan tentang penyimpangan perilaku dari berbagai sudut pandang:
1) Dari sudut kesehatan mental, Seseorang dapat menerima dirinya serta menyadari kekuatan dan kelemahan. Adanya kesesuaian yang realistik antara tingkat aspirasi dan potensinya. Memiliki keluwesan yang sesuai dalam hubungannya dengan orang lain. Memiliki keseimbangan emosi. Memiliki sifat spontan yang sesuai. Berhasil menciptakan hubungan sosial yang dinamis dengan orang lain. Dua kategori utama perilaku abnormal: Neurotik (cemas, panik, phobia, kompulsif-obsesive). Psikotik (konflik dengan kenyataan, ada halusinasi, delusi/kepercayaan yang salah, muncul waham). Ada dua gangguan ini yakni schizophrenia (paranoid schizophrenia dan schizophrenia yang tidak teratur) dan gangguan suasana hati (depresi mania/manis depresif, depresif psikosis)
2) Tinjauan Psikiatri: Kesehatan Mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa (neurosis) dan gejala penyakit jiwa (psychise). Seseorang yang mengalami gangguan neurosis dalam katagori ringan, masih mampu melakukan kontak dengan lingkungan meskipun tingkat kecemasan, kecurigaan sudah tinggi, namun mereka masih mampu untuk diajak berfikir serta melakukan kegiatan seperti manusia pada umumnya. Seseorang yang sakit jiwa, mengalami gangguan kepribadian dan telah kehilangan kontak dengan lingkungan. Munculnya obsessi kompulsi, hallusinasi, delusi, waham dsb.
3) Tinjauan psikologis: Kepribadian yang sehat merupakan proses terwujutnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem yang biasa terjadi serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan bathin. Penyesuaian merupakan interaksi yang kontinyu dan harmonis antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan atau dunia. Penyesuaian yang baik terjadi bila terdapat keseimbangan yang masuk akal, tidak terjadi konflik yang berkepanjangan sehingga mempengaruhi pola pengambilan keputusan. Penyesuaian tergantung pada bagaimana seseorang mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang dan akan dihadapi dengan cara yang adekuwat. Jika suatu ketika belum berhasil dalam menyelelesaikan masalah tidak mempengaruhi perkembangan psikologis pada fase berikutnya. Secara psikologis seseorang yang sehat mentalnya berusaha menjaga keseimbangan antara fikiran hati dan perilaku sehingga memiliki keberanian serta kemampuan dalam menerima dan menghadapi masalah. Mampu dan tidaknya seseorang tidak tergantung pada besar kecilnya masalah, melainkan sejauhmana individu mampu mengelola, memaneg masalah sehingga menjadi sesuatu yang lebih produktive bukan unproductive.
4) Perspektif Psikodinamik – cara pandang menurut aliran Freudian bahwa gangguan mental berpangkal dari dorongan atau impuls-impuls yang tidak disadari. Gejala tdk ditunjukkan secara detail dalam bentuk gangguan yg spesifik, namun dipandang sbg refleksi konflik yang melatarbelakanginya atau reaksi mal-adaptif thd masalah dlm hidup, atau berdasarkan perbedaan antara neurosis and psychosis (secara garis besar, anxiety/depression merupakan gangguan yg masih berkaitan dengan realitas, sedangkan halusinasi/delusi tidak berhubungan dengan realitas). S. Freud Lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan wafat 23 Sept 1939, ia belajar dr Charcot dengan metode hypnosis untuk menyembuhkan hysteria---dipandang tidak efektif, perkembangannya dengan menggunakan metode pengungkapan. Faktor sexual menjadi penyebab munculnya gangguan hysteria. Karya besarnya yakni The interpretation of dreams. Ada beberapa yang dikembangkan oleh Freud, yakni: struktur kepribadian, manusia adalah makhluk tak sadar, manusia memiliki dua insting eros dan thanatos, tentang feminisme dan maskulinisme sebagai unsure naluriah, dan tentang perkembangan manusia dengan beberapa latar belakng insting seksual anak-anak yang menjadi factor penentu (infantile sexuality). Struktur Kepribadian: Id, sistim kepribadian asli, biologis, alamiah, diwariskan, dan instingtif, tempat ego dan super ego berkembang, prinsipnya pleasure principle, mempunyai dua proses (tindakan): refleks dan proses primer. Reflek adalah reaksi otomatik, merupakan reduksi ketegangan. Prosese primer menyangkut psikologis yang rumit. Id hanya mengenal subyektif jiwa tidak bisa menaggulangi kekuatan energi yang muncul, prinsipnya hidonisme atau mengejar kenikmatan. Id merupakan insting dasar dengan kekuatan libido yang memburu nafsu dengan prinsip irrasional, subyektif dan tidak disadari. Insting ini dibawa sejak lahir, karena merupakan factor internal yang dimiliki oleh seseorang. Insting: perwujudan psikologis dari sumber rangsang somatik yang dibawa sejak lahir. Perwujudan psikologisnya adalah hasrat, rangsangan jasmaniah munculnya hasrat disebut kebutuhan. Hsrat berfungsi sebagai motif, id merupakan sumber insting. Insting dianggap sbg dinamik yang memberikan daya psikologis untuk bertindak. Insting mempunyai 4 ciri: sumber, tujuan, obyek dan daya/kekuatan. Cara mengkonseptualisasi insting dengan model reduksi ketegangan(tingkah laku diaktifkan oleh perangsang dari dalam, dan akan menjadi reda setelah tindakan yang tepat, bersifat regresif, yakni mengembalikan keadaan semula sebelum muncul insting dan konservatif, karena tujuannya adalah mempertahankan keseimbangan organisme dengan menghilangkan perangsang yang mengganggu. Sumber dan tujuan insting akan tetap konstan selama hidup kecuali ada ada perubahan sumber atau dihilangkan akibat pematangan fisik. Insting baru akan muncul dengan berkembangnya kebutuhan jasmani yang baru, namun obyek atau cara orang memenuhi kebutuhan dapat berubah dan sifatnya variatif. Variasi pemilihan obyek karena energi psikis dapat dipindahkan (displaceable). Jika suatu insting diarahkan pada suatu obyek pengganti, maka tingkah lakunya dinamakan derivatif insting, pemindahan energi dalam suatu obyek ke obyek lain merupakan hal yang sangat penting dalam dinamika kepribadian. Motivasi bersumber pada insting yang merupakan sumber energi manusia. Ego, Komponan psikologis, mengikuti perinsip kenyataan dan tujuannya adalah mencegah terjadinya ketegangan sampai ditemukan obyek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. membedakan hal yang terdapat dalam dunia bathin dan di luarnya. Proses sekunder, berfikir realis, sehingga dalam memuaskan kebutuhan ego akan menguji rencana tsb (reality testing), ia mengontrol semua fungsi kognitif dan intelektualnya, dinamakan eksekutif karena fungsi mengontrol id dalam melakukan tindakannya, fungsi utamanya adalah menengahi kebutuhan instingtif dan kebutuhan lingkungannya, tujuan yang sangat penting adalah mempertahankan kehidupan individu agar hidup dengan penuh logika rasional. Ego ini akan berkembang dengan pengaruh lingkungan dan budaya, sehingga baik dan buruknya ego sangat dipengaruhi dimana individu tinggal. Norma, value, kebiasaan, budaya, belajar, system akan sangat berpengaruh dalam pembentukan ego tersebut. Peran factor eksternal memegang peran utama dalam mengembangkan insting ini. Pengaruh lingkungan yang positif atau negative akan mewarnai ego dalam bertindak untuk memenuhi keinginan Id. Seseorang bisa memiliki persepsi yang negative dan bertindak kasar karena ego mendapatkan pembelajaran yang salah dan sebaliknya. Fungsi ego yang lain adalah menjadi penengah antara id dan super ego. Seseorang yang sehat mentalnya jika keinginan is terpenuhi tanpa mengorbankan super ego dan memenuhi keinginan super ego tanpa mengorbankan id. Jika seseorang cenderung pada kurva kiri atau kanan maka dikatakan tidak sehat secara psikologis dan secara ekstrim bias terganggu dan menjadi sakit. Super Ego, merupakan komponen sosial dan moral perwujudan dari internal dan nilai tradisional masyarakat, ia mencerminkan hal yang ideal dan memperjuangkan kesempurnaan, fungsinya adalah: merintangi impuls id terutama agresi dan seksual, mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistic dengan tujuan moralis, mengajarkan kesempurnaan. Ia membandingkan jiwa seperti Gunung Es, yang nampak dipermukaan adalah kesadaran dan yg dibawah permukaan adaah ketidaksadaran yang lebih besar. Super ego merupakan komponen moral yang juga terbentuk karena factor eksternal. Individu yang cenderung kea rah ekstrim ini, dalam kurva normal akan memiliki sifat yang moralis dan ekstrimnya bisa sampai pada perilaku narsistik. Insting yang lain adalah adanya dua kekuatan yang merupakan dua naluriah yang saling tarik menarik, yakni eros dan thanatos. Dua kekuatan ini salaing bertentangan dan menimbulkan konflik ketika akan memenuhi diantarasalah satu dari keduanya. Eros merupakan insting internal yang di bawa sejak lahir yang mengarah pada kekuatan positif yang membawa manusia dalam kehidupan dinamik dan produktif. Dua insting dasar ini akan berkembang dengan stimulasi factor eksternal. Jika dalam pembelajarannya positif maka individu akan lebih mengembangkan sikap produktif yang mengarah pada kehidupan yang lehih positif dan berkembang (eros akan berkembang) dan sebaliknya jika dalam pembelajaran memjadikan anak tertekan maka yang berkembang adalah thanatos (perusakan) baik terhadap diri maupun terekspresi kepada orang lain. Selain insting di atas Freud juga menjelaskan bahwa ada dua kekuatan manusia yang mempenaruhi perilakunya yakni feminisme dan maskulinisme. Feminisme adalah jiwa yang mengarah pada kelembutan sedangkan maskulinisme jiwa yang mengarah pada kekuatan dan keperkasaan. Setiap manusia secara internal memiliki dua sifat dasar tersebut dan akan berkembang sesuai dengan dominasinya masing-masing. Perempuan memiliki jiwa sadar feminisme dan jiwa tak sadarnya maskulinisme. Sedangkan laki-laki memiliki jiwa sadar maskulinisme dan jiwa taksadarnya femininisme. Dua jiwa tersebut berada dalam satu pribadi pada setiap manusia, hanya saja tiap manusia yang normal akan didominasi oleh kesadarnanya masing-masing. Namun dalam pembelajaran jika faktor eksternal telah banyak memunculkan ketidaksadaran pada individu, maka secara psikologis akan dikuasai oleh ketidaksadarn tersebut. Perkembangan psikologis yang lain dipengaruhi oleh infantile sexuality yang berlangsung pada masa kanak-kanak. Ada fase-fase yang amat penting dalam perkembangan, yakni fase oral, fase anal fase phakic, fase latensi dan fase pubertas. Lima dari fase tersebut yang berpengaruh terhadap kepribadian seseorang adalah tiga, yakni fase oral, fase anal dan fase phalic. Fase oral terjadi pada usi 0-1 tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan awal dimana mulut adalah sumber kenikmatan yang akan menimbulkan ketenangan. Jika fase ini mengalami hambatan maka akan memunculkan ketegangan yang dapat memunculkan efek agresivitas, perokok, peminum atau alkoholic. Mulut adalah sumber kepuasan pada bayi yang dapat menimbulkan ketenangan psikologis, sehingga pemenuhan kebutuhan oral bagi perkembangan psikologis anak merupakan kebutuhan yang utama. Anal (anus) fase dimana anak berada pada usia 3-5 tahun. Fase tersebut merupakan fase kelanjutan dari fase pertama, dimana anus merupakn sumber kenikmatan. Pada usia ini anak sudah mulai diajarkan toilet tryning sehingga akan memunculkan kebiasaan-kebiasaan dalam kedisiplinan dalam latihan kebersihan diri. Ketidakpuasan pada fase ini akan memunculkan kecemasan yang dimungkinkan akan memunculkan gangguan perilaku pada masa perkembangan berikutnya. Kebersihan diri pada usia dini merupakan sesuatu yang amat penting diupayakan agar perkembangan psikologis anak mencapai optimalisasi yang positif. Kebiasaan belajar toilet tryning akan menjadi pembelajaran yang nantinya akan memunculkan reflek yang tidak bersyarat dalam pembentukan perilaku. Belajar akan melatih lobus frontalis yang lama kelamaan akan terbentuk sirkuit yang tebal dan secara tidak disadari akan mengakibatkan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan belajarnya. Fase phalic, dimana kepuasannya lewat alat kelamin. Alat kelamin merupakan sumber kepuasan erotic yang mendatangkan kenikmatan. Fase ini merupakan fase munculnya percintaan antara jenis kelamin yang berbeda pada anak-anak. Anak laki-laki akan mencintai ibunya (oidipus compleks) dan anak perempuan akan mencintai bapaknya (electro compleks) cinta silang inilah naluriah yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Untuk mengembangkan dua peran dari masing-masing cinta butuh figur dari orangtua dengan sikap dan kearifan, agar anak tumbuh dengan pribadi yang mantab. Jika figur peran mengalami hambatan atau kebutuhan cinta silang mengalami permasalahan dapat memunculkan perkembangan psikologis menyimpang pada masa yang akan datang. Fase latensi, merupakan fase yang tidak banyak dibicarakan karena kondisi seseorang dalam kondisi latent, tidak banyak gejolak yang nampak, namun menyimpan suatu kekuatan besar yang nanti akan muncul dorongan libido yang hebat pada masa pubertas.
5) Behavioral Perspective – perilku abnormal merupakan hasil belajar sebagaimana perilaku normal. Individu merupakan produk dari lingkungan. Melalui modeling dan berbagai faktor sosial budaya maka individu belajar untuk berperilaku dengan cara yang tidak adaptif



BAB III
HAKEKAT MANUSIA
A. Hakekat Manusia Secara Universal
1. Pandangan Kebebasan vs Ketidakbebasan (free will vs determinism
Anggapan kebebasan, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak, mengambil sikap dan menentukan arah hidup dan kehidupan. Bingkai social itulah menjadi penyebab munculnya kecemasan serta kegoncangan psikologis (Coleman, 1972), Aktivitas yang dilakukan hanyalah merupakan paksaan dari lingkungan social, sehingga ia tertawan oleh kehidupan yang tidak dibentuknya sendiri. Misalnya aktivitas dengan pencarian nama, bukan lagi suatu hal yang aneh melainkan telah dikemas istilah daya tarik social (social attraction). Anggapan ketidakbebasan, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang tingkah lakunya ditentukan oleh sejumlah diterminan atau penentu baik yang berasal dari individu sendiri maupun dari luar individu
2. Rasionalitas Vs Irrasionalitas.
Manusia adalah makhluk yang rasional dan irrasional. Freud, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk irrasional, karena tingkah lakunya didorong oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari (naluri), baik dorongan naluri eros atau thanatos, Skinner dan aliran behavioris tidak begitu terikat pada aliran tsb. Mereka beranggapan bahwa manusia adalah makhluk dimana segala aktivitas dapat dibentuk melalui rangsang (stimulus dan respon) yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kepribadian terbentuk karena dua hal tersebut, dimana keduanya memiliki kekuatan dalam tinjauannya masing-masing Rasionalitas manusia. Islam memandang manusia adalaah makhluk rasional yang disesuaikan dengan wahyu Allah. Psikoanalisa berpandangan bahwa manusia adalah makhluk irrasional sedangkan aliran humanistik mengatakan bahwa manusia adalah makhluk rasional.
3. Hollisme Vs Elemantalisme
Aliran Holistik adalah semua prinsip berasal dari psikologi Gestalt, menekankan suatu fenomena harus dilihat dan hanya bisa dimengerti dalam keseluruhan atau sebagai totalitas. Kepribadian manusia tidak mungkin untuk diketahui hanya dengan menilai atau mengamati bagian yang kecil saja, sebaliknya anggapan dari aliran elementalistik menekankan bahwa suatu hal hanya bisa dipelajari dan diterangkan dengan jalan menyelidiki aspek secara terpisah. Aliran holistic/totalitas diikuti olek Freud, Maslow, sedangkan Skinner lebih berorientasi pada elementalisme (pada bagian), hal ini nampak dari upaya untuk menyelidiki tingkah laku secara bagian. Dari dua pendapat di atas maka dapat disimpukan bahwa kepribadian seseorang merupakan sesuatu yang dapat dilihat secara gestalt dan dapat dilihat secara elemn. Semua tergantung dari sudut pandang ketika melakukan assesment. Islam memandang bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang holisme, psikoanalisa dan aliran humannistik mamandang yang sama yakni holisme sedangkan aliran behavioristik memandang kepribadian manusia bersifat elementalisme
4. Determinisme kultural vs transidensi kultural.
Pandangan ini menitik beratkan pada unsur kebudayaan yang menjadi ruang lingkup kehidupan. Aliran determinisme lebih mengutamakan kebudayaan adalah faktor pembentuk perilaku, sehingga dimungkinkan kecenderungan orang dengan pandangan tersebut selalu memandang kebudayaan orang melalui budayanya sendiri sehingga sikap sebagai penentu adalah kebudayaannya. Sedangkan aliran ternsindensi individu mampu keluar dari budayanya sendiri, sehingga tidak terkungkung oleh budaya sendiri. Mereka lebuh berpandangan keluar dalam menentukan sikap terhadap dirinya.
5. Alami Vs buatan (nature Vs nurture).
Kepribadian merupakan sesuatu yang terbentuk karena faktor genetika atau faktor belajar melalui pengalaman. Pandangan alami lebih berorientasi pada faktor genetic (nature) sedangkan pandangan nurture lebih mengkaitkan dengan faktor pengalaman dalam belajarnya. Genetic dan pengalaman belajar merupakan dua keadaan yang tidak mungkihn dipisahkan, dari dua hal tersebut manusia memiliki kepribadian. Seperti temperament merupakan faktor genetic yang mendasari kepribadian. Sedangkan pengembangannya faktor belajar, lingkungan social memiliki peran yang tidak kalah pentingnya. Islam memandang kepribadian merupakan interaksi faktor internal dan eksternal, psikoanalisa dan humanistik mengatakan bahwa kepribadian merupakan faktor bawaan, sedangkan aliran behavioris lebih mengutamakan lingkungan sebagai faktor pembentuk utama kepribadian.
6. Keunikan Vs keuniversalan (uniqueness vs universality).
Manusia adalah makhluk yang unik sekaligus juga universal. Keduanya merupakan unsur yang tidak mungkin dipisahkan. Sebagai manusia tidak dapat lepas dari anggota masyarakat yang akan menjadikannya sebagai makhluk yang universal namun sebagi individu memiliki kekhasan dalam melakukan interaksi dalam kehidupan bermasuarakat. Dalam beberapa hal, kita sama dengan semua orang., dalam beberapa hal, kita sama dengan beberapa orang atau sebagian orang. Dalam beberapa hal, kita tidak sama dengan semua orang kita adalah pribadi yang unik. Dalam psikologi kepribadian maka ketika memandang manusia hendaknya secara utuh, yakni sebagi pribadi yang unik sekaligus sebagi pribadi yang universal.
7. Dorongan jasmaniah Vs motivasi bertujuan (Psychological vs purposive motivation).
Kepribadian manusia merupakan interaksi yang terbentuk karena dua dorongan, yakni dorongan dari dalam jasmani sendiri yang lebih mensadar atau karena suatu tuntutan lingkungan karena memiliki tujuan tertentu. Pendekatan jasmani lebih berorientasi pada faktor genetika yang diturunkan melalui cairan darah dari orangtuanya. Dalam pendekatan ini dorongan atau motive dapat muncul karena insting yakni kumpulan energi yang mendorong manusia untuk bergerak. Selain hal tersebut juga karena sirkuit dalam otak yang mengaktifkan serta memantau terhadap setiap perubahan sehingga menimbulkan respon-respon tertentu. Motivasi bertujuan muncul karena faktor eksternal. Ada rangsangan eksternal yang memungkinkan seseorang merespon sesuatu hal, sehingga bukan karena kebutuhan yang bersifat instingtif.
8. Motivasi sadar Vs motivasi alam bawah sadar (conscious Vs unconscious motivation).
Pandangan motivasi sadar lebih berorientasi kepada kesadaran yang penuh dalam melakukan suatu perbuatan. Sedangkan bawah sadar lebih mengutamakan bawah sadarnya dalam bersikap. Kepribadian yang nampak pada seseorang lebih karena pengontrolan terhadap apa yang bisa disadari ataukah muncul seperti refleks yang tidak disadari.
9. Optimisme Vs pesimisme.
Salah satu bentuk kepribadian seseorang adalah kemampuan dalam merespon terhadap suatu permasalahan yang dihadapi. Apakan dia akan menarik diri atau menghadapinya dengan penuh semangat dan optimisme. Pandangan optimis selalu berorientasi pada sesuatu yang dinamis dan melakukan berubahan serta bersikap obyektifdalam mengahapi permasalahan hidup. Sedang pandangan pessimis penuh ragu, sangat hati-hati dan cenderung subyektif dan tidak rasional. Kepribadian seseorang dapat dilihat dari kecenderungan dalam menentukan sikap dalam menghadapi berbagai persoalan atau tantangan yang dihadapi.
10. Konstitusionalisme Vs Environmentalisme.
Aliran konstitusionalisme diikuti oleh Hipocrates, yang mengatakan bahwa temperamen individu merupakan hasil dari keseimbangan yang unik dari emapt cairan tubuh, yakni darah, sumsum hitam, sumsum kuning dan lendir. Kretchmer dan W. Sheldon, Freud, Maslow juga termasuk aliran tsb. Pada aliran environmental adalah faham yang menekankan pada lingkungan, antara lain John Locke-- dengan aliran empirisme, Skinner dan kaum Behavioris juga beranggapan bahwa tingkah laku merupakan hasil belajar dari lingkungan..
11. Berubah Vs Tak berubah.
Manusia adalah makhluk yang tingkah lakunya selalu berubah sepanjang hidup (Skinner dan Maslow). Kepribadian manusia merupakan sesuatu yang dapat dirubah, dibentuk atau dikendalikan, baik melalui pembelajaran atau pengaruh factor lingkungan. Study tentang tingkah laku harus dipusatkan pada bagaimana suatu tingkah laku bisa dirubah, dibentuk atau dikendalikan. Freud Kepribadian manusia tidak berubah sepanjang hidup, yang ditentukan pengalaman kanak-kanak awal (infantile sexuality), yang dimulai dari fase oral, anal dan phalis. Islam memandang kepribadian atau sering dikatakan dengan akhlaq dapat dirubah sedangkan temperament merupakan sesuatu yang sulit untuk dirubah. Psikoanalisa memandang kepribadian adalah sulit untuk dirubah. Pandangan behavioris dan humanistik memandang kepribadian adalah sesuatu yang bisa berubah dan mengali pertumbuhan
12. Subyektif Vs Obyektif.
Pada aliran yang berdasar pada subyektif dan obyektif tentang manuisa memiliki acuan serta landasan pikir yang berbeda. Apakah manusia memiliki pengalaman personal dan subyektif ataukah pengalaman tersebut ditentukan oleh factor eksternal dan obyektif. Carl Rogers dan Maslow tokoh dari humanistic menekankan pada subyektivitas manusia, yakni dunia bathin atau dunia subyektif individu adalah pemberi pengaruh yang paling besar terhadap tingkah laku manusia. Selanjutnya Freud, yang memiliki pandangan sama mengatakan bahwa manusia hidup dalam dunia perasaan, emosi, nilai-nilai atau makna subyektif. Skinner dan kaum behavioristik menolak gagasan tsb, mereka lebih menitik beratkan tentang gejala bersifat obyektif. Gagasn terhadap subyektif tentang manusia adalah menghambat upaya ilmiah, karena gejala tingkah laku manusia dapat diamati dan diukur secara obyektif. Kepribadian menurut tinjauan agama islam bersifat subyektif dan obyektif. Psikoanalisa dan humanis tik memandang kepribadian bersifat subyektif sedangkan aliran behavioris kepribadian adalah sesuatu yang obyektif
13. Proaktif Vs Reaktif.
Pandangan proaktif dan reaktif mengacu pada sumber penyebab tingkah laku manusia. Pendorong tingkah laku adalah kekuatan internal atau eksternal. Pandangan Proaktif memiliki keyakinan bahwa sumber penyebab dari seluruh tingkah laku adalah berasal dari dalam individu sendiri/factor internal, pendapat ini diikuti oleh Freud dengan teori naluri, dan A. Maslow dengan teori teori kebutuhan. Perbedaan diantara keduanya adalah terletak pada kebebasan dan kesadaran manusia dalam mengungkapkan tingkah laku. Pandangan Freud mengacu pada fakta, bahwa seluruh tingkah laku manusia didorong oleh penyebab dari dalam individu sendiri yang sebagian besar tidak disadari. Dalam konsep Maslow dan humanistic, manusia adalah makhluk yang sadar dan bebas bertingkah laku. Pandangan reaktif mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh adanya stimulus dan respon, penyebab tingkah laku adalah factor dari luar atau eksternal. Pandangan ini diikuti oleh Skinner dengan berbagai teori belajarnya. Islam memnadng kepribadian adalah sesuatu yang pro aktif dan reaktif pada batasan-batasan tertentu. Psikoanalisa dan humanistik memandang kepribadian adalah bersifat proaktif sedangkan aliran behavioris memandang kepribadian bersifat reaktif.
14. Homeostatis Vs Heterostatis.
Aktivitas manusia dipengaruhi adanya dua kekuatan yakni homoestatis dan heterostatis. Aliran homeostatis bersumber pada equibrium (keseimbangan) fisis. menerangkan bahwa tingkah laku manusia dimotivasi ke arah pengurangan ketegangan internal yang terjadi akibat ketidak seimbangan fisis (lapar, haus atau stimulasi indrawi), dengan bertingkah laku menjadi seimbang kembali. Aliran ini diikuti oleh Freud yang mengatakan bahwa tingkah laku manusia ditujukan, digerakkan untuk pengurangan ketegangan yang diakibatkan oleh memuncaknya dorongan Id yang memilki tujuan untuk mencari kepuasan serta mengejar kenikmatan. Selain itu, aliran tsb juga diikuti oleh Dollard and Miller. Dalam pandangan konsep heterostatis menerangkan, tingkah laku manusia dimotivasi kearah pertumbuhan, pencarian stimulus (stimulus seeking) dan pengungkapan diri (self actualization). Skinner mengatakan bahwa tingkah laku manusia tidak digerakkan agen internal atau naluri / drive, seperti pandangan Freud, melainkan hasil pengaruh dari kekuatan eksternal, yakni adanya stimulus serta pengaruh lingkungan dan pembelajaran. Islam memandang kepribadian cenderung heterostatis seperti aliran humanistik. Sedangkan aliran psikoanalisa dan behavioris memandang kepribadian cenderung homeostatis
15. Dapat diketahui Vs Tidak dapat diketahui.
Pada pandangan tentang manusia adalah makhluk yang dapat diketahui atau dimengerti serta makhluk yang tidak dapat diketahui memiliki dasar pemikiran yang berbeda. Freud mengatakan bahwa manusia bisa diketahui tingkah lakunya melalui penelitian ilmiah menurut hukum alam yang sama dengan makhluk lain. Pandangan ini juga diikuti oleh Skinner dan Behavioris, melalui observasi dan penelitian yang sistimatis, tingkah laku manusia dapat diketahui. Selanjutnya aliran yang berorintasi pada manusia merupakan makhluk yang tidak dapat diketahui. Pandangan ini diikuti oleh James, yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang sulit diketahuiSelanjutnya Maslow, mengatakan bahwa manusia tidak dapat diketahui sepenuhnya melalui upaya ilmiah, karena merupakan makhluk unik yang tidak dapat disamakan dengan makhluk lain, baik keberadaan maupun tingkah lakunya. Islam memandang kepribadian merupakan sesuatu yang sangat sedikit bisa diketahu. Aliran humanistik kepribadian manusia tidak dapat diketahui sedangkan aliran psikoanalisa dan behavioris mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang dapat diketahui
B. Hakekat Manusia Tinjauan Islam
1. Kebebasan >< ketidakbebasan  ISLAM: manusia bebas tapi masih di bawah kehendak/kekuasaan Allah.  PSIKOANALISA: manusia bebas.  BEHAVIORISME: manusia tidak bebas. HUMANISTIK: manusia bebas 2. Rasionalitas manusia ?  ISLAM: rasio disesuaikan wahyu Allah  PSIKOANALISA: irasional  BEHAVIORISME: -  HUMANISTIK: rasional 3. Holisme >< elementalisme ?  ISLAM: holisme  PSIKOANALISA: holisme  BEHAVIORISME: elementalisme  HUMANISTIK: holisme 4. Bawaan >< lingkungan ?  ISLAM: Interaksi antara faktor bawaan & lingkungan  PSIKOANALISA: bawaan  BEHAVIORISME: lingkungan  HUMANISTIK: bawaan 5. Berubah >< tidak berubah ?  ISLAM: temperamen sulit diubah; akhlak dapat diubah  PSIKOANALISA: sulit diubah  BEHAVIORISME: bisa diubah  HUMANISTIK: bisa diubah (mengalami pertumbuhan) 6. Subyektif >< obyektif ?  ISLAM: subyektif-obyektif  PSIKOANALISA: subyektif  BEHAVIORISME: obyektif  HUMANISTIK: subyektif 7. Proaktif >< reaktif ? >
 ISLAM: proaktif-reaktif dalam batas2 tertentu
 PSIKOANALISA: proaktif
 BEHAVIORISME: reaktif
 HUMANISTIK: proaktif
8. Homeostatis >< heterostatis ?  ISLAM: cenderung heterostatis.  PSIKOANALISA: homeostatis.  BEHAVIORISME: homeostatis.  HUMANISTIK: heterostatis 9. Dapat >< tidak dapat diketahui ?  ISLAM: sangat sedikit yang dapat diketahui.  PSIKOANALISA: dapat diketahui.  BEHAVIORISME: dapat diketahui.  HUMANISTIK: tidak dapat diketahui Kepustakaan: Boeree. CG. 1997. Personality Teories. Psima Sophie. Yogyakarta Langgulung, H. 1988. Teori-teori Kesehatan Mental BAB IV PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua faktor yang saling mempengaruhi. Dalam bab ini akan diungkap beberapa hal terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan. A. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat fisik organis pada diri seseorang yang mengarah pada peningkatan ke arah yang lebih positif. Seseorang yang sehat maka akan mencapai pertumbuhan fisik yang optimal. Setiap pertumbuhan memiliki pengaruh terhadap perkembangan psikologis seseorang, karena fisik dan psikologis merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Batas pertumbuhan antara anak laki-laki mempunayi perpedaan khas, baik awal pertumbuhan maupun akhir, khususnya terkait dengan hormonal. Anak perempuan akan mengalami batas maksimal pada usia 18 tahun sedangkan anak laki-laki mencapai usia 21 tahun. Berbeda dengan perkembangan, yang merupakan proses perubahan yang mengarah pada peningkatan kualitas secara psikologis. Perkembangan psikologis seseorang akan terus menerus berkembang secara kwalitatif sampai batas waktu yang tidak bisa diitentukan. Perkembangan psikologis yang optimal akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fisiologis seseorang, karena mind and body merupakan dua komponen yang utuh. B. Tujuan Mempelari Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Agar mempunyai gambaran yg nyata tentang potensi peserta didik 2. Dapat mengembangkan dan menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi 3. Dapat merespon perilaku peserta didik secara tepat 4. Membantu mengenali adanya penyimpangan yang terjadi pada diri peserta didik 5. Untuk membantu memahami diri sendiri sehingga dapat berperilaku secara tepat 6. Masa perkembangan yang cepat à masa anak-anak terjadi pertumbuhan yg cepat 7. Pengaruh yang lamaà pengaruh pengalaman yg diberikan anak akan terlihat dlm jangka panjang 8. Proses yang kompleksà memerlukan proses dan waktu yg lama dalam membentuk peserta didik, sehingga perlu pemahaman yg tepat 9. Nilai yang diterapkan à nilai yg dipakai membentuk kepribadian anak akan terintegrasi pada dirinya 10. Masalah yang menarik à anak sbg mahluk yang unik. Manusia memiliki beberapa potensi yang sangat hebat, yakni IQ (Intelegensi Quotien)à kemampuan umum manusia utk dpt memecahkan masalah baru dengan cepat dan benar berdasarkan logika. EQ (emotional quotien) à kemampuan manusia utk berperilaku dan menyikapi lingkungan dgn memperhatikan faktor perasaan. SQ (spiritual quotien) à kemampuan manusia untuk berperilaku dengan didasari oleh norma luhur spt: kejujuran, kesabaran, ketaqwaan, keimanan. PQ (performance quotien) à kemampuan manusia untuk menampilkan dirinya secara proportional C. Faktor yang membedakan perkembangan Individu 1. Pre natal (Genetika, makanan, penyakit, emosi ibu, trauma, usia ibu)  Secara geenetika, sifat khas dibawa oleh kromosom X dan tidak bisa dengan menggunakan bioteknologi, namun jika jenis kelamin dapat dilkaukan dengan penbembang biakan sel  Makanan yang bergizy akan memperbanyak tumbuhnya sel syaraf sehingga akan meningkatkan jumlah sel syaraf apada anak yang dapat berpengaruh terhadap kecerdasan  Kehamilan membutuhkan tiga tahapan. Tahapan 1 (1-3 bl). Tahapan ke 2 (3-6 bl) dan tahapan ke 3 (6-9). Usia paling rawan berada pada tahapan 1. Penyakit yang berbahaya pada tahapan ini adalah Rubella, toxoplasmosis,  2. Natal (posisi, proses, hambatan, pre mature/post mature) 3. Post Natal (makanan, penyakit, abuse/trauma, lingkungan) D. Dinamika Perkembangan 1. Berdasar Perkembangan Biologis: a. Pendapat Aristoteles Perkembangan anak dari lahir sampai dewasa mengikuti beberapa fase, yakni” 1) Fase 1, dari 0,0-7,0 masa anak kecil atau masa bermain 2) Fase 2, dari 7,0-14,0 masa anak, masa belajar atau masa sekolah rendah 3) Fase 3, 14,0-21,0 masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari masa anak-anak menjadi orang dewasa. b. Pendapat Kretchmer Kretchmer berpendapat bahwa, manusia lahir mengalami beberapa tahapan, yekni: 1) Fase 1 dari 0,0-3,0 dinamakan Fullungsperiode I, anak kelihatan pendek dan gemuk 2) Fase 2 dari 3,0-7,0 dinamakan Streckungsperiode I , anak kelihatan langsing 3) Fase 3 dari 7,0-13,0 dinamakan Fullungsperiode II, anak kelihatan pendek dan gemuk kembali 4) Fase 4 dari 13,0-20,0 dinamakan Streckungsperiode II, anak kelihatan langsing kembali c. Pendapat Freud 1) Fase oral, dari 0,0-1,0. Mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik 2) Fase Anal, dari 1,0-3,0. Dorongan dan tahanan terpusat pada fungsi pembuangan kotoran 3) Fase Phalic, dari 3,0-5,0. Alat kelamin merupakan daerah urgen 4) Fase latensi, dari 5,0-12/13 tahun, Impuls-impuls cenderung dalam keadaan mengendap 5) Fase pubertas dari 12/13-20 tahun. Impuls-impuls menonjol kembali. Jika dorongan tersebut dapat pindahkan dan disublimasikan oleh das Ich dengan berhasil maka akan sampai ke fase kematangan 6) Fase genital dari 20,0- individu yang telah sampai masa ini siap untuk terjun dalam kehidupan masyarakat orang dewasa. 2. Berdasar Didaktis/instruksional a. Menurut Comenius 1) bahasa ibu (scola vernacula, untuk anak usia 6,0-12,0 2) sekolah latia (scola latina) untuk remaja usia 12,0-18 tahun 3) Akademi (academica) untuk usia 18-24 tahun b. Menurut Rousseau 1) masa asuhan, usia 0,0-2,0 2) masa pendidikan jasmani dan latihan panca indra, usia 2,0-12 3) masa pendidikan akal, usia 12,0-15,0 tahun 4) masa pendidikan watak dan agama, usia 15,0-20,0 tahun 3. Menurut Perkembangan Psikologis Kondisi psikologis anak sangat dipengaruhi oleh faktor bawaan dan belajar sehingga akan mencapai kematangan. Tiap anak didik mengalam perkembangan psikologis yang berbeda, hal ini dikarenakan ciri khas yang unik yang dimiliki oleh individu memnag berbeda-beda (individual defferences). Manusia dalam perkembangan psikologisnya melewati tiga fase, yakni dari lahir sampai masuk masa kegoncangan yang pertama, yang dinamakan masa kanak-kanak. Dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan ke dua dinamakan masa keserasiaan bersekolah dan yang ke tiga dari kegoncangan ke dua sampai akhir masa remaja, yang dinamakan masa kematangan. Usia yang tepat diantara teori berbeda-beda, semua hanya merupakan ancer-ancer. a. Menurut Piaget. Piaget melihat perkembangan psikologis anak berdasarkan pada perkembangan kognitif. Adapun fase perkembangannya adalah sbb 1) Sensoris motoris (0-24 bl), ada 6 stadium a) stadium pertama (0-1 bulan), pada bayi paling banyak adalah gerakan reflek, ada gerakan reflek yang sifatnya menetap dan ada yang berkembang sesuai dengan perkembangan usia/fikirnya, misalnya bersin merupakan reflek yang menetap sedangkan yang berkembang spt, menghisap, perkembangan suara, mengalami perubahan konsolidasi, stabilisasi, generalisasi dan deferensiasi. b) Stadium kedua (1-4 bulan), merupakan kelanjutan dari stadium satu, skemanya mengalami perluasan dan perbaikan perkembangan, pada waktu stadium 1 hanya merupakan kemampuan motorik, maka stadium dua ini sudah mampu melakukan antsipsi terhadap isarat visual atau kinestik (mis: tahu akan diberi makan, tahu akan diberi susu ketika melihat payudara ibunya), dia telah mampu menghubungkan antara penglihatan dan pendengaran) dan yang paling penting adalah koordinasi penglihatan dan gerakan serta kemampuan memegang sesuatu, karena ini merupakan alat eksplorasi untuk mempelajari lingkungan lebih lanjut. Pada stadium ini ditemukan perilaku “quasimitative” atau “preimitative” yaitu pengulangan terhadap gerakannya/reaksinya sendiri apabila reaksinya ditirukan orang lain sehingga muncul bermain samar-samar. Dalam hal pengamatan bayi sudah tahu bahwa suatu benda sama besarnya meskipun kelihatan kecil, karena letaknya jauh dan benda tersebut kelihatan besar karena letaknya dekat, kemampuan tersebut dinamakan “konstansi bentuk” c) Stadium (4-5 bulan), ia mampu memberikan reaksi terhadap sesuatu yang berbebeda dengan suara yang berbeda terhadap stimulasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan d) Stadium 6- 7 bulan, bayi mampu membedakan teman dan orang asing dengan tersenyum, mulai muncul rasa malu, dan permulaan munculnya keterikatan (attachement), akan muncul sikap terikat pada orang yang memberikan stimulasi positif e) Stadium 8-9 bulan, bayi mecoba meniru gerakan dari orang lain yang sifatnya sederhana f) Stadium 12-24 bulan, mulai dapat bereaksi terhadap larangan, 16-18 bln muncul negativisme dalam bentuk keras kepala, tidak mau mengikuti perintah dengan cara menarik diri atau marah, 22-24 bl, dapat bekerja sama dalam kegiatan rumah, seperi berpakain, makan dan mandi, mampu melakukan imitasi tertunda, yaitu meniru secara tidak langsung pada waktu melihat obyek. Dalam permainan anak telah mampu melakukan symbolic play, yauti memperlakukan benda sesuai dengan fungsinya. 2) Pra operasional (2-7 tahun), taraf perkembanga ini ditandai dengan semakin kuatnya bahasa, permainan symbol serta imitasi oleh anak. Taraf ini digolongkan menjadi dua: a) Sub taraf pra konseptual (2-4 tahun), perpindahan aksi dari simbolik, anak telah mampu menyatakan keadaan internnya (perasaan dan pikirannya), muncul egosentrisme, ia menganggap dirinya sebagai patokan penentu, ukuran setiap penilaian dan pertimbangan, belum dapat menempatkan diri dalam sudut pandangan orang orang lain, baik secara persepsual, emosional maupun motivational. Belum mampu memikirkan satu aspek dari sudut yang berbeda, ia hanya mampu memusatkan pada satu dimensi b) Taraf intuitif (4-7 tahun), dapat mengumpulkan benda dalam katagori tunggal, mampu melihat hubungan yang sederhana, tapi belum mampu menguraikan hubungannya, cara berfikir masih terikat pada hubungan yang kongkrit yang dilihat secara indrawi, masih bersifat intuitif serta irreversible (tidak dapat dibalik), cara berfikir masih statis 3) Operasional kongkrit (7-11 tahun), ciri negatif berkembang menjadi lebih positif, cara berfikirnya sudah tidak lagi egosentris melainkan desentralisasi, anak mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi dan menghubungan antar dimensi satu sama lain, anak mampu mengadakan konservasi, kemampuan untuk mengetahi bahwa satu aspek dari susunan rangsang tidak berubah meskipun aspeknya dari ranhsang berubah, anak mampu berfikir dinamis dari perubahan situasi, ia telah mengerti opersional logis reversibilitas, kemampuan untuk meniadakan suatu tindakan dan kemudian melakukan tindakan lagi dalam arah yang sebaliknya, aktivitas logis yang dilakukan masih dalam taraf situasi yang kongkrit, klasifikasi masih membutuhkan kehadiran obyek yang kongkrit 4) Operasional formal (11-)---, taraf ini ditandai dengan dua cirri yaitu: a) Sifat hipotetis diduktif, kemampuan untuk melihat segala kemungkinan dan membentuk sebuiah hipotesis, anal telah mampu berfikir yang proporsional b) Sifat Kombinatoris, kemampuan untuk mengerjakan sesuatu secara kombinatoris, metodis dan sistimatis, perkembangan intelektual titik puncak, semua hal berikutnya hanyalah perluasan, penerapan dan penghalusan, pada taraf ini manusia mampu melepaskan diri secara maksimal dari realitas yang dapat diamati dan diraba secara langsung, masuk ake dalam dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal, yaitu idealitas yang paling tinggi. Semua tahapan perkembangan akan berjalan dengan baik tergantung dari motivasi, latihan, lingkungan serta kulture. c) Perkembangan berfikir merupakan hasil “dialektis” atau pengaruh timbal balik antara organisme dan lingkungan. Faktor bawaan (genetic) merupakan potensi yang menentukan yang akan dicapai pada batas maksimal. Faktor genetic merupakan range of genital potential , dan factor lingkungan merupakan range of potential outcomes. (Lerner, 1976). Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan berfikir digolongkan menjadi dua: Pengaruh Organis, Adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan perubahan fisik, sakit, kecelakaan, factor gizi dsb. Pembentukan dan pertumbuhan otak sangat cepat terjadi pada fase kehamilan sampai anak berusia batita, sehingga hambatan yang terjadi pada fase tsb akan berpengaruh terhadap perkembangan berikutnya. Pengaruh rangsangan, antara lain: Faktor lingkungan (situasi rumah yang tidak memberikan rangsang, sikap orang tua yang over protected dan atau rejected, sering pindah sekolah, kelas yang terlalu penuh). Faktor bahasa (kurang kesempatan untuk mempelajari bahasa, kurang perangsang intelektual verbal). Faktor kebudayaan (ketidakjelasan akan nilai budaya sehingga tidak mempunyai pegangan), Keadaan ekonomi Penerapan dalam Pendidikan: 1. Dengan melihat perkembangan berfikir dan setiap anak tidak memiliki kesamaan maka sebagai orang dewasa harus melihat realitas, karena tingkat pendidikan juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan pikirnya. 2. Perkembangan berfikir akan lebih cepat dan mudah jika terjadi hubungan dengan obyeknya. 3. Faktor yang penting dalam proses belajar adalah factor interes dan internak dalam keluarga 4. Kelas atau kelompok yang baik hendaknya memberikan kesempatan anak untuk berkembang dalam pengalaman sosial, dengan cara berdebat, diskusi karena hal ini akan membantu dalam mengembangkan intelligensi serta latihan penyesuaian emosi, menyatakan pikiran melalui bahasa dengan cara yang runtut dan logis (Sutrisno, 1977) b. Menurut Kohlberg Kohlberg mengkaji manusia melalui perkembangan moral. Moral merupakan standard mengenai benar atau salah menurut tata cara, kebiasaan, adat yang berlaku pada suatu kelompok sosial. Perkembangan moralitas sangat tergantung lingkungan sosial. Kohlberg, lebih mendasarkan pada alasan yang mendasari suatu tindakan, alasan merupakan suatu refleksi struktur moral. Penalaran moral berkembang sebagai hasil interaksi antara struktur yang ada pada individu dengan lingkungan, sehingga untuk mencapai tahap penalaran moral yang lebih tinggi diperlukan kemampuan berfikir serta penyesuaian diri, karena merupakan komponen dari inteligensi. Komponen budaya memegang peran yang amat penting karena bisa mempengaruhi tempo perkembangan serta tingkat penalaran moral yang dicapai. Perkembangan moral melibatkan tiga komponen dasar: 1. Moral Behavior, bagaimana seseorang bertingkah laku 2. Moral Emotion, bagaimana seseorang merasakan sesuatu setelah melakukan perbuatan 3. Moral Judgment, bagaimana seseorang memberikan suatu alasan ketika mengambil keputusan Piaget dan Kohlberg mengatakan bahwa pemikiran moral ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitif, lingkungan sosial merupakan pemasuk materi mentah yang akan diolah pada ranah kognitif anak secara aktif. Pada remaja perkembangan moral mengalami peralihan dari kekuatan eksternal menjadi kekuatan internal yang mencakup pertimbangan primer untuk kesejahteraan kelompok dan menempatkan keuntungan pribadi menjadi urutan kedua. Reasoning yang muncul sebelum keputusan moral dilakukan, perlu dipelajari sejak masa kanak-kanak ketika belajar masalah yang benar dan yang salah. Empat pokok dalam mempelajari sikap moral: 1. Mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari anggotanya 2. Mengembangkan hati nurani 3. Belajar mengalami perasan bersalah dan rasa malu jika melakukan kesalahan 4. Berkesempatan melakaukan interaksi sosial Menurut Piaget, perkembangan moral, ada 2 tahap: a. Tahap realisme moral atau moral terbatas, perilaku moral anak ditentukanoleh ketaatn otomatis tanpa penalaran atau penilaian, benar salah didasarkan pada konsekuensi yang timbul dan tidak pada motivasinya. b. Tahap moralitas otonomi, penilaian suatu tindakan didasarkan pada alas an atau suatu tujuan tindakan yang dilakukan, hal ini sejalan dengan kemampuan operasional formal kognisinya. Usia Tahap Cirikhas 4-7 th Realisme Moral 1. Memusatkan akibat perbuatan 2. Aturan tak berubah 3. Hukum otomatis atas perbuatan 7-10 th Masa transisi Perubahan secara bertahap ke pemikiran moral tahap ke dua 11 th--- Otonomi moral, realisme dan ressiprositas 1. Mempertimbangkan tujuan 2. Menyadari, aturan moral kesepakatan tradisi yang dpt berubah Pada tahap kedua perkembangan moral sejalan dengan perkembangan kognitif formal opersional, moral merupakan suatu perpaduan atas otonomi moral (hak pribadi) dan realisme moral (kesepakatan sosial) dan resiprositas (aturan timbal balik) Menurut Kohlberg, perkembangan moral dibedakan menjadi tiga tingkatan: 1. Preconvensional Moral Reasoning (4-10 th), dalam tahap ini memiliki dua tingkatan: a. Obiedience and punishment orientation, memperhatikan ketaatan dan hukuman, perilaku baik dihubungkan dengan penghindaran dari hukuman b. Naively egoistic orientation, memperhatikan pemusatan kebutuhan, perilaku baik dihubungkan dengan pemusatan keinginan dan kebutuhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain. 2. Convensional Moral Reasoning (10-13 th), Memiliki dua tahap a. Good boy Orientation, berlaku seperti patokan moral, agar memperoleh persetujuan, perilaku baik berdasarkan atas tujuannya. b. Authority, social order maintenance orientation, memiliki sikap pasti terhadap kewenangan dan hukum. 3. Postconvensional Moral Reasoning (13 th keatas), ada dua tahap: a. Constructural Legalistic Orientation, perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturn dan patokan sosial, perubahan hokum dan aturan dapat diterima asal sesuai dengan patokan sosial, pelanggaran hukum dan aturan dapat terjadi karena lasan tertentu. b. Conscience or principle Orientation, keputusan tentang perilaku sosial didasarkan atas prinsip moral, pribadi yang bersumber dari hukum universal yang selaras dengan kebaikan umum dan kepentingan orang lain, keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai telah melekat, meskipun bisa berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk mengekalkan aturan. c. Perkembangan kepribadian (S. Freud) d. Menurut Erikson (Perkembangan Psikososial) Erikson adalah penganut Freud, tetapi menambahkan pada perkembangan anak setelah masa pubertas. Kepribadian manusia tidak hanya ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak, akan tetapi oleh pengalaman masa dewasa. Konsep berfikirnya berdasarkan pada pandangan epigenesis, prinsip ini menganggap bahwa perkembangan merupakan proses berkelanjutan dan memiliki batas yang jelas dalam setiap stadiumnya. Jika sesolusi stadium tertentu mengalami hambatan, maka stadium selanjutnya mencerminkan kegagalan yang nampak dalam bentuk ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri (maladjusment) secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional. Stadium dari siklus kehidupan digambarkan melalui delapan tahapan. Stadium ditandai dengan adanya satu atau lebih krisis internal yang didefinisikan sebagai titik balik (turning point) suatu periode dimana seseorang berada dalam kerentanan yang mengikat. Stadium tidak terpaku oleh waktu, perkembangan adalah kesinambungan. Delapan stadium tersebut adalah: 1) Kepercayaan dasar vs ketidakpercayaan dasar (basic trust vs basic mistrust) sejak lahirsampai usia 1 tahun. Kepercayaan >< ketidakpercayaan adalah krisis pertama yang harus dihadapi oleh seorang bayi. Kepribadian yang sehat terbentuk karena kepercayaan dasar yang merupakan pengalaman dasar seseorang. Erikson menambahkan sensorik pada stadium oral, karena orang tua mengikuti indera bayi, penglihatan, pengecap, pembauan, peraba dan pendengaran. Melalui interaksi tersebut bayi mengembangkan perasaan kepercayaan bahwa keinginannya terpuaskan. Jika ibunya tidak memperhatikan maka bayi akan mengembangkan rasa ketidakpercayaan. Krisis oral pada tahun pertama bagian ke dua, ketika bayi sudah mulai tumbuh gigi, maka muncul aktivitas sensorik bayi yang lebih kuat antara lain adalah menggigit punting susu ibunya. Efek dari penghindaran atau penolakan ibu ketika terjadi penggigitan akan menimbulkan pengontrolan diri anak sebagai proses belajar untuk mengendalikan perilaku. Proses penyapihan terhadap bayi akan memunculkan rasa sedih, tetapi jika kepercayaan dasar kuat maka bayi akan mengembangkan pengertian, harapan dan optimisme dan kepercayaan diri. Ibu yang baik akan menanamkan cinta kasih yang tulus kepada anak sehingga akan memunculkan kepercayaan dasar yang kuat. Pencapaian sosial pertama dari bayi adalah kemauannya untuk membiarkan ibunya diluar jangkauan penglihatannya tanpa kecemasan. Hal tersbut terjadi karena ibu dapat memberikan kepastian inti (Inner certainty) di dalam gambaran mental bayi (24-36 bulan) 2) Satdium Otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu (autonomy vs shame and doubt). Kira-kira usia 1-3 tahun. Otonomi merupakan rasa penguasaan anak terhadap dirinya sendiri dan terhadap dorongan dan desakannya. Anak yang belajar berjalan mendapatkan rasa bahwa mereka terpisah dari yang lainnya. Anak memiliki pilihan mempertahankan atau melepaskan, bekerjasama atau keras kepala. Stadium ini bertepatan dengan fase anal pada teori Freud. Menurut Erikson menahan feses (holding in) dan mengeluarkan feses (letting go) mempunyai pengaruh pada ibu. Jika orang tua mengijinkan anak untuk berfungsi secara otonom dan bersikap membantu tanpa overprotective, anak akan mendapatkan kepercayaan diri dan merasa bahwa mereka dapat mengontrol dirinya sendiri dan dunianya. Tetapi jika anak dihukum atau dikontrol secara berlebihan, mereka merasa marah dan dipermalukan. Jika orangtua menunjukkan persetujuan dengan kontrol diri anak, maka akan muncul perasaan beharga. Jika kotrol dari orangtua berlebihan maka anak akan kehilangan kontrol diri yang dinamakan impotensi maskular, menyebabkan anak ragu dan malu. Perasaan malu akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya. 3) Stadium ke 3 Inisiatif vs rasa bersalah (inisiative vs guilt) usia 3-5 tahun. Stadium ini berhubungan dengan fase phalic, anak mengambangkan rasa ingin tahu tentang seksual yang dimanifeskan dengan keterlibatan dengan permainan seks kelompok atau menyentuh genitalnya sendiri atau teman sebayanya. Jika orang tua tidak membuat masalah tentang dorongan tersebut dengan memberi contoh yang menakutkan dan banyak mempermasalahkan maka prilaku tersebut akan ditekan sehingga dapat menimbulkan permasalahan di masa remaja. Hukuman yang berlebihan akan menghambat imaginasi dan inisiatif anak. Anak yang mengembangkan super ego yang terlalu kuat atau terlalu lemah akan memunculkan tuntutan anak terhadap moralitas yang dijalaninya. Jika krisis inisiatif diselesaikan dengan baik maka rasa tanggungjawab, disiplin diri akan berkembang. 4) Stadium 4 Industri vs inferioritas (industry vs inferiority). Usia 6-11 tahun. Stadium ini merupakan periode usia sekolah, stadium ekuivalen dengan periode latensi. Industri adalah kemampuan untuk bekerja dan mendapatkan ketrampilan. Anak belajar untuk mampu berbuat sesuatu dan menguasai tugasnya. Jika ditekan terlalu besar pada aturan atau kaidah-kaidah yang seharusnya, anak akan mengembangkan perasaan kecewa. Perasaan ketidakmampuan merupakan masa kritis pada satadium ini yang disebabkan oleh beberapa sumber: anak dibedakan dalam sekolah, anak yang dilindungi secara berlebihan, Guru dan orang tua yang baik mendorong mendorong anak ke nilai-nilai ketekunan dan produktivitas dan gigih dalam berusaha sehingga tidak mempertebal benteng inferioritas. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif bagi anak dapat menghilangkan rasa harga diri. 5) Stadium indentitas vs difusi peran (identity vs role diffusion). Usia 11-akhir masa remaja. Mengembangkan rasa identitas adalah tugas pada periode ini yang bertepatan dengan masa pubertas dan masa remaja. Identitas diri yang sehat dibangun pada keberhasilan dalam stadium sebelumnya. Bagaimana keberhasilan mereka pada stadium keprcayaan dasar, otonomi, inisiatif dan industri memiliki banyak pengaruh terhadap masa ini. Identitas adalah karakteristik yang membentuk seseorang kemana tujuan mereka. Identitas berarti suatu kekompakan anatara inti dengan ide dan nilai kelompok sosial. Seorang remaja adalah suatu penundaan psikososial antara anak-anak dan remaja. Pada masa ini sering terjadi krisis normatif . Kegagalan pada fase ini akan berakibat kebingungan peran atau difuse yang ditandai denga kebingungan peran tentang posisinya. Kebingungan peran (role difuse) bermanifestasikan dalam kelainan perilaku seperti melarikan diri, kriminalitas dan psikosis. 6) Stadium 6 Keintiman lawan absorpsi diri atau isolasi (intimacy vs self absorption), usia 21-49 tahun. Konflik psikososial dapat muncul pada stadium ini atau sebelumnya. Keberhasilan atau kegagalan terletak pada dasar yang diletakkan sebelumnya. Orang yang masuk masa ini mengalami kebingungan peran maka tidak akan terlibat hubungan yang kuat dan lama. Seorang yang normal harus mampu mencintai dan bekerja, pekerjaan yang berarti, pemanfaatan waktu luang dan rekreasi di dalam hubungan yang penuh kasih sayang adalah merupakan suatu kebutuhan. Remaja merupakan masa transisi secara sosial, dipandang bukan anak-anak, dituntut untuk memainkan peran sosial seperti yang dilakukan orang dewasa (Steinberg, 1993). 7) Stadium 7 Generativitas vs stagnasi (generativity vs stagnation). Usia 40 tahun 65 tahun). Orang dewasa yang tidak mempunyai minat dalam memimpin atau membentuk generasi yang mendatang kemungkinan mencari secara obsesif keintiman yang tidak benar-benar intim 8) Stadium ke 8 Integritas vs keputus-asaan (Integrity vs despair and isolattion). Usia lebih 65 tahun 4. Perkembangan bahasa Bahasa secara garis besar dibagi menjadi dua yakni bahasa ego centric, bahasa untuk dirinya sendiri dengan tidak mendengarkan ucapan dari orang lain, sedang yang kedua adalah bahasa socialized, yakni bahasa untuk berkomunikasi denga orang lain. Egocentric speech menurut Piaget ada tiga tingkatan repetition (echolalia) monologue (berbicara sendiri dengan keras, tidak ditujukan pada siapa-siapa, berbicara dengan dirinya sendiri) dan Dual atau collective monologue (jika ada di kelompok permainannya seolah bicara dengan temannya, tetapi sesungguhnya ia bicara dengan dirinya sendiri) dan bahasa yang ketiga adalah komunikasi untuk melarang, menyuruh, memberi atau perlakuan pada orang lain atau bahasa untuk berinteraksi. Bahasa yang keluar pertama dari mulut, secara instingtif bayi mengerti bahwa tangis yang keluar membuat senang dan menarik perhatian. Perkembangan tangis selanjutnya menjadi alat komunikasi dengan orang lain, dengan menangis orang lain akan datang dan mendapat sambutan yang lembut dari orang dewasa. Dalam keadaan sehat bayi usia 3 bl mulai mengeluarkan huruf hidup kemudian huruf mati, tingkat ini dalam perkembangn bahasa dinamakan gurgling, setelah itu baru terbentuk suku kata ulang atau babbling, yang mengalami puncak pada usia 8-10 bl. Pada usia 10-12 bulan mampu membuat ucapan dengan kata baru yang jelas tetapi tidak dimengerti maksud atau maknanya, hal ini dinamakan expressive jargon, tapi karena ucapannya disertai gerakan tubuhnya maka orang lain akan mengerti apa yang dimaksud. Pada usia 15 bulan mampu berjalan sendiri dan telah mengenal 20 kata. Tahapan perkembangan bahasa atau bicara dengan kalimat satu suku kata dinamakan holophrase. Tahapan berikutnya pada usia 18-24 anak menggunakan kalimat dengan dua atau tiga suku kata, memekai kata depan, kata hubung dan kata ganti miliknya, tingkatan ini dinamakan telegraphic speech, seperti pembicaraan orang dewasa dalam telegram. Pada usia 24 bulan anak mulai berbicara secara sempurna, Subyek peridikat dan anak kalimat, meskipun kadang belum benar dalam memilih kata yang tepat. Jumlah perbendaharaan kata 50-150 buah. Pada usia 6 tahun sudah mengeri 5000 kata dan secara aktif telah menggunakan 2500 kata sedang pada usia 20 tahun sudah mengerti 50.000 kata secara pasif dan secara aktif menggunakan 10.000 kataBahasa adalah atribut/simbol dari stimulus, merupakan alat/media komunikasi antara individu satu dengan individu lain. a. Bentuk bahasa: langsung-tak langsung, Lisan-tulisan-isyarat, Verbal non verbal b. Ciri-ciri bahasa,  Dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan lebih dari satu orang,  Simbol dari ide, benda2, proses, deskripsi, hubungan, dll, Memiliki struktur yang teratur,  Struktur bahasa dapat dianalisis pada multi level, Meski dibatasi struktur, pengguna bahasa dapat menghasilkan ucapan baru. Berkembang/dinamis c. Tahap2 penguasaan bahasa,  Cooing: menghasilkan bunyi2an tak teratur (0-6 bulan).  Babbling: bahasa dasar bayi; fonem diucapkan secara jelas (6-12 bulan). Ujaran satu kata (1-3 tahun).  Ujaran dua kata . Kalimat berstruktur & kosa kata memadai (>4 tahun)
d. Nature atau nurture?, Faktor bawaan: LAD (language acquisition device) di otak. Faktor lingkungan:Imitasi, Modeling, Kondisioning (latihan), Child directed speech, Critical period, Bilingualisme: single system or dual system?
e. Peran jender dalam penguasaan bahasa? ♀ > ♂ ?. Slips of tongue (salah ucap) teori Freudian
f. Teori bahasa.
 Menekankan pada kaidah/tata bahasa, mis: teori tata bahasa transformasi dari Chomsky. 2 hal penting dalam tata bahasa: Struktur/bagian2 kalimat.
 Transformasi; cara perubahan kalimat supaya efektif & efisien, mis: aktif-pasif, tunggal-majemuk.
 Asosiasi: tiap level bahasa berperan sebagai stimulus bagi level berikutnya


• Perceptual span: gerakan mata ketika membaca; meloncat dari satu titik ke titik lain tanpa menggerakkan kepala. Ada 2-3 kali loncatan per detik.
• Redundancy: berlebih2an dalam menggunakan kata2
Hal2 yang berkaitan dengan transformasi bahasa
1. kalimat kurang jelas (kabur) artinya
2. Interpretasi ganda: perbedaan persepsi antara pembicara dengan pendengar
3. Abstraksi dari ide2 bahasa
g. Kemampuan Bahasa dan Otak
Kemampuan bahasa anak 99 % terletak pada belahan otak kiri dan 93 % orang akan bekerja dengan tangan kanan dan orang kidal di dapatkan 7 % dan 40 % dari mereka kemampuan bicaranya dikendalikan oleh otak kanan. Pierre Paul Broca menemukan bahwa pasien yang lekukan selaput otak bagian depannya yang ketiga rusak, maka akn kehilangan kemampuan berbicara tetapi masih mengerti bahasa atau ucapan dari orang lain. Carl Wernicke menemukan tentang ketidakmampuan berbahasa, dapat berbicara dengan baik tetapi yang bersangkutan tidak dapat mengerti arti sesuatu yang di dengar maupun yang ditulis, ketidakmampuan ini disebabkan karena rusaknya daerah sekitar primary auditory cortex yang kemudian disebut Wernickes area. Kemampuan berbahasa diawali dari kebiasaan mendengarkan dan menirukan apa yang diucapkan orang lain. Menurut Aliran Behavioristik anak belajar bahasa melalui prinsip operant conditioning, disini diperlukan reinforcement. Manusia sejak lahir telah dibekali suatu alat yang dipergunakan untuk mengembangkan dan mendapatkan kemampuan berabahasa. Alat tersubut dinamakan Language Acquisition Devide (LAD), dengan alat ini manusia mampu mengembangkan kemampuan bahasa baik dengan belajar pada orang lain atau belajar sendiri

8) Anak Gagap (Stuttering)
Di As gagap kira-kira terjadi sebanyak 2 % dari seluruh populasi, biasanya muncul mulai usia 2-4 tahun, bukan merupakan ganguan kepribadian spesifik, melainkan kebanyakan dari anak yang pemalu, takut, tidur yang terganggu memiliki kecenderungan menjadi gagap. Penyebab gagap menurut Cobb dan Cole ada tiga hal:
 Kerusakan pada saraf pusat
 Karena kelainan kerpibadian
 Kerusakan seluruh fungsi bicara
Cara mengatasinya:
 Latihan
 Mengurangi hal-hal yang menjadi penyebab jika bukan organis
 Menerima anak dengan penuh atas kekurangannya
 Jangan membandingkan dengan anak lain
 Membimbing agar perkembangan emosi menjadi baik, sehingga akan berkembang secara normal.
Tugas yang terkait dengan perkembangan bicara pada masa bayi:
 Pengucapan kata-kata melalui mencoba-coba (meniru)
 Kalimat utama muncul antara usia 12 dan 18 bulan

E. Hukum-hukum Perkembangan
F. Perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupan
a. Berorientasi biologis (Nativisme)
Teori ini dikemukakan oleh Schoupenhour, yang memandang manusia sangat pessimis untuk dikembangkan karena faktor pembawaan. Gen merupakan faktor bawaan yang akan mendominir perilaku dan keadaan psikologis seseorang. Jika seseorang dilahirkan dari latar belakang dengan penyimpangan kepribadian merupakan harga mati yang sulit untuk dirubah lagi. Pandangan ini membuat menusia berada pada posisi yang tidak mungkin untuk dirubah karena kondisi alamiah (natural)
b. Berorientasi lingkungan (Empirisme )
Teori ini memandang manusia sangat optimis untuk dikembangkan. Pembawaan merupakan factor yang tidak penting. Pada teori ini lingkungan atau pengalaman (experience) merupakan faktor utama dan kedudukannya amat penting dan membuat manusia optimis untuk berubah. Tokohnya adalah John Lock, yang memandang manusia seperti kertas putih bersih yang siap nuntuk ditulisi dengan tinta sesuai dengan keinginan kita (tabularasa). Teori nature ini sangat mengagungkan faktor belajar dengan meremehkan faktor bawaan yang dimiliki tiap manusia. Optimisme terhadap belajar mampu merubah seseorang sesuai dengan harapannya.
c. Berorientasi Psikodinamika (lihat di atas)
d. Berorientasi Interaksionisme
Individu dibentuk dan dikembangkan karena pengaruh faktor internal dan eksternal. Melihat seseorang tidak mungkin hanya secara berkelompok melainkan juga secara individual, sebab tidak ada satupun orang yang memiliki sesuatu yang sama persis meskipun anak kembar satu telur. Perbedaan individual (individual defferences) menjadikan mausia satu berbeda dengan yang lain karena unik dan khas. Baik dari sisi cara anatomis biologisnya, kemampuan berfikirnya, mengelola emosinya sampai pada perkembangan psikomotornya. Jika digambarkan dalam diagram adalah:


Proses Belangsungnya Interaksi Individu dengan Lingkungan







Interaksi yang aktif dan dinamis
F.G = Faktor Genetik
F. 1 = Faktor lingkungan
P = Person/Pribadi

Setiap interaksi sifatnya berbeda, karena pribadinya berbeda. Pribadi bersifat aktif dalam memilih masukan dari lingkungan, lingkungan yang sama akan membuat interaksi yang berbeda. Lerner dan Spanier (1980) mengatakan bahwa, perkembangan seseorang merupakan interaksi dari factor yang dinamis. Perubahan dalam tingkah laku merupakan hasil pengaruh factor yang banyak ( biologis, psikologis, sosio cultural dan factor historis). Menurut Bandura (1989)--- triadic reciprocal determinism, pengaruh resiprokal yang timbal balik dan saling pengaruh mempengaruhi antara tingkah laku, aspek pribadi serta lingkungan










P = Person ( aspek kognitif, biologis dan factor internal )
B = Behavior
E = External enverionment


1. Perkembangan manusi sepanjang siklus hidup

5. Periode dalam kandungan. Periodisasi dalam kandungan merupakan suatu proses yang berlangsung sejak terjadinya pertemuan antara XX dan XY yang merupakan pertemuan akan akan memadukan dua pribadi yang berbeda baik unsur fisik maupun psikologisnya. Pertemuan sel telur dengan 46 kromosom yang saling berpasangan akan memunculkan makhluk baru hasil dari interaksi kedua pribadi tersebut. Beberapa hal yang penting pada periode ini adalah, Genetika, penyakit, makanan, rokok, obat-obatan, emosi, trauma dan usia ibu. Penyakit yang penting yang berpengaruh terhadap abnormalitas dalam perkembangan adalah rubella, syphilis, GO, toxoplasma, darah tinggi dll. Makanan yang bernahaya adalah yang banyak mengandung zat pengawet, zat pewarna, logam berat dan mengandung racun yang berasala dari udara atau lingkungan yang mengganggu ibu ketika hamil. Emosi yang continue akan memicu hormone cortisol yang mengakibatkan penurunan kekebalan dalam tubuh janin serta menyebabkan rentan dan sensitive dengan stimulus.
6. Periode bayi Periode bayi (0 – 2 thn): Neonatal, pada saat placenta dipotong, bayi berdiri sendiri, Infancy partunatal, periode 2 mg sejak bayi lahir. Periode penyesuaian radikal, masa penyesuaian diri terhadap lingkungan, temperatur, bernafas, makan dsb. Masa activity, munculnya perilaku specific. Mandiri, individuasi, awal sosialisasi dan sex role typing. Pembentukan, kreativitas dan pengaruh sikap orang tua
7. Periode kanak-kanak awal (Early Childhood) Periode kanak-kanak awal (3-6 thn). Terjadi masa sulit, handedness (penguasaan terhadap tangan dan kakinya), chatterbox age (usia cerewet), interaksi dengan teman untuk persiapan masuk sekolah. Membentuk kelompok (umur komformitas). Ketrampilan sekolah (school skills). Ketrampilan sosial (social help skills), bermain (play skills) dan mengurus dirinya sendiri (self help skills). Perkembangan Berfikir
Salah satu kehebatan manusia adalah kemampuannya untuk berfikir secara kompleks, mampu melahirkan pemikiran saat ini serta jangkauan di masa yang akan datang. Kemampuan lain dari berfikir adalah mampu memaknai symbol atau lambing sebagai bahasa non verbal yang diantaranya memiliki fungsi pengontrolan terhadap perilaku. Perkembangan berfikir tidak dimiliki manusia dengan begitu saja, melainkan melalui proses serta tempo tertentu, dari kemampuan yang paling sederhana sampai kepada kemampuan yang komplek. Perkembangan berfikir merupakan hasil “dialektis” atau pengaruh timbal balik antara organisme dan lingkungan. Faktor bawaan (genetic) merupakan potensi yang menentukan yang akan dicapai pada batas maksimal. Faktor genetic merupakan range of genital potential , dan factor lingkungan merupakan range of potential outcomes. (Lerner, 1976)
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan berfikir digolongkan menjadi dua:
1. Pengaruh Organis
Adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan perubahan fisik, sakit, kecelakaan, factor gizi dsb. Pembentukan dan pertumbuhan otak sangat cepat terjadi pada fase kehamilan sampai anak berusia batita, sehingga hambatan yang terjadi pada fase tsb akan berpengaruh terhadap perkembangan berikutnya.
2. Pengaruh rangsangan, antara lain:
a. Faktor lingkungan (situasi rumah yang tidak memberikan rangsang, sikap orang tua yang over protected dan atau rejected, sering pindah sekolah, kelas yang terlalu penuh)
b. Faktor bahasa (kurang kesempatan untuk mempelajari bahasa, kurang perangsang intelektual verbal)
c. Faktor kebudayaan (ketidakjelasan akan nilai budaya sehingga tidak mempunyai pegangan)
d. Keadaan ekonomi

Tahap Perkembangan Berfikir. Menurut Jean Piaget adalah:
5) Sensoris motoris (0-24 bl), ada 6 stadium
a) stadium pertama (0-1 bulan), pada bayi paling banyak adalah gerakan reflek, ada gerakan reflek yang sifatnya menetap dan ada yang berkembang sesuai dengan perkembangan usia/fikirnya, misalnya bersin merupakan reflek yang menetap seangkan yang berkembang spt, menghisap, perkembangan suara, mengalami perubahan konsolidasi, stabilisasi, generalisasi dan deferensiasi.
b) Stadium kedua (1-4 bulan), merupakan kelanjutan dari stadium satu, skemanya mengalami perluasan dan perbaikan perkembangan, pada waktu sat 1 hanya semata merupakan kemampuan motorik, maka stadium dua ini sudah mampu melakukan antsipsi terhadap isarat visual atau kinestik (mis: tahu akan diberi makan, tahu akan diberi susu ketika melihat payudara ibunya), dia telah mampu menghubungkan antara penglihatan dan pendengaran) dan yang paling penting adalah koordinasi penglihatan dan gerakan serta kemampuan memegang sesuatu, karena ini merupakan alat eksplorasi untuk mempelajari lingkungan lebih lanjut. Pada stadium ini ditemukan perilaku “quasimitative” atau “preimitative” yaitu pengulangan terhadap gerakannya/reaksinya sendiri apabila reaksinya ditirukan orang lain sehingga muncul bermain samar-samar. Dalam hal pengamatan bayi sudah tahu bahwa suatu benda sama besarnya meskipun kelihatan kecil, karena letaknya jauh dan benda tersebut kelihatan besar karena letaknya dekat, kemampuan tersebut dinamakan “konstansi bentuk”
c) Stadium (4-5 bulan), ia mampu memberiakn reaksi terhadap yang berbebeda serta suara yang berbeda terhadap stimulasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
d) Sadium 6- 7 bulan, bayi mampu membedakan teman dan orang asing dengan tersenyum, mulai muncul rasa malu, dan permulaan munculnya keterikatan ( attachement), akan muncul sikap terikat pada orang yang memberikan stimulasi positif
e) Stadium 8-9 bulan, bayi mecoba meniru gerakan dari orang lain yang sifatnya sederhana
f) Satdium 12-24 bulan, mulai dapat bereaksi terhadap larangan, 16-18 bln muncul negativisme dalam bentuk keras kepala, tidak mau mengikuti perintah dengan cara menarik diri atau marah, 22-24 bl, dapat bekerja sama dalam kegiatan rumah, seperi berpakain, makan dan mandi, mampu melakukan imitsi tertunda, yaitu meniru secara tidak langsung pada waktu melihat obyek. Dalam permainan anak telah mampu melakukan symbolic play, yauti memperlakukan benda sesuai dengan fungsinya.
6) Pra operasional (2-7 tahun), taraf perkembanga ini ditandai dengan semakin kuatnya bahasa, permainan symbol serta imitasi oleh anak. Taraf ini digolongkan menjadi dua:
a) Sub taraf pra konseptual (2-4 tahun), perpindahan aksi dari simbolik, anak telah mampu menyatakan keadaan internnya (perasaan dan pikirannya), muncul egosentrisme, ia menganggap dirinya sebagai patokan penentu, ukuran setiap penilaian dan pertimbangan, belum dapat menempatkan diri dalam sudut pandangan orang orang lain, baik secara persepsual, emosional maupun motivational. Belum mampu memikirkan satu aspek dari sudut yang berbeda, ia hanya mampu memusatkan pada satu dimensi
b) Taraf intuitif (4-7 tahun), dapat mengumpulkan benda dalam katagori tunggal, mampu melihat hubungan yang sderhana, tapi belum mampu menguraikan hubungannya, cara berfikir masih terikat pada hubungan yang kongkrit yang dilihat secara inrawi, masih bersifat intuitif serta irreversible(tidak dapat dibalik), cara berfikir masih statis
7) Operasional kongkrit (7-11 tahun), ciri negatif berkembang menjadi lebih positif, cara berfikirnya sudah tidak lagi egosentris melainkan desentralisasi, anak mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi dan menghubungan antar dimensi satu sama lain, anak mampu mengadakan konservasi, kemampuan untuk mengetahi bahwa satu aspek dari susunan rangsang tidak berubah meskipun aspeknya dari ranhsang berubah, anak mampu berfikir dinamis dari perubahan situasi, ia telah mengerti opersional logis reversibilitas, kemampuan untuk meniadakan suatu tindakan dan kemudian melakukan tindakan lagi dalam arah yang sebaliknya, aktivitas logis yang dilakukan masih dalam taraf situasi yang kongkrit, klasifikasi masih membutuhkan kehadiran obyek yang kongkrit
8) Operasional formal (11-)---, taraf ini ditandai dengan dua cirri yaitu:
a) Sifat hipotetis diduktif, kemampuan untuk melihat segala kemungkinan dan membentuk sebuiah hipotesis, anal telah mampu berfikir yang proporsional
b) Sifat Kombinatoris, kemampuan untuk mengerjakan sesuatu secara kombinatoris, metodis dan sistimatis, perkembangan intelektual titik puncak, semua hal berikutnya hanyalah perluasan, penerapan dan penghalusan, pada taraf ini manusia mampu melepaskan diri secara maksimal dari realitas yang dapat diamati dan diraba secara langsung, masuk ake dalam dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal, yaitu idealitas yang paling tinggi. Semua tahapan perkembangan akan berjalan dengan baik tergantung dari motivasi, latihan, lingkungan serta kulture.
Penerapan dalam Pendidikan:
5. Dengan melihat perkembangan berfikir dan setiap anak tidak memiliki kesamaan maka sebagai orang dewasa harus melihat realitas, karena tingkat pendidikan juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan pikirnya.
6. Perkembangan berfikir akan lebih cepat dan mudah jika terjadi hubungan dengan obyeknya.
7. Faktor yang penting dalam proses belajar adalah factor interes
8. Kelas atau kelompok yang baik hendaknya memberikan kesempatan anak untu berkembang dalam pengalaman sosial, dengan cara berdebat, diskusi karena hal ini akan membantu dalam mengembangkan intelligensi serta latihan penyesuaian emosi, menyatakan pikiran melalui bahasa dengan cara yang runtut dan logis (Sutrisno, 1977)

Perkembangan Bahasa Pada Anak

Bahasa secara garis besar dibagi menjadi dua yakni bahasa ego centric, bahasa untuk dirinya sendiri dengan tidak mendengarkan ucapan dari orang lain, sedang yang kedua adalah bahasa socialized, yakni bahasa untuk berkomunikasi denga orang lain. Egocentric speech menurut J Piaget ada tiga tingkatan repetition (echolalia) monologue (berbicara sendiri dengan keras, tidak ditujukan pada siapa-siapa, berbicara dengan dirinya sendiri) dan Dual atau collective monologue (jika ada di kelompok permainannya seolah bicara dengan temannya, tetapi sesungguhnya ia bicara dengan dirinya sendiri) dan bahasa yang ketiga adalah komunikasi untuk melarang, menyuruh, memberi atau perlakuan pada orang lain atau bahasa untuk berinteraksi.
Bahasa yang keluar pertama dari mulut, secara instingtif bayi mengerti bahwa tangis yang keluar membuat senang dan menarik perhatian. Perkembangan tangis selanjutnya menjadi alat komunikasi dengan orang lain, dengan menangis orang lain akan datang dan mendapat sambutan yang lembut dari orang dewasa. Dalam keadaan sehat bayi usia 3 bl mulai mengeluarkan huruf hidup kemudian huruf mati, tingkat ini dalam perkembangn bahasa dinamakan gurgling, setelah itu baru terbentuk suku kata ulang atau babbling, yang mengalami puncak pada usia 8-10 bl. Pada usia 10-12 bulan mampu membuat ucapan dengan kata baru yang jelas tetapi tidak dimengerti maksud atau maknanya, hal ini dinamakan expressive jargon, tapi karena ucapannya disertai gerakan tubuhnya maka orang lain akan mengerti apa yang dimaksud. Tahapan perkembangan bahasa atau bicara dengan kalimat satu suku kata dinamakan holophrase. Tahapan berikutnya pada usia 18-24 anak menggunakan kalimat dengan dua atau tiga suku kata, memekai kata depan, kata hubung dan kata ganti miliknya, tingkatan ini dinamakan telegraphic speech, seperti pembicaraan orang dewasa dalam telegram. Pada usia 24 bulan anak mulai berbicara secara sempurna, Subyek peridikat dan anak kalimat, meskipun kadang belum benar dalam memilih kata yang tepat. Jumlah perbendaharaan kata 50-150 buah. Perkembangan kemampuan motorik bayi berumur 1 bulan sudah mampu mengangkat kepala jika ditengkurapkan, usia 2 bl bias mengangkat dada, 3 bulan mampu memegang dan menangkap benda yang diletakkan di depannya, umur 4 bulan mampu duduk bila dibantu 5 bulan bias duduk dipangkuan sambil memegang benda 6 bulan duduk di kursi, 7 bulan mampu duduk sendiri, 8 bl mampu berdiri dengan bantuan orang lain, 9 bl merangkak, 10 bl berjalan dengan dibantu, 12 bl bias berdiri dengan penuh pegangan meja, 13 dapat naik tangga, 14 berdiri sendiri, 15 bulan mampu berjalan sendiri dan telah mengenal 20 kata. Pada usia 6 tahun sudah mengeri 5000 kata dan secara aktif telah menggunakan 2500 kata sedang pada usia 20 tahun sudah mengerti 50.000 kata secara pasif dan secara aktif menggunakan 10.000 kata.
Kemampuan Bahasa dan Otak
Kemampuan bahasa anak 99 % terletak pada belahan otak kiri dan 93 % orang akan bekerja dengan tangan kanan dan orang kidal di dapatkan 7 % dan 40 % dari mereka kemampuan bicaranya dikendalikan oleh otak kanan. Pierre Paul Broca menemukan bahwa pasien yang lekukan selaput otak bagian depannya yang ketiga rusak, maka akn kehilangan kemampuan berbicara tetapi masih mengerti bahasa atau ucapan dari orang lain. Carl Wernicke menemukan tentang ketidakmampuan berbahasa, dapat berbicara dengan baik tetapi yang bersangkutan tidak dapat mengerti arti sesuatu yang di dengar maupun yang ditulis, ketidakmampuan ini disebabkan karena rusaknya daerah sekitar primary auditory cortex yang kemudian disebut Wernickes area. Kemampuan berbahasa diawali dari kebiasaan mendengarkan dan menirukan apa yang diucapkan orang lain. Menurut Aliran Behavioristik anak belajar bahasa melalui prinsip operant conditioning, disini diperlukan reinforcement. Manusia sejak lahir telah dibekali suatu alat yang dipergunakan untuk mengembangkan dan mendapatkan kemampuan berabahasa. Alat tersubut dinamakan Language Acquisition Devide (LAD), dengan alat ini manusia mampu mengembangkan kemampuan bahasa baik dengan belajar pada orang lain atau belajar sendiri
Anak Gagap (Stuttering)
Di As gagap kira-kira terjadi sebanyak 2 % dari seluruh populasi, biasanya muncul mulai usia 2-4 tahun, bukan merupakan ganguan kepribadian spesifik, melainkan kebanyakan dari anak yang pemalu, takut, tidur yang terganggu memiliki kecenderungan menjadi gagap. Penyebab gagap menurut Cobb dan Cole ada tiga hal:
1. Kerusakan pada saraf pusat
2. Karena kelainan kerpibadian
3. Kerusakan seluruh fungsi bicara
Cara mengatasinya:
1. Latihan
2. Mengurangi hal-hal yang menjadi penyebab jika bukan organis
3. Menerima anak dengan penuh atas kekurangannya
4. Jangan membandingkan dengan anak lain
5. Membimbing agar perkembangan emosi menjadi baik, sehingga akan berkembang secara normal.
Tugas yang terkait dengan perkembangan bicara pada masa bayi:
1. Pengucapan kata-kata melalui mencoba-coba ( meniru )
2. Kalimat utama muncul antara usia 12 dan 18bulan
Perkembangan Emosi
Bentuk pembicaraan yang paling efektif adalah ungkapan emosi yang disampaikan melalui ekspresi wajah, ungkapan emosi merupakan bentuk pembicaraan yang bermanfaat, hal ini memiliki alasan:
a. Bayi belum mempelajari pengendalian emosi, sehingga mudah bagi kita untuk mengenali emosi bayi
b. Bayi akan lebih mudah mengenali emosi orang lain melalui ungkapan wajah.
Ada dua ciri khusus dari emosi masa bayi
a. Emosi bayi disertai dengan reaksi perilaku yang hebat dari rangsang yang menimbulkannya, terutama emosi takut dan sering hanya bersifat sementara
b. Bayi lebih mudah dilatih emosinya,hal ini dikarenakan kemampuan intelektual yang masih minim
Perbedaan emosi bayi lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental bayi, pada saat munculnya rangsangan dan berhasil tidaknya reaksi yang pernah diberikan sebelumnya, misalnya jika bayi pernah dihukum karena kenakalan tangannya, maka ia akan mengembangkan rasa ingin tahunya dengan cara melihat tanpa menyentuhnya. Bayi yang sering mengalami emosi menyenangkan dan dirangsang dengan lingkungan yang menyenangkan akan berpengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosialnya. Rumah merupakan peletak dasar terhadap perkembangan emosi bayi dalam berhubungan dengan lingkungan sekitarnya
Pola emosional yang lazim muncul pada masa bayi
1. Kemarahan
2. Ketakutan
3. Rasa ingin tahu
4. Kegembiraan
5. Afeksi
Reaksi sosial kepada orang dewasa
1. 2-3 bulan dapat membedakan manusia dengan benda mati, tahu bahwa manusia yang dapat memenuhi kebutuhannya
2. 4-5 bl, bayi ingin digendong oleh siapa saja yang memberikan reaksi positif dan dapat membedakan suara ramaha dan marah
3. 6- 7 bl bayi dapat membedakan teman dan orang asing
4. 8-9 bl, meniru kata-kata , isyarat dan gerakan sederhana dari orang lain
5. 12 bl, bayi telah bereaksi terhadap larangan
6. 16-18 bl, keras kepala, menarik diri dan ledakan marah
7. 24 bl, dapat bekerjasama dalam kegiatan rutin, makan, mandi dsb
Bahaya umum dalam membentu kebiasaan fisiologis
1. Kebiasaan makan
2. Kebiasaan tidur
3. Kebiasaan pembuangan
Bahaya emosi
1. Kurang kasih sayang
2. Tekanan
3. Terlampau banyak kasih sayang
4. Emosi yang kuat
Bahaya yang terkait dengan hubungan keluarga
1. Perpisahan denga ibu
2. Gagal mengembangkan perilaku akrab
3. Merosotnya hubungan keluarga
4. Latihan yang tidak konsiten
5. Penganiayaan anak
Periode kanak-kanak
Tugas Belajar bicara

1. Pengungkapan huruf z, w, d, s, g dan kombinasi st, str, dr dan ft
2. Menambah kosa kata
3. Membentuk kalimat , sesudah usia 3 th akan membentu kalimat dngan 6 – 8 kata
Faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara

1. Intelligensi
2. Jeis disiplin
3. Posisi urutan
4. Besarnya keluarga
5. Status sosek
6. Status Ras
7. Berbahasa dua
8. Peran sex
Perkembangan Moral. Teori perkembangan moral Kohlberg
1. Pra konvensional
2. Konvensional
3. Pasca Konvensional
Perkembangan Psikososial (Eric H. Erikson ( 190 )
1. Basic Trust vs basic mistrust (0-1 tahun)
2. Autonomi vs Shame and Doubt (2-3 tahun)
3. Initiatif vs Guilt (3-6 tahun)
4. Industri vs Inferiority (6- 11 tahun)
5. Identity vs Role Confusion (12 tahu )
6. Intimacyvs Isolation
7. Genaritivity vs Self Absorbtion
8. Ego Integrity vs Despair

Bahaya Akhir MasaKanak-kanak
Bahaya Fisik
1. Penyakit
2. Kegemukan
3. Bentuk tubuh yang tidak sesuai
4. Kecelakaan
5. Ketidakmampuan fisik
6. Kecanggungan
Bahaya Psikologis
1. Bahaya dalam berbicara
2. Bahaya emosi
3. Bahaya sosial
4. Bahaya bermain
5. Bahaya dalam konsep diri
6. Bahaya moral
7. Bahaya dalam hubungannya dengan keluarga
8. Bahaya dalam perkembangan keepribadian
9. Bahaya yang terkait dengan sexual
Akibat bahaya psikologis:
1. Tidak puas pada diri sendiri dan sering muncul iri hati pada orang lain
2. Menyalahkan diri sendiri atau orang lain
3. Mudah menjadi depresi
4. Suka menggunakan Mekanisme pertahanan ego (Ego defence) yang menghindar
8. Periode kanak-kanak akhir (Late Chlidhood)
Periode ini merupakan periode akhir kanank-kanak, dimana secara fisik telah siap mencapai kematangan yang kemudian akan muncul pada masa pubertas. Pada usia ini telah terjadi perubahan yang menghantarkan pada masuknya masa pubertas. Baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis.
9. Periode Pubertas atau Periode Remaja (Adeloscence)
Periode Pubertas
1) Anak perempuan 12- 13 thn
2) Anak laki-laki 14 – 15 thn.
3) Periode a sexual--- periode sexual
4) Daya tark hetero sexual menjadi lebih kuat
5) Overlapping periode
6) Muncul negativisme, sering meyendiri, bertengkar, lekas bosan, tidak rapi, antagonis
Kondisi yang menyebabkan Perubahan masa Puber
1) Peran kelenjar pituitary
2) Peran kelenjar Gonad
3) Interaksi 1 dan 2
Perubahan Tubuh pada masa Puber
1) Perubahan ukuran
2) Perubahan proporsi tubuh
3) Ciri sex primer
4) Ciri sex sekunder
Akibat Perubahan Masa Puber terhadp sikap dan perilaku
1) Ingin menyendiri
2) Bosan
3) Inkoordinasi
4) Antagonisme
5) Emosi yang meninggi
6) Hilangnya kepercayaan diri
Perubahan yang bersifat universal adalah:
1) Meningginya emosi
2) Perubahan tubuh, minat dan peran
3) Perubahan nilai
4) Adanya ambivalensi
Perubahan Tubuh Selama masa remaja
1) Perubahan eksternal
2) Perubahan Internal
3) Perubahan Sosial
4) Perubahan minat religius
Sebab pertentangan keluarga selama masa remaja
1) Standart perilaku
2) Metode disiplin
3) Hubungan dengan saudara kandung
4) Sikap kritis
5) Perilaku yang kurang matang
Kondisi yang mempengaruhi Konsep diri remaja
1) Usia kematangan
2) Penampilan diri
3) Nama dan julukan
4) Hubungan teman sebaya
5) Kreativitas dan cita-cita
Periode remaja (adolescence, 13/15-17/18 thn)
Periode transisi dari masa kanak-kanak ke periode dewasa,
1) Pola pribadinya lebih mantap
2) Pola perilaku sosial, teman sebaya mempunyai arti penting
3) Idialisme, memandang dunia seperti yang ia inginkan, cepat tersinggung, mulai memperhatikan prestasi.
4) Pemantapan identitas diri (Ego identity), pengertian siapa aku sangat dipengaruhi oleh orang di sekitarnya, pengalaman pribadinya akan menentukan perilakunya.
5) Masa storm and stress
Menurut Hurloch “ puberty is the period in the developmental span when the child change from an asexual to a sexual being “
Perkembangan Konsep Diri, Perkembangan Kognisi, emosi, moral dan perkembangan sosial
Konsep diri adalah penilaian terhadap diri, potret diri mental ini mempunyai tiga dimensi: pengetahuan diri, pengharapan diri dan penilaian diri. Pengetahuan diri adalah julukan yang menggambarkan diri, baik dari segi usia, jenis kelamin, suku, kebangsaan, yang akan menempatkan kita pada klas serta kelompok sosial, disini muncul sikap pembandingan diri dengan kelompok sosial lain. Pengharapan diri, merupakan pengharapan diri serta lingkungan dimana kita berada, harapan diri akan mendorong motivasi ke masa depan yang akan memandu kegiatan dalam perjalanan hidup. Penilaian diri, Jika terjadi konflik antara pengharapan dan penilaian diri maka akan muncul konflik sehingga muncul harha diri rendah dan tinggi. Konsep diri negatif (tidak teratur dan teratur/kaku), konsep diri positif, orang dapat menerima dirinya serta mengenal dirinya secara positif (sbg kotak kepribadian), dapat memehami dan menerima sejumlah fakta yang bermacam-macam tentang dirinya. Mereka dapat tampil ke depan secara bebas, karena hidup adalah penemuan. Konsep diri merupakan hasil dari belajar yang merupakan perubahan psikologis yang relatif permanent sebagai akaibat dari pengalaman. Umpan balik merupakan factor penting dalam pertumbuhan konsep diri
Perkembangan Emosi. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh factor kemasakan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari sejauh mana individu dapat mengerti rangsang yang diterimanya. Otak yang lebih masak akan merangsang perkembangan emosi yang lebih kaya. Harapan orang tua dan masyarakat juga mempengaruhi perkembangan emosi anak, perbedaan emosi pria dan wanita karena perbedaan harapan tersebut.
Perkembangan Kognisi
Jean Piaget (1896-1980) perkembangan kognitif terbagi menjadi empat periode :
1. Tahap sensoris motoris (0-2 thn)
2. Tahap pra operasional (2- 7 thn). Masa pra konsepsual (2-4 th) terbagi menjadi dua penalaran transduktif dan sinkretik, transduktif adalah penalaran yang terjadi berdasarkan penyimpulan pada suatu peristiwa. sinkretik, adalah mulai berubahnya ceriteria dan klasifikasi, pengelompakan berdasarkan warna maupun jenisnya. Pola pikir ego sentris dan intuitif (4-7 th), pola pikir masih di dasarkan pada intuisi, masih kaku, terpusat ada bagian tertentu, penampakan obyek
3. Tahap operasional kongkrit (7- 12 thn). Dalam tahap ini ada konservasi seriasi. Konservasi anak mampu menalar bahwa jika obyek diubah bagaimana bentuknya bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya tetap sedang seriasi adalah kemampuan anak untuk mengklasifikasikan obyek menurut macam dan sirinya, meskipun masih terpancang pada obyek kongkrit yang disajikan.
4. Tahap operasional formal (12 ke atas), anak dapat berfikir simbolik tanpa menghadapi obyek, pola piker fleksibel dan mampu melihat persoalan dari sudut yang berbeda

Perkembangan Sosial
Perubahan mendasar ke tiga yang terjadi pada masa remaja adalah perubahan sosial. Remaja merupakan masa transisi secara sosial, dipandang bukan anak-anak, dituntut untuk memainkan peran sosial seperti yang dilakukan orang dewasa (Steinberg, 1993).
System sosial pada remaja (Yuri Bronfenbrenner, 1977)
1. Hubungan dengan orang lain, sosialisasi remaja tidak akan berkembang dalam situasi terisolasi, ia akan mampu menempatkan diri dengan dipengaruhi oleh cara dan factor sosialisasi.
2. Setting lingkungan fisik, ia akan belajar menentukan sikap sesuai dengan lingkungan fisik dimana ia berada,misal tingkat kepadatan akan mempengaruhi remaja dalam memahami orang lain.
3. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan, misalnya perpindahan tempat, sakit, suasana lingkungan keluarga: perceraian, konflik.
4. Faktor kultur, jenis pekerjaan orang tua, kurikulum, hukum, politik
5. Faktor sosek.
Proses reredifinisi sosial remaja (Laurence Steinberg)
1. Hubungan status antar pribadi
2. Perubahan status secara politis
3. Perubahan status sosial
4. Perubahan status legalistic
Tugas-tugas sosialisasi remaja (Jerome B. Dusek, 1977)
1. Memperluas jangkauan kontak sosial
2. Menjawab pertanyaan tentang siapa saya
3. Belajar menjadi dewasa secara sosial
Faktor utama yang mempengaruhi sosialisasi remaja:
1. Orang tua
2. Peer Group
3. Sekolah
Perkembangan Identitas diri remaja
Identitas diri mengalami perkembangan dan perubahan sepanjang siklus hidup manusia. Pada masa remaja mengalami reformulasi identitas diri, karena ia akan meninggalkan identitas diri masa kanak-kanak, menjadi individu baru-- Krisis identitas, Kriteria identitas diri remaja:
1. Eksploration, mencari dan menemukan berbagai informasi yang berguna dalam bagi hidupnya:
a. Knowledgeability (penguasaan pengetahuan), seberapa banyak individu menguasai informasi penting secara benar dan benar yang berguna bagi kehidupan
b. Activity Directed Toward the Gathering information (mendapatkan informasi)
c. Evidence of Considering Potential Identity Element (kemampuan dalam mempertimbangkan)
d. Emotional Tone (suasana emosi)
e. A Desire to make an Early Decision (keinginan membuat keputusan)
2. Commitment, yaitu pembuatan pilihan, berdasarkan pada
a. Knowledgeability (penguasaan pengetahuan)
b. Activity Directed Toward Implementing the Chosen Identity Element, mengarahkan arah pilih sesuai dengan identitas dirinya
c. Emotional Tone (Suasana emosi) apakah menunjukkan keyakinan, kepuasan, optimisme yang terkait dengan arah pilihannya untuk maju kearah masa depan
d. Identification
e. Projection of one’s Personal future memproyeksikan dirinya ke masa depan)
f. Resistance to Being Swayed (memiliki daya tahan terhadap goncangan)
Beberapa factor utama yang dapat mempengaruhi Sosialisasi remaja:
a. Orang tua
b. Peer Group
c. Sekolah
d. Masyarakat
Dengan menggunakan criteria tsb, identitas diri remaja dapat dilihat.
J.E. Marcia memberikan gambaran status identitas seseorang sbb:
Commitment
Present Absent
Exploration Present Identity Achievement Identity Moratorium
Absent Identity Foreclosure Identity Diffusion

Domain adalah suatu bidang kehidupan tertentu, sehingga identitas yang dicapai akan berbeda, J. E Marcia membagi domain sbb:
1. Domain pilihan pekerjaan
2. Domain Keyakinan agama
3. Domain Pandangan politik
4. DomainSikap dan peran gender
5. Domain Perasaan tentang ekspresi seksual
Ada Domain pelengkap lain yang meliputi:
1. Domain Perhatian dan kegemaran
2. Domain Hubuingan dengan teman
3. Domain Hubungan demgan pacar
4. Domain Peran sebagai suami/istri
5. Domain Peran sebagai orang tua
6. Domain Tugas yang diutamakan bagi keluarga dan tujuan akhir.
Perkembangan Moral
Adalah standard mengenai benar atau salah menurut tata cara, kebiasaan, adat yang berlaku pada suatu kelompok sosial. Perkembangan moralitas sangat tergantung lingkungan sosial. Kohlberg, lebih mendasarkan pada alas an yang mendasari suatu tindakan, alasan merupakan suatu refleksi struktur moral. Penalaran moral berkembang sebagai hsil interaksi antara struktur yang ada pada individu dengan lingkungan, sehingga untuk mencapai tahap penalaran moral yang lebih tinggi diperlukan kemampuan berfikir serta penyesuaian diri, karena merupakan komponen dari inteligensi. Komponen budaya memegang peran yang amat penting karena bisa mempengaruhi tempo perkembangan serta tingkat penalaran moral yang dicapai.
Perkembangan moral melibatkan tiga komponen dasar:
4. Moral Behavior, bagaimana seseorang bertingkah laku
5. Moral Emotion, bagaimana seseorang merasakan sesuatu setelah melakukan perbuatan
6. Moral Judgment, bagaimana seseorang memberikan suatu alasan ketika mengambil keputusan
Piaget dan Kohlberg mengatakan bahwa pemikiran moral ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitif, lingkungan sosial merupakan pemasuk materi mentah yang akan diolah pada ranah kognitif anak secara aktif
Pada remaja perkembangan moral mengalami peralihan dari kekuatan eksternal menjadi kekuatan internal yang mencakup pertimbangan primer untuk kesejahteraan kelompok dan menempatkan keuntungan pribadi menjadi urutan kedua. Reasoning yang muncul sebelum keputusan moral dilakukan, perlu dipelajari sejak masa kanak-kanak ketika belajar masalah yang benar dan yang salah.
Empat pokok dalam mempelajari sikap moral:
5. Mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari anggotanya
6. Mengembangkan hati nurani
7. Belajar mengalami perasan bersalah dan rasa malu jika melakukan kesalahan
8. Berkesempatan melakaukan interaksi sosial
Menurut Piaget, perkembangan moral, ada 2 tahap:
1. Tahap realisme moral atau moral terbatas, perilaku moral anak ditentukanoleh ketaatn otomatis tanpa penalaran atau penilaian, benar salah didasarkan pada konsekuensi yang timbul dan tidak pada motivasinya.
2. Tahap moralitas otonomi, penilaian suatu tindakan didasarkan pada alas an atau suatu tujuan tindakan yang dilakukan, hal ini sejalan dengan kemampuan operasional formal kognisinya.

Usia Tahap Cirikhas
4-7 th Realisme Moral 4. Memusatkan akibat perbuatan
5. Aturan tak berubah
6. Hukum otomatis atas perbuatan
7-10 th Masa transisi Perubahan secara bertahap ke pemikiran moral tahap ke dua
11 th--- Otonomi moral, realisme dan ressiprositas 1. Mempertimbangkan tujuan
2. Menyadari, aturan moral kesepakatan tradisi yang dpt berubah

Pada tahap kedua perkembangan moral sejalan dengan perkembangan kognitif formal opersional, moral merupakan suatu perpaduan atas otonomi moral (hak pribadi) dan realisme moral (kesepakatan sosial) dan resiprositas (aturan timbal balik)
Sedangkan menurut Kohlberg, perkembangan moral dibedakan menjadi tiga tingkatan:
10. Preconvensional Moral Reasoning (4-10 th), dalam tahap ini memiliki dua tingkatan:
a. Obiedience and punishment orientation, memperhatikan ketaatan dan hukuman, perilaku baik dihubungkan dengan penghindaran dari hukuman
b. Naively egoistic orientation, memperhatikan pemusatan kebutuhan, perilaku baik dihubungkan dengan pemusatan keinginan dan kebuituhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
11. Convensional Moral Reasoning (10-13 th), Memiliki dua tahap
a. Good boy Orientation, berlaku seperti patokan moral, agar memperoleh persetujuan, perilaku baik berdasarkan atas tujuannya.
b. Authority, social order maintenance orientation, memiliki sikap pasti terhadap kewenangan dan hukum.
12. Postconvensional Moral Reasoning (13 th keatas), ada dua tahap:
a. Constructural Legalistic Orientation, perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturn dan patokan sosial, perubahan hokum dan aturan dapat diterima asal sesuai dengan patokan sosial, pelanggaran hokum dan aturan dapat terjadi karena lasan tertentu.
b. Conscience or principle Orientation, keputusan tentang perilaku sosial didasarkan atas prinsip moral, pribadi yang bersumber dari hukum universal yang selaras dengan kebaikan umum dan kepentingan orang lain, keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai telah melekat, meskipun bisa berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk mengekalkan aturan.
Tugas Perkembangan Remaja
Menurut William Kay:
• Menerima fisik dengan keragama kualitasnya
• Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figure yang memliki otoritas
• Mengembangkan komunikasi interpersonal
• Menemukan manusia model yang dijadikan identitas dirinya
• Menerima dan memiliki kepercayaan diri
• Memperkuat self control
• Mampu meningalkan sikap kekanak-kanakan

Tujuan Perkembangan Remaja


DARI ARAH KE ARAH
Kematangan Emosional dan Sosial
Tidak toleran dan bersikap superior Bersikap toleran dan merasa nyaman
Kaku dalam bergaul Luwes dalam bergaul
Peniruan buta terhadap teman Interdependency dan memiliki self esteem
Perasaan tidak jelas tentang orang lain Mau menerima dirinya dan orang lain
Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap bermusuhan Kontrol diri, mau menerima dirinya dan orang lain, dapat menyatakan emosinya secara konstruktif
Perkembangan Heteroseksual
Belum memiliki kesadaran tentang perubahan seks Menerima identitas seksualnya
Mengidentifikasi orang lain yang sama jenisnya Perhatian kepada lawan jenis
Bergaul dengan banyak teman Memilih teman tertentu
Kematangan Kognitif
Menyenangi prinsip umum dan jawaban yang final Membutuhkan kejelasan tentang fakta dan teori
Menerima kebenaran dari sumber otoritas Memerlukan bukti sebelummenerima
Memiliki banyak minat atau perhatian Mengarahkan minat ke arah yang utama
Bersikap subyektif dalam menafsirkan sesuatu Bersikap obyektif dalam menafsirkan sesuatu
Falsafah Hidup
Tingkahlakunya dimotivasi oleh kesenangan belaka Tingkahlakunya dimotivasi oleh aspirasi
Acuh tak acuh terhadap idiologi dan etika Melibatkan diri dan memiliki perhatian terhadap idiologi dan etika
Tingkahlakunya tergantung reinforcement dari luar Tingkahlakunya dibimbing oleh tanggungjawab moral

Menurut Havighurs:
• Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya:
1. Hakekat tugas: Belajar melihat kenyataan, berkembang menjadi orang dewasa, belajar bekerjasama dengan lain, belajar memimpin orang lain tanpa mendominasi
2. Dasar biologis: Daya tarik sexual menjadi kekuatan yang paling dominan, hubungan social dipengaruhi oleh kematangan fisik
3. Dasar Psikologis: Perhatian terhadap kelompok dominasinya tinggi, menciptakan peraturan dalam kelompoknya, belajar ketrampilan seperti orang dewasa
4. Dasar kebudayaan: kebudayaan dapat menentukan pola hubungan social.
5. Tingkat pencapaian tugas perkembangan: (tinggi) memiliki sahabat dekan, dipercaya oleh kelompok, penyesuaian social baik, banyak peluang untuk berinteraksi, berpartisispasi dalam acara kelompok, mampu bekerjasama dengan teman sebaya, (sedang): kurang mendapat perhatian, kemampuan social yang sedang, kurang PD, netral dalam kelompok atau sering menjadi pengikut atau follower atau pendukung atau supporter, (rendah) cirinya: tidak memiliki teman akrab, interaksi dengan teman rendah, sering dikambinghitamkan, sering balas dendam, pemalu denga lawan jenis.
• Mencapai peran social sebagai pria atau wanita
1. Hakekat tugas: dapat menerima dan belajar peran social dalam masyarakat
2. Dasar biologis: Pertumbuhan fisik yang berbeda diantara dua jenis menimbulkan daya tarik
3. Dasar psikologis: Penerimaan peran ide yang berbeda antara pria dan wanita
4. Dasar budaya: peran seks yang dipengaruhi oleh kultur, yakni peran gender
5. Tingkat pencapaian tugas: (tinggi) ciri: memiliki kematangan dalam berinteraksi, (sedang) ciri: matang sexual melainkan tidak memiliki rasa ketertarikan dengan lawan jenis, sering mengalami keraguan terhadap peran seksnya, senang dengan olah raga yang ringan dan kurang memilihara diri. (rendah) ciri: secara fisisk tidak matang dan tidak interes terhadap lawan jenis
• Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif
1. Hakekat tugas: bertujuan agar remaja merasa bangga dan toleran terhadap fisiknya, memeilihara fisik dengan baik serta mencapai tingkat perkembangan optimal
2. Dasar biologis: mencapai pemahaman fisik dengan adanya perubahan hormonal secara baik (testosteron, estrogen dan progresteron)
3. Dasar psikologis: terjadinya perubahan minat dan perhatiannya
4. Dasar budaya: sangat memperhatikan penampilan fisik dan pemeliharaannya
5. Tingkat pencapaian: (tinggi) ciri: mampu mengarahkan diri dan mampu memelihara kesehatan, (sedang), ciri:mampu mengarahkan diri namun tidak mampu memelihara kesehatan, harus ada pengawasan dari orang dewasa. (rendah) ciri: tidak memiliki keduanya.
• Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
1. Hakekat tugas: membebaskan diri dari sikap kekanak-kanakan, mengembangkan cinta kasih kepada orangtua, respek terhadap orang dewasa
2. Dasar psikologis: mengalami ambivalensi atau kebingungan peran, anatara dirinya yang ingin menjadi dewasa dengan perlindungan yang masih dibutuhkan
3. Dasar budaya: sering muncul konflik karena adanya perubahan social yang begitu cepat
4. Tingkat pencapaian tugas: (tinggi) ciri: memiliki tujuan hidup yang realistic, mampu mengembangkan persepsi yang positif terhadap orang lain, mempu mengemukanan dan mengembangkan pendapat, memiliki rasa percaya diri, (sedang) ciri: tidak stabil, kekanak-kanakan, (rendah) ciri: ego idealnya dipengaruhi oleh orang tua, memperbanyak waktu senggang dengan orang tua, selalu meminta pengarahan , tidak mandiri
• Mencapai jaminan kemandirian ekonomi
1. Hakekat tugas: mencapai tugas daam menciptakan suatu kehidupan yang terkait dengan ekonomi
2. Dasar biologis: mencapai kekuatan dan kematangan fisik
3. Dasar psikologis: memiliki ketrampilan yang terkait dengan nilai ekonomi
4. Dasar budaya: munculnya dewasa yang dipercepat dan diperlambat secara ekonomi
• Memilih dan mepersiapkan karir (pekerjaan)
1. Hakekat tugas: memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, mempersiapkan diri mengembangkan ketrampilan yang terkait dengan dunia kerja
2. Dasar biologis: Mencapai kematangan fisik sebagai arahan dalam kemandirian terkait dengan kemampuan dalam memasuki dunia kerja
3. Dasar psikologis: perencanaan terhadap dunia kerja merupakan sesuatu yang amat menarik dan menimbulkan semangat bagi remaja
4. Dasar budaya: buadaya mempnegaruhi dalam persiapan daam dunia kerja
• Memersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga
1. Hakekat Tugas:
2. Dasar biologis
3. Dasar psikologis
4. Dasar budaya
• Mengembangkan ketrampilan intelektual
1. Hakekat Tugas:
2. Dasar biologis
3. Dasar psikologis
4. Dasar budaya
• Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social
1. Hakekat Tugas:
2. Dasar biologis
3. Dasar psikologis
4. Dasar budaya
• Memperoleh kesepakan nilai dan sistim etika (Yusuf, 2002, 74)
1. Hakekat Tugas:
2. Dasar biologis
3. Dasar psikologis
4. Dasar budaya
Perbedaan Antar Remaja
1. Perbedaan Kognitif
2. Perbedaan afektif, terkait dengan perkembangan emosi
3. Perbedaan Psikomotoris
4. Perbedaan bahasa, sebagai alat untuk menyampaikan fikiran dan perasaan, baik verbal maupun non verbal
5. Perbedaan Kultur
6. Perbedaan Bakat (perceptual/pengindraan, psikomotor/ kecepatan bertindak, kemampuan berfikir)
7. Perbedaan Kesiapan Dalam Belajar
Kebutuhan Remaja, masalah dan Konsekuensinya
1. Kebutuhan organik
2. Psikologis emosional
3. Kebutuhan berprestasi atau need of achievement
4. Kebutuhan untuk mempertahankan diri (Sunarto, 70)
Masalah dan Konsekuensinya
1. Peran Keluarga dan fungsinya
2. Perlakuan orang tua terhadap remaja
3. Pola asuh orang tua dan remaja
4. Lingkungan sekolah (sekolah yang sehat memiliki tiga bagian, Yusuf, 2002, 55)
5. Kelompok teman sebaya
Permasalahan yang terkait dengan Remaja Perempuan
1. Masalah menstruasi
2. Masalah bau badan
Menstruasi bagi perempuan adalah peristiwa penting dalam masa pubertas karena tanda terjadinya kematangan biologis dan sexual, sehingga terjadi reaksi hormon, biologis dan psikhis yang terjadi secara periodic, dimana sering menibulkan gejala somatisasi. Menstruasi merupakan pengalaman psikhis dimana secara biologis terjadi kesiapan menjalani fungsi kewanitaannya, sehingga sering berpengaruh terhadap reaksinya gadis terhadap realitas hidup. Informasi yang salah bisa berkembang menjadi reaksi fantasi yang tidak riil. Gejala yang sering muncul adalah adanya kecemasan, ketakutan serta penolakan dan terjadi mekhanisme penghindaran (agar dibebaskan dari tugas), phobia, hypocondriasis (hatinya sangat tertekan), reyensi pada menstruasi (keberhentian mens)-psikhogene amenorrhoe, komplikasi lain adalah munculnya kesakitan yang berlebihan (dysmenorrhoe), mens yang terus menerus, sehingga kesulitan emosional pada perempuanakan berhubungan dengan organ reproduksi dan masalah haid.
13. Periode dewasa awal (Early Adulthood)
Perkembangan Psikologis Pada Usia Dewasa Periodisasi Masa Dewasa
1. Dewasa Dini (18-40 tahun)
2. Dewasa Madya (40-60 tahun)
3. Dewasa Lanjut (60----)
Ciri masa Dewasa Dini (periode penyesuaian)
Masa dewasa Dini (Masa Pengaturan)---- 18 – 40 tahun--- usia reproduktif Penyesuaian dengan fihak keluarga (sterotipe, keinginan mandiri, keluargaisme, mobilitas sosial, anggota keluarga berisa lanjut)
1. Masa reproduktif
2. Masa bermasalah
3. Masa ketegangan emosional
4. Masa keterasingan sosial
5. Masa komitmen
6. Masa ketergantungan
7. Masa Perubahan nilai
8. Masa Penyesuaian diri dengan cara hidup baru
9. Masa kreatif
Tugas pada masa dewasa dini
1. Efisiensi fisik
2. Kemampuan motorik
3. Kemampuan mental
4. Motivasi
5. Model peran
Kondisi yang mempengaruhi perubahan minat pada masa dewasa dini
1. Perubahan dalam kondisi kesehatan
2. Perubahan dalam status ekonomi
3. Perubahan dalam pola kehidupan
4. Perubahan nilai dan peran sex
5. Perubahan status
6. Perubahan dan tekanan budaya dan lingkungan
Problem yang sering muncul
1. Penyesuain terhadap pasangan (konsep pasangan, pemenuhan kebutuhan, Lb, Nilai, Konsep peran, Perubahan pola hisu)
2. Penyesuain sexual (perilaku sex, pengalaman sex masa lalu, dorongan seksual)
Tugas Pekembangan pada masa usia dini:
1. Efisiensi fisik
2. Kemampuan motorik
3. Kemampuan mental
4. Motivasi
5. Model peran
Kondisi yang mempengaruhi perubahan minat
1. Kondisi Kesehatan
2. Perubahan status sosek
3. Perubahan pola kehidupan
4. Perubahan nilai
5. Perubahan peran sex (Konsep tradisonal dan egalitarian)
Rintangan yang menghambat Perkembangan:
1. Dasar yang kurang kuat
2. hambatan fisik
3. Latihan yang tidak runtut
4. Perlindungan yang berlebihan
5. Pengaruh teman yang berkepanjangan
6. Aspirasi yang tidak realistic
7. Model Peran

Kondisi yang mempengaruhi Perubahan Minat Pada Dewasa Dini
1. Perubahan Kesehatan
2. Status sosek
3. Pola Kehidupan
4. Nilai
5. Perubahan Kesenangan
6. Perubahan tekanan budaya dan lingkungan
Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Sosial:
1. Mobilitas sosial
2. Status sosek
3. Kelas sosial
4. Lingkungan
5. Jenis kelamin
6. Usia kematangan sexual
7. Urutan kelahiran
Hambatan yang sering muncil pada Dewasa Dini:
1. Dasar yang kuarng kuat
2. Hambatan fisik
3. Perlindungan yang berlebihan
4. Pengaruh kelompok
5. Aspirasi yang tidak realis
Kondisi yang mempengaruhi Kepuasan Kerja
1. Kemampuan
2. Kesesuaian dan harapan
3. Keamanan Pekerjaan
4. Tingkat Pendidikan
5. Sterotipe
6. Stres kerja
Kesulitan Dalam Penyesuaian Perkawinan
1. Persiapan yang terbatas
2. Peran dalam perkawinan
3. Kawin Muda
4. Konsep yang tidak realis dalam perkawinan
5. Perkawinan campur
6. Kurangnya peran identitas
Faktor yang penting dalam Penyesuaian Sexual:
1. Perilaku sex
2. Pengalaman sex pada masa lalu
3. Dorongan sex
4. Pengalaman sex marital awal
5. Sikap dalam penggunaan alat kontrasepsi

Usia Dewasa Pertengahan / Dewasa Madya (antara 40-60 th)
Periode yang amat ditakuti , karena mendekati masa tua ( masa transisi dari masa dewasa ke masa tua )---- muncul ketegangan (stress: Stress somatik, Budaya, ekonomi dan psikologis ), muncul syndrome Menapouse dan klimakterik
Kondisi umum yang menhambat proses penyesuaian diri:
1. Falsafah
2. Penampilan
3. Ketrampilan sosial
4. Tekanan
5. Popularitas
6. Mobilitas sosial
Stres Pada Mada dewasa Madya
1. Stres somatik
2. Stres budaya
3. Stres ekonomi
4. Stres psikologis
14. Periode dewasa Madya (Middle Adulthood/ middle age
Tugas Perkembangan Pada Usia Madya
1. kaitannya dengan perubahan fisik
2. kaitannya dengan perubahan minat
3. kaitan dengan kehidupan keluarga
15. Periode Usia lanjut (Late Adulthood/ old age)
Tugas Perkembangan Pada Usia Madya
1. kaitannya dengan perubahan fisik
2. kaitannya dengan perubahan minat
3. kaitan dengan kehidupan keluarga

Faktor Psikologis Yang mempengaruhi Kondisi Medis. (gangguan psikosomatis)
Kriteria diagnostik factor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis ada bermacam-macam, misalnya kecemasan, depresif, gaya dalam mengatasi masalah dan perilaku kesehatan maladaptive. Psikosomatis menekankan kesatuan kausatif atau pendekatan holistic terhadap kedokteran, karena semua penyakit dipengaruhi oleh factor psikologis, suatu hubungan yang telah digali oleh berbagai bidang kedokteran alternatif. Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis adalah:
1. Gangguan mental Klasik yang nampak dengan gejala fisik, misalnya konversi
2. Gangguan somatisasi, dimana gejala fisik tidak didasarkan pada pada patologi organic
3. Hypokondria
4. Obisitas
5. Keluhan fisik yang berhubungan dengan gangguan mental
6. Keluhan fisik yang berhubungan dengan gangguan zat, misalnya ketergantungan terhadap nikotin, narkotika
(Lihat pada Sinopsis Psikiatri, 277-320)

Disfungsi Perkembangan

Sebab Abnormalitas
1. Faktor keturunan (heriditas): TBC, Idiopathy, psikosa, neurosis dan syphilis)
2. F. Seb Lahir (kek. Gizi, infeksi, keracunan dan terkena penyakit lain)
3. F. Ketika lahir (kelahiran dengan bantuan tang yang sulit-- mental retardation), asphixiabisa disebabkan karena anaesthesi, primapara- mental defect disebabkan ibu menderita mental instability, ibu yang amat muda atau terlalu tua
4. F. Sesudah Lahir: pengalaman traumatik / luka dikepala, kejang pada otak, infeksi otak, kurang nutrisi, F. Psikologis
Abnormalitas sehubungan dengan disfungsi kelenjar endokrin
1. Disfungsi kelenjar hypophyse (kelenjar bawah otak), hypophyse atau pituitary adalah otak yang memproduksi lendir, letaknya disebelah kiri, jika terjadi abnormalitas akan menyebabkan gangguan: Gigantisme, Miniaturism (cebol), Acromegaly.
2. Disfungsi kelenjar thyroid (kelenjar gondok atas): cretinism, Myxodema.
3. Disfungsi pada Parathyroid (kelenjar gondok bawah), fungsi mengatur metabolisme kalsium dan fosfat, disfungsi pada kelenjar akan timbul penyakit tetany
4. Disfungsi pada Kelenjar Adrenal: penyakit addison yang disebabkan hypo fungsi kelenjar pada kulit otak dan zat adrenalin sangat kurang shg badan lekas capai, anemia- orang apatis, tidak bernafsu, irritable, kulit berwarna gelap, Pubertas praecox- over sekresi pada selaput adrenal
Kelompok Amentia Genetika
1. Idiocy, IQ kuarng dari 25 , tidak total: perasaa primitif masih ada, rasa lapar, disebakan oleh penyakit, Hydrocephalus, kelainan syaraf pusat, epilepsi, Total: degeneraso total, umur intel seperto anak usia 2, 5 tahun, hidupnya vegetatif, tidak bisa bicara, tidak bisa membedakan insting, gerakan motorik tidak terkoordinasi, indranya tidak bisa berfungsi.
2. Embecyllity, IQ 25-49 ( seperti anak usia 7 tahun, pada umumnya perkembangan jasmanai dan rokhani lambat, daya tahan terhadap penyakit lemah, 40 % dari mereka menderita epilepsi--anak mampu latih tingkat rendah
3. Debil (50 –70) setingkat anak usia 7-16 tahun
Moral deficiency: ciri individu yang selalu melakukan kejahatan, bertingkah laku a sosial, tidak memiliki gangguan pada inteleknya,mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengenal, mengerti, mengendalikan diri terhadap emosinya, pola tingkah lakunya salah dan jahat. Cirinya: ada gangguan pada perkembangan mentalnya, ada kelemahan dorongan instingtif, kemampuan ego lemah, pembentukan super ego sangat lemah, pribadinya cenderung pada simtom psikotis, sikap dingin. Faktor penting yang menjadi penyebab adalah: separation (pisahnya anak dari orang tua pada usia yang amat muda khususnya dengan ibu
Dalam kehidupan ada perbedaan diantara individu, dari yang sangat bodoh sampai yang sangat cerdas, yang memiliki emosi seimbang sampai yang sakit mental, yang ingin maju dan tidak ingin berubah.
Ada dua pandangan utama yang membahas tentang potensi manusia tersebut:
1. Equality of man, pandangn ini berpendapat bahwa setiap makhluk manusia memiliki potensi yang tidak terbatas dalam perkembangannya, terjadinya perbedaan disebabkan karena kesempatan untuk mengembangkan potensi itu yang berbeda (Pandangan Demokrasi)
2. Setiap orang berbeda dengan yang lain, fakta biologis membedakan hal tersebut (Eropa)
A. Pengukuran Perbedaan Individu
Binet & Henry mengatakan bahwa ada dua hal yang sangat penting dalam pengukuran individu:
1. Mencarai dasar perkembangan selanjutnya dalam proses psikis
2. Menemukan hubungan antara proses mental sehingga dapat menggolong-golongkan ciri-ciri dan fungsi yang mendasar
Stern mempermasalahkan beberapa hal sbb:
1. Apa arti dan peranan dari perbedaan itu untuk tiap individu dan kelompok
2. Faktor apa yang menyebabkan perbedaan
3. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi mana
Pengukuran perbedaan individu dapat dilihat dari beberapa tinjauan:
1. Prenatal
Banyak factor yang mempengaruhi perbedaan individu ditinjau dari factor dimamana individu belum dilahirkan, antara lain adalah: Biologis Heriditas, Genetis, penyakit, obat-obatan, gizi, luka pada otak, penyimpangan kromozoma, kultur, usia ibu serta factor psikologis (emosi, cemas dll)
2. Natal
Proses kelahiran mempunyai pengaruh terhadap terjadinya perbedaan individu, antara lain adalah kelahiran normal dan tidak, dengan memnggunakan alat pembantu, kelahiran yang terlambat, mengalami gangguan berbagai penyakit dsb
3. Post Natal
Post natal adalah kedaan yang terjadi setelah individu dilahirkan, yakni lingkungan. Penyimpangan bisa terjadi karena factor ini, antara lain kesehatan, kecelakaan, kultur, pembelajaran dsb
Lingkungan yang diartikan sebagi lingkungan fisi mengandung arti yang tidak jelas, yang penting adalah semua lingkungan, baik fisik maupun psikologis yang memiliki peran dalam memberikan stimulasi pada individu, sehingga bersifat inclusive yang bergerak selama siklus kehidupan.
B. Ciri structural dan Fungsional
Gejala psikologis dapat ditinjau dari peran heriditas dan lingkungan. Perilaku individu sebagai tinjauan psikologis dapat ditinjau dari segi struktur dan fungsionalnya serta dari sudut lain.
1. Dari struktur akan nampak peranannya, ciri struktur merupakan hal yang sangat penting tetapi bukan kondisi yang selalu diperlukan untuk timbulnya perilaku tertentu. Pandangan tentang heriditas anak terbelakang, anak berbakat musik, maka akan menyesatkan jika hanya ditinjau dari segi gene saja. Melalui interaksi lingkungan yang baik maka substansi lain akan membentuk perkembangan structural dari individu. Pengertian struktur berhubungan dengan organic, somatic dan phisiologik yang tergolong dalam unsure anatomic, phisiologik dan biokimia yang mempengaruhi perilaku.
2. Dari fungsional diartikan sebagai perilaku, pengalman psikologik, sebab fungsional diartikan dalam hubungannya dengan pengaruh respon psikologik dari organisme itu sendiri.
3. Hubungan antara perilaku dan heriditas, heriditas tidak mempengaruhi langsung, tetapi melalui perlengkapan structural. Perilaku mana yang berhubungan dengan konidisi structural, misalnya kerusakan pada grandula atau kondisi otak patologis, unsure dalam darah, dalam situasi mana terjadi kondisi fungsional. Kalau terjadi kondisi structural yang berhubungan dengan cirri perilaku tertentu, maka masalah heriditas dan lingkungan menjadi pertimbangan. Kalau ada perilaku menyimpang dihubungkan dengan kondisi otak, maka dapat dicari adanya kombinasi gene yang khusus, sedangkan kondisi otak mungkin hasil pembentukan fisik dan cirri kimia yang mempengaruhi secara prenatal, baik karena luka atau factor lain.
4. Gen tunggal yang defective dapat menyebabkan pertumbuhan otak terganggu dan berakibat keadaan terbelakang. Perkembangan normal tidak ditentukan oleh satu gene, melainkan banyak gene yang menyumbang struktur perkembangan yang diperlukan untuk inteligensi. Perkembangan intelektual merupakan perkembangan psikologis tergantung dari reaksi individu terhadap pengalaman biografinya.
C. Exceptional Children yaitu anak yang memiliki ciri, tanda khusus dibanding anak normal, dalam katagori ini bisa sebagai anak dibawah atau diatas normal (underachiever dan over achiever). Dalam pendidikannya membutuhkan segalanya yang serba khusus, mulai dari organisasi, administrasi, kurikulum serta perlakuan yang khusus.
Tujuan dari kekhususannya adalah:
1. Mencapai optimalisasi
2. Memiliki keberanian
3. Memiliki tanggungjawab terhadap apa yang dilakukannnya
Anak dikatakan normal jika memiliki ciri-ciri sbb
1. Tingkah laku sesuai dengan norma yang ada
2. Dapat menyesuaiakan diri/sosialisasi baik
3. Iq/pemikirannya normal/memiliki pemikiran yang positif
4. Fisik normal sesuai usia perkembangan
5. Responsip
Gejala perilaku menyimpang:
1. Merusak
2. Menentang
3. Menutup diri
4. Suka berbohong
Keempat hal tsb dilakukan secara ekstrem
Ciri Perkembangan anak yang sehat, bahwa A healthy child who is:
9. Physically healthy
10. Emotionally healthy
11. Social healthy
12. Mentally healthy(intellectual and morallity healthy)
Untuk mencapai physically healthy dibutuhkan beberapa hal:
2. Pemenuhan kebutuhan gizi yang baik
3. Perlindungan dari alam (panas dan dingin)
4. Terlindung dari ancaman fisik
5. Terlindung dari macam-macam penyakit
Untuk mendapatkan Emotionally healthy, Social healthy and, Mentally healthy (intellectual and morallity healthy) adalah memerlukan kebutuhan dasar sebagai berikut
1. The need for love. Disini terutama cinta ibu, Jika orang tua memppunyai kelainan fisik, cara penyalutran emosi yang salah (over protective), bayi yang mengalami emosional deprivasion (bayi yang dibuang oleh ibunya sendiri). Akibat dari kebutuhan cinta yang tidak terpenuhi akan memungkinkan berbagai hal dapat muncul, yakni : mentally retardation, emotional retardation, karena terlalu over atau rejectet, pribadi yang menarik diri atau pribadi agresif, perilaku permusuhan yang menjurus kearah delinkuence
2. The need for security. Kadang anak merasakan rasaaman dengan pemenuhan berbagai kebutuhan, dan anak akan merasa disayang atau tidak pada saat mengalami kegagalan. Anak yang tidak mendapatkan rasa aman akan : mencari rasa aman dengan sikap tergantung yang berlebih-lebihan (misalnya cengeng yang berlebihan/tempertantrum), kecemasan yang kronis.
3. The need for occupational. Suatu aktivitas yang mutlak dan tidak bisa hilang atau ditunda fungsi bermain pada anak adalah merangsang suatu aktivitas abstrak.
4. The need for acceptance. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri pada diri anak sehingga akan tumbuh menjadi pribadi positif, yang sering tidak disadari oleh orang tua adalah adanya sikap penolakan pada anak serta permintaan perlakuan yang berbeda.
5. The need for self esteem. Disini yang penting pendampingan anak disaat memerlukan pemupukan harga diri melalui kemampuan yang dimilikinya.
6. The need for independence (kemandirian). Memberikan kesempatan bagi anak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya, kemandirian bukan berarti anak lepas dari bantuan orang dewasa, malainkan meminimalkan bantuan terhadap hal-hal yang bisa dilakukan anak sendiri.
7. The need for dicipline. Anak dikenalkan pada aturan, norma serta nilai yang berlaku di rumah dan masyarakat, yang penting disini adalah penanaman disiplin diri serta bagaimana sikap orangtua terhadap pelanggaran yang dilakukan anak.
Dalam penangan anak exceptional perlu beberapa hal:
1. Organisasi khusus: Pengaturan personalia secara khusus (guru dan karyawan); Normal tetapi mempunyai keahlian khusus.
2. Administrasi khusus: Sarana dan prasarana secara khusus
3. Kurikulum khusus: Flexible, tidak statis, variatif dari alat peraga serta modelnya, situasional yakni melihat situasi dan kondisi serta tidak terikat pada peraturan.
4. Perlakuan khusus: dari metode mengajar, sikap pengajar secara khusus.
Tujuan mempelajari exceptional children adalah untuk mengetahui hambatan, faktor penyebab serta treatmentnya. Adapun katagori hambatannya adalah :
1. Behavior problem (tidak dialami oleh semua anak, melainkan dialami secara individual)
2. Behaviour disorders (Perilakunya menyimpan, kacau karena berbagai peristiwa yang menyebabkan kebingungannya/ nervous, perilakunya sekilas wajar namun jika diamati akan mempengaruhi perkembangannya, merugikan diri sendiri dan dapat berkembang merugikan orang lain)
3. Behaviour maladjusment (Bentuk penyesuaian yang salah dengan jalan pintas, misalnya munculnya perilaku agresif)
4. Kelainan-kelainan pada dirinya (Anak CD, ADHD dll)
Dalam exceptional children, akan dibahas tentang Anak subnormalitas Mental dan Anak supernormalitas. Diantara yang termasuk anak khusus adalah anak yang mengalami gangguan belajar, yang belum tentu disebabkan karena factor organis, namun bisa karena factor fungsional, namun pada kebanyakan kasus mereka mengalami penurunan dalam bidang akademis
Gangguan “ Kesulitan Belajar “ pada Anak ditinjau dari Kesehatan Jiwa
Ghozali (1983) mengatakan bahwa seseorang mengalami kesulitan belajar bila dia mendapatkan kesulitan perubahan tingkah laku yang diinginkan, meskipun telah melakukan latihan. Silver dan Hagin (1997) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kondisi pada anak dengan inteligensi rata-rata yang mengalami keterlambatan membaca minimal 1 tahun dibawah kemampua kelompok sebaya. Clement mengatakan bahwa kesulitan belajar kondisi dimana anak memiliki inteligensi normal maupun ketidak mampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan proses persepsi, konsepsualisasi, berbahasa, memori, pemusatan perhatian, integrasi fungsi sensorik motorik. Hallaham dan Kuffman mengatakan, ada kriteria kesulitan belajar yaitu:
1. Adanya “academic retardation” atau ketidak sesuaian antara umur mental dengan kemampuan sekolah
2. Terjadinya pola perkembangan yang agak lain dari biasanya,
3. Terdapat atau tidak terdapat disfungsi sistiem neurologis,
4. Adanya lingkungan yang tidak menguntungkan.
Beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab kesulitan belajar ini adalah:
1. Faktor organic
2. Faktor genetic
3. Faktor lingkungan yang miskin (miskin stimulasi, miskin kasih sayang, miskin perhatian
4. Fungsional
Kesulitan belajar bertitik tolak pada:
1. Sulit disuruh belajar,
2. sulit bertahan untuk belajar dan
3. sulit memasukkan bahan pelajaran.
Gangguan spesifik yang masuk dalam kelompok gangguan belajar khas (“sulit belajar”) adalah: gangguan membaca, gangguan matematika, gangguan ekspresi tulisan dan gangguan belajar yang tidak ditentukan.
Gangguan membaca ditandai dengan gangguan kemampuan untuk mengenali kata, membaca yang lambat, pemahaman yang buruk, sering banyak ditemukan pada anak laki-laki. Gangguan membaca sering menyertai gangguan emosional dan perilaku lainnya terutama gangguan pemusatan perhatian dengan hyperakivitas,gangguan sifat menentang dan depresssif.
Gangguan matematika, dimana pencapaian nilai matematika dibawah tingkat usia kronologis, kondisi akan nampak setelah anak berusia sekitar 8 tahun. Gangguan matematika sering menyertai gangguan yangmemadai memungkinkan komplikasi kesulitan akademis, konsep diri yang buruk depressi dan frustrasi, enggan masuk sekolah, suka membolos dan menentang. Gangguan ekspresi tulisan dibawah tingkat usia kronologis, sering lupa menulis huruf, mulai nampak ketika belajar mengeja kata sesuai tingkat usia, prestasi akademik yang buruk, sikap menentang dan sukar untuk diatur, tidak memiliki terhadap pekerjaan sekolah, suka membolos.
Beberapa kelainan anak under achiever:
A. Subnormalitas Mental (under achiever)
Di Indonesia, penderita ini sering dinamakan lemah ingatan, lemah syaraf, lemah otak/mental, cacat mental, keterbelakangan mental, retardasi mental dsb. Subnormalitas mental memiliki arti yang lebih luas dari lemah ingatan, karena yang mengalami kelainan tidak hanya ingatannya, melainkan keseluruhan dari mental. Dalam istilah ini akan ditetapkan dengan nama retardasi mental atau mentally retardation, yakni proses perkembangan yang mengalami keterlambatan dalam bidang mental (keseluruhan aspek:kognisi, emosi dan psikomotor). Dalam bab ini akan dibahas tentang: Mentally retardation, Down syndrome, Tuna netra, tunan rungu dan tuna grahita CP, GTL, ADHD, Autisme dll
1. Mentally Retardation
Gangguan “ Kesulitan Belajar “ pada Anak ditinjau dari Kesehatan Jiwa
Ghozali (1983) mengatakan bahwa seseorang mengalami kesulitan belajar bila dia mendapatkan kesulitan perubahan tingkah laku yang diinginkan, meskipun telah melakukan latihan. Sikver dan Hagin (1997) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kondisi pada anak dengan inteligensi rata-rata yang mengalami keterlambatan membaca minimal 1 tahun dibawah kemampua kelompok sebaya. Clement mengatakan bahwa kesulitan belajar kondisi dimana anak memiliki inteligensi normal maupun ketidak mampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan persepsi, konsepsualisasi, berbhs, memori, pemusatan perhatian, integrasi fungsi sensorik motorik. Hallaham dan Kuffman mengatakan,kriteria kesulitan belajar yaitu:
a. adanya “academic retardation” atau ketidak sesuaian antara umur mental dengan kemampuan sekolah.
b. terjadinya pola perkembangan yang agak lain dari biasanya
c. Terdapat atau tidak terdapat disfungsi sistiem neurologis
d. Adanya lingkungan yang tidak menguntungkan.
Beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab kesulitan belajar ini adalah:
a. Faktor organik
b. Faktor genetic
c. Faktor lingkungan yang miskin (miskin stimulasi, miskin kasih sayang, miskin perhatian)
Selama ini orang melihat retardasi mental berdasar dari segi kuantitatif (IQ), kemudian berkembang menjadi kwalitatif, dilihat dari segi emosi, kemampuan moral sosial serta fisik. The American Association of Mental Deficiency (AAMD) dan Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) mendefinisikan MR sebagai gangguan fungsi intelektual keseluruhan yang secara bermakna dibawah rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan perilaku adaptif dan bermanifestasi selama periode perkembangan. Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor genetis, lingkungan, dan psikososial. Dalam perkembangan terakhir ini dikenali adanya faktor biologis yang samar, termasuk kelainan kromosom, sindrom genetika, gangguan ini ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun (faktor penyebab retardasi mental adalah kondisi genetika/kromosom dan bawaan, faktor prenatal dengan infeksi dan toksin, trauma perinatal/prematuritas. Menurut International Classification of Disease (ICD – 10) RM adalah suatu kondisi terhentinya atau tidak lengkapnya perkembangan pikiran, yang terutama ditandai oleh gangguan ketrampilan yang dimanifestasikan selama periode perkembangan, yang mempengaruhi keseluruhan tingkat kecerdasan, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Istilah pikiran (feeble-mindedness) yakni kecacatan mental (mentally handicap). Menurut WHO “ retardasi mental “ sama dengan “subnormalitas mental” yang memilki dua katagori: retardasi mental (fungsi subnormalitas sekunder karena penyebab patologi dasar yang diketahui) dan efisiensi mental (IQ kurang dari 70), yang seringkali digunakan dalam istilah hukum. Agung Yuwono mwngatakan bahwa kecacatan mental adalah suatu keadaan dimana baik disebabkan oleh faktor intrinsik maupun extrinsik, tidak terdapat perkembangan mental yang wajar, biasa dan normal sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidak mampuan dalam bidang intelek, kemauan, rasa dan penyesuaian sosial. Bratanata (1977) mentakan bahwa anak dengan keterbelakangan mental mempunyai keterbelakangan inteligensi sedemikian rupa sehingga untuk pendidikan dan pengajaran diperlukan penyediaan program khusus. Anak dengan MR adalah fungsi intektual berada dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami ketidakmampuan dalam menyesuaiakan terhadap lingkungan selama periode perkembangan. Dalam hal ini yang penting adalah cara mendiagnose RM perlu memperhatikan kelemahan fungsi intektualnya dan ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri.
Dalam istilah RM antara lain meliputi idiot (tolol), imbecil (dungu) dan feebleminded (lemah pikiran).
Ciri- cirinya adalah sbb :
1. Inteligensi dibawah normal, kurang dari 100
2. Mengalami keterlambatan dala segala hal, jika dibanding anak normal
3. Tidak dapat menyelesaikan sampai tamat SD
4. Tidak dapat konsentrasi terlalu lama
5. Daya abstraksi sangat kurang
6. Perbendaharaan kata sangat terlambat
7. Pikiran, ingatan, kemauan, sifat mental lebih jelek jika dibanding anak normal sebaya
8. Tidak dapat menjadi normal
Klasifikasi menurut Menurut The American Association of Mental Deficiency (AAMD) adalah sebagai berikut:
1. Retardasai sekolah IQ; 86-90
2. Borderline IQ; 70-85
3. MR Ringan(Mild) IQ; 50-69
4. MR Sedag (moderate) IQ; 36-49
5. MR Berat (severe) IQ; 20-35
6. MR Sangat berat(profound) IQ;10-19
Menurut Woodworth & Donald G Marquis membagi subnormalitas mental sbb:
1. 80-89 16 % Dull average
2. 70-79 8 % Bordeline
3. 60-69 2 % Mentally defficient
4. Bellow 60 1 %
Menurut Agung Yuwono (1967) kalsifikasinya adalah:
1. 50-70 Debilitas/Moron
2. 25-50 Imbisil
3. 0- 20 Idocy
Frekuensi munculnya RM, menurut hasil penelitian, dengan subyek 1000 orang ditemukan 4 orang anak dengan RM. Anak dari kalangan kelas bawah kemungkinan lebih sedikit menderita RM yang serius dibanding dengan yang kelas atas.
Jenis RM
Para peneliti membedakan RM menjadi dua:
1. Haygrade defective versus (berkaitan dengan kultur)
2. Lowgrade defective (berkaitan dengan keturunan, atau patologik)
Klasifikasi berdasar kemampuan pendidikan:
1. Anak Slow learners, anak ini setingkat dengan anak retardasai sekolah, dengan boderline ringan, setingkat dengan dull average dan IQ sekitar 70/75-90. Anak dapat berfikir sedikit abstrak, di masyarakat dapat mempertahankan diri, bertingkah laku seperti anak normal, sehingga jarang yang mengetahui jika dirinya slow learners, kurang perhatian jika mempelajari mata pelajaran di sekolah, kurang dapat mengadakan kritik terhadap dirinya sendiri, perkembangan motorik lebih lamban jika dibanding anak normal, lebih senang berceritera dan membicarakan hal-hal yang kongkrit dari pada belajar.
2. Anak mampu didik (the educable and trainable mentally retarded), anak setingkat dengan mild, bederline berat, moron dan debil, IQ sekitar 50/55-70/75. Anak mengalami lesukaran dalam beberapa mata pelajaran, kseukarannya disebabkan karena : tuna rungu, T netra,t wicara, rendah diri dan sakit-sakitan.,kurang perhatian dan kasih sayang dll. Kepribadiannya: sukar berfikir abstrak dan sangat terikat pada lingkungan, kurang dapat berfikir logis dan daya analisis kurang, kurang dapat membedakan hal-hal yang penting, daya fantasi lemah, kurang dapat mengendalikan perasaan, suggestible (mudah terpengaruh), kepribadian kurang harmonis, suka berbohong dan suka mencuri, sukar menilai baik dan buruk, senang melakukan onani. Beberapa variasi debilitas:
a. Idiots Savants. Mereka adalah anak debil yang mempunyai ingatan kuat, tetapi terbatas pada beberapa hal saja
b. Pseudo debil. Mereka bertingkah laku seperti anak debil tetapi hasil pemeriksaan menununjukkan mereka tidak debil IQ lebih dari 75, disebabkan karena tekanan lingkungan sehingga tidak ada kesemoatan untuk berkembang.
c. Debilitas yang harmonis. Perasaan baik , kemauan normal, penurut tetapi menunjukkan hambatan dalam belajar.
d. Debilitas yang disharmonie.Mereka anak debil yang terganggu kepribadiannya, misalnya: inferioritary complex, mudah frustrasi karena konflik dengan lingkungan,keras kepala dan agressif, selalu ingin mengausai lingkungan dan mempertotonkan heroisme semu, suka mengasingkan diri, karena merasa tidak ada kemungkinan mengatasi kesulitan yang dideritanya.
3. Anak mampu latih (the trainable mentally reterded) anak ini setingkat dengan moderate, imbisil, IQ sekitar 20/25-50/55.
4. Anak tidak mampu didik dan tidak mampu latih (the totally dependent or profoundly mentally retarded, anak ini setingkat dengan severe yang kuat atau idocy IQ antara 0-20/25.

Klasifikasi berdasar kelainan fisiknya:
1. Cretain atau critinisme (kekurangan hormon tyroxin) yang dihasilkan oleh Galndula thyroida yang menhasilkan hormon thyroxin atau kekurangan yodium ketika bayi masih dalam kandungan
2. Mongolisme/Mongoloid
3. Microcephalus (karena radiasi atau rubella)
4. Macrocephalus

Karakteristik Perkembangan MR

Derajad Retr Mntl Usia prasekolah 0-5 Maturasi&Perkemb Usia sekolah 6-20 Latihan dan Pendd Dewasa 21 > Keadekuat Sosial & Kejujuran
Sangat berat Retardasi jelas, kapasitas berfungsi minimal dalam bidang sensorimotorik, memerlukan perawatan, bantuan dan pengawasan terus menerus Ada beberapa perkembangan motorik dapat merespon minimal atau terbatas terhadap latihan menolong diri sendiri Beberapa perkembangan motorik dan bicara, dapat mencapai perawatan diri yang sangat terbatas, memerlukan perawatan
Berat Perkembangan motorik yang miskin : berbicara sedikit, biasanya tidak mampu belajar dan latihan menolong diri sendiri, sedikit atau tidak mempunyai ketrampilan komunikasi Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, dapat dilatih dalam kebiasaan sehat dasar, memperoleh manfaat dari latihan kebiasaan sistematik, tidak mampu memperoleh manfaat latihan kejujuran Dapat berperan sebagian dalam pemeliharaan diri sendiri dibawah pengawasan lengkap, dapat mengembangkan ketrampilan melindungi diri sendiri sampai tingkat minimal yang berguna dalam lingkungan yang terkendali.
Sedang Dapat berbicara atau belajar untuk berkomunikasi, kesadarn sosial yang buruk, perkembangan motorik yang cukup, mendapat manfaat dari latihan menolong diri sendiri, dapat ditangani dengan pengawasan sedang Dapat memperoleh manfaat dari latihan dalam ketrampilan sosial dan pekerjaan, tidak mungkin berkembang lebih dari kelas dua dalam subyek akademik, dapat belajar pergi sendirian di tempat yang telah dikenal Dapat bekerja sendiri dalam pekerjaan yang telah terlatih dan setengan terlatih dibawah kondisi terawasi, memerlukan pengawasan dan bimbingan jika berada dalam stres sosial atau ekonomi ringan
Ringan Dapat mengembangkan ketrampilan sosial dan komonokasi, retardasi minimal dan bidang sensorikmototrik, sering tidak dapat dibedakan dari normal sampai yang tua Dapat belajar ketrampilan akademik sampai kira-kira kelas enam, pada akhir usia remaja dapat dibimbing untuk menyesuaikan diri dengan sosial Biasanya dapat mencapai ketrampilan sosial dan kejujuran yang adekuat untuk membiayai diri sendiri minimal, tetapi mungkin memerlukan bantuan dan bimbingan jika dibawah stres sosial
Gambaran Klinis
a. RM Ringan
RM ringan mungkin tidak terdiagnosis, sampai anak yang mengalami memasuki sekolah, hal ini disebabkan karena ketrampilan komunikasinya baik dalam tahun pra sekolah, tetapi saat menjadi lebih besar, terjadi difisit kognitif tertentu, seperti kemampuan yang buruk untuk berfikir abstrak dan egosentrik, anak ini mampu berfungsi akademik pada pendidikan dasar, ketrampilan kejuaruan akan lebih baik.
b. RM sedang
Kemungkinan diagnosis pada usia yang lebih muda, ketrampilan komunikasi berkembang lebih lambat, isolasi social dimulai pada tahun usia sekolah dasar, pencapaian nilai akademik pada pertengahan SD
c. RM berat
RM berat, nampak jelas pada tahu pra sekolah, perkembangan motorik terganggu, perkembangan bahasa terjadi pada tahun usia sekolah, memerlukan pengawasan yang luas.
d. RM sangat berat
Sangat terbatas pada ketrampilan komunikasi serta kemampuan motoriknya. Memerlukan pengawasan yang terus menerus, pada usia dewasa dapat terjadi suatu perkembangan bicara serta ketrampilan menolong dirinya sendiri meskipun tetap membutuhkan perawatan dari orang yang normal.

Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Yaitu suatu tindakan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan disertai dengan retardasi menta, yaitu antara lain melalui pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan, usaha yang terus menerus dibidang kesehatan secara professional, pemberian aturan pelayanan kesehatan maternal anak yang optimal serta adanya konseling keluarga
b. Pencegahan Sekunder dan Tersier
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mempersingkat perjalanan penyakit sedangkan pencegahan tersier untuk menekan kecacatan yang terjadi setelahnya. Pendidikan untuk anak merupakan program yang lenkap dalam rangka memberikan latihan yang adaptif, ketrampilan social. Perhatian yang khusus terletak pada komunikasi dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup. Disinilah perlunya terapi kognitif, terapi perilaku , psikodinamika dan terapi farmakologi. Terapi perilaku untuk membentuk dan meningkatkan perilaku social dan pengendalian diri, menekan perilaku agresif dan distructive pasien, terapi kognitif ditujuakn untuk menghilangkan keyakinan palsu dan latihan relaksasi, terapi psikodinamika untuk pasien dan keluarganya, bertujuan untuk menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan kecemasan dan depresi yang menetap. Terapi farmako: Untuk menurunkan agresivitas digunakan lithium / eskalith, untuk menurunkan perilaku melukai dirinya sendiri digunakan narkotik serta bamazepin dan valproic acid, untuk gerak stereotype dngan menggunakan heloperidol. Sedangkan untuk perilaku kemarahan digunakan buspiron.
D. Down Syndrome
Pertama kali dijelaskan oleh dokter berkebangsaan inggris 1866, memiliki kelainan pada karakter fisik serta fungsi mental subnormal. Penyebab: kelainan kromosom 22, 18, 13, 15 yang masing-masing dibawa oleh muatan gen tertentu, dan pada umumnya sering diturunkan. Retardasi mental merupakan ciri utamanya (pada umumnya ada diantara sedang dan berat) hanya sebagian kecil yang memiliki IQ sampai pada tingkat 50, ciri lain yang dimiliki anak ini adalah tenang, riang dan bekerja sama yang mempermudah penyesuaian diri mereka. Nampak mengalami perubahan ketika masuk usia remaja dimana mengalami berbagai perubahan dan kesulitan emosional, gangguan perilaku, sangat jarang terkena gangguan psikotik. Tanda yang paling umum adalah hipotonia umum, kulit leher yang berlebihan, tengkorak yang kecil dan datar, tulang pipi yang tinggi, lidah yang menonjol, tangan lebar dan tebal dengan garis transversal tunggal pada telapak tangan, jari kelingking pendek dan melengkung ke dalam. Gangguan ini mengalami pemburukan dalam bahasa, daya ingatan.
Korelasi antara umur ibu yang melahirkan dengan Down Syndroma
a. Kurang dari usia 30 th adalah 1 / 1500 bayi
b. 30 – 34 tahun adalah 1 / 750 bayi
c. 35 – 39 tahun adalah 1 / 280 bayi
d. 40 – 44 tahun adalah 1 / 130 bayi
e. diatas 45 tahun adalh 1/ 45 bayi
Kemungkinan hidup bayi DS adalah 75 % pada usia 6 bln, kurang dari 1 tahun: 50 % kurang dari 5 tahun: 25 %, lebih dari 5 tahun: kurang dari 25 %. Banyak anak DS setaraf anak imbisil, sampai umur 3 th, perkembangnnya sangat lambat, setelahnya berkembang dengan baik sehingga sering menimbulkan harapan palsu dari orang tuanya, setelah mencapai kedewasaan fisik, mereka nampak ramah dan dapat berhubungan baik dengan orang lain, suara rendah dan tidak berirama, pandai meniru gerak orang lain tanpa rasa malu, sulit mengenal warna meskipun usia sudah 7 tahun lebih, pertumbuhan fisik mengalami kemajuan sampai umur 15 tahun.

E. Cerebral Palcy
Merupakan saha satu bentuk phisycally handicap yang berat, mereka mengalami gengguan fungsi mortorik yang disebabkan kerusakan otak bagian intracranial (mengatur fungsi gerak/motorik). Kemungkina bagian luar normal melainkan fungsinya mengalami gangguan.
Penyebab kerusakan intracranial antara lain:
a. Luka / taruma
b. Kerusakan sejak berada dalam kandungan (perinatal 80 %, bayi lahir premature 3 x lebih besar terkena dari pada bayi normal, terkena infeksi, 1 jam pertama selama 6 menit tidak ada oxygen (anoksia) maka akan mengalami neurological effect)
c. Faktor genetis
d. Faktor post natal: cacat sejak lahir anoxia, infeksi karena GO, syphilis, tumor, komplikasi karena operasi, meningitis.
Klasifikasi CP
1. Berdasar Fungsi Neurologis yang rusak
a. Spastisity, suatu keadaan dimana terjadi kondisi hiperaktif dari gerak reflek, terutama gerakan stress dengan frekuensi tinggi, kejang dan bersifat insidentil (40% - 60%), beberapa penderita mengalami hiplegia. Pada kasus ringan anak dapat mengulurkan tangan untuk keseimbangan jalannya. Pada kasus sedang anak dapat memeluk kedua tangannya untuk menutupi tubuhnya, membengkokkan menutupi tubuh, kaki memutari tulang lutut. Dalam kasus berat, kontrol tubuhnya rendah dan tidak dapt duduk tegap.
b. Athetosis, gerakan pelan, tetapi tidak terkontrol dan selalu khusus, misalnya gerakan meliuk tangan (15-20%), merupakan kelompok kedua, karakteristik pada penderita seperti orang tolol dan gerakannya tidak terkontrol, kepala tertunduk dengan mulut terbuka dan lidah terjulur keluar dan sering mengeluarkan air liur, suka meletakkan tangan dimulut dengan gerakan yang tidak terkontrol.
c. Risidity, gerakan kaku misalnya katatone (15%)
d. Ataxia, seperti orang mabuk dan sempoyongan (9%), hal ini sebagai akibat dari otaknya, gerakan tubuhnya tidak terkoordinasi, jika berjalan langkahnya panjang dan mudah jatuh, tidak dapat dideteksi saat anak lahir, tetapi ketika sudak dapat berjalan.
e. Tremor, gerakan-gerakan kecil pada jari (1%).
2. Kalsifikasi berdasar Fungsi Intelektual
a. Sebagian besar menderita RM (56%) dengan IQ 50-70, tetapi untuk anak spastisity dan risidity lebih rendah
b. Semakin banyak komplikasi semakin rendah tingkat kecerdasannya
c. Kerusakan bagian cortico terkait dengan fungsi bahasa
d. Kerusakan sraf akan berpengaruh terhadap fungsi intelektual
e. Ekspresi bahasa bersifat datar, intonasinya tidak komunikatif, sekan menutup stimulus dari luar.
3. Klasikasi berdasar komplikasi terkait dengan kemampuan belajar
a. Anak mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran sehingga mempengaruhi belajarnya
b. Kidal sehingga berpengaruh terhadap kemampuan menulis
c. Kerusakan memori, sehingga mempengaruhi cara pemahaman serta kemampuan berfikir abstrak.
4. Klasifikasi berdasar status emosi
Keadaan cacat selalu berpengaruh pada situasi emosi dan kepribadian anak, reaksi umum yang selalu muncul adalah:
a. Membutuhkan perhatian yang besar serta kebutuhan proteksi.
b. Self esteem rendah
c. Emosional difficulty
d. Kesulitan social/maladjusment
Beberapa hal di atas juga dipengaruhi oleh adanya:
a. Sikap orang tua yang over protected dan rejected, terlalu dikekang sehingga pengalaman menjadi minimal, hal ini akan mempengaruhi interaksi social dan perkembangan emosi tidak baik
b. Faktor bermain: kurang berkomunikasi dengan lingkungan, sehingga tidak ekspresif, hal ini akan menimbulkan emosi yang immature, konsentrasi dan perhatian pendek, mudah merasa bosan serta tidak interes terhadap sesuatu hal, introvert dan mudah depresi
Tindakan yang sebaiknya dilakukan terhadap penderita CP
a. Memperlakukan anak sebatas kemampuannya
b. Membiarkan interaksi yang luas
c. Pemberian lingkungan emosi yang baik
d. Tidak memkasakna kemauan
e. Menerima kedaan dengan lapang dada
f. Mengembangkan kepribadian anak agar anak mampu tanggungjawab terhadap dirinya serta dilatih kebersihan diri
g. Dilatih untuk menjaga perasaan orang lain
h. Dimasukkan sekolah yang mendukung.

F. Epilepsi
Lima tahun pertama dari kelahiran merupakan masa yang berat untuk dimungkinkan muculnya gangguan epilepsy, kemungkinan munculnya dari kejadian adalah 7:10.000 kelahiran, penderita epilepsy mempunyai korelasi yang significant dengan tingkat kecerdasan. Pada umumnya mereka yang mengalami gangguan epilepsy memiliki kecerdasan dibawah 100, secara umum para penderita epilepsy memiliki rasa malu, takut dan sikap pessimis, mereka tidak stabil dan inferioritas.
Penderita epilepsy akan mengalami hambatan sbb:
1. Retardasi sebanyak sekolah 14 %
2. Subnormalitas (dibawah rata-rata) 22 %
3. Mental defective 33 %
Faktor penyebab epilepsy:
1. Adanya luka di otak
2. Faktor sekunder yang muncul karena adanya kekejangan
3. Obat-obatan yang bersifat sedatif
4. Kindisi psikososial yang tidak sehat
5. Faktor psikis, yakni adanya trauma psikis yang terkait dengan penyakit yang berat serta adanya emosi yang mengganggu karena adanya tekanan atau situasi yang mengancam
Tanda-tanda munculnya
1. Adanya perasaan aneh, pada saat mulai serangan, ada perasaan mau mati
2. Semua terasa hitam dan menakutkan
Reaksi sehabis timbul serangan epilepsy
1. Ada yang cepat pulih, dan terjadinya sangat singkat
2. Merasa perasaan dirinya asing
3. Merasa berbeda dengan temannya
Beberapa masalah yang muncul:
1. Personal problem
2. Behavior difficulty
Terapi obat-obatan bagi penderita epilepsy dapat menimbulkan banyak komplikasi, karena obat penenang dapat berefek pada munculnya depresi. Jika pemakaian over dosis akan mengganggu memori sehingga berefek pada sikap apatis.
Macam-macam epilepsy:
1. Ptit epilepsy
Stimulusnya:
a. Ada rasa sakit yang bersifat fisik, seperti tertusuk, terjepit
b. Ada rasa stress dan frustrasi
c. Terasa ada serangan listrik yang menimbilkan reaksi elektrik
2. Temporal lobe epilepsy (psikomotor epilepsy)
Gejalanya:
a. Ada gerakan aneh
b. Kesadaran mulai berkurang sedikit demi sedikit
c. Terjadi amnesia
d. Ada perasaan terancam (pada anak kecil stimulusnya simple, misalnya ketika ia makan permen karet. Pada orang dewasa biasanya jika stimulus dihentikan secara mendadak.
3. Reading epilepsy/sensori epilepsy
Gejalanya adalah:
a. Membaca dengan mengeja
b. Stimulanya adalah adanya sensor ketika melihat huruf
c. Reading epilepsy terjadi jika membaca sudah terlalu lama.
4. Televisian epilepsy (phototic epilepsy)
Gejala munculnya:
a. Adanya kilatan yang terlalu dekat
b. Kena pantulan sinar
c. Perpindahan gelap terang yang mengagetkan atau mendadak
Treatment:
1. Diberikan pengertian mengenai keterbatan-keterbatasan yang dimiliki
2. Perakuan pada anak dan pada adolescense hendaknya dibedakan, pada anak sebaiknya tidak diterangkan dulu secara jelas karena dapat menimbilkan rasa rendah diri, pada orang dewasa karena kemampuan berfikir sudah memadai boleh diberi pengertian apa dan bagaimana epilepsy dan apa yang harus dijaga
3. Memberi pengertian pada patner, bahwa epilepsy tidak menuluar dan bukan genetis
4. Memberi pengertian bahwa penyakitnya tidak akan sembuh sama sekali hanya mengurangi munculnya serangan
5. Mencegah timbulnya komplikasi
6. Orang tua jangan terlalu memanjakan
G. Ganggaun Pemusatan Perhatian (ADHD).
Gangguan Pemusatan Perhatian atau GPP, adalah gangguan yang biasa terjadi sebelum anak berusia 7 tahun sampai anak memasuki usia sekolah dasar, gangguan inii mengakibatkan timbulnya kesulitan belajar pada anak sehingga dapat gagal dalam mencapai tingkat kemampuannya. Prevalensinya 5-20 % dari 200 juta penduduk di Indonesia. Di AS 3-5 % dari populasi Balita dan anak sekolah, di negara lain ada yang 2-9 % dari populsi Balita. Terganggunya fungsi otak dapat menyebabkan salah perkembangan, pada anak gangguan fungsi otak yang manifes gangguan fungsi motorik, koordinasi, penglihatan, pendengaran serta persepsi bahasa, perkembanagn social, ingatan dan cara berfikir. Gangguan fungsi otak akan memberikan gejala neurologik yang nyata tetapi dapat juga meimbulkan gejala yang minimal. GPP atau ADD yakni Attention Deficit Disorders atau DOM, Disfungsi Otak Minimal atau MBD, Minimal Brain Dysfuncion. Adalah ketidakmampuan neurobiologis yang ditandai dengan: tidak adanya perhatian, mudah terangsang dan hiperaktif. Tidak disebabkan karena kelianan fisik, mental atau emosi. Apabila sejak dini tidak ditangani akan memiliki resiko tinggi terhadap gangguan kemampuan belaja, penurunan rasa percaya diri, masalah social serta problem keluarga.
Beberapa perilaku yang nampak/ timbul karena gannguan ini adalah tidak memperhatikan hal-hak yang kecil tetapi penting. Hallaman dan Kuffman menyatakan bahwa criteria kesulitan belajar yaitu: adanya academic retardation, pola perkembangan yang berbeda dengan anak lain, terjadinya disfungsi system neurobiolgis, serta lingkungan yang kutrang menguntungkan
Anak yang mengalami GPP dapat disebabkan oleh beberapa hal, al adalah sbb:
1. Dari guru: metode mengajar dan alat peraga
2. Dari anak: kesehatan teganggu, kecapaian, krang tidur, pelajaran terlalu sulit atau kebalikannya. GPP timbul karena sulitnya anak untuk memahami secara cepat bahan yang diajarkan sehingga anak atertinggal sehingga menjadi apatis
3. Dari lingkungan: kurang motivasi, kurang disiplin (Faktor pengasuhan dan pendidikan anak akan besar pengaruhnya terhadap proses terjadinya GPP, Odom, 1996). Pengaruh pergaulan dan lingkungan dapat memunculkan gangguan tersebut, Hechtman, 1996)
4. Ketidak seimabangan unsure kiamiawi di dalam otak yakni di daerah globus pallidus dan putamen
5. Bahan pemanis, reaksi alergi
6. Riwayat pra natal (Milberger, dkk, 1997 menyebutkan bahwa GPP sangat erat dengan kedaan waktu hamil, komplikasi masa bayi dan persalinan, terjadinya proses yang kronis selama kehamilan yakni: merokok obat-obatan, alkohol). Balita dengan disfungsi otak miniml dinamakan balita dengan resiko, yaitu beresiko untuk terjadinya gangguan perkembangan psikomotor, gangguan konsentrasi, gangguan bicara dsb.
7. Faktor genetis
8. Layar TV diduga mempunyai keiatan dengan munculnya gangguan ini
DOM memiliki gejala, al adalah:
1. Gangguan perkembangan motorik
2. Gangguan bahasa dan bicara
3. Gangguan perkembangan kogniti
4. Gangguan konsentrasi dan perilaku hiperaktif
Selama perkembangan serebral, dapat terjadi perubahan pola leteralisasi sirebral, gangguan tersbut dapat berupa: gangguan motorik, atensi, aktivitas, memori, perkembangan bahasa dan wicara, membaca serta gangguan menulis. Kesulitan belajar biasanya disebabkan fungsi hemisfer kanan yang dominan, kaitannya dengan hal tersebut biasanya terdapat autisme, gagap, desleksia (kesulitan menulis serta gngguan perkembangan lainnya). APA ( The American Psychiatric Association mendiagnose Attention deficit / Hiperactivity Disorder sebagai berikut:
A kelompok 1 dan 2
Kelompok 1, Gangguan Pemusatan Perhatian (Inattention)
Sekurang-kurangnya memiliki enam gejala gangguan ini selama enam bulan terakhir)
1. Sering gagal memberi perhatian yang detail, krang teliti dalam bekerja
2. Mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dalam suatu tugas atau permainan
3. Seakan tidak mendengar jika diajak bercakap
4. Sering tidak mengikuti instruksi
5. Sulit mengkoordinasi tugas
6. Sering menghindar jika diberi tugas dan malas
7. Sering kehilangan alat
8. Mudah beralih perhatian
9. Sering lupa mengerjakan tugas
Kelompok 2. Hiperaktifitas-Impulsivitas
Sekurang-kurangnya memiliki enam dari gejala dan berlangsung selama enam bulan terakhir
Hiperaktifitas:
1. Kaki dan tangan tidak bias diam atau banyak gerak
2. Sering meninggalkan kursi di kelas
3. Berlari-lari atau memanjat tanpa memperdulikan lingkungan
4. Sulit bermain denga santai
5. Gerakanannya seperti digerakkan oleh mesin
6. Sering bicaranya terlalu banyak
Impulsivitas:
1. Sering menjawab pertanyaan sebelum selesai
2. Sulit menunggu giliran
3. Sering meninterupsi orang
B. Gejala hiperaktifitas-impulsivitas sering muncul sebelum anak berusia 7 tahun
C. Gejalanya berlangsung dua atau lebih situasi
Klasifikasi berdasar pada tipenya:
1. Tipe Kombinasi (Attention Deficit / Hyperactivity Disorder), bila tipe A1 dan A2 terjadi selama enam bulan terakhir
2. Tipe inattention (Gangguan Pemusatan Perhatian), bia criteria A1 terjadi selama enam bulan terakhir
3. Tipe Hiperaktif-Impulsive, bila criteria A2 terjadi selama enam bulan terakhir
Gambaran Klinis:
1. Peka terhadap stimulasi (suara, cahaya, temperatur dan perubahan lingkungan) atau
2. Anak lemah, tenang, suka tidur dan perkembangannya lambat pada bulan pertama
3. Sedikit tidur dan banyak menangis
4. Suka marah secara meledak dalam stimulasi ringan
Perjalanan Penyakit:
1. Bervariasi, ada yang menetap sampai remaja atau dewasa
2. Dapat menghilang pada waktu pubertas
3. Setelah dewasa rentan terhadap gangguan kepribadian, khususnya anti social dan gangguan masalah belajar tetap berjalan
4. Memiliki resiko tinggi pada usia dewasa terhadap gangguan konduksi (50 % gangguan ini mengalami gangguan kepribadian dan antisocial)
Diagnose Banding: GPP sering diikuti terjadinya perubahan perilaku, maka diagnose banding adalah Gangguan Tingkah Laku (Conduct Disorder) dan karena ada gangguan keterlambatan dalam komunikasi maka diagnosis banding adalah Autisme Infantile.
Gangguan Tingkah Laku (GTL) atau kenakan pada anak mempunyai gambaran yang mirip dengan GPP, terutama pada penyimpangan perilaku. Gangguan ini sering dikatakan sebagai gangguan perilaku mengacau, yakni suatu pola negativistic, permusuhan dan perilaku menentang yang terus menerus. Penyimpangan perilaku tersebut dapat berbentuk:
1. Sering kehilangan kendali diri
2. Sering berdebat dengan orang tua
3. Sering menolak mematuhi permintaan atau peraturan orang tua
4. Sering menggangu dan menyalahkan orang lain karena kesalahannya sendiri
5. Sering mengganggu orang lain
6. Mudah tersinggung atau mudah diganggu orang lain
7. Sering marah dan membenci
8. Sering dengki dan balas dendam
Terdapat empat atau lebih selama 6 bulan berturut-turut.
Populasi 16-22 % anak usia sekolah, walau sering terlihat pada usia 3 atau 8 tahun, anak laki-laki lebih sering mengalaminya.. Tidak jelas factor penyebabnya, namun diperkirakan karena adanya kekuasaan dari orangtua, kontrol atau otonomi, ibu depressif dan ayah passif agresif dan adak yang rejected, kecemasan, kehilangan harga diri, keterbelakangan mental, ketergantungan yang berlebihan, trauma lingkunan. Teori psikoanalitik mendisposisikan bahwa tidak terpecahkannya pada perkembangan periode anal, pengenalan terhadap tokoh yang berkuasa.
GTL dibagi menjadi dua: CD dan ODD (Oposisional Defisient disorder)
Ciri CD:
1. Mencuri
2. Merusak
3. berbohong
4. Melarikan diri dari rumah
5. Menganiaya binatang (Cruilty)
6. Kekarasan sexual
7. Suka bermain api
8. Suka menentang aturan
9. Tindakannya aprovokatif
10. Mudah marah
11. Suka sabotase
CD dibagi menjadi dua: Over dan Covert
Overt yakni CD yang terbuka, langsung suka konfrontasi dan merusak lingkungan, cirinya adalah:
1. Das obidiance (bandel)
2. Suka membual
3. Suka menyombongkan diri
4. Distructive
5. Menuntut
6. Keras kepala
7. Suka bertengkar, agresif dan hiperaktif
8. Tidak bisa bergaul
9. Impulsive
10. Kejam
11. Suka mengancam
12. Tempertantrum
13. Berteriak-teriak
Bentuk Covert (suka muncul dibelakang orang lain ) cirinya:
1. Tindakannya negatif
2. Pergi tanpa pamit
3. Suka berbohong
4. Mencuri
5. Alkoholok
Ciri ODD
1. Looses temper, kehilangan kendali diri
2. Suka menyangkal
3. menolak aturan
4. Tindakannya menjengkelkan
5. Sealu menyalahkan orang lain
6. Mudah jengkel
7. Pemarah
8. Pendendam
9. Suka menyumpah
Ada beberapa persamaan penyimpangan perilaku yang sering muncul pada anak GPPH dan GTL
1. Adanya aktivitas yang berlebihan
2. Adanya sikap yang menentang terhadap aturan
3. Keras kepala dan sulit untuk ditaklukkan
4. Tidak patuh terhadap aturan
5. Suka memukul, melukai dan tindakan kekerasan
6. Tidak merasa bersalah
7. Tidak menyesal
8. Tidak disiplin
9. Suka ngambek jika keinginannya tidak terpenuhi
10. Membutuhkan pengawasan
Penyebabnya:
1. Faktor keluarga / orangtua
2. Sosikultural, perilaku yang oleh kelompoknya dianggap normative
3. Faktor psikologis
4. Kekerasan / penganiayaan pada anak dalam jangka waktu yang lama secara fisik yang berakibat terhadap kndisi psikologis
5. Kerusakan sistim saraf
Perbedaannya:
1. Kemampuan Konsentrasi:
GPP: tidak mampu berkonsentrasi
GTL: mampu berkonsentasi
2. Tujuan aktivitas
GPP: Tidak terfikirkan dan impulsive
GTL: Jelas tujuannya dan runtut
3. Lama aktivitas
GPP: tahan lama, tidak pernah kelelahan
GTL: bila terlalu lama kelelahan
4. Sosialisasi
GPP: Tidak dapat diterima oleh teman sebaya
GTL: dapat diterima oleh teman sebaya dan bias memimpin
5. Kondisi tidur
GPP: Posisi tidur sering berubah-rubah, sering jatuh sehingga perlu diamankan
GTL: Sering mengigau, berteriak dan jalan-jalan
6. Patologi Otak
GPP: Mylinisasi axon tak sempurna
GTL: Kondisi otak normal dan bisa bermasalah
7. Arah perkembangan perilaku
GPP: Mengalami keterlambatan
GTL: mengalami penyimpangan
8. Terapi
GPP: Medical dan terapi bermain serta terapi keluarga
GTL: Terapi bermain dan terapi keluarga
Penanganan terhadap gangguan GPP adalah:
Diperlukan penanganan yang terpadu antara dokter, psikolog, guru dan orang tua, Dengan menggunakan pengobatan akan sangat membantu, melalui proses belajar, dapat menumbuhka motivasi dalam belajar, diantaranya dibutuhkan penangan penuh kasing sayang dalam rangka pengasuhan anak tersebut al :
1. Belajar untuk memahami diri
2. Kemampuan untuk menyalurkan emosi negatif secara bijaksana
3. Menumbuhkan motivasi / semangat dengan reinforcement
Hal-hal yang bias dilakukan oleh orang tua dan guru:
1. Mengerti dan memahami anak
2. Melakukan stimulasi dengan tidak menuntut dan menekan
3. Melakukan management perilaku
4. Memberikan support emosional
Secara operasional dan terprogram dapat dilakukan hal-hal sbb :
1. Remedial teaching
2. Memory strategis
3. Strategis for fine motor problem
4. Strategis for developing math skill
5. Strategis for writing problems
6. Strategis for reading problem
7. Developing organizational skill
8. Behavior medification Goldstein & Goldstein, 1992
Stategi yang dimasukkan dalam pelajara al:
1. Membaca dan menulis
2. Matematika dan numerik
3. Berbahasa
Kesemuanya dilakukan dengan pengendalian diri dan latihan memori, selain untuk menumbuhkan kedisiplinan serta ketrampilan dengan diberikan pelajaran menggambar, prakarya, kesenian dan permainan yang dijadikan sarana untuk meningkatkan ketrampilan anak dan harga dirinya
H. Autisme
Autisme infantile atau autisme masa kanak-kanak masuk dalam kelompok gangguan perkembangan pervasive dalam Blok gangguan Psikologis (Dirkeswa, 1993; Kaplan, 1996 ). Jumlah penyandang autisme makin meningkat 2-4 dari 10.000 anak, sekarang 15-20 per 10.000 anak, tiap 40 juta anak 60.000 penyandang Autisme (Widayati, 1999) atau setiap tahun dari 4, 6 juta anak 6.900 menderita autisme. Penyebab autisme sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti, berbagai teori telah dikemukakan karena factor psikososial, gangguan neuroanatomi dan biokimiawi otak. Kelahiran anak yang tidak dikehendaki (unwanted child), seringnya anak mengalami abuse, menyebabkan anak menarik diri. Gangguan neurobiologis yang menerangkan tentang neuroanatomi dengan dasar pada pengamatan, antara lain : Terjadinya RM tinggi dari mereka
bidang neuroanatomi, neurofisiologi neurokimiawi dan genetika pada anak penyandang autusme telah menunjukkan gangguan atau kelainan pada perkembangan sel otak selama dalam kandungan, pada saat pembentukan sel tsb timbul gangguan yang disebabkan karena gangguan oksigenasi, perdarahan, keracunan dan infeksi TORCH, sehingga pertumbuhan sel otak meanjadi tidak sempurna.
Kelainan yang disebabkan kelambatan maturasi otak adalah:
1. Infantile Autisme
2. Schizophrenia
3. Developmental Dislekxia
Gangguan autisme merupakan gangguan perkembangan yang tidak dapat disembuhkan (not curable) namun diterapi (treatable). Gejala yang yang biasa muncul baik perilaku yang berlebihan (excessive) maupun yang mengalami hambatan (deficit) dapat dikurangi dengan pemberian obat dan penerapan terapi yang tepat dan terpadu sesuai dengan kondisi masing-masing. Penanganannya bersifat individual karena karakteristiknya sangat individual sehingga belun tentu terapi yang satu cocok untuk terapi anak yang lain. , salah satu cara yang dugunakan dalam terapinya adalah dengan metode loovas yang menggunakan psinsip dasar modifikasi perilaku (Behavior medification) yang menekankan pentingnya feetbeck positif (reward) dan feetbeck negatif (punisment)
Beberapa gambaran munculnya gangguan Autisme
1. Faktor genetic
2,5-3 % ditemukan pada saudara dari penderita autisme, anak kembar satu telur 36-
89 % sedangkan kembar dizigote 0 %.
2. Faktor perinatal
Beberapa factor perinatal, terutama selama masa kehamilan, gangguan pementukan sel otak oleh beberapa factor penyebab, selain factor tersebut adalah kelainan kromosom
3. Gangguan biokimiawi otak
Terutama ganguan neurotransmiter, disfungsi metabolisme dapat pula terjadi pada autisme yang makan beberapa makanan tertentu seperti coklat, corn sugar, apel dan pisang ( Alberti, et.al, 1999 ). Dari perkembangan otak gangguan ini dianggap yang paling mesterius, hal ini disebabkan kompleknya berbagai sistim otak yang saling berinteraksi, yang terkait dengan aspek sosial, kognitif dan lingustik.
Gejala klinis yang sering dijumpai :
Fisik:
1. Kegagalan lateralisasi karena maturasi otak
2. Insiden yang tinggi terhadap infeksi saluran nafas bagian atas, kejangm demam.
Perilaku:
1. Gangguan interaksi sosial
2. Ketidakmampuan untuk berhubungan secara normal, baik dengan orang tuanya maupun orang lain
3. Tidak ada reaksi ketika dipanggil
4. Menolak ketika dipeluk/ disayang
5. Tidak responsip dan suka menyendiri
Gangguan komunikasi bahasa
1. Komunikasi sangat lambat
2. Kata-katnya berupa gumamn dan tidak bermakna sama sekali
3. Suka membeo berulang-ulang
4. Tidak menunjukkan atau memakai gerakan tubuhnya tetepi menarik tangan orang tuanya untuk mengambil obyek
Gangguan Perilaku motorik
1. Ada gerakan yang stereotip, spt bertepuk tangan, duduk sambil menayunkan badan
2. Koordinasi motorik terganggu
3. Kesulitan mengubah rutinitas
4. Hiperaktif atau justru sangat pasif
5. Agresif dan kadang mengamuk tanpa sebab
Gangguan emosi, perasaan dan afek
1. Rasa takut tiba-tiba muncul terhadap obyek yang tidak menakutkan
2. Ada perubahan perasaan yang terjadi secara tiba-tiba
Ganggua fungsi intelektual
1. 40 % IQ dibawah 50
2. 50 % IQ 50-70
3. 30 % IQ 70 atau lebih
Beberapa gejala yang harus diamati dan diperiksa semasa anak masih bayi sampai tahun ke 3
1. Usia 0-1 bulan, tidak menangis, mata tidak beralih, memandang benda tidak bergerak
2. Usia 1- 4 bulan, tidak tersenyum, tidak gembira apabila apabila digendong
3. Usia 4-8 bulan, tidak tersenyum dan tidak dapat merubah posisi kepala, tidak aktif bila diberi minum
4. Usia, 8-12 tahun, tidak menjerit, tidak melambai, tidak marah
5. Usia 12-24 bulan, tidak menggunakan tangan untuk melambai atau memanggil pngasuhnya, tidak mau memakai kata-kata
6. Usia 2 tahun – 3 tahun, tidak mampu berceritera atau menangis, tidak mampu menambah kata, tidak mampu meminta dan menolak
Perbedaan antara GPP/H dengan AI
1. Stimulasi
GPP: dapat maju secara bertahap
AI: Kemajuan sangat lambat dan sulit distimulasi
2. Aktivitas permainan
GPP: aktif ganti mainan
AI: Sulit ganti mainan, cenderung sama
3. Pengatahan
GPP: sulit diarahkan
AI: sangat sulit diarahkan
4. Reaksi
GPP: Kadang aneh
Ai: sering sangat aneh
5. Emosi
GPP : Bila marah sulit diredakan, AI sangat sulit diredakan
6. Sosislaisasi: ingin sosialisasi tapi ditolak, tidak mau sosialisasi
7. Penyimpangan perilaku, kadang menyimpang, sering sangat menyimpang
8. Persepsi sensorik: Kadang mau dibelai, sering menolak ketika dibelai
9. Pengobatan, dengan psikostimulasi, antipsikotik
Terapi
Meliputi
1. Farnmakoterapi
2. Tearpi perilaku dengan terapi bermain
3. Terapi edukasi
4. Konseling keluarga
Diagnosa Banding:
1. Scizophrenia pada masa anak-anak
2. Retardasai mental dengan gejala perilaku (gangguan bahasa, akspresif campuran, ketulian konginital, pumutusan psikososial, spikosis disintegratif/regresif (lihat Sinopsis Psikhiatri, 721-)

ANAK SUPERNORMAL
Anak yang tergolong cerdas meliputi : Genius, gifted dan superior, berbakat, talented. Yakni anak yang memiliki kecerdasan di atas normal, ada yang mengatakan the highest level of intelligence ( Fligler)--à 170 IQ and above; Menurut Woodworth anak yang tingkat IQ lebih dari 140. Perbedaan secara gradual adalah: Superior IQ 110-125, Gifted IQ 125-140, Genius IQ 140-200. Anak Gifted penonjolan lain adalah kecakapan hanya pada bidang tertentu, sedangkan anak talented memiliki banyak kecakapan pada bidang yang berbeda-beda.
Klasifikasi, menurut Donald G Marquis adalah:

No IQ % Klasifikasi
1. 140 atau lebih 1 Genius
2. 130-139 2 Very Superior
3. 120-129 8 Veri Superior
4. 110-119 16 Superior

Anak Superior perlu mendapat perhatian serta pendidikan yang memadahi, hal ini demi mencapai keberhasilan dalam hidupnya, sebab jika anak tsb tidak diberikan pengarahan yang memadai seringkali menimbulkan permasalahan yang pada akhirnya menjadikan anak tersebut gagal di tengah jalan. Banyak permaslahan yang dihadapi anak super tsb, antara lain adalah masalah kepribadian, emosi dan sosial.
Beberapa team ahli yang terlibat dalam penanganan anak tsb adalah :
1. Psikiater
2. Psikolog
3. Dokter spisialis
4. Beberapa orang ahli dalam ilmu pengetahuan
5. Konselor
6. Pekerja sosial
Beberapa hal yang dapat dilihat terhadap perkembangannya :
1. Berjalan dan bicara lebih cepat dari anak normal sebaya
2. Menunjukkan kemampuan tertentu, mempunyai keberanian yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang
3. Tidak suka dibantu
4. Mempunyai keinginan yang kuat
Sifat anak genius
1. Kreatif (menciptakan sesuatu yang bermutu)
2. Daya abstrak tinggi
3. Rasa ingin tahu tinggi
4. Cepat dalam memecahkan permasalahan
5. Tidak mudah percaya jika belum ada bukti kuat
6. Melakukan evalusi secara logis
7. Jujur dan apa adanya pada kebenaran
Keadaan emosi anak Genius
Menurut Lange Eighbaun, dalam penyelidikannya terhadap 78 anak genius, memperoleh hasil sbb:
1. 37 % adalah memiliki kelainan jiwa yang sangat ringan
2. 46 % Psikopat
3. 10 % psikopat ringan
4. 7 % normal
Menurut Ruth Starng: mereka memiliki sensitivity yng extrem sehingga kadang menyebabkan dia eksentrik dan mudah terpengaruh oleh gangguan emosinya
Menurut Paul Witty: perkembangan personalitynya kurang baik, cemas,merasa terisolir dan intoleran. Selanjutnya ia mengatakan bahwa anak yang memiliki IQ 125-155 mereka mempunyai sikap sosial yang baik, berhasil dalam masyarakat, sukses dalam mengatur hidupnya dan dapat menjadi pemimpin, saling menghargai dan mempunyai pengertian., tetapi anak dengan IQ 160 mempunyai kesempatan yang kecil untuk menjadi pemimpin, sedang yang memiliki IQ 170 atau lebih, tindakan dan sikap mereka sulit untuk dimengerti oleh umum, mereka lebih senang menyendiri, lebih senang mencari hiburan dalam kesunyian dengan cara memecahkan problem-problem ilmiah, mengadakan eksperimen.
Terman mengatakan bahwa anak dengan IQ 180 atau lebih mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial dan immaturity dalam emosi, mereka mengalami kekacauan mental atau mental desordered.
Problem yang dihadapai anak genius :
1. Problem dari diri sendiri : sulit bergaul karena perkembangan MA lebih tinggi dari perkembangan CA shg mereka mengalami kesulitan dalam sosialisasi.
2. Problem dari luar diri: sering dikatakan eksentrik, atau jika keluarga memanjakannya maka akan muncul kesombongan.
3. Problem sekolah: Kurikulum, Metode serta staf pengajar.
Pendidikan untuk Anak Genius
1. Acceleration (mempercepat) : masuk sekolah lebih awal, peloncatan kelas, adanya pelajaran tambahan di luar kelas. Percepatan ini akan lebih baik jika di sekolah menggunakan sistim kredit atau system continous progress (maju berkelanjutan).
2. Segregation(pengasingan), dengan cara pengelompokan kecakapan, yakni ability grouping antara lain: homogeneous grouping/grup yang homogen; cluster grouping/ adanya klas sepesial; cros grouping or workshop type/ tempat kerja berselang seling. Subgrouping: dibentuk sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan dikerjakan, group tidak permanen, setiap saat dapat berubah sesuai dengan topik baru dan proses baru.
3. Enrichment (memperkaya), memperkaya dengan dengan berbagai tambahan bahan maupun kesibukan, baik secara vertikal maupun horisontal. Secara vertikal atau intensif dilakaukn dengan memberikan serumpun ilmu pengetahuan atau spesialisasi atau anak diberi kesempatan untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang paling di senangi, sedangkan secara horizontal dilakukan dengan cara memperluas pengetahuan, yakni dengan cara memperluas kurikulum. Jadi anak diberi beberapa pelajaran tambahan yang dapt memperluas pengetahuan anak tentang hal-hal yang sedang dipelajari, atau memperluas mata pelajaran itu sendiri.
4. Kombinasi (campuran). Dalam kombinasi ini pendidik menggunakan lebihj dari satu macam type
Keuntungan dan kerugian:
1. Acceleration: keuntungan dapat loncat kelas, kerugian antara lain adanya mata pelajaran yang dilompati sehingga pada mata pelajaran tertentu menjadi ketinggalan.
2. Segregation: keuntungan, murid dapat bersaing sepuasnya, pembimbing tugasnya lebih ringan, karena anak terkumpul sesuai dengan kemampuannya. Kerugiannya adalah, anak merasa kelompok istimewa shg dapat sombong, terisolir sehingga tidak sukses dalam masyarakat.
3. Enricment / Memperkaya, Keuntungan: dapat membantu perkembangan potensi anak, anak benar-benar menguasai mata pelajaran yang dipelajari, anak mempunyai pengetahuan luas dan mendalam, kerugian : sukar untuk memperkaya kurikulum, adanya kesulitan dalam membuat team work yang baik antar lembaga terkait.
Beberapa hal yang perlu di upayakan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan lebih :
1. Tempat bekerja : labolatorium yang lengkap, pertpustakaan dan bengkel atau studio untuk mempraktekkan kecakapannya
2. Guru yang memadai: pandangan serta kecerdasan yang baik, tahu kehidupan anak genius, sanggup berkorban, tidak mudah kecewa, kreatif, menguasai teknik evalusi yang tepat, mempunyai daya kreasi yang tinggi serta selalu berusaha untuk maju.
Metode mengajar yang tepat: diskusi, metode terprogram yang disusun secara sistimatis, problem solving, experimen, independent study, riset, case study, metode proses, inquity (anak disuruh mengemukakan persoalannya sendiri serta memecahkannya), conseptual learning (anak aktif menyelidiki serta mengenali sifat-sifat dari sesuatu yang diselidiki

KepuStakaan :
Atkinson, R. L, 1999. Pengantar Psikologi I dan II, Erlangga, Jakarta
Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, Erlangga
Engle Snellgrove, Psychology (Its Principles and Application)
Kaplan & Sadock, 1997. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara
Hasan, L. Teori Kesehatan Mental, Pustaka Alhuda, Jakarta
Hergenhahn, B.R, An Introduction to Theoris of Personality, Prentice-Hall, Inc, England Cliffs
Hurloch, E. B. 1992, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga
Kartini, K. Gangguan Psikihis, Sinar Baru, Bandung
Kartini. K, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Mandar Maju, Bandung
Martin, D. G, Personality Effective and ineffective, Brooks/Cole Publishing Company Monteret California
Monk,F.J, Knoers, A.M.P, Haditono,R, 1988. Psikologi Perkembangan, Gadjah Mada University Press
Schumaker, J.F. Religion and Mental Health, Oxford University Press, 1992
Schultz, D. Psikologi Pertumbuhan. Kanisius, 1991
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan, Grasindo, Gramedia, Jakarta
Powered by Blogger