Kamis, 30 Mei 2013

RINGKASAN NASIHAT AKHIR DAUROH ASATIDZAH & DU'AT AHLUS SUNNAH BERSAMA ASY-SYAIKH UTSMAN AS-SAALIMI HAFIZHAHULLAH


 
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

1) Bertakwalah takwa kepada Allah ta’ala dan takutlah kepada-Nya, sesungguhnya hal itu akan mendorongmu untuk senantiasa taat dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya.

2) Bertakwalah kepada Allah ta’ala dalam menjaga ukhuwah, karena ukhuwah termasuk pondasi agama.

3) Apabila ada seorang da’i Ahlus Sunnah yang datang ke daerah kita untuk berdakwah hendaklah kita membantunya, dan tidak disyaratkan kepadanya untuk meminta izin kepada kita, tapi hendaklah kita membantunya dan mengumpulkan manusia untuk mendengarkan ceramahnya. Dan datangnya dia ke daerah kita hakikatnya adalah pertolongan terhadap dakwah kita. Syaikh Muqbil rahimahullah, apabila datang salah seorang da’i ke salah satu masjid di kota Sho’adah maka beliau sangat senang dan mengumpulkan manusia untuk menghadiri kajiannya. Ahlus Sunnah ghuroba’, jumlah da’i sangat sedikit, mereka sangat dubutuhkan.

4) Menghadapi berbagai makar musuh dakwah membutuhkan kesabaran dan senantiasa berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah ta’ala dan bermusyawarah dengan ahlul ‘ilmi.

5) Memperbanyak dan menyibukkan diri dengan ibadah, karena ibadah adalah pondasi keselamatan. Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalah Shahih beliau dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

بادروا بالأعمال فتنا كقطع الليل المظلم يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا ويمسي مؤمنا ويصبح كافرا يبيع دينه بعرض من الدنيا

“Bersegerah melakukan amalan-amalan sebelum datang fitnah-fitnah bagaikan potongan-potongan malam yang kelam, pagi harinya seseorang mukmin sore harinya kafir, sore harinya mukmin pagi harinya kafir, ia menjual agamanya dengan sedikit kenikmatan dunia.” [HR. Muslim]

6) Fitnah (cobaan) terkadang dalam bentuk harta, kenikmatan dunia, kehormatan, kedududukan dan wanita. Tidak boleh merasa aman dari fitnah-fitnah ini, terutama fitnah wanita, jangan merasa aman darinya meskipun ahli ibadah, banyak yang telah terjatuh dalam fitnah ini, bahkan –wal’iyadzubiLlaah- ada yang terjatuh dalam hubungan sejenis. AlhamduliLlaah Ahlus Sunnah berada di atas kebaikan, jauh dari fitnah ini, akan tetapi tetap harus berhati-hati darinya.

7) Fitnah harta, berhati-hatilah darinya, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

لكل أمة فتنة وفتنة أمتي المال

“Setiap umat memiliki fitnah (cobaan), dan fitnah umatku adalah harta.” Janganlah kamu memakan yang haram, seperti yang dilakukan oleh ulama dan ahli ibadah Yahudi. Berhati-hatilah dengan amanah berupa harta kaum muslimin yang dititipkan kepadamu.
Termasuk perkara penting, hendaklah memperhatikan ilmu-ilmu syar’i, jangan menyibukkan diri dengan membantah ahlul bid’ah dan diskusi tentang mereka siang dan malam, inilah yang menyia-nyiakan waktu sebagian pemuda –hadaahumuLlaah-.

9) Janganlah engkau pergi jauh-jauh berdakwah hanya untuk mentahdzir fulan dan fulan selama dua atau tiga hari, tidak ada ilmu yang engkau sampaikan tentang tiga landasan utama agama (tsalatsatul ushul), atau sebagian masalah fiqh, atau kitab Al-Aqidah Al-Washithiyah, atau kitab Lum’atul I’tiqod, atau Tafsir Juz ‘Amma. Inilah yang paling penting engkau ajarkan, dan mungkin engkau mentahdzir dari kelompok sesat tertentu sekitar seperempat jam, adapun menjadikan isi dauroh seluruhnya atau sebagian besarnya untuk mentahdzir firqoh tertentu, padahal masih banyak masalah-masalah ilmu agama yang lebih dibutuhkan untuk diajarkan, maka ini termasuk sebab kemunduran (dari ilmu).

10) Syaikh Muqbil rahimahullah pernah keluar berdakwah ke Shon’a dan beliau mengatakan kepada hadirin untuk tidak bertanya tentang hizbiyin, tidak pula tentang Ikhwanul Muslimin, hal itu juga demi agar tidak lebih menguatkan tuduhan hizbiyun bahwa Ahlus Sunnah kerjaannya hanya berbicara tentang fulan dan fulan.

11) Jika engkau berdakwah di suatu kota, atau kampung, atau masjid tertentu, maka sibukkan dengan ilmu, adapun permasalahan hizbiyin maka serahkan kepada yang lebih berilmu dalam membantah mereka. Jika terdapat masalah di satu negeri bermusyawarahlah dengan mereka (Asatidz) dan juga bermusyawarahlah dengan para Masyaikh meskipun di luar negeri.

12) Dan tidak mengapa kepada para thullaabul’ilm engkau ingatkan dari prinsip-prinsip hizbiyin, adapun kepada manusia secara umum hendaklah engkau tanamkan prinsip-prinsip ilmu syar’i, inilah pelajaran manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu manhaj yang dibangun di atas dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salaf, engkau ajarkan Al-Qur’an, Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, kitab-kitab Sunan, Musnad Ahmad dan kitab-kitab para ulama lainnya. Tidaklah manhaj itu hanya berbicara tentang ahlul bid’ah, mentahdzir dari fulan dan fulan, bahkan yang paling utama adalah tentang agamamu, bukan tentang orang lain.

13) Al-Jarhu wat Ta’dil adalah fardhu kifayah, apabila sebagian orang telah melakukannya maka jatuhlah kewajiban itu dari sebagiannya. Dan tidaklah banyak yang melakukan jarh wa ta’dil kecuali para ulama besar, oleh karena itu para ulama kita ada yang dinamakan dengan aimmatul jarhi wat ta’dil, apakah ada penuntut ilmu pemula berbicara tentang jarh dan ta’dil!?

14) Mereka dinamakan imam-imam jarh wa ta’dil karena ketakwaan dan ilmu yang ada pada mereka. Perhatikanlah Imam besar jarh wa ta’dil: Ibnu Abi Hatim Ar-Rozi rahimahullah suatu ketika mendengarkan ucapan imam besar jar wa ta’dil lainnya yaitu: Ibnu Ma’in, beliau berkata:

إنا لنتكلم بقوم لعلهم قد وضعوا رحالهم في الجنة

“Sesungguhnya kita berbicara tentang suatu kaum, yang bisa jadi telah memiliki tempat tinggal di surga.” Maka Ibnu Abi Hatim pun gemetar, sehingga jatuh kitab yang ada dalam genggamannya. Jadi permasalahannya tidak ringan wahai Ikhwan, berbicara tentang ahlul il’mi, atau para da’i Ahlus Sunnah, atau kaum muslimin secara umum, bukan perkara ringan. Kami membenci ahlul bid’ah, akan tetapi berbicara tentang seorang muslim perlu ta’anni (kehati-hatian, jangan tergesa-gesa), tatsabbut (benar-benar memastikan), dan perlu dipelajari kapan saat yang tepat diucapkannya. Oleh karena itu Syaikh Muqbil rahimahullah melarang kebanyakan murid-muridnya untuk berbicara tentang hizbiyun, beliau mengatakan, cukuplah aku yang berbicara. Sibukkan diri kalian dengan ilmu.

15) Bersabarlah dalam menuntut ilmu dan menghadapi berbagai macam rintangannya. Tolonglah agama Allah dengan hartamu, dengan ilmumu, dengan kedudukanmu, semoga Allah ta’ala membalasmu dengan kebaikan.

[Ini adalah ringkasan secara makna, tidak sama persis 100 % dengan lafaz Syaikh. Adapun rekaman lafaz nasihat Syaikh secara lengkap insya Allah ta'aka akan diupload oleh Panitia Dauroh, dan khusus nasihat akhir Syaikh insya Allah ta'ala akan ditranskrip]

sumber : https://www.facebook.com/SofyanRuray?hc_location=stream

Rabu, 29 Mei 2013

Hidayah Menyapa Sipir Penjara Guantanamo

Di Guantanamo, dia menyaksikan Muslim tidak seperti yang dia kira.

Keyakinan bisa mengetuk hati siapa saja, termasuk seorang atheis, sipir penjara Guantanamo, Terry Holdbrook Jr. Bertugas di penjara tersebut 10 tahun lalu, Terry mengaku mendapatkan hidayah setelah melihat tindak-tanduk para tahanan – yang kebanyakan tidak bersalah. Sejak bergabung di kemiliteran dan ditugaskan di Guantanamo dari 1424-1425H / 2003-2004, Holdbrook dicekoki paham bahwa Islam sama dengan terorisme, kejam, tidak berperikemanusiaan dan sadis – berkaca pada peristiwa 9/11. “Ingat apa yang Muslim lakukan pada kita. Ingat siapa yang kalian lindungi,” kata sersan kala itu pada para prajurit.
Berbicara di Islamic Center Huntsville Sabtu pekan lalu, dilansir Al.Com, Holdbrooks mengatakan bahwa dia merasa dibohongi saat bertugas di Guantanamo. Yang dia bayangkan saat itu, para napi berwajah gahar dan beringas. Tapi tidak. Dia malah menemukan para dokter, supir taksi, profesor, dan bahkan seorang bocah berusia 12 tahun, sama sekali tidak berbahaya namun dilabeli “teroris”.
“Saya mulai berpikir, ‘Apakah saya dibohongi?’” kata pria 29 tahun ini.
Dia menyaksikan sendiri, para tahanan bertolak belakang dari apa yang selama ini diajarkan. Mereka tertib membaca al-Quran, melakukan shalat lima waktu, dan tetap tenang walaupun mendapatkan tekanan terberat sekalipun.
Salah satu tugas Holdbrooks saat itu adalah mengantarkan para tahanan ke ruang interogasi. Di tempat ini, dia tahu bahwa mereka akan disiksa dan ditanya dengan pertanyaan yang sama setiap harinya, sampai mengaku atau terpaksa mengakui apa yang tidak mereka lakukan. Beberapa sangat tersiksa, beberapa lainnya menerima dengan sabar. Inilah yang membuat heran Holdbrooks.
“Bagaimana kau bisa bangun di Guantanamo dan tetap tersenyum? Bagaimana kau percaya ada Tuhan yang peduli padamu?” tanya Holdbrooks pada para tahanan.
Seorang dari mereka menjawab, “Saya senang menghabiskan waktu di Guantanamo. Allah sedang menguji keimanan saya. Kapan lagi saya bisa menghabiskan lima tahun tanpa melakukan apapun, hanya membaca Al-Quran, saya bisa membacanya dan belajar bahasa Arab serta melatih mental?”
Sejak itulah Holdbrooks mulai berbincang-bincang dengan mereka. Beberapa orang bahkan mengajarkannya tentang etika, filosofi, sejarah dan agama. Banyak dari tahanan bahkan menafikan peristiwa 9/11, menurut mereka itu melanggar ajaran Islam.
“Saya punya semua kebebasan di dunia, tapi saya malah menderita. Di sini mereka tidak punya apa-apa, tapi bahagia. Tidak perlu ilmuwan roket untuk mencari tahu apa yang terjadi dalam hati mereka,” kata Holdbrooks.
Memeluk Islam
Akhirnya Holdbrooks mulai mempelajari Islam. Selama ini dia mengaku atheis karena seluruh agama yang dia pelajari tidak mampu menenangkannya. Dia menganggap kala itu, Monotheisme adalah akar dari seluruh kesengsaraan, karena itu dia pilih tidak beragama.
Tapi ketika membaca Al-Quran untuk pertama kalinya, dia menemukan banyak pemikiran yang masuk dalam logikanya. “Kitab ini semua masuk akal dari awal hingga akhir. Tidak bertentangan satu sama lain. Ini bukan sihir. Ini hanyalah petunjuk sederhana tentang bagaimana menjalani kehidupan,” kata dia.
Setelah tiga bulan belajar secara intens, akhirnya dia memutuskan memeluk Islam. Dia mengatakannya pada salah satu napi. Tapi jawabannya adalah “tidak”, Holdbrooks terkejut. Akhirnya napi Guantanamo itu menjelaskannya.
Menjadi seorang Muslim, kata napi itu, berarti Holdbrooks harus mengubah gaya hidupnya. Mengatur makan, berhenti minum alkohol, stop bicara kasar dan menghapus tato yang dia miliki. Selain itu, dia harus siap menghadapi perubahan dalam kehidupan sosialnya, termasuk di ketentaraan, keluarga
dan pemerintahan.
Tapi tekadnya sudah bulat dan dia akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Dia mengaku menemukan kesehatan, kedisiplinan dan kedamaian pikiran, hal-hal yang tidak didapatinya sebelum ini.
“Setiap langkah kecil saya menuju Islam, Islam berlari menuju saya,” kata Holdbrooks.
Dipecat dari militer
Barulah pada 1430H / 2009, Holdbrooks memutuskan menjadi Muslim sejati. Dia melakukan seluruh perintah dan larangan Allah, termasuk melakukan puasa sunnah setiap minggunya.
Dia akhirnya dipecat dari kemiliteran dengan dalih mengalami gangguan kepribadian. Istrinya menceraikannya setelah mengetahui suaminya masuk Islam.
Dia menikah dengan seorang suster yang ditemuinya di sebuah mesjid melalui proses ta’aruf. Kini, dia tergabung dalam Muslim Legal Fund of America, sebuah organisasi Islam Amerika yang mendorong perubahan dalam kebijakan pemerintah. Berkeliling, dia menceritakan kisahnya.
Kepada Muslim di negara tersebut, dia berpesan untuk tidak takut. “Jangan takut menjadi Muslim di depan publik. Katakan pada tetanggamu kau Muslim. Undang mereka ke rumahmu. Undang mereka ke mesjid untuk melihat apa benar itu pabrik pembuat bom,” kata dia.

repost: Sunny Salafy dari (VIVA News)

Selasa, 28 Mei 2013

(Terbaru) ALHAMADULILLAH, SANTRI PERTAMA ASAL DAERAH RAWAN KRISTENISASI KAMPUNG LAUT TELAH BERANGKAT KE NEGERI YAMAN UNTUK MENUNTUT ILMU AGAMA

(Ustadz Sofyan Chalid Ruray Hafizhahullah) 

Masjid Kampung LautSegala puji hanya bagi Allah ta'ala, di sela-sela kesibukan kami mengikuti dauroh Syaikhuna Utsman As-Saalimi hafizhahullah, pada hari Jum'at, 17 Rajab 1434 H, bertepatan dengan tanggal 24 Mei 2013, Allah ta'ala memberikan kemudahan bagi kami untuk mengirim santri pertama, putra daerah Kampung Laut untuk menuntut ilmu kepada para ulama Ahlus Sunnah di negeri Yaman. Mohon doa kaum muslimin agar beliau dapat meraih faidah-faidah ilmu yang bermanfaat dan dijauhkan dari kejelekan berbagai macam fitnah.

Insya Allah ta'ala, program pengiriman santri, khususnya dari daerah-daerah rawan Kristenisasi, untuk menuntut ilmu di Pondok-pondok Ahlus Sunnah baik di dalam maupun luar negeri masih terus kami lakukan, dengan harapan mereka bisa kembali ke daerah mereka sendiri untuk berdakwah dan membendung gerakan Kristenisasi.

Terbuka kesempatan bagi kaum muslimin untuk ikut berpartisipasi dalam program ini. Dan kepada kaum muslimin yang telah membantu kegiatan dakwah selama ini, kami haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, jazaakumuLlaahu khayron.

Dan sebagai kabar gembira, kami ingatkan kembali sabda Nabi kita yang mulia, Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam,

مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا ، وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا

“Barangsiapa yang membantu perlengkapan orang yang berjihad di jalan Allah maka sungguh dia juga telah ikut berjihad, dan barangsiapa yang membantu keluarga seorang yang berjihad di jalan Allah dengan suatu kebaikan maka dia juga telah ikut berjihad.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu’anhu]

Ath-Thobari rahimahullah berkata,

وفيه من الفقه أن كل من أعان مؤمنًا على عمل بر فللمعين عليه أجر مثل العامل

“Dan dalam hadits ini terdapat fiqh (pemahaman) bahwa setiap orang yang menolong seorang mukmin dalam melaksanakan satu amalan kebaikan maka orang yang menolong tersebut mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya.” [Syarh Shahih Al-Bukhari Libnil Batthol, 5/51]

An-Nawawi As-Syafi’i rahimahullah berkata,

وَفِي هَذَا الْحَدِيث : الْحَثّ عَلَى الْإِحْسَان إِلَى مَنْ فَعَلَ مَصْلَحَة لِلْمُسْلِمِينَ ، أَوْ قَامَ بِأَمْرٍ مِنْ مُهِمَّاتهمْ .

“Dan dalam hadits ini ada sebuah dorongan untuk berbuat baik kepada orang yang melakukan suatu amalan demi kemaslahatan kaum muslimin atau melakukan suatu perkara demi kepentingan kaum muslimin.” [Syarh Muslim Lin Nawawi, 13/40]

Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,

ويؤخذ من هذا أن كل من أعان شخصا في طاعة الله فله مثل أجره فإذا أعنت طالب علم في شراء الكتب له أو تأمين السكن أو النفقة أو ما أشبه ذلك فإن لك أجرا أي مثل أجره من غير أن ينقص من أجره شيئا وهكذا أيضا لو أعنت مصليا على تسهيل مهمته في صلاته في مكانه وثيابه أو في وضوئه أو في أي شيء فإنه يكتب لك في ذلك أجر فالقاعدة العامة أن من أعان شخصا في طاعة من طاعة الله كان له مثل أجره من غير أن ينقص من أجره شيئا

“Pelajaran yang bisa dipetik dari hadits ini, bahwasannya setiap orang yang menolong orang lain dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah maka dia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang ditolongnya.

Maka jika engkau menolong seorang penuntut ilmu dalam membeli buku-buku baginya, atau menyediakan asramanya, atau memberi infak kepadanya, atau yang semisal dengannya, maka engkau akan mendapatkan pahala seperti penuntut ilmu tersebut tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.

Demikian pula jika engkau membantu seorang yang melaksanakan sholat agar mudah baginya melakukan sholat, baik tempat sholatnya, pakaiannya, air wudhunya dan apa saja yang dapat memudahkannya untuk melakukan sholat, maka engkau akan mendapatkan pahala seperti pahalanya.

Maka ini merupakan kaidah umum; barangsiapa yang menolong orang lain untuk melakukan suatu ketaatan kepada Allah, maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang melakukan ketaatan tersebut tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.” [Syarh Riyadhus Shalihin, 2/375]

Semoga Allah ta'ala menganugerahkan keutamaan yang besar ini kepada kita semua. Allaahumma aamiin.

Info: HP. 0852 5684 2111, PIN BB 3: 2657C6B4


sumber : https://www.facebook.com/SofyanRuray/posts/662846307065895

Minggu, 26 Mei 2013

SURAT UNDANGAN ASY-SYAIKH UTSMAN AS-SAALIMI HAFIZHAHULLAH KEPADA SELURUH AHLUS SUNNAH INDONESIA (KHUSUSNYA PARA DU'AT) UNTUK MENGHADIRI DAUROH JAKARTA DAN BEBERAPA DAERAH LAINNYA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Abu Abdillah Utsman bin Abdillah As-Saalimi Al-Yamani kepada saudara-saudaranya Ahlus Sunnah di Indonesia –semoga Allah ta’ala menjaga mereka-, Assalaamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh, amma ba’du,

Kami sangat menginginkan dari kalian untuk hadir pada dauroh ilmiah yang diselenggarakan oleh saudara-saudara kalian –semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan- di kota Jakarta dan di daerah-daerah lainnya. Ini adalah kesempatan dan kenikmatan bagi siapa yang menghadiri dauroh ini demi meraih faidah ilmu yang dibutuhkan oleh seorang muslim secara umum dan para da’i secara khusus.

Dan apa yang akan dihasilkan dari dauroh ini berupa persatuan, ukhuwah, kecintaan dan musyawarah dalam kebaikan dan saling mewasiatkan dalam kebenaran dan kesabaran, karena kalian Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang asing di tengah-tengah masyarakat, maka bersatunya kalian adalah kekuatan bagi kalian di hadapan ahli bid’ah dan kejelekan, sedang mereka (ahli bid’ah) pun saling tolong menolong padahal mereka di atas kebatilan, maka kalian lebih wajib untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa.

Wassalaamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.

Ditulis pada tanggal 14 Rajab 1434 H, bertepatan dengan tanggal 24 Mei 2013 M.

Utsman As-Saalimi (semoga Allah ta'ala menjaga beliau).
 
 
 

Sebab-sebab Persatuan (Nasihat Syaikhuna Utsman As-Saalimi hafizhahullah di masjid I'tishom, Jakarta 1434 H)

Ini beberapa Nasihat Syaikhuna Utsman As Saalimi hafizhahullahu ta'ala dalam Daurah di Masjid I'tishom Jakarta 25 Mei 2013
 
 
1. Mengikuti dan mengembalikan perselisihan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salaf.

2. Takwa kpd Allah ta'ala, janganlah berselisih, Ahlus Sunnah paling tahu dengan kebenaran, sehingga tdk ada alasan bagi mereka berselisih, padahal aqidah mereka satu, manhaj mereka satu. 
 
3. Tidaklah ada perselisihan kecuali krn kejahilan dan hawa nafsu, maka tingggalkan kepentingan-kepentingan pribadi.

4. Menyibukkan diri dengan Ilmu yang bermanfaat.

5. Kembali kpd ulama kibar Ahlis Sunnah, seperti Syaikh Robi', Syaikh Al-Wushobi, Syaikh Muhammad Al-Imam, Syaikh Muhammad bin Hadi, Syaikh Al-Fauzan, Syaikh Al-'Abbad, Syaikh Al-Luhaydan, dll.
 
Seperti halnya nasihat Syaikhuna Robi' bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah, beliau pernah berucap "Utruku asbabul khilaaf" (jauhilah sebab-sebab perpecahan). Al Ustadz Muhammad 'Afifuddin berkata bahwa yang dimaksud bukanlah meninggalkan/membiarkan apa yang telah jelas, yang dengan itu kita harus mentahdzir yang salah yang konsekwensinya adalah kita berlepas diri dari mereka walaupun mereka menisbatkan diri kepada salaf. Tetapi yang dimaukan oleh Asy Syaikh adalah menjauhi kemaksiatan, karena hal itu adalah pokok dari kehancuran dan kebinasaan juga pemecah belah persatuan umat.

Sabtu, 25 Mei 2013

Jaringan Iblis Laknatullah dan Tokohnya (bag.2)

Sekali lagi tentang JIL. Nama sebuah jaringan ini kian tenar, meskipun banyak pihak yang mengecamnya.
Sebenarnya kampanye penyatuan agama, “semua agama itu sama”, “sama-sama menyembah Tuhan”, “Islam bukan agama yang paling benar”, yang lebih populer disebut teologi pluralis, sudah cukup sebagai bukti bahwa mereka adalah para pengusung panji-panji kekufuran, yang pelakunya bisa jadi kafir alias murtad.
Kalau kita telusuri lebih dalam lagi tentang gaya pikir JIL, akan terlihat secara jelas tentang program JIL dan siapa JIL sebenarnya dalam situs resmi milik mereka. Secara terbuka mereka gambarkan prinsip JIL yaitu menekankan “kebebasan dan “pembebasan”, karena (kata mereka) Islam disifati dengan 2 sifat tersebut. JIL membangun beberapa landasan tentang penafsiran tertentu atas Islam, diantaranya; membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam, mempercayai kebenaran itu relatif, memihak pada yang minoritas dan selainnya. JIL pun percaya diri bahwa misinya akan berhasil yaitu menciptakan struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi, katanya. (http://www.islamlib.com)
Namun umat Islam telah menilai gaya pikir JIL dengan para tokoh-tokohnya adalah sangat membahayakan kemurnian dan keadilan syari’at Islam. Ulil Abshar Abdalla, tokoh JIL telah mengeluarkan pernyataan secara tegas bahwa hukum Tuhan tidaklah ada. (Harian Kompas, tanggal 18 Desember 2002)
Inilah hakekat tujuan JIL sebenarnya yaitu: “tolak syari’at Islam!”. Karena JIL meyakini kebenaran itu relatif dan meyakini urusan beragama dan tidak beragama adalah hak veto (pribadi) yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. (http://www.islamlib.com)
Hasil Landasan Penafsiaran Islam Model JIL
Dibawah payung kebebasan dan berijtihad seluas-luasnya, mereka berani mengutak-atik aqidah Islam, diantaranya tentang:
1. Islam sebagai Agama
Prof.dr. Nurcholish Majid, lewat buku Pluralitas Agama hal. 2 terbitan Kompas, berkata, “Umat Islam pun diperintahkan untuk senantiasa menegaskan bahwa kita semua penganut kitab suci yang berbeda-beda itu, sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan sama-sama pasrah (muslim) kepada-Nya.”
Cara pandang seperti ini berkonsekuensi bahwa Islam itu bukan merupakan agama semata tapi merupakan sifat dari suatu agama yaitu pasrah. Sehingga Yahudi, Nashrani, dan agama lainnya adalah sama-sama Islam, semuanya benar dan sama-sama menyembah Tuhan. Inilah hakekat teologi pluralisme yang lagi dikampanyekan oleh JIL. (Lihat buletin Al Ilmu ed. 76)
Selain itu, sang doktor pernah berpidato di universitas-universitas terkemuka di Eropa, Ramadhan 2002, bahwa Islam adalah Agama Hibrida (alias cangkokan, pen). Di dalam Al Qur’an ada lafal Qisthas yang berasal dari bahasa Yunani Justis artinya adil, dan ada lafal Kafura berasal dari bahasa melayu berarti kapur barus (naphtalene). Dengan sepotong kata yang diduga serapan dari bahasa lain tanpa bukti ilmiah, sang doktor itu menyimpulkan Islam adalah agama hibrida (cangkokan). Suatu sifat yang tidak pernah dikenal Islam dan kaum muslimin. (http://www.islamlib.com.)
2. Kemurnian Al Qur’an
Luthfi Assyaukanie, salah satu dosen Universitas Paramadina di Jakarta, katanya: “Saya cenderung meyakini Al Qur’an pada dasarnya adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi, tapi kemudian mengalami berbagai proses copy-editing oleh para sahabat, tabi’in, qurra’, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan.” (http://www.islamlib.com, dalam artikel berjudul Merenungkan sejarah Al Qur’an, dimuat 17/11/2003)
Taufiq Adnan, salah satu dosen IAIN Makassar, telah meluncurkan sebuah artikel yang berjudul Rekontruksi Sejarah Al Qur’an, penerbit FKBA, Jogjakarta, hal. 352). Ia berkata: “Adalah benar bahwa Tuhan telah membuat Al Qur’an dalam bahasa Arab, tetapi manusia bisa membuatnya menjadi bahasa Persia, Turki, Urdu, Cina, Indonesia, atau bahasa-bahasa lainnya.”
Mereka menuduh para sahabat Nabi telah melakukan copy-editing, ternyata pada akhirnya dia (Taufiq Adnan) bersama Ulil Abshar Abdalla dalam Majalah Syir’ah keduanya berani ‘mengedit’ Al Qur’an, sembari keduanya menyatakan bahwa ayat “innaddiena indallahil islam” (Ali ‘Imran: 19) ada yang lebih tepat untuk masa sekarang “innaddiena indallahil hanifiyyah”. Wallahul musta’an!
Dari pernyataan Luthfie dan kawan-kawan dapat kita simpulkan:
1. Al Qur’an telah mengalami copy-editing (perubahan). Cukuplah Allah sendiri yang menjawab kedustaan mereka. Allah berfirman (artinya): “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Adz Dzikr (Al Qur’an), Dan sesungguhnya Kami benar-benar yang memeliharanya.” (Al Hijr: 9)
Bahkan Allah telah menegaskan dalam firman-Nya artinya): “Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu atas sebagian yang lainnya.” Al Isra’: 88)
dan juga firman-Nya artinya);
“Katakanlah: “Maka cobalah datangkan sebuah surat semisalnya, dan panggillah siapa saja selain Allah yang dapat kalian panggil untuk membuatnya, jika kalian orang-orang yang benar.” Yunus:38)
2. Menuduh para sahabat Nabi, khususnya para penulis wahyu, para qurra’ dan khalifah Utsman sebagai pemegang tampuk kekuasaan karena di zaman beliau terselesaikan pengumpulan Al Qur’an, yang dikenal dengan Qur’an Utsmani), mereka semua adalah orang-orang yang mengedit Al Qur’an.
Kita katakan kepada mereka JIL), Apakah dengan kejujuran Islam dan kebenaran Iman para sahabat Nabi, mereka berani merubah Al Qur’an dari keasliannya? Sungguh ini merupakan celaan kepada Allah , Rabbul ‘Alamin, karena salah dalam memilih mereka menjadi sahabat Rasulullah sebagai pembela Islam dan penerus dan penjaga Al Qur’an setelah sepeninggal beliau. Subhanallah! Padahal Allah berfirman tentang para sahabat Nabi :
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat waktunya.” Al-Fath: 18)
“Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha pada mereka dan merekapun ridha kepada Allah.” At-Taubah : 100)
Dan celaan pula kepada Allah ternyata Allah tidak mampu menjaga kemurnian dan keaslian Al Qur’an. Na’udzubillahi min dzalik…
3. Nabi Muhammad
Azyumardi Azra, rektor UIN Jakarta salah satu dedengkot JIL, memberi kata pengantar pada buku Islamic Invantion karangan seorang kafir Robert Morey. Berisikan hinaan dan cacian kepada Rasulullah . Ia berkata: “Kekuatan dan kejeniusan Muhammad yang mengagumkan dapat membuat dia mampu merubah tata cara ibadah penyembahan dewa bulan yang bernama Allah itu menjadi sebuah agama Islam, agama kedua terbesar di dunia.” Pada bagian selanjutnya, ia berkata, “Namun kalau kita perhatikan kehidupan Muhammad kita akan menemukan bahwa dia merupakan manusia biasa yang bergelimang dengan dosa halnya dengan kita semua. Dia berbohong, dia menipu, dia dipenuhi nafsu birahi….”
Djohan Efendi beserta Dawam Rahardjo, keduanya juga dedengkot JIL, sebagai pembela buku Catatan Harian Ahmad Wahid yang isinya mencerca dan menghina Rasulullah .
Menghina dan mencerca Rasulullah berarti menghina dan mencerca Dzat yang mengutusnya yaitu Allah , dan sekaligus melecehkan ajaran yang dibawanya. Lalu dari sisi mana JIL itu sebagai penyuara aspirasi Islam? Mungkinkah orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bersamaan itu pula ia sebagai pembela musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya?
Padahal Allah berfirman artinya):
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang kepada orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” Al Mujadilah: 22)
“Katakanlah: Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian mengolok-olok? Tidak usah kalian minta maaf, sungguh kalian telah kafir sesudah beriman.” At Taubah: 65-66)
4. Syari’at Ajaran) Islam
Bila mereka sudah berani mengritisi kemurnian Al Qur’an dan membela orang-orang yang menghinakan Rasulullah, maka bagaimana sikap mereka terhadap syari’at Islam? Tentu mereka lebih berani berbuat lancang terhadap relevansinya penerapan syari’at Islam pada era sekarang ini.
Wardah Hafidz, tokoh feminisme yang memperjuangkan kesetaraan gender suatu paham penyetaraan hukum antara wanita dan pria), berkata: “Saya sudah tidak lagi melakukan ritual konvensional/sholat tetapi dengan cara sendiri. Kemiskinan tidak hanya bisa diselesaikan dengan cara seperti itu.”
Dr. Muslim Abdurrahman, berkata: “Saya kira pihak pertama yang paling merasakan dampak penerapan syari’at Islam adalah kaum perempuan. Ini karena banyaknya regulasi dalam Islam dalam pelbagai hal. Misalnya, soal pengenaan pakaian dan lain-lain.” http://www.islamlib.com)
Masdar M. Fuad, alumni IAIN Jogjakarta, orang yang menyuarakan kalau ada laki-laki yang nekad zina hendaknya pakai kondom. Dia mengatakan: “Sebaiknya kampanye kondom dilakukan tidak secara terbuka di media umum. Yang penting bagaimana kaum pria menjangkau pria yang bisa menahan hajat seksualnya dan tetap nekad berhubungan seks dengan pekerja seks komersial.” Harian Kompas, 14 Maret 2003)
Dr. Khaled meluncurkan sebuah artikel Hak Asasi Manusia Diatas Hak Asasi Tuhan, Novriantoni mengritisi penerapan kewajiban memakai jilbab oleh Walikota Padang, Ulil Abshar Abdalla mendatangi seminar pembelaan kasus goyang Inul. http://www.islamlib.com)
Dalam harian Kompas, 18 Desember 2002, Ulil Abshar Abdalla juga menyatakan bahwa Hukum Tuhan itu tidak ada, vodka -minuman beralkohol lebih dari 16%- bisa jadi di Rusia halal, larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara wanita Islam dengan pria non-Islam adalah tidak relevan lagi.
Para pembaca, ini sebagian kecil dari pernyataan-pernyataan mereka yang ‘miring’ dan meremehkan syari’at Islam. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan untuk mengetahui siapakah JIL sebenarnya.
1. Mengaburkan relevansi syari’at Islam. Lagi-lagi JIL telah menuduh Allah buta tentang zaman, keadaan, tempat yang akan datang. Karena menurut JIL bahwa syari’at Islam ada perlu yang direvisi sesuai dengan zaman, keadaan dan tempat.
2. Mengahalalkan yang haram dan mengaharamkan yang halal. Inilah hakekat penentangan yang sebenarnya terhadap syari’at Allah .
3. Menghancurkan salah satu prinsip dakwah para Nabi, yaitu amar ma’ruf nahi mungkar. Karena JIL memiliki landasan “Meyakini kebebasan beragama”, bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi, serta landasan “Memihak pada yang minoritas dan tertindas”, mencakup minorotas agama, etnis, ras, gender, politik dan ekonomi. http://www.islamlib.com)
Memang mereka seperti Bani Isra’il Yahudi dan Nashrani), terlebih lagi mereka JIL) mengaku sebagai saudaranya dengan ingin mendapat kutukan dari Allah sebagaimana Yahudi dan Nashrani. Allah berfirman artinya): “Mereka Bani Isra’il Yahudi dan Nashara) mendapatkan kutukan dari Allah karena satu sama lainya selalu tidak mencegah perbuatan mungkar.” Al Maidah: 79)
JIL Penghalang Syari’at Islam
Kalau sudah seperti ini tingkatan gaya dan model dakwah JIL, sebenarnya hukum seperti apa yang mereka maukan? Dan Islam semacam apa yang mereka inginkan? Jawabannya adalah firman Allah :
“Apakah hukum jahiliyyah itulah yang mereka kehendaki?” Al Maidah: 50)
Sehingga tak heran kalau Ulil Abshar Abdalla terpana dan takjub dengan Louvre di Paris, sambil menukilkan ucapan Muhammad Abduh yang sepaham dengan teologi pluralis): “Aku melihat Islam di Paris), meski tidak ada orang Islam; Aku melihat orang Islam di Kairo, tetapi tak melihat Islam di sana.” http://www.islamlib.com)
“Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” Al Baqarah: 11-12)
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafiq menghalangi manusia) dengan sekuat-kuatnya dari mendekati) kamu Rasulullah ).” An Nisaa’: 61)
“Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian lainnya adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf.” At Taubah: 67)
JIL Bagaikan Masjid Dhirar Yang Dibangun Oleh Kaum Munafiqin
Masjid Dhirar adalah sebuah masjid dibangun oleh orang-orang munafiq di kota Madinah sebagai tandingan masjid Quba’. Tujuannya, untuk menyakiti kaum mu’minin dan membunuh Rasulullah e. Tetapi Allah bongkar kejahatan mereka, sebagaimana yang diabadikan di dalam Al Qur’an artinya):
“Dan diantara orang-orang munafiq) ada yang mendirikan Masjid Dhirar untuk menimbulkan kemudharatan kepada orang-orang mu’min), untuk mengajak kekufuran dan untuk memecah belah antara orang-orang-mu’min….” At Taubah: 107)
Ternyata gaya dan model JIL serupa dengan masjid Dhirar, tujuan jaringan ini untuk menyakiti kaum muslimin dengan mengaburkan dan menghalangi penerapan syari’at Islam, serta membela orang-orang yang melecehkan agama kaum muslimin, Nabi kaum muslimin dan kitab kaum muslimin

sumber :  http://mahad-assalafy.com/2006/09/19/2-jil-tolak-syariat-islam/

Jaringan Iblis Laknatullah dan Tokohnya (bag. I )

Tidak ada keraguan lagi bagi setiap individu muslim, bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah agama yang paling sempurna sekaligus penyempurna dan penghapus bagi agama-agama sebelumnya. Tidak akan diterima lagi pemeluk agama-agama selain Islam setelah diutusnya Rasulullah . Walhasil, keyakinan seperti ini sebenarnya tidak perlu dikaji ulang, karena nash dari Al Qur’an ataupun As Sunnah tentang hal ini sangatlah banyak dan gamblang, terlebih lagi merupakan kesepakatan seluruh kaum muslimin. Allah berfirman:
“Sesungguhnya agama yang diridhoi oleh Allah hanyalah Islam.” (Ali Imran: 19)
“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu darinya dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imran: 85)
Kini telah berdiri sebuah sekte Jaringan Islam Liberal (JIL). Dengan terang-terangan melalui berbagai macam media informasi, mereka berupaya untuk menghujat prinsip kesempurnaan Islam, walaupun harus berseberangan dengan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Sehingga sangat perlu untuk disoroti dan disingkap tabir kesesatan dan kebodohan para pengusung-pengusung paham sesat ini. Yang ternyata, mereka sudah kadung diposisikan sebagai tokoh agama, guru bangsa, pemikir dan pembaharu umat (Mujaddid). Hanya kepada Allah kita berlindung dari kesesatan dan para pengusungnya.
Visi Dan Misi JIL
Visi dan Misi gerombolan JIL dirumuskan dalam beberapa hal, diantaranya:
Pertama: memperkokoh landasan demokrasi melalui penanaman nilai-nilai pluralisme, inklusivisme, dan humanisme.
Kedua: membangun kehidupan keagamaan yang berdasarkan pada penghormatan atas perbedaan (Islam Liberal, hal.8)
Pluralisme adalah pemahaman yang memandang semua agama sama meskipun dengan jalan yang berbeda namun menuju satu tujuan: Yang Absolut, Yang Terakhir, Yang Riil. Inklusivisme adalah pemahaman yang mengakui bahwa dalam agama-agama lain terdapat juga suatu tingkatan kebenaran. (Fiqh Lintas Agama, hal. 65, Paramadina, Juni 2004).
Pemahaman batil ini masih ditambahi dengan pemahaman sekuler. Sekulerisme adalah suatu pemahaman yang memandang jalan untuk mewujudkan perkembangan duniawi harus dipisahkan dengan aturan agama. Sehingga menempatkan agama hanya mengurusi bidang ibadah belaka, bukan mengurusi dunia karena akan menghambat proses moderenisasi tata kehidupan masyarakat. Itulah inti gagasan yang digonggongkan oleh DR. Nurchalis Majid dalam bukunya “Wacana Islam Liberal”.
Kampanye Teologis Pluralis Oleh Tokoh-Tokoh JIL
Prof.dr. Nurcholish Majid lewat buku Pluralitas Agama hal. 2 terbitan Kompas, katanya, “Umat Islam pun diperintahkan untuk senantiasa menegaskan bahwa kita semua penganut kitab suci yang berbeda-beda itu, sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan sama-sama pasrah (muslim) kepada-Nya.”
Prof.dr. Harun Nasution melalui bukunya yang berjudul “Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek” yang kemudian dijadikan sebagai buku utama mahasiswa IAIN se-Indonesia dalam mata kuliah “Pengantar Ilmu Agama Islam”. Dia mengatakan, “Jelaslah kelihatan bahwa agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal…, tetapi dalam pada itu, kemurnian tauhid hanya dipelihara oleh Islam dan Yahudi.” (Islam Liberal, hal. 27-28)
Said Aqil Siraj (PBNU Jakarta), dari tulisannya yang berjudul “Laa ilaaha Illallaah Juga”, dia mengatakan: “Bahwa ketiga agama (Islam, Yahudi, dan Nashrani) itu sama-sama memiliki komitmen untuk menegakkan tauhid.” (Islam Liberal, hal.85)
Ulil Abshar Abdalla, Lakpesdam NU Jakarta, sekarang sebagai koordinator JIL. Dalam majalah Gatra ed. 21 desember 2002, katanya: “Semua agama sama. Semua menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan agama yang paling benar.”
Muhammad Ali, dosen IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam harian Kompas 14 Juli 2000, dia meluncurkan sebuah artikel yang berjudul Paradigma baru misi agama-agama. Ia mengatakan: “Sejalan dengan paradigma baru, sikap lain yang perlu dikembangkan adalah sikap relatively absolute atau absolutely relative, bahwa (agama -red) yang saya miliki memang benar, tetapi relatif bila dikaitkan dengan yang lain. (Islam Liberal, hal.101).
Dalam data situs resmi milik mereka, terdapat sederetan gembong kontributor JIL selain yang kami sebutkan diatas, diantaranya:
1. Charles Khursman, University of North Carolina.
2. Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Abdallah laroui, University, Maroko.
4. Masdar F. Mas’udi, Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Jakarta.
5. Goenawan Mohammad, Majalah Tempo, Jakarta.
6. Jalaludin Rahmad, Yayasan Muthahhari, Bandung. (Syiah)
7. Taufiq Adnan Amal, IAIN Aludin, Ujung Pandang.
8. Syamsul Rizal Pangabean, Universitas Gajah Mada.
9. Dan beberapa jurkam lainnya, yang diperlukan untuk mengampanyekan progam penyebaran gagasan keagamaan yang pluralis, inklusif, plus sekuleris.

Lolongan paham penyatuan agama-agama yang populer disebut teologi pluralis, hal ini bukanlah suatu yang baru tapi sudah kadaluwarsa.
Berikut ini para pengusung teologi pluralis di luar Negeri yang lebih awal memasarkan paham tersebut:
1. Jamaluddin bin Shaffar Al Afghani.
2. Muhammad Abduh At Turki. Ia bersama gurunya (yakni Jamaluddin Al Afghani) mendirikan organisasi di Beirut “Persatuan Dan Pendekatan” yang berintikan pendekatan tiga agama. (Al Ibthal, hal 6)
3. Hasan Al Banna pendiri Ikhwanul Muslimin di Mesir pada th. 1347 H, juga sebagai penyokong gerakan pluralis dengan pernyataannya: “Permusuhan kita dengan Yahudi bukanlah karena agama”. (Ahdats Shana’at at Tarikh, 1/409, lihat Al Ajwibah Al Mufidah hal. 38)
4. Hasan bin Abdillah At Turabi (Pimpinan Front Islam Nasional – Sudan, sekarang). Dalam kasetnya Ta’dilul Qawanin, dia mengatakan: “Boleh bagi seorang muslim untuk menjadi seorang Yahudi atau Nashrani.
5. DR. Yusuf Qardhawi -tokoh Ikhwanul Muslimin masa kini- termasuk orang yang getol pula dalam melariskan paham penyatuan agama. Terbukti beberapa kali dia menghadiri seminar-seminar yang membahas teologis pluralis, seperti seminar di Libya tentang “Islam Dan Kristen” pada th. 1976, seminar di Sudan dengan tema “Teologi Pluralis Dan Dialog Lintas Agama” pada th. 1994, dan selainnya. (Lihat Ushul Wa Qawa’id hal. 20 dan Raf’ul Litsam hal. 78)
Yahudi Dan Nashrani Adalah Kafir Selama-Lamanya
Allah mengutus Nabi Muhammad ke muka bumi untuk menampakkan agama Islam yang haq dan menghapus segala agama-agama yang ada di tengah-tengan manusia pada masa itu seperti Yahudi, Nashrani, dan agama-agama lainnya. Allah berfirman (artinya): “Dia-lah Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar Dia memenangkan di atas segala agama-agama, meskipun orang-orang musyrik benci.” (Ash Shaff: 9)
Para pembaca, di dalam ayat-ayat Al Qur’an, Allah juga memberikan beberapa sifat khusus tentang Yahudi dan Nashara:
1. Yahudi dan Nashara adalah orang-orang kafir dan terkutuk. Allah berfirman:
“Sesungguhnya tempat orang-orang kafir dari Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashara) dan orang-orang musyrik adalah di dalam jahannam selama-lamanya”. (Al Bayinah:6)
“Allah telah melaknat/mengutuk orang-orang kafir dari bani Isra’il (Yahudi dan Nashara) dengan lisan Dawud dan Isa bin Maryam. “. (Al Ma’idah: 78)
2. Yahudi adalah orang-orang yang dimurkai, sedangkan Nashara adalah orang-orang yang disesatkan. Allah berfirman:
“Tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai (Yahudi) dan dan buka jalannya orang-orang yang disesatkan (Nashara).” (Al Fatihah: 6-7)
Rasulullah bersabda:
فَإِنَّ اليَهُودَ مَغْضُوْبٌ عَلَيْهِمْ وَإِنَّ النَّصَارَى ضُلاَّلٌ
“Sesungguhnya Yahudi adalah orang-orang yang dimurkai (oleh Allah) sedangkan nashara adalah orang-orang yang disesatkan.” (HR. At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 8202)
Dalil yang lebih kuat lagi untuk membungkam mulut-mulut para pengusung teologi pluralis dan inklusif, yaitu hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dalam shahihnya no 153, Rasulullah bersabda:
وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ ! لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَنَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلِْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحاَبِ النَّارِ
“Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditangan-Nya, Tidaklah mendengar dariku seseorang dari umat ini, baik orang Yahudi atau Nashrani kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan risalah yang aku bawa, kecuali dia termasuk penghuni An Naar.”
Yahudi Dan Nashrani Bersembunyi Dibalik Selimut Teologis Pluralis
Sesungguhnya teologis pluralis bukan hanya sekedar telogi semata, tapi dibaliknya ada makar pemurtadan terselubung yaitu kristenisasi atau yahudinisasi terhadap orang-orang Islam. Karena konsekuensi dari telogi pluralis ini berarti semua agama-agama benar, jadi terserah mau pilih yang mana. Sehingga sah-sah saja (tidak berdosa) orang Islam pindah agama menjadi Yahudi atau Nashrani. Kalau gagasan ini sudah keluar dari mulut seorang yang mengaku muslim, maka berhasilah makar jahat dari orang-orang kafir tersebut. Allah berfirman:
“Dan mereka berkata: Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi dan Nashrani, niscaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah: Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan dia (Ibrahim) bukanlah termasuk dari golongan orang musyrik.” (Al Baqarah: 135)
Dampak-Dampak Super Negatif Dari Teologi Pluralis
Dampak pemahaman ini bukan sekedar negatif saja, tapi sudah mencapai tingkat super negatif dan bagi pelakunya sudah sampai pada tindak kriminal kelas paling kakap. Karena, dengan teologi pluralis akan menggugurkan sekian banyak dari pokok-pokok akidah Islam. Salah satu pokok saja dilanggar oleh seorang muslim, maka dipertanyakan keislamannya, apalagi melanggar sekian dari pokok-pokok akidah Islam. Beberapa dampak dari teologi ini diantaranya;
1. Menyamakan antara agama yang haq (Islam) dengan agama yang batil (non Islam). Apakah sama orang muslim dengan orang kafir? Jawabannya kita serahkan kepada Allah dengan firman-Nya:
“Apakah orang-orang kafir itu sama dengan orang-orang yang mempunyai bukti yang nyata yaitu Al Qur’an dari Tuhannya…” (Hud: 17)
2. Mematikan dakwah Rasulullah . Kalau dianggap semua agama itu sama, berarti boleh-boleh saja untuk tidak mengikuti ajaran Rasulullah . Apalah artinya Allah berfirman (artinya): “Dan tidaklah Kami mengutus engkau wahai Muhammad melainkan untuk seluruh manusia.” (Saba’: 28)
dan juga Rasul-Nya yang bersabda:
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
“Dahulu Nabi diutus khusus kepada kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia.” (Al Bukhari 1/86, Muslim 2/63)
Dan apalah artinya pula Rasulullah mengutus Mu’adz ke negeri Yaman untuk mengajak ahlul kitab supaya mereka masuk agama Islam dan beberapa utusan dari para sahabat ke Persia, Romawi (pusat kristen) dan negeri lainnya.
3. Menghancurkan prinsip al wala’ wal bara’, yaitu memberikan sikap loyal, kecintaan kepada sesama kaum muslimin dan membenci musuh-musuh Allah yang tidak mau beriman dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad . Allah berfirman (artinya):
“Muhammad adalah Rasulullah, dan orang-orang yang bersama beliau (para sahabat) bersikap amat keras terhadap orang-orang kafir, namun saling berkasih sayang sesama mereka.” (Al Fath: 29)
4. Menggugurkan jihad yang merupakan puncak amalan tertinggi dalam Islam. Allah berfirman (artinya): “Maka janganlah kalian mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah (perangilah) mereka dengan jihad yang besar.” (Al Furqan: 52)
Tapi sayang, mereka pura-pura buta dan tuli dari sekian banyak dalil yang menentang paham pluralis dan inklusif. Lebih nyleneh lagi, lihatlah perkataan Kautsar Azhari Noer (petinggi di Paramadina dan dosen UIN Jakarta); ‘Kalau yang masuk surga hanya orang Islam, maka betapa sedikitnya, karena penduduk dunia ini yang Islam hanya sedikit”. (Diskusi antara DR. Nurchalish Majid, Kautsar Azhari dan Martin Sinaga tokoh kristen dan teologia (ahli ilmu ketuhanan), di kampus Paramadina Jakarta 22’5/2002)
Alhamdulillah, JIl telah mendapati kecaman dan dampratan dari berbagai pihak masyarakat kaum musilimin, terlebih lagi telah dikeluarkan fatwa oleh MUI, Jakarta – Munas VII Majelis Ulama Indonesia ditutup Jumat (29/7/2005) oleh Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta. Diantara fatwa tersebut adalah: MUI mengharamkan pluralisme (pandangan yang menganggap semua agama sama), sekularisme dan liberalisme.
UNTAIAN FATWA
Mengingat bahayanya seruan ini terhadap Islam dan muslimin, maka para ulama dari Al Lajnah Ad Daimah lil Iftaa’ yang diketuai ketika itu Asy Syaikh Bin Baaz rahimahullah mengeluarkan fatwa:
“Sesungguhnya seruan kepada penyatuan agama, jika dilakukan oleh seorang muslim maka hal itu berarti kemurtadan yang nyata dari Islam, karena bertentangan dengan prinsip-prinsip aqidah, meridhai kekufuran kepada Allah, menolak kebenaran Al Qur’an dan menolak fungsinya sebagai penghapus seluruh kitab sebelumnya, dan menolak Islam sebagai penghapus seluruh syariat dan agama sebelumnya. Berdasarkan hal itu, maka pemikiran tersebut tertolak secara syariat, dan haram secara pasti dengan seluruh dalil-dalil syar’i dari Al Qur’an, As Sunnah, dan ijma’.” (Raf’ul Litsam, hal. 76)
Akhir kata, mereka itu bukan saja nyleneh dan ngawur, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang melecehkan agama Islam dan meresahkan kaum muslimin dengan kedok penghormatan dan keterbukaan. Mereka juga hakekatnya adalah penolak syari’at (ajaran/aturan) Islam. Karena itulah, sungguh mereka sudah mencapai tindak kriminal kelas paling kakap. Wallahul musta’an. Dan jangan lupa mengikuti edisi berikutnya (insya Allah): “JIL Dan Penolakan Syari’at Islam”.

sumber : http://mahad-assalafy.com/2006/09/19/jil-dan-penyatuan-agama-1/

Hadits Lemah dan Palsu seputar Bulan Rajab



Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullahberkata: “Adapun hadits-hadits yang menyebutkan tentang keutamaan bulan Rajab, keutamaan berpuasa Rajab, atau keutamaan berpuasa beberapa hari pada bulan tersebut, maka terbagi menjadi dua: (1) hadits-haditsnya maudhu’(palsu), dan (2) hadits-haditsnya dha’if (lemah) (yakni tidak ada satupun yang shahih, pent).”
Beliau juga berkata: “Tidak ada satu hadits shahih pun yang bisa dijadikan hujjah tentang keutamaan bulan Rajab, berpuasa Rajab, berpuasa di hari-hari tertentu bulan Rajab, maupun keutamaan shalat malam pada bulan tersebut.” [Tabyiinul 'Ajab Fiimaa Warada Fii Fadhaa-ili Rajab]
Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan haram yang Allah subhanahu wata’ala muliakan sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menzhalimi (menganiaya) diri kalian dalam bulan yang empat itu.”[At-Taubah: 36]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa empat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim rahimahumallahdari shahabat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu.
Dinamakan bulan haram karena kemuliaan dan kehormatan bulan tersebut melebihi bulan-bulan yang lain, sehingga pada bulan-bulan ini Allah haramkan peperangan, kecuali jika musuh (orang-orang kafir) yang lebih dahulu memulai penyerangan terhadap kaum muslimin.
Tentang firman Allah subhanahu wata’ala di atas, “Maka janganlah kalian menzhalimi (menganiaya) diri kalian dalam bulan yang empat itu”, sebagian mufassirin menjelaskan bahwa pada dasarnya perbuatan zhalim dan segala bentuk kemaksiatan -kapan saja dan di mana saja dikerjakan- itu merupakan dosa dan kemungkaran yang besar, namun ketika Allah mengkhususkan penyebutan larangan berbuat zhalim pada bulan-bulan haram yang empat sebagaimana ayat di atas, menunjukkan bahwa kezhaliman dan kemaksiatan yang dilakukan pada bulan-bulan haram tersebut dosanya berlipat dibandingkan jika dilakukan pada bulan-bulan yang lain.

Walaupun bulan Rajab merupakan salah satu dari bulan haram yang memiliki nilai kehormatan dan kemuliaan, namun umat Islam tidak disyari’atkan untuk mengkhususkan bulan tersebut dengan melakukan ibadah-ibadah tertentu atau mengadakan ritual-ritual khusus yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan mengkhususkan bulan tersebut dengan amal ibadah tertentu -seperti shalat raghaib, puasa Rajab, menyembelih hewan, dan lainnya- merupakan kebid’ahan dan kemungkaran yang telah dianggap baik oleh sebagian (besar) umat Islam. Wal ‘Iyadzubillah.
Benar bahwasanya shalat, puasa, dan menyembelih hewan merupakan amalan baik lagi mulia yang bisa mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala. Namun sekali lagi, kalau amalan-amalan tersebut dikhususkan pada bulan Rajab dengan kaifiyah dan tata cara tertentu, maka pelakunya telah menyelisihi petunjuk dan bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Perlu kita ketahui bahwa salah satu sebab terjadinya ini semua adalah tersebarnya hadits-hadits yang lemah (dha’if) dan bahkan tidak sedikit yang palsu (maudhu’) terkait dengan bulan Rajab ini di tengah-tengah kaum muslimin. Tidak bisa dipungkiri bahwa hadits-hadits yang dha’if dan maudhu’ itu memberikan andil yang cukup besar dalam mendorong dan membangkitkan semangat umat Islam untuk beramal di bulan yang ketujuh dalam penanggalan hijriyah ini.
Kaum muslimin rahimakumullah.
Berikut ini beberapa hadits lemah dan palsu terkait bulan Rajab yang sudah tersebar di tengah-tengah umat. Sengaja kami sebutkan agar kita semua mengetahui hadits-hadits tersebut sehingga tidak menjadikannya sebagai sandaran dalam beramal, apalagi menisbatkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
كَانَ النّبِي صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ رَجَب قال : اللّهُمّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ.
“Adalah Nabi ketika memasuki bulan Rajab, beliau berdo’a:
اللّهُمّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, limpahkanlah barakah pada kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.”  [hadits dha'if sebagaimana dinyatakan oleh An-Nawawi rahimahullah]
فَضْلُ شَهْرِ رَجَبٍ عَلَى الشُّهُورِ كَفَضْلِ القُرآنِ عَلى سَائِرِ الكَلامِ، وَفَضْلُ شَهْرِ شَعْبانَ عَلَى الشّهُورِ كَفَضْلِي عَلَى سَائِرِ اْلأَنْبِياءِ، وَفَضْلُ شَهْرِ رَمَضانَ كَفَضلِ اللهِ عَلى سَائِرِ الْعِبَادِ.
“Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan yag lain adalah seperti keutamaan Al-Qur’an atas seluruh perkataan, keutamaan bulan Sya’ban atas bulan-bulan yag lain adalah seperti keutamaanku atas seluruh para nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan atas bulan-bulan yag lain adalah seperti keutamaan Allah atas seluruh hamba.” [hadits maudhu' sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah]
إِنّ شّهرَ رَجبٍ شهرٌ عظيمٌ مَنْ صامَ فِيه يَومًا كَتَبَ اللهُ بِه صَومَ ألْفِ سَنَةٍ.
“Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang agung, barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan itu, maka Allah tuliskan untuknya (pahala) puasa seribu tahun.” [hadits maudhu' sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah]
إِنّ فِي الْجنَةِ نَهْرًا يُقالُ لَه رَجَبٌ أَشَدُّ بَياضًا مِن اللّبَنِ وَأَحْلَى مِن الْعَسلِ، مَن صَامَ يَومًا مِن رَجَبٍ سَقاهُ اللهُ تَعالَى مِنْ ذَلكَ النّهرِ.
“Sesungguhnya di al-jannah (surga) itu ada sebuah sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu, dan rasanya lebih manis daripada madu, barangsiapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab, Allah ta’ala akan memberi minum kepadanya dari sungai tersebut.” [hadits maudhu']
إنَّ فِي الْجنّةِ نَهْراً يُقالُ له رَجَبٌ مَاؤُهُ الرّحِيقُ، مَنْ شَرِبَ مِنه شُربةً لَمْ يَظْمَأْ بَعدَها أبَداً، أَعَدّهُ اللهُ لِصَوَّامِ رَجَبٍ.
“Sesungguhnya di al-jannah itu terdapat sebuah sungai yang dinamakan Rajab, airnya adalah ar-rahiq (sejenis minuman yang paling lezat rasanya), yang barangsiapa minum darinya seteguk saja, dia tidak akan merasakan haus selamanya. Sungai tersebut Allah sediakan untuk orang yang sering berpuasa Rajab.” [hadits bathil, serupa dengan maudhu']
صَومُ أَوّلِ يَومٍ مِن رَجَبٍ كَفّارَةُ ثَلاثِ سِنِيْنَ ، وَالثّانِي كَفّارةُ سَنَتَيْنِ ،والثّالِثُ كَفّارةُ سَنَة ثُمّ كُلّ يومٍ شهْراً.
“Berpuasa pada hari pertama bulan Rajab sebagai kaffarah (penebus dosa) selama tiga tahun, pada hari kedua sebagai kaffarah selama dua tahun, dan pada hari ketiga sebagai kaffarah selama setahun, kemudian setiap harinya sebagai kaffarah selama sebulan.” [hadits dha'if]
رَجَبٌ شَهرُ اللهِ وَشَعبانُ شَهرِيْ وَرَمضانُ شَهرُ أُمّتِي.
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan ummatku.” [hadits maudhu']
خِيَرَةُ اللهِ مِن الشُّهورِ شَهرُ رجبٍ، وَهُوَ شَهرُ اللهِ، مَنْ عَظّمَ شَهرَ رَجب فَقَدْ عَظّم أمرَ اللهِ، وَمَن عَظّمَ أمرَ اللهِ أَدْخَلَهُ جَنّاتِ النّعِيمِ وَأَوجَبَ لَه.
“Pilihan Allah dari bulan-bulan yang ada adalah jatuh pada bulan Rajab, dia adalah bulan Allah, barangsiapa yang mengagungkan bulan Rajab, maka sungguh dia telah mengagungkan perintah Allah, dan barangsiapa yang mengagungkan perintah Allah, maka Allah akan masukkan dia ke dalam surga yang penuh kenikmatan, dan itu pasti buat dia.” [hadits maudhu']
مَنْ صَامَ ثلاثةَ أيّامٍ مِن شَهرٍ حَرامٍ كَتَبَ اللهُ عِبادةَ تِسْعِمِائَةِ سَنَةٍ.
“Barangsiapa yang berpuasa tiga hari pada bulan haram, Allah tulis baginya (pahala) ibadah selama 900 tahun.” [hadits dha'if]
مَنْ صَلّى بَعدَ الْمَغربِ أَوّلَ لَيْلَةٍ مِن رجبٍ عِشْرِينَ رَكْعَةً جَازَ عَلَى الصِّرَاطِ بِلاَ نَجَاسَةٍ.
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat setelah maghrib pada malam pertama bulan Rajab sebanyak 20 raka’at, maka dia akan melewati shirath dengan tanpa hisab.” [hadits maudhu']
إنّ شَهرَ رجبٍ شهرٌ عظيمٌ مَنْ صامَ مِنهُ يَوماً كَتبَ اللهُ لَه صومَ أَلْفِ سَنَةٍ وَمَنْ صامَ يَومَيْنِ كَتَبَ الله له صيامَ أَلْفَيْ سَنَةٍ وَمَنْ صام ثلاثةَ أيّامٍ كَتب الله له صيامَ ثلاثةِ ألفِ سَنة ومَن صامَ مِن رجبٍ سَبعةَ أيّامٍ أُغْلِقَتْ عنه أبوابُ جهنّمَ وَمَن صامَ مِنهُ ثَمانِيَةَ أيّامٍ فُتِحَتْ له أبوابُ الْجَنّةِ الثّمانِيةُ يَدخُلُ مِن أَيِّها يَشَاءُ …
“Sesungguhynya bulan Rajab adalah bulan yang agung, barangsiapa yang berpuasa sehari, Allah tuliskan baginya puasa seribu tahun, barangsiapa berpuasa dua hari, Allah tuliskan baginya puasa 2000 tahun, barangsiapa yang berpuasa tiga hari, Allah tuliskan baginya puasa 3000 tahun, barangsiapa berpuasa di bulan Rajab selama tujuh hari, maka pintu-pintu jahannam tertutup darinya, barangsiapa yang berpuasa delapan hari, pintu-pintu al-jannah yang delapan akan dibuka untuknya, dia dipersilakan masuk dari pintu mana saja yang dia kehendaki……” [hadits maudhu']
مَن صامَ يوماً مِن رجب كانَ كَصِيامِ سَنةٍ، ومن صام سَبعةَ أيّامٍ غُلِّقَتْ عَنهُ أبوابُ جَهَنّمَ ومَن صامَ ثَمانِيةَ أيّامٍ فُتِحَتْ لَه ثَمَانِيةُ أبوابِ الْجَنّةِ وَمن صامَ عَشْرَةَ أيّامٍ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ شيئاً إلاّ أعطاهُ اللهُ ومَن صامَ خَمسةَ عَشَرَ يوماً نَادى مُنادٍ فِي السّماءِ قَدْ غُفِرَ لَكَ مَا سَلَفَ.
“Barangsiapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab, maka dia akan mendapatkan pahala seperti berpuasa selama setahun, barangsiapa yang berpuasa selama tujuh hari, pintu-pintu jahannah akan tertutup darinya, barangsiapa yang berpuasa selama delapan hari, maka delapan pintu al-jannah akan terbuka untuknya, barangsiapa yang berpuasa selama sepuluh hari, maka tidaklah dia memohon sesuatu kepada Allah kecuali pasti Allah beri, dan barangsiapa yang berpuasa selama 15 hari, maka ada penyeru dari langit yang akan memanggil dia: sungguh dosa-dosamu yang telah lalu telah terampuni.” [hadits maudhu']
مَن صامَ يوماً مِن رَجَبٍ وصَلّى فِيهِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَقْرَأُ فِي أوّلِ رَكْعَةٍ مِائَةَ مَرّةٍ آيةَ الْكُرسِي، وَفِي الرّكْعةِ الثّانِيَةِ قُل هُو الله أحَدٌ مِائَةَ مَرّةٍ لَمْ يَمُتْ حَتّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِن الْجَنّةِ أَوْ يُرَى لَهُ.
“Barangsiapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab, dan shalat empat rakaat yang pada rakaat pertama membaca ayat kursi sebanyak seratus kali, kemudian pada rakaat kedua membaca ‘qul huwallahu ahad’ seratus kali, maka tidaklah dia meninggal sampai dia melihat tempat duduknya di al-jannah atau diperlihatkan kepadanya.” [hadits maudhu']
مَنْ أَحْيَا لَيْلَةً مِن رجبٍ وصَامَ يوماً، أَطْعَمَهُ الله مِن ثِمارِ الْجَنّةِ، وَكَساهُ مِن حُلَلِ الْجَنّة وسَقاهُ مِن الرّحِيقِ الْمَخْتُومِ، إِلاّ مَنْ فَعَلَ ثَلاثاً : مَنْ قَتَلَ نَفْساً، أَوْ سَمِع مُسْتَغِيثاً يَسْتَغِيْثُ بِلَيْلٍ أو نَهارٍ فَلَم يُغِثْهُ ، أَو شَكَا إِليه أَخُوهُ حَاجَةً فَلَمْ يُفَرِّجْ عَنهُ.
“Barangsiapa yang menghidupkan satu malam di bulan Rajab dan berpuasa sehari di bulan tersebut, maka Allah akan memberikan dia makanan dari buah-buahan al-jannah, pakaian dari al-jannah, dan minuman dari ar-rahiqul makhtum, kecuali orang yang melakukan tiga perbuatan: (1) orang yang membunuh satu jiwa, atau (2) mendengar orang lain meminta minum, malam maupun siang tetapi dia tidak mau memberikannya, atau (3) ada saudaranya yang mengeluhkan kepadanya suatu kebutuhannyam, namun dia tidak mau memberikan jalan keluar untuknya.” [hadits maudhu']
خَمسُ لَيالٍ لاَ تُردُّ فِيهِنّ الدّعْوَةُ : أَوّلُ لَيلةٍ مِن رَجَبٍ، وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِن شَعبانَ، وَلَيْلَةُ الْجُمُعةِ، وَليلةُ الْفِطْرِ، وَلَيلةُ النّحْرِ.
“Ada lima malam yang jika sebuah doa dipanjatkan padanya, maka tidak akan tertolak: (1) malam pertama bulan Rajab, (2) malam nishfu (pertengahan) Sya’ban, (3) malam Jum’at, (4) malam ‘idul fithri, (2) malam hari Nahr (malam 10 Dzulhijjah).” [hadits maudhu']
مَن صامَ ثلاثةَ أيامٍ مِن رجب كَتَبَ اللهُ لَه صِيامَ شَهْرٍ ، وَمن صامَ سَبعةَ أيّامٍ مِن رَجَبٍ أَغْلَقَ الله سَبعةَ أبوابٍ مِن النّارِ ، وَمن صامَ ثَمانِيةَ أيّامٍ مِن رجبٍ فَتَحَ الله لَه ثَمانِيَةَ أبوابٍ مِن الْجَنّةِ، ومن صامَ نِصفَ رَجَبٍ كَتَبَ الله له رِضوانَه، وَمن كُتِب لَه رِضْوانُه لَم يُعَذِّبْه، ومَن صامَ رجب كُلَّه حَاسَبَه الله حِساباً يَسِيراً.
“Barangsiapa yang berpuasa tiga hari bulan Rajab, Allah akan menuliskan untuknya pahala puasa selama sebulan, barangsiapa yang berpuasa tujuh hari bulan Rajab, Allah akan tutup tujuh pintu neraka, barangsiapa yang berpuasa delapan hari bulan Rajab, Allah akan bukakan untuknya delapan pintu al-jannah, barangsiapa yang berpuasa pada pertengahan bulan Rajab, maka Allah akan menuliskan untuknya keridhaan-Nya, dan barangsiapa yang dituliskan baginya keridhaan-Nya, pasti Allah tidak akan mengadzabnya, dan barangsiapa yang berpuasa Rajab satu bulan penuh, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah.” [hadits maudhu']
أَكْثِرُوا مِن الاسْتِغْفارِ فِي شهرِ رَجَبٍ، فَإِنّ لِلّهِ فِي كُلِّ سَاعةٍ مِنه عُتقاءَ مِن النّارِ، وَإِنّ لِلّهِ مَدَائِنَ لاَ يَدخُلُها إِلاّ مَن صامَ رَجَب.
“Perbanyaklah istighfar pada bulan Rajab, karena sesungguhnya pada setiap waktu  Allah memiliki hamba-hamba-Nya yang akan dibebaskan dari neraka,dan seungguhnya Allah memiliki kota-kota yang tidaklah ada yang bisa memasukinya kecuali orang yang berpuasa Rajab.” [hadits bathil]
بُعِثْتُ نَبِياً فِي السّابِع وَالْعِشْرِينَ مِن رجبٍ، فَمن صامَ ذلك اليومَ كانَ كَفّارَةُ سِتِّيْنَ شَهْراً.
“Aku diutus sebagai nabi pada 27 Rajab, barangsiapa yang berpuasa pada hari itu, maka itu sebagai kaffarah (penebus dosa) selama 60 bulan.” [hadits munkar]
أَنّ اللهَ أَمَرَ نُوحاً بِعَمَلِ السّفِينَةِ فِي رَجَبٍ وَأَمَرَ الْمُؤمِنِيْنَ الّذِينَ مَعَهُ بِصِيامِهِ.
“Sesungguhnya Allah memerintahkan nabi Nuh untuk membuat perahu pada bulan Rajab dan memerintahkan kaum mukminin yang bersama beliau untuk berpuasa.” [hadits maudhu']
مَن صامَ مِن كُلِّ شَهرٍ حَرامٍ : الْخَمِيس، والْجُمُعة، والسّبْت كُتِبتْ لَه عِبَادَةُ سَبْعِمِائةِ سَنَة.
“Barangsiapa yang berpuasa pada setiap bulan haram hari Kamis, Jum’at, dan  Sabtu, maka akan dituliskan baginya pahala ibadah selama 700 tahun.”[hadits dha'if]
Beberapa hadits yang disebutkan di atas merupakan sebagiannya saja dari sekian banyak hadits lemah dan palsu terkait bulan Rajab. Wallahul musta’an.

(kitab Tabyinul ‘Ajab bima warada fii fadhail Rajab karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah)

sumber : http://mahad-assalafy.com/2013/05/09/hadits-lemah-dan-palsu-seputar-bulan-rajab/
Powered by Blogger