Rabu, 23 November 2011

MAKALAH TUTOR KEPERAWATAN JIWA “ANSIETAS”

KELOMPOK 4

1. BUDHI SANTOSA (090201050)
2. ERWI ROSALINA (090201051)
3. SUMIN TATIK LESTARI (090201052)
4. MEIGA ANGGRAINI (090201053)
5. STALASATUN KHASANAH (090201055)
6. ARIFAH NUR KHASANAH (090201056)
7. DEWI RATIH MERDEKA WATI (090201057)
8. FITRIANA SITORESMI (090201058)
9. RAHAYU MARTHA SUSIANTI (090201059)
10. IIN INDRAYATI (090201060)
11. INDRI WULANSARI (090201061)
12. MUH FERY SETIAWAN (090201062)
13. ANGGUN PUTRI PERTIWI (090201063)
14. AKBAR AMIN ABDULLAH (090201064)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2010/2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan tingkh laku klien. Stuart (1996) mendefinisikan cemas sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui, dan didahului oleh pengalaman baru. Cemas merupakan suatu perasaan yang tidak tenang, cemas, atau takut dan dapat bersifat ringan sampai parah. Kondisi ini dapat muncul tanpa sebab yang jelas. Anxiety merupakan suatu tingkatan emosional dengan karakteristik adanya perubahan pada tubuh, pikiran, dan tingkah laku seseorang.

Menurut Lazarus (1969), kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi negatif. Baik bersifat rasional maupun irasional. Ini merupakan persoalan tersendiri bagi yang mengalaminya.

Sedangkan menurut (Videbeck, 2008), Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.

Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005).

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).

Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.

Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

B. PREDISPOSISI & PRESIPITASI

Predisposisi :
• Panik
• Ketegangan menghadapi sesuatu
• Kurang percaya diri
• Ketakutan kehilangan
• Preoperasi
• Obsesius
Presipitasi :
• Ancaman dicerai
• Teror
• Menghadapi ujian akhir

C. TANDA DAN GEJALA

Sistem Respon
Perilaku Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Reaksi terkejut
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mengalami cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Inhibisi
Melarikan diri dari masalah
Hiperventilasi
Sangat waspada
Kognitif Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Salah paham memberikan penilaian
Pelupa
Hambatan berfikir
Lapang persepsi menurun
Kreativitas menurun
Produktivitas menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kendali

Respon Fisiologis Terhadap Ansietas
Sistem Tubuh Respon
Kardiovaskuler








Jantung”berdebar”
Palpitasi
Tekanan darah meningkat
Rasa ingin pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun

Pernapasan
Napas cepat
Sesak napas
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorokan
Sensasi tercekik
Terengah-engah
Neuromuskuler
Refleks meningkat
Reaksi terkejut
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah,mondar-mandir
Wajah tegang
Kelemahan umum
Tungkai lemah
Gastrointestinal

Kehilangan nafsu makan
Menolak makan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Nyeri abdomen
Mual
Nyeri ulu hati
Diare
Saluran perkemihan Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih
Kulit Wajah kemerahan
Berkeringat setempat(telapaktangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh


D. TINGKATAN CEMAS
Beberapa teori membagi ansietas kedalam empat tingkat sesuai dengan rentang respon ansietas yaitu :
1.Antipasi
Antipasi adalah persiapan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang dianggap sulit bagi dirinya.
2. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati dan waspada. Pada tingkat ini individu terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan ktreativitas.
3. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
4. Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderumng memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan.
5. Ansietas panik
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
Sedangkan menurut ((Townsend, 1996) Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik
1. Kecemasan ringan;
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Kecemasan sedang;
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
3. Kecemasan berat;
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
4. Panik;
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Wonosari, Gunung Kidul,
RM No : 270511-135
Informan : Pasien itu sendiri
Tgl masuk dirawat : 27 Mei 2011
Tgl pengkajian : 27 Mei 2011

II. ALASAN MASUK

Tidak bisa tidur selama 3 hari,merasa khawatir,sering berdebar-debar dan pasien ada masalah dengan suami dan ingin bercerai.
 Diagnosa medis : Axis I

III. RIWAYAT MASA LALU ( FAKTOR PREDISPOSISI dan PRESIPITASI )

1. Pernah mengalami masalah gangguan jiwa dimasa lalu? Tidak
2. Riwayat pengobatan sebelumnya dan keberhasilannya? Belum pernah berobat
3. Apakah pernah menalami masalah? Pernah,yaitu mengalami kekerasan dalam keluarga ( trauma aniaya fisik, psikologis oleh ayahnya waktu masih kecil)
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Iya

GENOGRAM







KETERANGAN:
: LAKI-LAKI
: PEREMPUAN
+ : MENINGGAL DUNIA
: “SAKIT”






IV. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Takut akan dicerai, tidak bisa tidur.

V. Sumber koping
• Dukungan sosial : keluarga, tetangga,teman.
• Aset material : kedekatan tempat konseling.
• Keyakinan positif : klien mampu menghadapi masalah.
• Kemampuan personal : kematangan individu.

VI. Mekanisme koping
• Represi : lebih cenderung memperkuat mekanisme egonya.
• Supresi : menekan hal atau pikiran yang tidak menyenangkan. Bisa
mengarahkan ke represi.
• Disosiasi : pemisahan dari setiap kelompok mental dari seluruh kesadaran
atau identitas.
• Identifikasi : proses untuk mencoba menjadi orang yang dikagumi.
• Proyeksi : mengkaitkan pikiran atau impuls dirinya kepada orang lain.
• Mengingkari : menghindari realitas ketidaksetujuan dengan mengabaikan atau
menolak untuk mengenalinya.
• Fantasi : symbol kepuasan terhadap pikiran yang tidak rasional.
• Reaksi formasi: pembentukan sikap dan perilaku yang berlawanan dengan yang
dirasakan.
VII. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum : Lemah, muka pucat,
2. Tingkat kesadaran : Compos metis
3. Tanda vital : TD : 120/ 80 mmHg
N : 110 x / menit
S : 37 ํC
RR : 20 x / menit
4. Ukur : TB : 160 cm BB : 55 kg
5. Keluhan fisik : Pegal – pegal di tengkuk, mata merah, mata sayu, lingkar mata menghitam,
konjungtiva anemis,
6. Riwayat Pengobatan Penyakit Fisik : tidak ada riwayat

VIII. PENGKAJIAN STATUS MENTAL

1. Penampilan fisik
 Tidak rapi Rambut kotor dan kusam
 Penggunaan pakaina tidak sesuai  Gigi kotor
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
 Badan bau
 Kuku panjang dan kotor

2. Pembicaraan
 Cepat  Keras  Gagap  Inkoheren

 Apatis  Lambat  Membisu  Tidak mampu memulai pembicaraan

3. Aktivitas motorik
 Lesu  Tegang  Gelisah  Agitasi

 Tik  Grimasen  Tremor  Kompulsif

4. Alam perasaan
 Sedih  Takut  Putua asa  Khawatir

 Gembira berlebihan

5. Afek
 Appropiate / tepat

 Inappropiate / tidak tepat

 Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai

6. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan  Tidak kooperatif  Mudah tersinggung

 Curiga  Defenif  Kontak mata tidak ada

 Kontak mudah beralih

7. Proses pikir
 Sirkumtansial  Tangensial  Kehilangan asosiasi

 Flight of idea  Blocking  Reeming

 Pengulangan pembicaraan / persevirasi


8. Isi pikir
 Obsesi  Fobia  Depersonalisasi  Ide yang terkait

Waham
 Hipokondria  Magic mistik  Agama  Kebesaran

 Somatik  Nhilistik Curiga


Waham bizar
 Sisip pikir  Siar pikir  Kontrol piker
9. Tingkat kesadaran (secara kualitatif )
 Bingung  Sedasi  Stupor

Diorientasi
 Waktu  Tempat  Orang

10. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang
 Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
 Konfabulasi

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Mudah beralih  Tidak mampu konsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana

12. Kemampuan penilaian
 Gangguan penilaian normal  Gangguan penilaian bermakna

13. Daya tilik diri
 Mengingkari penyakit yang diderita  Menyalahkan hal- hal diluar dirinya

Keterangan:
1. penampilan: tidak rapi
2. pembicaraan: lambat
3. aktivitas motorik: lesu, gelisah
4. alam perasaan: takut, khawatir
5. afek: datar
6. interaksi selama wawancara: kontak mata tidak ada
7. proses pikir: sirkumtansial
8. isi pikir: fobia
Waham:
Waham bizar:
9. tingkat kesadaran: bingung
Disorientasi: orang
10. memori: gangguan daya ingat saat ini
11. tingkatan konsentrasi dan berhitung: tidak mampu konsentrasi
12. kemampuan penilaian: Gangguan penilaian normal
13. daya tilik diri: Menyalahkan hal- hal diluar dirinya


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

• PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum : Lemah, muka pucat,
2. Tingkat kesadaran : Compos metis
3. Tanda vital : TD : 120/ 80 mmHg
N : 110 x / menit
S : 37 ํC
RR : 20 x / menit
4. Ukur : TB : 160 cm BB : 55 kg
5. Keluhan fisik : Pegal – pegal di tengkuk, mata merah, mata sayu, lingkar mata menghitam,
konjungtiva anemis,
6. Riwayat Pengobatan Penyakit Fisik : tidak ada riwayat

• DIAGNOSA & INTERVENSI
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Tujuan:
• Intensitas cemas klien berkurang dan tidak merasakan kecemasan lagi.
Kriteria hasil :
• Klien dapat membina hubungan saling percaya.
• Klien dapat mengenal penyebab kecemasannya.
• Klien dapat menggunakan strategi koping untuk menghadapi cemas.
• Klien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol kecemasannya.
Implementasi dan intervensi:
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Lakukan kontak sering dan singkat dengan klien.
3. Kaji penyebab kecemasan klien dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.
4. Fasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaanya.
5. Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
6. Observasi tingkah laku klien.
7. Yakinkan klien bahwa klien berada di tempat yang aman dan terlindungi.
8. Melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
9. Bantu klien untuk memilih koping yang tepat untuk mengatasi kecemasan.
10. Berikan aktifitas positif dan menyenangkan untuk menurunkan kecemasan.
11. Berikan informasi actual tentang diagnosa dan penanganan.
12. Berikan dukungan social pada klien.
13. Ajari klien melakukan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan.
14. Diskusikan dengan keluarga untuk membantu mengatasi kecemasan dan memberi dukungan pada klien.
15. Berikan pengobatan yang tepat untuk mengurangi kecemasan.
16. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip (benar dosis ,benar cara ,benar waktu).
17. Berbicara dengan konteks realita pada klien.

2. Gangguan Pola Tidur b.d. respon Ansietas
Definisi :
Keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau menggangu gaya hidup yang diinginkan.

Data mayor :
Kesukaran untuk tertidur dan tetap tidur

Data minor :
• Keletihan waktu bangun atau sepanjang hari
• Tidur sejenak atau sepanjang hari
• Perubahan suasana hati


Kriteria hasil
Individu akan :
1. Menggambarkan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
2. Mengidentifikasi teknik untuk menginduksi tidur.
3. melaporkan keseimbangan optimal dari istirahat dan aktivitas.

Intervensi :
1. Kurangi kebisingan.
2. Organisasi prosedur untuk memberikan jumlah terkecil gangguan selama periode tidur (mis; sewaktu individu bangun untuk pengobatan juga berikan penanganan dan pengukuran tanda vital)
3. Jika berkemih sepanjang malam mengganggu, batasi masukan cairan waktu malam dan berkemih sebelum berbaring.
4. Tetapkan bersama individu suatu jadwal untuk program aktivitas sepanjang waktu (jalan, terapi fisik)
5. Batasi jumlah dan panjang waktu tidur jika berlebihan (mis; lebih dari 1 jam)
6. Kaji bersama individu, keluarga, atau orang tua terhadap waktu tidur rutin – waktu praktik kebersihan, ritual (membaca, mainan) – dan patuhi sedekat mungkin jika memungkinkan.
7. Batasi masukan minuman yang mengandung kafein
8. Untuk anak-anak :
a. Jelaskan waktu malam pada anak (bulan, bintang)
b. Diskusikan bagaimana beberapa orang (perawat, pekerja pabrik) bekerja pada malam hari.
c. Bandingkan kebalikan bahwa jika malam datang di tempat mereka, maka akan terjadi siang hari bagi orang-orang di tempat lain.
d. Jika terjadi mimpi buruk, dorong anak untuk bicara mengenai hal ini jika mungkin. Yakinkan pada anak bahwa ini merupakan suatu mimpi meskipun kelihatannya sangat nyata. Berbagi perasaan dengan anak bahwa anda juga pernah bermimpi.

e. Berikan anak lampu malam dan/atau senter untuk digunakan, agar anak dapat mengontrol kegelapan.f. Yakinkan anak bahwa anda akan berada didekatnya sepenjang malam.
9. Jelaskan kepada individu dan orang terdekat lainnya penyebab gangguan tidur/istirahat dan kemungkinan cara untuk menghindarinya.

3. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan khawatir
Tujuan umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan kusus :
• klien dapat membina hubungan saling percaya
• bersedia mengungkapkan masalah
intervensi:
1. Bina hubungan saling percaya dengan :
 Beri salam setiap berinteraksi
 Perkenalkan nama,nama panggialan peraqwat dan tujuan perawat berkenalan
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
 Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
2. Diskusikan dengan klien penyebab menarik dri atau tidak mau bergaul dengan
orang lain
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya:
 Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, missal:
• Banyak teman
• Tidak kesepian
• Bisa diskusi
• Saling menolong


 Kerugian menarik diri, misalnya:
• Sendiri
• Kesepian
4. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubunagn sosial dan kerugian menarik diri
5. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
6. Observasi prilaku klien saat berhubungan sosial
7. Beri motivasi klien dan bantuan untuk berkanalan /berkomunikasi dengan:
 perawat lain
 pasien lain
 Kelompok
8. libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
9. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan oleh pasien untuk meningkatkan kemampuan klien
10. Beri motivasi klien agar melakukan kegiatan yang sudah sesuai dengan jadwal
11. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya dan melakukan
aktivitas
12. Diskusikan dengan klien tentang prasaan klien setelah berhubungan sosial dengan
orang lain
13. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
14. Diskusikan peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi penarikan diri
15. Diskusiakan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik diri
16. Jelaskan kepada keluarga tentang: pengertian, tanda dan gejala, penyebab menarik diri
17. diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugiantidak minum obat, nama
obat,warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
18. pantau klien saat penggunaan obat
19. beri pujian jika klien mengguanakan obat dengan benar
20. diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
21. anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan

Daftar pustaka

Doenges, Marilynn. “Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, Ed3. 2006
Videbeck, Sheila. “ Buku Ajar Keperawatan Jiwa”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. 2008
Nursing Diagnoses : Defitotins and Clasification. NANDA, Philadhelpia
Townsend, MC: Nursing Diagnosis in Psyciatric Nursing: A Pocket Guide for Care plan contruction, ED4. FA Davis, Philadelphia, 1997.
Powered by Blogger