*** Renungan Bagi Seorang Suami ***
(Sebagai solusi agar selamat dari tidak berbuat zhalim sebelum terjadi)
Tatkala Allah mensyari’atkan poligami, sama sekali bukan bermaksud untuk membebani para hambanya dengan sesuatu yang tidak mampu dipikul oleh mereka.
Segala sesuatu yang ditetapkan oleh Allah bagi hambanya. maka hal tersebut ada dalam kemampuan hambanya.
Akan tetapi syarat keadilan adalah pondasi kemampuan tersebut… dan takut untuk berbuat zhalim adalah merupakan sebab syar’i untuk meninggalkan poligami…
Berkata Syekh As-Sa’di -semoga Alloh merahmatinya- tatkala menafsirkan Firman Alloh:
… وإن خفتم ألا تعدلوا فواحدة
“Jika kamu takut akan berbuat zhalim maka cukuplah satu …Kemudian beliau menafsirkan:
ذلك أدنى ألا تعولوا
“hal itu” artinya: cukuplah satu … lebih dekat untuk tidak berbuat zhalim”Kemudian beliau berkata:
“Dalam hal ini, apabila seorang hamba dihadapkan kepada perkara yang dia takut untuk berbuat durhaka dan zhalim dengan tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang semestinya – walaupun hukumnya adalah mubah / boleh- maka sesungguhnya, tidak selayaknya dia menyodorkan dirinya kepada perkara tersebut, bahkan semestinya mencari hal yang membuatnya leluasa dan selamat, karena sesungguhnya mendapatkan ‘afiat ( keselamatan) itu merupakan kebaikan yang diberikan kepada seorang hamba”
*** Bisikan Untuk Saudaraku Yang Berpoligami ***
Saudaraku…
Wanita yang berakal tidak menolak untuk dipoligami…
akan tetapi dia akan menolak praktek poligami yang salah… dia akan menolak pemahaman yang tidak mendapatkan bimbingan… dan dia akan menolak penafsiran yang keliru (tentang poligami)…
Saudaraku …
Wanita yang bijak tidak akan menghancurkan rumahtangganya karena sebab poligami… akan tetapi dia akan menghancurkan kebengkokan dan penyimpangan yang ada pada suami yang berpoligami…
Saudaraku…
Wanita yang benar tidak menyia-nyiakan kebahagiannya karena sebab poligami… akan tetapi dia akan menyia-nyiakan suami yang tidak adil dalam berpoligami… dia akan menyia-nyiakan keluarga yang tidak berterima kasih… dan dia akan menyia-nyiakan teman hidup yang tidak menjaga hak pertemanan…
Saudaraku…
Wanita yang bahagia tidak akan binasa dirinya karena sebab poligami… akan tetapi dia akan akan binasa karena hidup bersama suami yang berpoligami untuk kebahagian dirinya sendiri diatas penderiatan istrinya… dia akan akan binasa karena hidup bersama suami yang mendahulukan jiwanya sendiri untuk membela ketenangannya…
*** Pesan Dari istri Yang Dimadu … ***
Suamiku yang ku banggakan…
Jika engkau berfikir untuk menikah lagi, maka janganlah kau melupakan bahwa sesungguhnya engkau mempunyai istri yang masih hidup, aku belum mati, maka janganlah engkau wariskan seluruh hatimu kepada wanita selainku….
Suamiku yang ku banggakan…
Jika engkau menikah lagi, maka ingatlah bahwa engkau telah mengubah kehidupanku 180 derajat, maka perlahan-lahanlah, dan terimalah suatu akibat yang timbul dariku.
Abu Ya’la telah meriwayatkan hadits marfu’ dari Aisyah: ” sesungguhnya wanita yang cemburu itu tidak akan memperlihatkan lembah yang paling bawah dari atasnya”
Suamiku yang ku banggakan …
Apabila kau akan menikah lagi, maka ingatlah bahwa aku mempunyai hati, perasaan yang bercampur, maka perhatikanlah hatiku, dan tengoklah aku pada hari pernikahanmu,
Sungguh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam telah melakukannya pada malam pernikahannya dengan zainab bint jahsy -semoga Allah meridhainya-. Maka Nabi shallallahu ‘alahi wasallam keluar, lalu pergi ke kamar Aisyah, beliau mengucapkan: “Assalamu’alaikum warahmatullah wahai penduduk rumah”, maka Aisyah menjawab: wa’alaikassalam warahmatullah, bagaimana keadaan keluargamu? semoga Alloh memberkahimu, lalu nabi mengucapkan salam kepada semua kamar istri-istrinya sebagaimana nabi mengucapkan salam kepada Aisyah dan merekapun menjawabnya sebagaimana jawaban Aisyah… al-hadits
Diantara kebaikan pergaulan beliau dengan keluarganya adalah: beliau selalu memperhatikan istri-istrinya dan menengok mereka, serta menanyakan tentang keadaan mereka setiap hari.
Dari Aisyah semoga Alloh meridhainya berkata: “Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam menyukai manisan dan madu…maka apabila beliau selesai shalat ashar, beliau mengelilingi istrinya lalu mendekati mereka”
Suamiku yang ku banggakan …
Apabila kau menikah lagi, maka ketahuilah bahwa aku mempunyai hak yang sempurna jangan kau kurangi, dan kewajiban yang tetap tidak menjadi gugur.
*** Kepada Setiap Suami Yang Mau Berpoligami ***
Waspadalah…
Pertimbangkanlah antara positif dan negatifnya…
Bandingkanlah antara maslahat dan madharatnya…
Janganlah keputusanmu adalah karena emosi, atau karena kebutuhan yang tiba-tiba, atau untuk memanfa’atkan kekosongan…
Pernikahan dengan sebab emosi biasanya menimbulkan emosi-emosi lain yang lebih besar dari hal tersebut yang akan menghancurkannya…
Kebutuhan tiba-tiba hanya sebentar dan keruginnya akan menetap…
Dan waktu kosong itu bisa dihilangkan dengan dipenuhi kegiatan, maka janganlah kau menghilangkan sesuatu yang penuh, untuk memenuhi kekosongan.
*** KEPADA SETIAP SUAMI YANG SUDAH BERPOLIGAM ***
Janganlah engkau sibuk dengan yang cabang diatas penderitaan yang pokok, maka engkau menyia-nyiakan yang pokok dan tidak merasa cukup dengan yang cabang
Waspadalah….
Pertama-tama:
Engkau menoleh kondisi tertentu, kemudian hendaklah engkau berubah, berbuat lembutlah, dan hendaklah engkau bertahap, selalu mengintrospeksi diri, serta berhati-hatilah….
Kedua:
Engkau memasuki kehidupan baru, dan kondisi yang tidak diketahui, maka engkau akan menerima yang baru –sebagaimana dahulu engkau baru menerimaku-,
Engkau akan beradaptasi dengan kenyataan sebagaimana dahulu engkau bisa beradaptasi denganku,
Maka janganlah berlebih-lebihan dalam cinta, pemberian, dan seluruh waktumu,
Akan tetapi, bersikaplah dengan adil, waspadalah, hendaklah berbuat yang benar, dan mendekatlah….
Apabila engkau tiba di rumah, maka bergembiralah,
Apabila engkau meninggalkan rumah maka berlemah lembutlah.
Apabila engkau berbuat salah, maka hendaklah engkau mengakuinya,
Apabila engkau menyia-nyiakanku maka minta maaflah…
Introspeksilah dirimu dan luruskan perbuatanmu,
Introspeksi tingkah lakumu…
Ucapanmu akan diperhitungkan,
Perbuatanmu akan diminta pertanggungan jawab.
Ucapan yang baik adalah shadaqah…
Ucapan yang baik akan membuka hati yang terkunci, menutup prasangka yang jelek…
Seyuman sayang adalah harta karun yang tersimpan.. yang dapat membahagiakan hati yang sedih.. yang mampu mengusap linangan air mata kepedihan…
Ampunilah kekeliruan.. ma’afkanlah kesalahan… dan fahamilah sikapku dalam bergaul,
Karena cemburu adalah api yang membakar kecintaan hati, kemudian hati tersebut akan mengeras
Lalu merusak prasangka yang baik, kemudian bersikap buruk & kasar, lalu menghilangkan kelembutan, kemudian jatuh & binasa..
Maka padamkanlah api kecemburuanku dengan air kecintaanmu…
Perbaikilah hatiku dengan keindahan maafmu, kebaikan penjagaanmu, dan kelembutan sanjunganmu…
Jagalah kaca ini, janganlah engkau memecahkannya dengan perubahan hatimu dan berpalingnya kecintaanmu dariku…
Janganlah engkau membuangku karena konsentrasimu yang kacau & engkau banyak diam membisu…
*** Surat Terbuka Dari Istri Pertama ***
Sesungguhnya aku terbakar bagaikan lilin, aku meleleh bagaikan salju yang mencair, dan aku terhina bagaikan mawar yang dipetik kemudian dicampakkan di tengah jalan.
Aku bagai sehelai bulu yang diterpa badai, prasangka dan kegelisahan membunuhku…
Dahulu aku adalah seorang istri yang merupakan segalanya dalam hidup suamiku… kemudian aku menjadi tersisihkan dari kehidupan ini… sementara hidup didunia ini hanya sekali…
Dahulu… hati kita adalah satu…
Namun sekarang… ada rahasia dalam kehidupan kita masing-masing,
Dan perasaan kita berpencar setiap hari…
“Dahulu, engkau yang membuat hatiku tenang… engkau yang memenuhi kehidupanku …
Pada hari ini, engkau datang untuk pergi, engkau tampak untuk bersembunyi…
Ini adalah ringkasan surat yang panjang sekali, dari istri pertama yang bercerita tentang kelelahannya karena pernikahan suaminya.
Hati suaminya berpaling darinya, yang mengubah keadaan rumahtangga dan kehidupannya,
Apakah menikah lagi dengan wanita lain itu berarti menyingkirkan istri pertama?
Apakah kesibukan dengan istri kedua dapat dijadikan alasan untuk menjauhi dan menepikan istri pertama?
Poligami adalah neraca keadilan, maka janganlah anak timbangannya berat sebelah.
Poligami adalah suatu maslahat yang jelas, maka janganlah ia merusak selainnya
Poligami adalah hikmah yang diperhitungkan, maka janganlah ditempatkan tidak pada tempatnya !!!
*** * ***
repost: Ummu Haitsam, terjemahan bebas dari Risalah ila Mu'addid