Kajian Tafsir Surat an-Naba’ ayat 40
Asy-Syaikh Badr al-Badr hafizhahullah
(penerjemah: Ust. Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc)
إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا (40)
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:”Alangkah baiknya Sekiranya dahulu adalah tanah”.
Dalam ayat ini Allah memberikan peringatan. Karena terkadang peringatan atau ancaman dapat memberikan manfaat yang besar. Peringatan dan ancaman dibutuhkan dalam rangka mengingatkan orang-orang yang lalai.
(adzab yang dekat) yang dimaksud adalah adzab Hari Kiamat. Disebut dengan Hari Kiamat karena manusia bangkit (qiyam) dari kubur-kubur mereka untuk menghadap kepada Rabbul ‘Alamin.
Pada ayat ini Allah memperingatkan manusia dengan Hari yang dahsyat tersebut. Hari yang tidak ada siapapun mengetahui kapan terjadinya kecuali Allah ‘azza wa jalla satu-satu-Nya. Para nabi dan para malaikat tidak ada yang tahu kapan Kiamat. Bahkan Nabi terbaik Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak tahu. Beliau memperingatkan manusia akan Hari Kiamat namun beliau sendiri tidak tahu kapan Kiamat terjadi. Demikian pula malaikat terbaik, Jibril ‘alaihis salam, juga tidak tahu kapan Kiamat. Maka siapapun yang mengaku tahu kapan terjadinya Kiamat, maka dia telah berdusta atas nama Allah!! “Adakah ia melihat yang ghaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Allah yang Maha Pemurah? Sekali-kali tidak!!” (Maryam: 78-79)
Allah tegaskan di ayat ini bahwa Hari Kiamat tersebut dekat. Tidak ada yang tahu dekatnya kecuali Allah. “Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh. Sedangkan Kami memandangnya dekat.” Tidak ada seorang pun yang tahu tentang dekatnya hari tersebut kecuali Allah, karena itu termasuk ilmu ghaib. Dan ilmu ghaib tidak ada seorang pun yang tahu kecuali Allah. Terkadang Allah tampakkan perkara yang ghaib itu kepada para rasul-Nya, dalam rangka menguatkan risalahnya. Termasuk perkara yang ghaib juga adalah asyratus sa’ah (tanda-tanda Kiamat).
(pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya), manusia yang dimaksud adalah orang mukmin. Yakni dia melihat yang dulu dia perbuat, baik amal-amal shalih maupun amal-amal jelek, untuk kemudian dibalas, amal baik dibalas kebaikan amal jelek dibalas kejelekan.
Kaum mukminin pada hari kiamat nanti ada tiga tingkatan,
Pertama, yang masuk jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Yaitu orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak berobat dengan cara kay, dan tidak bertathayyur, serta benar-benar bertawakkal hanya kepada Allah. Yakni mereka benar-benar merealisasikan tauhid yang sempurna.
Kedua, yang dihisab dengan perhitungan yang mudah/ringan. Yaitu dia dimintai pengakuan akan dosa-dosanya, kemudian Allah ampuni dosa-dosa tersebut dan ia pun masuk al-jannah.
Ketiga, orang yang dihisab dengan mendetail. Mereka adalah mukmin yang berbuat dosa-dosa besar dan maksiat. Orang-orang yang banyak tertipu dengan perhiasan dunia, mengikuti syahwat dan syubhat. Kehidupannya seperti hewan ternak, hanya makan, minum, dan tidur. Tidak beramal shalih. Mereka ini berada dalam bahaya besar. Semestinya mereka bersegera untuk bertaubat. Ketauhilah bahwa pintu taubat senantiasa terbuka.
(tulisan ini hanya merupakan cuplikan singkat)
http://dammajhabibah.net/2013/08/25/untaian-mutiara-faidah-dauroh-nasional-3/