Disusun oleh :
Kelompok : 2
Kelas : 4C_1
1. Anita Rahmawati 090105136
2. Hermia Fithri L.H 090105137
3. Arwinda Nur Fitriana 090105138
4. Lusi Permanadewi 090105139
5. Tiara Puspitasari 090105140
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
NEVUS
A. Pengertian
Nevus adalah istilah umum yang menggambarkan adanya bercak berpigmen pada kulit. Nevus terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain yang disebut nevus melanositik dan giant hairy nevus. Nevus jenis ini merupakan kelainan yang jinak. Nevus melanositik oleh orang awam dikenal sebagai istilah “tahi lalat” (nevus pigmentosus). Giant hairy nevus menjadi penting karena sekitar 10-15% dapat berkembang menjadi ganas.
B. Penyebab
Nevus adalah tumor yang paling sering dijumpai pada manusia, merupakan tumor yang berasal dari sel-sel melanosit. Nevus umumnya muncul saat lahir atau segera setelah lahir, terbanyak pada dewasa muda, dan menurun pada orang tua.
C. Gejala
Pada dasarnya nevus tidak memberikan gejala apa-apa jika memang nevus itu jinak. Namun kita perlu mengenal tanda tandanya jika nevus itu ganas antara lain :
a. Ulserasi (luka) dan perdarahan spontan.
b. Membesar dan warna lebih gelap.
c. Pigmen menyebar dari ke kulit sekitarnya.
d. Disekitarnya ada lesi-lesi yang lebih kecil mengelilinginya.
e. Inflamasi tanpa didahului trauma.
f. Nyeri dan gatal,
D. Penatalaksanaan
Nevus umumnya tidak memerlukan terapi kecuali bila pasien menginginkan nevus diangkat atau dokter mencurigai perubahan kearah keganasan. Terapi yang dipilih adalah eksisi sederhana Nevus yang dicurigai ganas harus dibiopsi dan sekalian diangkat/ dioperasi. Eksisi adalah operasi kecil dengan melakukan anastesi setempat dan dapat dilakukan oleh seorang dokter umum tanpa anda harus datang kerumah sakit dan tanpa masuk ke kamar operasi. Tindakan yang dilakukan cukup aman dengan standart operasional yang baik dan tingkat kesterilan yang baik, sehingga setelah pasca operasi tidak akan mungkin ada kelainan dan efek samping yang mengkwatirkan. Masalah pembiayaan anda dapat mengkonsultasikan langsung kepada Klinik, Rumah Sakit atau dokter yang bersangkutan.
E. Nevus Pigmentosu
Kelainan kulit yang disertai pigmentasi merupakan masalah yang banyak ditemukan di klinik, salah satunya adalah nevus pigmentosus. Hampir setiap orang mempunyai nevus, sedangkan nevus yang mengalami perubahan mempunyai risiko 400 kali lebih tinggi untuk menjadi ganas.
1. Etiologi :
Sel-sel nevus kulit berasal dari neural crest, sel-sel ini membentuk sarang-sarang kecil pada lapisan sel basal epidermis dan pada zona taut dermoepidermal. Sel-sel ini membelah dan masuk dermis dan membentuk sarang- sarang pada dermis.
2. Manifestasi Klinik :
Nevus pigmentosus dapat terjadi di semua bagian kulit tubuh, termasuk membrana mukosa dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papilomatosa, biasanya berukuran 24 mm, namun dapat bervariasi dari sebesar peniti sampai sebesar telapak tangan. Pigmentasinya juga bervariasi dari warna kulit sampai coklat kehitaman. Nevus pigmentosus kongenital merupakan nevus yang terdapat sejak lahir atau timbul beberapa bulan setelah kelahiran.
3. Pembagian Nevus
Menurut ukurannya dapat dibagi menjadi 3 kelompok : lesi kecil bila diameter nevus lebih kecil dari 1,5 cm sampai dengan 20 cm, dan lesi luas (giant) bila bergaris tengah tebih dari 20 cm. Nevus sebaseus Jadassohn (NSI) adalah lesi hamartomatosa yang bertasa tegas, sebagian besar terdiri dari kelenjar sebasea dan biasanya timbul di wajah dan kulit kepala. Nevus ini jarang berhubungan dengan bermacam-macam diefek ektodermal dan mesodermal.
Nama lain adalah nevus sebasea, nevus sebaseus linearis, hiperplasia kelenjar sebasea kongenital, hamartoma kelenjar sebasea, adenoma sebasea sirkumskripta, pilo syringo sebaseus nevi, nevus organois dan nevus epiteliomatosus sebaseus kapitis.
a. Nevus sebaseus Jadassohn (NSI)
NSJ merupakan pertumbuhan yang jarang ditemukan. Didapatkan pada kurang lebih 0,3% dari seluruh neonatus dengan angka kejadian yang sama pada laki-laki dan wanita. Tidak didapat faktor rasial/etnik, familial atau faktor yang diwariskan.
NSJ dikatakan berasal dari sel germinativum dari lapisan basal epidermis embrionik yang mempunyai potensi untuk berdiferensiasi menjadi berbagai tipe tumor epitelial.
Gambaran klinis NSJ biasanya berupa lesi yang soliter, atau multipel, berbentuk plakat yang berbatas tegas, berwarna kuning kecoklatan, oranye, atau merah mengkilat, verukosus dengan diameter beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Lesi paling sering terdapat pada kepala dapat juga pada wajah, leher dan batang tubuh. Nevus ini biasanya tampak pada saat lahir atau beberapa waktu kemudian. Pada masa kanak-kanak sampai sebelum pubertas lesi biasanya berbentuk datar, tetapi akan tumbuh menjadi verukosus dan lebih tebal, menetap seumur hidup dan menimbulkan alopesia. Lesi NSJ yang luas dan linier dikenal dengan sindrom nevus sebaseus, menunjukkan kelainan-kelainan sistemik seperti epilepsi, retardasi mental, kelainan sistim saraf kelainan tulang, kelainan mata dan ginjal.
b. Sindrom nevus epidermal (SNE)
Sindrom nevus epidermal (SNE) atau disebut juga organois nevus phakomatosis, Schimmelpenning, sindrom Feuerstein dan Mim serta sindrom solomon merupakan suatu sindrom kongenital didapat yang diturunkan secara autosomal dominan. Penyakit ini ditandai adanya kelainan kulit berupa nevus epidermal yang berhubungan dengan berbagai kelainan pada sistem organ lain yaitu susunan saraf pusat, skletal, kardiomaskular, mata dan urogenital.
Penyebab SNE belum diketahui dengan pasti, namun diduga karena adanya kesalahan migrasi dan perkembangan jaringan embrionik atau terjadinya kesalahan pada proses pemisahan ektoderin dari neural tube.
Penyakit ini lebih sering disertai dengan kelainan skletal, saraf dan mata. Kelainan skeletal ditemukan pada 15-70% pasien, kelainan neurologik ditemukan pada 15-50% pasien dan kelainan mata ditemukan pada 9-30% pasien. Sidrom nevus epidermal merupakan suatu kasus yang jarang ditemukan, angka kejadiannya hanya l6% dari seluruh kasus nevus epidermal.
Penyakit ini dapat ditemukan sejak lahir hingga usia 40 tahun dengan perbandingan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Secara histopatologi dikenal nevus junctional, nevus compound dan nevus dermal. Seperempat sampai sepertiga kasus melanoma maligna dikatakan berasal dari nevus pigmentosus. Tipe nevus penting diketahui untuk menentukan prognosis. Dari ketiga tipe nevus, diaktakan bahwa nevus junctional lebih mempunyai potensi untuk menjadi ganas.
Pemeriksaan histopatologi selain memerlukan waktu, juga tidak semua pasien setuju untuk dibiopsi. Pada keadaan biopsy tidak dapat dilaksanakan, diperlukan suatu cara untuk lebih mendekati diagnosis histopatologi berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan alat yang disebut surface microscopy dengan menggunakan tehnik mikroskop epileuminesen. Tehnik ini non invasive yang memungkinkan untuk melihat secara in vivo gambar histomorfologi kulit dan memberikan harapan bagi para klinis untuk membuat diagnosis kelainan pigmentasi kulit secara lebih akurat. Apabila gambaran klinis nevus bisa dipertajam dengan tehnik epiluminesenm, maka banyak manfaat yang akan didapat.
Diagnosis Banding : Melanoma maligma, nevus biru, nevus sel epiteloid dan atau nevus spindel, KSB berpigmen, Histiositoma, Keratosis seboroik berpigmen.
Pengobatan : Pada umumnya tidak diperlukan pengobatan. Namun bila menimbulkan masalah sesara kosmetik, atau sering terjadi iritasi karena gesekan pakaian, dapat dilakukan bedah eksisi. Bila ada kecurigaan ke arah keganasan dapat dilakukan eksisi dengan pemeriksaan histopatologi. Prognosis: Pada umumnya baik. Tetapi pada nevus junctional dan nevus compound harus mendapat perhatian karena ada kemungkinan berubah menjadi ganas.
DAFTAR PUSTAKA
Rata IGA.K; Tumor Jinak Kulit Muka dalam Media Dermato- Venereulogica Indonesian.Vol 26. No. 2. 1999
Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository ? 2008
Stegman SJ, Tromovivth TA; Seborroic Keratosis in Cosmetic Dermatologic Surgery, Vol 28, Philadelphia, WB Saunders Co, 1996. 1444-6.
Pritchard, JA, McDonald PC, Gant.NE, The Anatomy of the Reproductive Tract of Women, Williams Obstetrics 7th ed. Norwalk. Practice Hall InternationaI lnc 1985, P.29-30.
Hagspiel KH, Giant Gartner Duct Cyst, Magnetic Resonance Imaging Findings, Abdom Imaging 1995, 20: 566-8. Supriadi, et al: Kista Gratner pada Labia Minora seorang Anak, dalam:Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional IX, PERDOSKI, Surabaya 1999,8-11 juli.
Ghadially & Ghadially FN, Keratoacantoma, dalam Fitzpatrick TB, Freedberg, eLSENa2, Wolf K, Ansten KF, Goldsmith, eds. Dermatology inGeneral Medicine, edisi 5, New York: McGraw-Hill 1999:865-72.
Swartz RA, Keratoacanthoma, JAM.Acad. Dermat jan,1994: 30(1): l-19.
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
Ny. J UMUR 31 TAHUN P2Ab0Ah2 DENGAN NERVUS
DI RS AS SYIFA
Jl.Kaliurang Km.3, Yogyakarta
No. Register : 9999
Tanggal pengkajian : 5 Mei 2011
Pukul : 17.00 WIB
Oleh : Bidan Rara
PENGKAJIAN DATA
Biodata / Identitas Ibu Suami
1. Nama : Ny. K Tn. M
2. Umur : 31 tahun 35 tahun
3. Agama : Islam Islam
4. Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
5. Pendidikan : SMA S1
6. Pekerjaan : IRT Wiraswasta
7. Alamat : Jln. Gunung Pring No. 415, RT 05/RW 01 Krapyak Yogyakarta
8. No. Telp : 081234567xxx 081234566xxx
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa ibu memiliki tahi lalat di selangkangannya namun semakin hari ibu merasa tahi lalat tersebut semakin membesar. Ibu juga mengatakan di daerah sekitar tahi lalat, warna kulit menghitam dan sudah tiga bulan terakhir ini tahi lalat tersebut terasa nyeri. Ibu merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas dan merasa sangat cemas.
2. Riwayat Perkawinan
Ny. K mengatakan ini pernikahan yang pertama dan sah. Ibu menikah pada usia 24 tahun dan suami usia 28 tahun.
3. Riwayat menstruasi
Ny. K mengatakan menarche usia 14 tahun, siklus menstruasi 30 hari selama 5-6 hari, ganti pembalut 2-3x sehari. Tidak ada dismenore dan flour albus.
4. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ny. K mengatakan bahwa anak pertama lahir pada usia ibu 25 tahun, lahir normal, spontan,dan tidakmengalami gangguan apapun. Anak kedua lahir pada usia ibu 29 tahun juga dalam keadaan normal.
5. Riwayat kontrasepsi
Ny J mengatakan ibu menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik selama 1 tahun terakhir dan tidak mengalami keluhan.
6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/ sedang diderita
Pasien mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit berat seperti hipertensi, DM, jantung, TBC
b. Penyakit yang pernah/ sedang di derita keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang pernah dan sedang menderita penyakit berat seperti hipertensi, DM, jantung, TBC, keganasan
c. Riwayat penyakit ginekologi
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit ginekologi sebelumnnya.
d. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan bahwa tahi lalat yang ada di selangkangannya itu bukannlah tahi lalat yang biasa dan membutuhkan pengobatan segera meskipun ibu tidak tahu itu penyakit apa.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola nutrisi makan minum
Frekuensi 3 kali sehari 7 – 9 kali sehari
Macam nasi, sayur dan lauk air putih, dan teh
Jumlah 1 porsi habis 1 gelas habis
Keluhan tidak ada tidak ada
b. Pola eliminasi BAB BAK
Frekuensi 1 kali sehari 10-12 kali sehari
Warna kuning kuning jernih
Bau khas khas
Konsistensi lunak encer
Keluhan ibu merasa kesulitan saat jongkok, karena tahi lalatnya terasa nyeri.
c. Pola aktivitas
Ibu mengatakan aktivitas sehari-harinnya adalah melakukan pekerjaan rumah tangga, antara lain mencuci, masak, menyapu, mengepel dan lain-lain. Ibu mengatakan mengalami kesulitan karena tahi lalat terasa nyeri saat terjadi gesekan.
Istirahat/ tidur: kadang-kadang tidur siang selama 1 jam, malam 7 jam
8. Kebiasaan-kebiasaan
Merokok : tidak
Minum jamu-jamu : tidak
Minum-minuman keras : tidak
Makanan/minuman pantangan : tidak ada
Hewan peliharaan : tidak punya
9. Pola Seksualitas
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 minggu 3-4 kali. Ibu merasa sedikit kesulitan saat melakukan hubungan seksual karena takut.
10. Personal hygiene
Kebiasaan mandi : 2 kali perhari
Kebiasaan keramas : 3 kali / minggu
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : saat mandi, setelah BAK dan BAB
Kebiasaan mengganti pakaian dalam : setiap habis mandi
Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun
11. Keadaan psiko social spiritual
a. Pengetahuan pasien tentang gangguan/ penyakit yang diderita saat ini
Ibu merasa malu, takut, cemas dan khawatir akan penyakitnya ini
b. Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi
Menurut ibu, apa yang dialaminya sekarang ini merupakan hal yang tidak wajar dan membutuhkan penanganan segera.
c. Dukungan keluarga
Suami menemani Ny. K untuk memeriksaan keadaannya, untuk mengetahui penyakit apa yang sedang diderita istrinya.
d. Ketaatan beribadah
Ibu mengatakan melaksanakan sholat 5 waktu dengan rutin dan mengikuti pengajian rutin di desanya. Pakaian ibu menutup aurat.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : ibu nampak cemas kesadaran : composmenthis
b. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 kali permenit
Pernafasan : 21 kali permenit
Suhu : 37 0C
c. TB : 165 cm
BB : 50 kg
d. Kepala : rambut hitam, tidak rontok dan bersih
e. Mata : simetris, sclera putih, konjungtiva merah muda
f. Mulut : bibir merah muda, tidak kering
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis
h. Payudara : simetris, tidak ada benjolan
i. Abdomen : tidak teraba massa, tidak ada pembesaran perut, tidak nyeri.
j. Ekstermitas
Edema : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflek patella : kanan dan kiri positif
k. Genetalia luar
Pada selangkangan nampak tahi lalat berwarna hitam yang ukurannya lebih besar dari tahi lalat pada umunnya. Pada kulit sekitar tahi lalat warnya menghitam.
Kondiloma : tidak ada
Varices : tidak ada
Bekas luka : tidak ada
Kelenjar bartholini: tidak ada
Pengeluaran : tidak ada
l. Anus : tidak ada hemoroid
2. Pemeriksaan dalam/ ginekologis
Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan penunjang :
Tidak dilakukan.
ASSESSMENT
Ny. K umur 31 tahun P2Ab0Ah0 dengan Nevus
PLANNING tanggal : 5 Mei 2011 pukul : 17.00 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien bahwa ibu menderita penyakit nevus yaitu adanya bercak berpigmen pada kulit yang disebabkan oleh tumor yang berasal dari sel-sel melanosit.
Ibu mengerti tentang keadaannya.
2. Memberikan dukungan kepada ibu untuk mengurangi rasa cemasnya, dan mendukung pasien untuk tetap berusaha dan berdoa agar diberi kesembuhan.
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan .
3. Menyarankan kepada untuk mohon kesembuhan kepada Allah SWT dan yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa memberikan kesembuhan bagi hamba-Nya yang selalu taat beribadah.
Ibu mengerti dan mengatakan akan selalu berdoa kepada Allah SWT demi kesembuhannya.
4. Memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan pengobatan lebih lanjut oleh dokter, pengobatannya seperti apa akan dijelaskan lebih lanjut oleh dokter.
Ibu bersedia.
5. Melakukan rujukan kepada dokter spesialis Obsgyn untuk melakukan pengobatan.
Sudah dilakukan.
Yogyakarta, 5 Mei 2011
(ttd)
Bidan Rara