1. Definisi
Salpingitis adalah Infeksi saluran tuba uterine.
Pengertian salpingitis dalam Asuhan Kebidanan, ialah penyakit yang terjadi karena infeksi gonore dan dapat terjadi dalam trimester pertama kehamilan, akibat migrasi bakteri ke atas dari serviks hingga mencapai endosalping.
Begitu terjadi penyatuan korion dengan desidua sehingga menyumbat total kavum uteri alam trimester kedua, lintasan untuk penyebaran bakteri yang asenderen ini melalui mukosa uterus akan terputus. Dengan demikian inflamasi akut primer pada tuba dan ovarium jarang terjadi sekalipun abses tubo-ovarium dapat terbentuk dalam struktur yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan itu. Organisme penyebab infeksi ini diperkirakan mencapai tuba falopii dan ovarium yang sebelumnya sudah cidera tersebut lewat cairan limfe atau darah. Pada salah satu dari dua kasus tubo-ovsrium yang menjadi komplikasi dalampertengahan kehamilan dan di rawat di RS dilakukan histerektomi di samping salpingo-ooforektomi bilateral. Pasien dapat disembuhkan setelah menjalani proses kesembuhan pasca bedah yang sangat rumit.
Walaupun terjadi perlekatan yang luas dalam rongga panggul akibat infeksi pelvis sebelumnya, pasien biasanya tidak mengalami efek yang selama kehamilannya.
2. Penyebab
Salpingitis akut kebanyakan disebabkan oleh infeksi gonore. Salpingitis kronik dapat berbentuk sebagai piosalping, hidrosalping atau salpingitis ismika nodosa. Pada salpingitis akut perlu dipikirkan kemungkinan kehamilan ektopik atau apendisitis sebagai Diagnosis banding.
3. Gambaran Klinis
a. Penderita mengeluh nyeri perut bagian bawah, unilateral atau bilateral. Nyeri ini bertambah pada gerakan
b. Kadang terdapat perdarahan di luar siklus dan secret vagina berlebihan.
c. Pada yang akut terdapat demam yang kadang disertai keluhan menggigil.
d. Terdapat nyeri tekan di abdomen bagian bawah disertai nyeri pada pergerakan serviks. Parametrium nyeri unilateral atau bilateral.
4. Diagnosis
Nyeri tekan dan kaku daerah tuba pada pemeriksaan dalam ginekologi.
5. Penatalaksanaan
a. Pasien dianjurkan untuk tirah baring pada posisi Fowler.
b. Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi : Ampisilin 2 g i.v, kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB i.v dosis tunggal/hari dan Metronidazol 500 mg i.v setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai pasien tidak panas selama 24 jam.
c. Pilihan lain : Ampisilin 3,5 gram per oral, disusul dengan 500 mg 4 x sehari selama 7 – 10 hari. Probenesid 1 gram sehari diberikan per oral baik pada alternatif pertama maupun kedua.
d. Pilihan lain : Doksisiklin 100 mg 2 x sehari selama 10 hari. Jika pasien menggunakan AKDR, maka AKDR tersebut harus dicabut.
e. Jika tata laksana ini tidak menolong, pasien sebaiknya dirujuk.