Sabtu, 18 Juni 2011

SATUAN ACARA PENYULUHAN KONTRASEPSI SUNTIK

Disusun Oleh :

Arum Ismawati
090105181



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011

SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. IDENTIFIKASI MASALAH
Gerakan keluarga berencana Nasional sebagai salah satu kegiatan pokok dalam mewujudkan keluarga sejahtera, melalui upaya peningkatan kependudukan dan peran serta masyarakat, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Perempuan merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematik dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak sesui dengan keinginanya. Di desa suka maju ini banyak perempuan yang masih enggan menggunakan alat kontrasepsi karena ketidak tahuan mereka tentang kontrasepsi dan kurangnya promosi kesehatan di desa suk maju.
II. PENGANTAR
Bidang studi : kebidanan
Topoik : kontrasepsi
Sub topik : kontrasepsi suntik
Hari/tanggal : kamis, 12 mei 2011
Jam : 10.00 WIB
Waktu : 60 menit
Tempat : balai desa
Sasaran : PUS desa sukamaju
Oleh : Bidan

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan lansia diharapkan para audiens dapat mengetahui tentang kontrasepsi..

IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diadakan penyuluhan selama 60 menit warga diharapkan
1. Pengertian kontrasepsi
2. Macam-macam metode kontrasepsi
3. Tujuan pemilihan kontrasepsi
4. Mekanisme kerja kontrasepsi suntik
5. Waktu penggunaan kontrasepsi
6. Kelebihan alat kontrasepsi suntik
7. Efek Samping kontrasepsi suntik

V. MATERI (terlampir)
1. Pengertian kontrasepsi
2. Macam-macam metode kontrasepsi
3. Tujuan pemilihan kontrasepsi
4. Mekanisme kerja kontrasepsi suntik
5. Waktu penggunaan kontrasepsi
6. Kelebihan alat kontrasepsi suntik
7. Efek Samping kontrasepsi suntik

VI. MEDIA
SAP
Power poin

VII. METODE
Ceramah dan tanya jwab
VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Penyuluh Waktu
(menit) Peserta
1. Pembukaan
Membuka penyuluhan dengan mengucapkan salam dan melakukan perkenalan dengan para peserta
Mengungkapkan tujuan penyuluhan yaitu penyuluhan pada PUS tentang kontrasepsi suntik
Menjelaskan cakupan materi yang akan disampaikan.
• Melakukan appersepsi
• Menjelaskan manfaat relevensi mempelajari kontrasepsi. Pembukaan
10 menit


Menjawab salam memberikan pertanyaan


Memperhatikan
2 Penyajian
1. Pengertian kontrasepsi
2. Macam-macam metode kontrasepsi
3. Tujuan pemilihan kontrasepsi
4. Mekanisme kerja kontrasepsi suntik
5. Waktu penggunaan kontrasepsi
6. Kelebihan alat kontrasepsi suntik
7. Efek Samping kontrasepsi suntik
• Menggali pengetahuan audiens tentang kontrasepsi.
• Memberikan kesempatan audiens lain untuk menambahkan.
• Menyimpulkan pendapat audiens dan menjelaskan tentang pemeliharaan kebersihan diri, keseimbangan istirahat, keamanan dan keselamatan.
1. Memberikan kesempatan pada audient untuk menanyakan materi yang kurang jelas.
2. Menjawab pertanyaan audient. 30 menit











Memperhatikan,

Memperhatikan
Mengajukan pertanyaan apabila ada materi yang kurang jelas.
3. Penutup
1. Mentup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah dibahas.
2. Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan pada audiens.
3. Memberi salam penutup 10 menit






mendengarkan

menjawab

menjawab salam
6. Jumlah waktu 50 menit

IX. PENGESAHAN
Yogyakarta, 15 April 2011
Sasaran Pemberi Materi Penyuluhan,
( ) ( )
Bapak/Ibu RT 03 Mahasisawa RT 03
Mengetahui
Pembimbing PKL Pembimbing Lapangan

( ) ( )
X. EVALUASI
Dilakukan dengan pertanyaan lisan sebagai berikut :
1. apaefeksamping dari kontrasepsi suntik ?
2. apatujuan dari penggunaan kontrasepsi suntuk?
Kunci Jawaban :
1.
a. Gangguan haid
Permasalahan yang paling sering dihadapi akseptor DMPA adalah gangguan haid seperti spoting, menorhagia dan amenorhea. Spoting penyebab pasti belum jelas namun diduga penyebabnya adalah dengan adanya penambahan progesteron menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena kecil di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal. Pada umumnya spoting terjadi pada awal penyuntikan
a. Berat badan tang bertambah.
Penyebab pertambahan berat badan belum jelas, tetapi hipotesis para ahli: DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya (Hartanto, 2003).
b. Sakit kepala.
c. Efek pada sistem kardio vaskuler.
d. Depresi.
Diperkirakan dengan adanya hormon progesteron dapat menyebabkan kurang vitramin B6 (Pyridoxin) di dalam tubuh. Selain itu juga disebabkan karena adanya retensi garam.
e. Keputihan.
Oleh karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh didalam vagina dan menimbulkan keputihan.
f. Jerawat
Progesterone yang terkandung menyebakan peningkatan kadar lemak.
g. Perubahan libido.
Disebabkan karena kandungan progesteron menyebabkan vagina menjadi kering, namun faktor psikis juga berpengaruh dalam hal ini. Sebetulnya libido itu meningkat atau menurun sangat subyektif sifatnya.
h. Mual dan muntah.
Jika responden tidak hamil jelaskan bahwa ini adalah hal yang normal dan akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. (Pinem, 2009)
i. Kembalinya kesuburan lama.
Suntikan DMPA 150 mg dianggap tidak efektif lagi sebagai alat kontrasepsi setelah 90 hari, tetapi pada kebanyakan akseptor, DMPA mencegah kehamilan untuk jangka waktu lama. Rata-rata mantan akseptor DMPA memerlukan 1,5-3 bulan lebih lama untuk kembali hamil disbanding dengan pil dan IUD.
2. Tujuan Pemilihan Alat Kontrasepsi.
a. Tujuan Menunda/ mencegah kehamilan.
Dianjurkan untuk PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun. Alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah alat kontrasepsi dengan reversibilitas dan efektifitas yang tinggi. Contohnya pil oral, metode sederhana.
b. Tujuan menjarangkan kehamilan.
Dianjurkan untuk PUA dengan usia istri antara 20-30/35 tahun. Alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah alat kontrasepsi dengan efektifitas dan reversibilitas cukup tinggi. Contoh kontrasepsi yang sesuai IUD., suntik, pil, implant, dan alat kontrasepsi sederhana.
c. Tujuan menghentikan atau mengakhiri kehamilan.
Dianjurkan untuk PUS dengan usia istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun. Alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah yang efektifitasnya tinggi.
Contoh kontrasepsi yang sesuai kontap, IUD, implant, suntikan, pil. (Wahyurini, 2007).


XI. LAMPIRAN MATERI
a. Pengertian kontrsepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel sperma dan sel telur yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi juga berarti usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dapat juga bersifat permanen (Wiknjosastro, Hanafi., dkk, 2004: 905)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah aman atau tidak berbahaya, dapat dikendalikan, sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter, murah, dapat diterima oleh banyak orang, pemakaian jangka panjang (Hanafi, 2002: 36)
b. Macam kontrasepsi
1) Metode sederhana
Metode sederhana dapat digolongkan menjadi metode sederhana tanpa alat dan metode dengan menggunakan alat. Metude sederhana tanpa menggunakan alat anatara lain metode amenorea laktasi, metode kontrasepsi kelender, metode suhu basal badan, metode lender serviks, senggama terputus, sedangakan metode sederhana dengan menggunakan alat adalah kondom, diafragma, dan spermatisid.
2) Metode modern
Metode modern anatra lain kontrasepsi hormonal yang terdiri dari pil pral kombinasi, mini pil, morning after pil, suntik dan implant. Metode modern non hormonal meliputi AKDR (Intra Uterine Devices) dan kontrasepsi mantao. Kontrasepsi mantap pada wanita biasa disebut MOW sedangkan kontrasepsi mantap pada pria disebut MOP. (Prawiharjo, 2003 : MKI)
3) Tujuan Pemilihan Alat Kontrasepsi.
d. Tujuan Menunda/ mencegah kehamilan.
Dianjurkan untuk PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun. Alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah alat kontrasepsi dengan reversibilitas dan efektifitas yang tinggi. Contohnya pil oral, metode sederhana.
e. Tujuan menjarangkan kehamilan.
Dianjurkan untuk PUA dengan usia istri antara 20-30/35 tahun. Alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah alat kontrasepsi dengan efektifitas dan reversibilitas cukup tinggi. Contoh kontrasepsi yang sesuai IUD., suntik, pil, implant, dan alat kontrasepsi sederhana.
f. Tujuan menghentikan atau mengakhiri kehamilan.
Dianjurkan untuk PUS dengan usia istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun. Alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah yang efektifitasnya tinggi.
Contoh kontrasepsi yang sesuai kontap, IUD, implant, suntikan, pil. (Wahyurini, 2007).
1. Kontrasepsi suntik DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat)
1. Pengertian
Kontrasepsi suntik DMPA adalah kontrasepsi yang berisi komponen progesteron yang diberikan secara intramuskuler dalam jangka waktu 12 minggu (saifudin, 2003: MK-40). Kontrasepsi DMPA pertama kali ditemukan tahun 1950 an. Mulanya komponen ini digunakan untuk pengobatan penyakit endomentritis dan kanker endometrium, baru pada tahun 1960 awal mula uji klinis untuk keperluan kontrasepsi. Sampai sekarang kontrasepsi DMPA sudah digunakan di 90 negara (siswosudarmo, dkk, 2001).
2. Efektifitas kontrasepsi suntik DMPA
Kontrasepsi suntik memiliki efektifiitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan/ tahun, asalakan penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (saifuddin AB, 2003).
3. Mekanisme kerja kontrasepsi suntik DMPA
Mekanisme kerja komponen progesteron atau derivat testosteron adalah mencegah ovulasi dengan cara menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi terjadi pelepasan ovum, mengentalkan lender serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa, perubahan peristaltic tiba fallopi, sehingga konsepsi dihambat, mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk imlpantasi hasil konsepsi. (BKKBN, 2006: 44).
4. Dosis DMPA dengan daya kerja kontrasepsif yang paling sering dipakai adalah 150 mg setiap bulan. Setelah suntikan 150 mg DMPA diberikan ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu, sehingga terdapat periode “tenggang waktu” (garade periode) selama 2 minggu untuk akseptor DMPA yang disuntik ulang setiap 3 bulan. (Hartanto, 2003). Hingga kini belum ada kesepakatan dari para ahli tentang berapa lama seorang itu menggunakan kontrasepsi hormonal, bila selama penggunaan tidak menemukan efek samping yang berarti, dan pasien merasa nyaman tanpa ada keluhan yang mengganggu maka tidak ada alasan untuk menghentikan kontrasepsi hormonal. Depkes RI, 1999 menyatakan pemakaian DMPA hanya dianjurkan selama 2 tahun, setelah 2 tahun akseptor DMPA dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi lain untuk menyeimbangkan hormon.
5. Waktu penyuntikan
a. Setiap saat selama siklus haid asal ibu tersebut tidak hamil.
b. Memulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan ibu tersebut tidak hamil, namun setelah 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan suami istri.
d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan alat kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. (Saifudin, 2003).
e. Menurut Winkjosastro, DMPA dapat segera diberikan pada ibu post partum kira-kira hari ketiga sampai hari kelima setelah ASI terbentuk, karena tidak berefek pada produksi ASI.
6. Kelebihan
Menurut saifuddin (2003: MK-14) keuntungan KB suntik DMPA adalah:
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius pada penyakit jantung, dan gangguan pembuluh darah
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, justru DMPA meningkat kuantitas air susu pada ibu menyusui, menaikkan volume ASI dan memperpanjang masa laktasi sedikit efek sampaing.
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
g. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamialn etopik
h. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
i. Menurunkan krisis anemia bulan sabit(sickle cell).
7. Efek samping.
b. Gangguan haid
Permasalahan yang paling sering dihadapi akseptor DMPA adalah gangguan haid seperti spoting, menorhagia dan amenorhea. Spoting penyebab pasti belum jelas namun diduga penyebabnya adalah dengan adanya penambahan progesteron menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena kecil di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal. Pada umumnya spoting terjadi pada awal penyuntikan (Bazaid, 2002). Menorhagia, hal ini terjadi terkait dengan terganggunya fungsi poros hipotalamus-hipofisis ovarium karena penambahan progesterone menyebabkan terbentuknya kembali pembuluh darah kapiler yang normal dengan sel-sel endotel yang intek serta sel-sel yang mengandung kadar glikoprotein yang cukup sehingga sel-sel indotel terlindung dari kerusakan. Pada siklus haid yang normal, estrogen menyebabkan degenerasi pembuluh darah kapiler endometrium, dinding kapiler menipis dan pembentukan endotel tidak merata. Setelah satu atau dua tahun penyuntikan akan terjadi amenore yang disebabkan karena hormon progesteron yang terkandung dalam DMPA akan menghambat pengeluaran LH (Lutenising Hormon) yang mempertahankan endometrium dalam fase sekresi dan siklus haid tidak akan terjadi. Amenorhea biasanya terjadi setelah 1 sampai 2 tahun penyuntikan (BKKBN, 2007). Menurut Hartanto, (2003) efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian, perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalanya waktu, sedangkan kejadian amenorea bertambah besar.
c. Berat badan tang bertambah.
Penyebab pertambahan berat badan belum jelas, tetapi hipotesis para ahli: DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya (Hartanto, 2003).
d. Sakit kepala.
e. Efek pada sistem kardio vaskuler.
f. Depresi.
Diperkirakan dengan adanya hormon progesteron dapat menyebabkan kurang vitramin B6 (Pyridoxin) di dalam tubuh. Selain itu juga disebabkan karena adanya retensi garam.
g. Keputihan.
Oleh karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh didalam vagina dan menimbulkan keputihan.
h. Jerawat
Progesterone yang terkandung menyebakan peningkatan kadar lemak.
i. Perubahan libido.
Disebabkan karena kandungan progesteron menyebabkan vagina menjadi kering, namun faktor psikis juga berpengaruh dalam hal ini. Sebetulnya libido itu meningkat atau menurun sangat subyektif sifatnya.
j. Mual dan muntah.
Jika responden tidak hamil jelaskan bahwa ini adalah hal yang normal dan akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. (Pinem, 2009)
k. Kembalinya kesuburan lama.
Suntikan DMPA 150 mg dianggap tidak efektif lagi sebagai alat kontrasepsi setelah 90 hari, tetapi pada kebanyakan akseptor, DMPA mencegah kehamilan untuk jangka waktu lama. Rata-rata mantan akseptor DMPA memerlukan 1,5-3 bulan lebih lama untuk kembali hamil disbanding dengan pil dan IUD (Hartanto, 2003).
8. Indikasi
a. Usia reproduksi yaitu 20 – 35 tahun tetapi lebih dianjurkan pada usia reproduksi 20- 30 tahun.
b. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.
c. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
d. Setelah melahirkan.
e. Post abortus.
f. Tidak dapat memakai alat kontrasepsi yang mengandung estrogen.
g. Sering lupa menggunakan alat kontrasepsi pil.
h. Mendekati menopause yang tidak mau memakai pil kombinasi.
i. Telah mempunyai banyak anak tapi belum menghendaki tubektomi.
9. Kontra indikasi penyuntikan.
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penybabnya.
c. Tidak dapat menerima gangguan haid terutama amenorea.
d. Diabetes mellitus disertai komplikasi.


XII. DAFTAR PUSTAKA

Paath, Erna Francin dkk. 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta EGC
Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Powered by Blogger