Disusun oleh:
Rizki Trida Mustika (090105089)
Rizki Aulia Nisa (090105090)
Oktaviana Mulia Sari (090105091)
Riyana Pangesti (090105092)
Krisdiwiyanti (090105093)
Romi Yati (090105094)
Dea Masyita (090105095)
Upik Batari Aji (090105096)
Program Studi DIII Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘aisyiyah Yogyakarta
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya. Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.
Semua wanita yang terkena risiko mengalami penyakit yang tidak berkembang pada pria. Sebuah contoh dari penyakit kelainan ginekologi. Seorang wanita yang memiliki gangguan ginekologi seperti kista inklusi epidermal dan masuk ke dalam alam penderitaan yang menyakitkan bahwa seseorang tidak akan benar-benar tahu. Kista epidermal dan inklusi adalah pertumbuhan abnormal yang berada di vulva. Vulva adalah bagian luar dari sistem reproduksi wanita. Beberapa bagian vulva adalah klitoris, labia minora, labia majora, mons pubis, uretra, dan vagina luar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah kista inklusi epidermal itu?
2. Apakah penyebab dari kista inklusi epidermal?
3. Apa saja tanda dan gejala dari kista inklusi eoidermal?
4. Bagaimana cara penegakan diagnosis kista inklusi epidermal?
5. Bagaimana pengobatan yang tepat untuk kista inklusi epidermal?
6. Bagaimana penatalaksanaan bidan bila menemukan kista inklusi epidermal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa kista inklusi epidermal itu.
2. Untuk mengetahui penyebab dari kista inklusi epidermal.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala kista inklusi epidermal.
4. Untuk mengetahui dan memahami cara untuk menegakkan diagnosis penyakit ini.
5. Untuk mengetahui pengobatan yang tepat untuk kista inklusi epidermal.
6. Untuk mengetahui, memahami serta dapat melakukan penatalaksanaan secara cepat dan tepat sebagai seorang bidan.
D. Manfaat
1. Untuk mahasiswa
Bisa mendapat kan informasi dan pengetahuan baru tentang kista inklusi epidermal dan dapat melakukan penatalaksanaan secara tepat bila menemukan kasus seperti ini di lapangan.
2. Untuk Penyusun
Selain untuk menanbah ilmu pengetahuan dan informasi, makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah “ASKEB IV B” dan sebagai slah satu syarat untuk mendapatkan nilai penugasan praktikim.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
Kista epidermal atau juga disebut dengan kista sebasea adalah kumpulan material seperti keratin, biasanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy di dalam dinding kista. Jenis kista ini merupakan yang paling umum. Secara klinis, kista epidermal muncul sebagai nodul bulat, keras berwarna daging. Kista epidermal umumnya memiliki lubang kecil yang berhubungan dengan kulit namun tidak selalu tampak jelas. Kista epidermal dapat terjadi di bagian kulit mana saja, akan tetapi lebih banyak ditemui di bagian wajah, scalp, telinga, dada, dan punggung. Tulang, payudara, genital, dan intracranial jarang ditemukan pada kista epidermal. Mukosa okuler dan oral juga bisa terkena serta di konjungtiva palpebra, bibir, mukosa mulut, lidah, skrotum, dan vulva.
Kista epidermal merupakan tumor jinak yang tidak perlu dihilangkan kecuali mengganggu secara kosmetik atau terinfeksi. Kista epidermal yang terinfeksi berwarna merah, bengkak, dan terasa nyeri. Bila hal ini terjadi, harus diterapi dengan antibiotik dan dieksisi bila sudah tidak mengalami inflamasi. Kunci dari penghilangan kista epidermal adalah menghilangkan seluruh dinding kista.
2. EPIDEMIOLOGI
Tidak ada predileksi menurut ras, namum kista epidermal lebih banyak dialami oleh individu dengan kulit gelap. Pada studi pasien Indian, 63% kista mengandung pigmen melanin.
Kista epidermal lebih banyak dua kali ditemukan pada pasien pria dibanding dengan pasien wanita. Kista epidermal dapat terjadi di usia kapanpun, namun banyak ditemukan kasus pada decade ketiga sampai keempat. Kista epidermal kecil yang disebut dengan millia umum ditemukan di neonatus.
3. PATOFISIOGI
Kista epidermal terjadi akibat proliferasi sel epidermal dalam ruang yang sirkumskrip pada dermis. Pada analisis kista epidermal, struktur dan pola lipidnya sama seperti pada sel epidermis. Kista epidermis mengekspresikan sitokeratin 1 dan 10. Sumber dari epidermis ini hamper selalu dari infundibulum dari folikel rambut. Inflamasi dimediasi oleh bagian berkeratin pada kista epdiermal. Pada penelitian, ekstrak keratin ini bersifat kemotaktif untuk PMN. Penilitian menyebutkan HPV (Human Papilloma Virus) dan paparan sinar UV berperan dalam pembentukan kista epidermal.
Cara perubahan kista epidermal menjadi bersifat kanker belum diketahui secara pasti (walaupun jarang sekali kista epidermal berkembang menjadi tumor ganas). Pada kista epidermis dengan karsinoma, hasil imunohistokimia untuk HPV negatif, yang dapat disimpulkan HPV tidak mempengaruhi perubahan menjadi Karsinoma sel skuamosa. Iritasi kronik dan trauma berulang pada batas epitel dari kista epidermis berperan dalam transformasi keganasan, akan tetapi bagaimana hubungannya masih belum diketahui.
4. HISTOPATOLOGI
Pada pemeriksaan histopatologi, kista epidermal dibatasi dengan epitel skuamosa berlapis yang mengandung lapisan granuler. Keratin terlaminisasi ditemukan dalam kista. Respon inflamasi dapat ditemukan pada kista yang rupture. Kista yang sudah tua dapat terkalsifikasi.
5. PENYEBAB
Kista epidermal terbentuk dari beberapa mekanisme. Kista dapat diakibatkan sekuestrasi dari sisa epidermal selama kehidupan embrionik, oklusi dari unit pilosebaseus, atau trauma atau implantasi bedah dengan elemen eptelial. Infeksi HPV , paparan UV, dan oklusi kelenjar ekrin dapat menjadi faktor tambahan perkembangan kista epidermal palmoplantar. HPV juga telah teridentifikasi dalam kista epidermal nonpalmoplantar.
a. Kista epidermal kongenital dari fontanel anterior atau di bagian orogenital dapat diperkirakan oleh hasil sekuestrasi atau trapping sisa epidermal selama fusi embrionik selama perkembangan. Lesi di bibir dan mulut berkorelasi dengan fusi yang tidak sempurna dari lengkung brankial, sedangkan lesi genital disebabkan oleh penutupan tak sempurna dari lipatan genital.
b. Semua proses kejinakan dan keganasan yang mempengaruhi atau tumbuh dekat unit pilosebaseus dapat berujung pada oklusi atau tumbukan folikular ostia with formasi kista yang berikutnya. Kista dengan distrubusi yang bersifat acneiform umumnya akibat penyumbatan folikular. Pada manula, cedera sinar matahari yang terakumulasi dapat merusak unit pilosebaseus, menyebabkan abnormalitas seperti sumbatan komedo, hiperkornifikasi, keduanya dapat menimbulkan kista epidermal. Kondisi ini disebut juga Sindrom Favre-Racouchoot.
c. Kista epidermal yang sebenarnya diakibatkan impantasi elemen epidermal pada dermis. Beberapa cedera, khususnya tipe crushing, diasosiakan dengan subungual atau kista epidermal terminal phalanges. Cedera hancur ketika membanting pintu mobil pada bagian digital sering dilaporkan. Prosedur bedah secara teori dapat menimbulkan kista epidermal. Formasi kista epidermal multipel dilaporkan setelah operasi plastik bagian hidung, pembesaran payudara, dan sedot lemak. Penggunaan cangkok dermal, cangkok miokutaneus, dan biopsy jarum juga diasosiasikan dengan timbulnya kista epidermal.
d. Sindrom herediter tertentu berasosisasi dengan kista epidermal, seperti Sindrom Gardner, Sindrom nevus sel basal, dan pachyonychia kongenital. Idiopathic scrotal calcinosis dapat ditemukan pada fase akhir dari kalsifikasi distrofik pada kista epidermal.
6. DIAGNOSIS BANDING
Kista Pilaris, Steatokistoma simpleks/multipleks, Lipoma, Kista Dermoid, Pachonychia kongenital, Sindrom Gartner, Kalsinosis Kutis, Millia
7. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, namun bila terjadi infeksi berulang atau tidak ada respon antibiotik, pengkulturan dapat dilakukan.
Bila kista epidermal ditemukan pada daerah yang tidak biasa terkena, seperti payudara, tulang, atau lokasi intracranial dapat dilakukan pencitraan dengan Ultrasonografi, Radiografi, CT Scan atau MRI.
Fine-needle aspiration juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis kista epidermal di payudara. Pemeriksaan smears material yang diaspirasi dan diwarnai dengan Wright-Giemsa menunjukkan keratinosit berinti dan material keratin bergelombang.
8. PENGOBATAN
Pada umumnya kista epidermal tidak memerlukan pengobatan apapun. Bila menimbulkan gangguan dapat dieksisi, atau diseksi seluruh dinding kista dengan insisi. Bila bagian dinding tertinggal, kista dapat kambuh. Destruksi kista dengan kuret, cairan kimiawi, atau elektrodesikasi memberikan hasil kurang memuaskan.
Bila terjadi inflamasi, dapat dilakukan injeksi intralesi dengan triamcinolone (amcort, aristocort) yang dapat mensupresi migrasi PMN dan membuat sempit celah kapiler pembuluh darah. Antibiotik oral juga diberi bila perlu.
9. KOMPLIKASI
Komplikasi sangat jarang terjadi, termasuk infeksi, scarring pada penghilangan, dan kekambuhan. Keganasan pada kista epidermal sangat jarang.
ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny.T USIA 35 TAHUN DENGAN KISTA INKLUSI EPIDERMAL
Tanggal masuk : 5 April 2011
Pukul : 11.00 WIB
Tempat : Ruang Periksa
No. MR : 09.98.05
Oleh : Bidan Susi
I. PENGKAJIAN DATA, Tanggal 5 April 2011 Pukul 11.00 WIB
A. Data Subyektif
1.Identitas Istri Suami
Nama : Ny. T Tn. A
Umur : 35 tahun 40 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Karyawan
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat : Jl.Mawar km 3 bantul Jl. Mawar km 3 Bantul
Telp : -
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat melakukan hubungan suami istri dan terdapat benjolan kecil di daerah kemaluan
b. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : ± 5 hari
Banyaknya : ganti softex 4-5 x/hari
Dismenorhea : tidak
c. Riwayat Obstetric
P1A0Ah1
No Th UK Jenis
Persalinan Penolong Tempat H/m J/k Bb
Lahir Komplikasi Ket
1. 2006 39mgg
spontan Bidan RB H P 2800gr Tidak ada
d. Riwayat KB
NO PASANG LEPAS
Metode Tgl Petugas Tempat Tgl Petugas Tempat Alasan
1. Suntik - Bidan BPS - Ingin hamil kembali
e. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit sistemik seperti hipertensi, Diabetes Millitus, Asma, TBC, dan Penyakit Kardiovaskuler
2. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit sistemik seperti hipertensi, Diabetes Millitus, Asma, TBC, dan Penyakit Kardiovaskuler
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, jantung, asma, kencing manis, hepatitis, serta tidak ada yang mengalami kelainan haid.
f. Pola Kebutuhan Sehari-hari
1) Nutrisi
MAKAN MINUM
frekuensi 3x sehari 5-6x sehari
Porsi Sedang 1 gelas belimbing
Jenis Nasi, sayur, lauk Air putih, Teh
keluhan Tidak ada Tidak ada
2) Eliminasi
BAK BAB
Frekuensi 3-4 x/hari 1 x/hari
Warna Jernih Kuning
konsistensi Cair Lembek
Keluhan Ada nyeri Tidak ada
3) Istirahat
Siang : - Malam : 6 jam
4) Pola Aktivitas
Pasien mengatakan tidak bekerja dan hanya melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, mencuci
5) Perilaku seksualitas
Frekuensi : 1 kali/minggu
Keluhan: ibu mengatakan terasa nyeri pada saat melakukan hubungan seks.
6) Personal Higiene : Mandi 2 x/hari, gosok gigi 3 x/hari, ganti baju 2 x/hari, ganti celana dalam 2 x/hari, ganti pembalut setiap kali penuh atau sekitar 2 x/hari, keramas 2 hari sekali.
7) Pola kebiasaan lain
Pasien mengatakan tidak pernah merokok atau minum-minuman keras, selama perdarahan pasien tidak minum obat untuk menghentikan.
g. Data psikososial
1. Psikologi
Pasien merasa khawatir dengan keadaannya ini dan takut hubungannya dengan suami menjadi kurang harmonis.
2. Status sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik.
3. Spiritual
Pasien dan keluarga menganut agama Islam dan mereka sholat 5 waktu.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 39 ᵒC
pernafasan : 20 x/menit
TB : 157 cm
BB : 54 kg
2.Pemeriksaan obstetric
a) Inspeksi
Kepala :Mecocephal, Rambut hitam, berombak, tidak ada kelainan, kulit kepala bersih, rambut tidak rontok.
Muka : Muka tidak oedema, tidak ada kelainan.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada kelainan pada hidung
Telinga : Simetris, bersih, membran timpani utuh, tidak ada gangguan pendengaran
Mulut : simetris, bibir tidak kering, pucat, tidak ada kelainan.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, bendungan vena jugularis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : simetris, tidak ada benjolan
Perut : tidak ada pembesaran perut, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : terlihat benjolan berwarna putih sedikit kemerahan pada bagian labium mayor.
Ekstremitas : simetris antara kanan kiri dan atas bawah, tidak oedema, kuku tangan tampak pucat, infus terpasang di tangan sebelah kanan.
b) Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid/ bendungan vena jugularis atau pembesaran kelenjar limphe
Perut : tampak biasa dan tidak merasa nyeri tekan
c) Auskultasi
Dada : tidak ada bunyi ronkhi/ wheezing
Perut : bising usus positif
d) Perkusi
Reflek patela + / +
C. Assesment
Ny T usia 35 tahun dengan kista inklusi epidermal
D. Planning
Tanggal 5 April 2011, Pukul 11.25 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu menderita penyakit kista inklusi epidermal sama halnya dengan kista sebasea yaitu sumbatan kelenjar keringat yang menyebabkan benjolan atau seperti jerawat, yang terletak tepat dibawah kulit khususnya didaerah kemaluan ibu.
- Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2. Menjelaskan pada ibu agar tidak perlu khawatir dengan kista tersebut, karena kista tersebut dapat hilang dengan sendirinya. Maka cukup didiamkan saja, tanpa digaruk, ditusuk menggunakan jarum, dan tidak diberi bedak.
- Ibu mengerti penjelasan bidan.
3. Memberitahu kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dengan mandi 2 kali sehari, ganti baju 2 kali/hari dan ganti celana dalam 2-3 kali/hari dan mengajarkan ibu teknik cebok yang benar yaitu dari arah depan kebelakang.
- Ibu mengerti dan akan berusaha melakukan seperti yang disarankan.
4. Memberikan obat peroral ampicilin 500 mg untuk diminum 3 kali sehari.
- Obat telah diterima, ibu mengerti dan bersedia minum obatnya.
5. Memberitahu kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang satu minggu lagi atau jika ada keluhan.
- Ibu bersedia berkunjung sesuai waktu yang telah ditentukan.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan kepada dokter ahli untuk menegakkan diagnosis penyakit ibu tersebut
- Pasien bersedia melakukan anjuran bidan
7. Melakukan pendokumentasian.
- Hasil asuhan telah di dokumentasikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kista epidermal atau juga disebut dengan kista sebasea adalah kumpulan material seperti keratin, biasanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy di dalam dinding kista. Kista epidermal lebih banyak dua kali ditemukan pada pasien pria dibanding dengan pasien wanita. Kista epidermal dapat terjadi di usia kapanpun, namun banyak ditemukan kasus pada decade ketiga sampai keempat. Kista dapat diakibatkan sekuestrasi dari sisa epidermal selama kehidupan embrionik, oklusi dari unit pilosebaseus, atau trauma atau implantasi bedah dengan elemen eptelial. Infeksi HPV , paparan UV, dan oklusi kelenjar ekrin dapat menjadi faktor tambahan perkembangan kista epidermal palmoplantar. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, namun bila terjadi infeksi berulang atau tidak ada respon antibiotik, pengkulturan dapat dilakukan. Pada umumnya kista epidermal tidak memerlukan pengobatan apapun. Bila menimbulkan gangguan dapat dieksisi, atau diseksi seluruh dinding kista dengan insisi
B. Saran
Bagi mahasiswa Kebidanan
Kista epidermal pada umumnya sama seperti dengan kista sebasea yaitu kumpulan material seperti keratin, biasanya putih, licin, mudah digerakkan di dalam dinding kista tersebut. Jadi apabila menemukan gejala dan tanda seperti tersebut, tidak perlu khawatir, karena kista ini tidak perlu dihilangkan kecuali mengganggu atau sudah terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.spesialis.info/?cara-pencegahan-kista-epidermis-%28epidermal-cysts%29,844
http://seekerofthetruth12.wordpress.com/2010/12/30/kista-epidermal/