Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan kebidanan IV B Patologi
Dosen pembimbing : Hikmah Sobri,S.Pd, M.Kes.
Disusun oleh :
1. Alfian Laily Permata (090105141)
3. Aisyah Noor H. (090105143)
5. Meyta Khoirunisa (090105145)
6. Eni Suraya M. (090105146)
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2010
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji hanyalah untuk Allah SWT semata. Atas berkat rahmatNya kami telah berhasil menyelesaikan Makalah yang berjudul Makalah Asuhan Kebidanan Patofisiologi dan Penatalaksanaan Dismenorea dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan IV B (patologi Kebidanan) dengan lancar. Pembuatan makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas Asuhan Kebidanan IV B (patologi Kebidanan) .Selain itu hasil dari pembuatan makalah ini dapat kita jadikan pelajaran karena dapat menambah pengetahuan kita.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini banyak kekurangan .Oleh karena itu, kami mengharap sumbangan saran dan kritik dari berbagai pihak guna menyempurnakan dimasa – masa mendatang.
Akhirnya kami menguapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pembimbing yang telah membimbing kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini.
2. Teman- teman kami yang telah menyumbangkan idenya dalam pembuatan makalah ini.
3. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Billahittaufiq walhidayah. Nun walqolami wama yasyturun.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yogyakarta, Maret 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………....1
B. Tujuan ………………………………………………………………….....2
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian …………………………………………………………………..
B. Faktor Predisposisi ………………………………………………………....
C. Gejala Klinik …………………………………………………………..…...
D. Etiologi dan Patofisiologi ……………………………………………….....
E. Penatalaksanaan ………………………………………….………………...
BAB III. KASUS DAN ASUHANNYA…………………………………………….
BAB IV. PENUTUP
KESIMPULAN……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...……….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dismenorea atau haid yang nyeri adalah suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Disamping perdarahan dan infeksi, dismenorea dapat merupakan suatu gejala dari hampir semua kelainan ginekologis pada wanita yang berusia 15- 45 tahun dan menjadi sebab langsung dari hilangnya waktu kerja, sekolah, maupun kegiatan lain pada wanita yang sukar dihitung nilainya.
Dismenorea secara klinis bukan merupakan masalah yang sama sekali baru. Beraneka jenis pengobatan sudah diperkenalkan, tetapi tampaknya belum terlihat adanya cara pengobatan yang benar- benar rasional. Untuk mencapai pilihan pengobatan yang rasional serta efektif, tindakan ideal adalah mencari dan menemukan penyebab pokoknya.
Dismenorea ada dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Dari kedua jenis dismenorea tersebut ternyata yang menjadi perhatian utama adalah dismenorea primer karena jenis ini paling sering dijumpai, keluhannya lebih menonjol, dan pengobatannya jauh lebih sukar. Sejauh ini dasar pengobatan untuk dismenorea primer sering kali tidak tegas karena yang ditangani hanyalah gejalanya yang merupakan produk akhir dari suatu rangkaian proses, sehingga hasil yang diperoleh pun sering kali tidak memuasakan.
B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan mengemukakan patofisiologi dismenorea primer, agar dapat dipilih cara pengobatan yang rasional dan efektif.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Dismenorea berarti haid yang sukar. Dalam praktek diartikan sebagai nyeri ketika haid atau haid yang berkaitan dengan nyeri seperti kejang atau kolik. Mengingat sebagian besar wanitamengalami beberapa derajat nyeri pelvic selama haid, maka istilah dismenorea hanya dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat sehingga menyebabkan penderita mencari pertolongan pada dokter atau pengobaan sendiri dengan analgesic.
Lebih rinci , dismenorea atau nyeri haid adalah nyeri yang timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yng menampilkan satu atau lebih gejala, mulai dari nyeri ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri pasmodik pada sisi medial paha. Pada keadaan yang berat disertai berbagai gejala dan tanda, mulai dari mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala sampai pingsan.
Dismenorea primer
Dismenorea primer adalah dismenorea yang disebabkan faktor intrinsic uterus, berhubungan berat dengan ketidak seimbangan steroid seks ovarium tanpa adanya patologis(kelainan organik) dalam pelvis. Dismenorea primer sering disebut juga dengan dismenorea sejati, intrinsik, esensial, fungsional,atau idiopatik. Dismenorea ini dibagi dalam dismenorea kongensif dan spasmodik. Dismenorea terjadi sejak menarche , biasanya pada beberapa tahun pertama.
Dismenore sekunder
Disminorea sekunder terjadi karena adanya patologi 9 kelainan organic) dalam pelvis. Disminorea ini disebut juga sebagai disminorea organic, dapatan(akuisita), atau ekstrinsik. Kelainan ini dapat timbul setiap saat dalam perjalanan hidup. Meskipun demikian nyerinya lenyap diantara masa haid.
Dismenorea ringan
Rasa nyeri berlangsung beberapa saat, sehingga hanya diperlukan istirahat sejenak ( duduk atau berbaring ) untuk menghilangkannya, tanpa disertai obat.
Dismenorea sedang
Diperlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari- hari.
Dismenorea berat
Untuk menghilangkan keluhan diperlukan istirahat beberapa lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari- hari, selama satu hari atau lebih.
Tabel 1. Tingkat dismenore dan perubahannya :
Derajat Perubahan
0 Tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari- hari tidak terpengaruhi
I Nyeri ringan, jarang memerlukan analgetika, aktivitas sehari –hari jarang terpengaruhi
II Nyeri sedang, memerlukan analgetika, aktivitas sehari- hari terganggu, tetapi janrang absen dari sekolah atau pekerjaan.
III Nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan analgesic, tidak dapat melakukan sehari- hari, timbul keluhan vegetative, misalnya nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah, dan diare.
B. FAKTOR PREDISPOSISI
Dismenorea dipengaruhi oleh faktor- faktor usia, status social, pekerjaan, paritas, dan konstutisional. Misalnya kejadian dismenorea cukup tinggi pada kelompok gadis usia sekolah dan wanita muda (20-24 tahun) pekerja pabrik, dan angkatan bersenjata wanita.
Dismenorea pada dasarnya dirasakan oleh semua wanita pada beberapa saat dalam kehidupannya. Dismenorea primer ditemukan pada usia 16-25 tahun, dan tertinggi pada usia 17-20 tahun. Tetapi usia yang tepat sukar dietahui karena nyeri haid dapat berangsur- angsur menjadi progresif. Ciri khas disminorea primer adalah timbulnya 3-5 tahun setelah menarche, seiring dengan belum berlangsungnya siklus haid ovulatorik yang merupakan cirri khas wanita dewasa normal.
Dalam hubungannya dengan paritas, ternyata wanita nulipara lebih sering menderita dismenorea, kemudian berkurang setelah melahirkan terutama dengan persalinan aterm pervaginam. Diduga hal ini disebabkan oleh uterus yang masih kecil atau uterus masih tegang dan ostium uteri masih sempit.
Pengaruh konstitusional terdiri dari hiperaktivitas atau daya tanggap (responsivitas) yang berlebihan terhadap rangsangan nyeri dan bukan ambang nyeri yang rendah.
C. GEJALA KLINIK
Dismenorea primer dimulai ketika atau tepat sebelum awal perdarahan, sepanjang hari pertama haid dan jarang setelahnya.Puncak nyeri dicapai dalam 24 jam prahaid, berulang ketika awal perdarahan. Kemudian berlangsung 8-12 jam meski terdapat keragaman individual.
Nyeri ringan dapat mengawali aliran haid, tetapi nyeri paling berat mulai menjelang aliran haid dan biasanya berakhir 12-24 jam kemudian. Umumnya menghebat pada hari pertama dan kedua siklus haid.
Nyeri itu sendiri awalnya merupakan nyeri digaris tengah abdomen bawah tepat di atas simpisis pubis , bersifat intermiten, spasmodic, tajam , bergelombang, dan beratnya mengikuti kontraksi uterus, menyebar ke punggung bawah (lumbosakral). Perjalanan nyeri tersebut seperti halnya kontraksi sewaktu persalinan, dan berhubungan dengan perasaan sakit umum.
Pada bentuk yang berat, nyeri ini menjalar sampai ke sisi dalam dari paha menuju lutut disertai dengan mual, muntah, sakit kepala, dan mudah tersingung.
Tabel.2. Perbandingan klinik dismenorea primer kongestif dan spasmodik
Dismenorea primer kongestif Dismenorea primer spasmodik
A.Gejala klinik
1.Mudah tersinggung, depresi 1.Sakit mendadak, hipotensi mirip shock, pucat, gelisah, diare
2.Tegang dan bingung 2.Lemas
3.Rasa letih 3.Pening kalau berdiri
4.Nyeri punggung, kepala, payudara 4.nyeri rekurens:
- nyeri tajam abdomen
- spasme pelvis
- nyeri punggung berat
5.Nyeri tumpul abdomen
6.Kembung
7.Berat badan bertambah
B.Penyebab
Edema umum dan local, disertai kongestif vena pelvik Peningkatan pembentukan PGE2 dan PGE 2 alfa di endometrium sebelum dan ketika haid.
D. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Setiap orang memberikan reaksi yang berbeda terhadap nyeri. Skala ukuran tingkt nyeri haid adalah cukup lebar. Sehingga sulit untuk dinetapkan apakah keluhan seperti itu dapat menjadi normal setelah ditangani.
Penyebab anatomis tidak jarang dinilai berlebihan dan salah pakai sebagai patokan penyebab dismenorea.juga faktor- faktor fungsional dan psikis seringkali sukar dipastikan. Perbedaan etiologi dan patofisiologi antara dismenorea primer dan sekunder adalah penting karena penanganannya berbeda.
1. Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder dimulai pada usia dewasa dan menyerang wanita yang semula bebas dari dismenorea. Oleh karena itu bila ditemukan nyeri yang tiba- tiba setelah masa tanpa nyeri sebelumnya, maka sering kali penyebabbya adalah organic.
Penyebab dismenorea sekunder :
a. Endometriosis pelvis dan adeomiosis
b. Penyakit radang pelvic kronik(seperti salpingitis)
c. Uterus iomatosus
d. Polip endometrium
e. Kelainan bentuk uterus
f. Kelainan letak uterus(retrofleksi, hiperantefleksi
g. Stenosis kanalis servikalis
h. Adanya AKDR
i. Tumor ovarium
Pada dismenorea sekunder, faktor psikis (situasi kolik) dapatjuga berperan.Untuk faktor organik, yang pertama harus dipikirkan adalah endometriosis.dismenorea yang disebabkan oleh uterus hipoplastik lebih jarang ditemukan dab sering berekombinasi dengan uterus retrifleksi. Pada kedaan ini kontraksi uterus untuk mengeluarkan darah haid dirasakan cukup nyeri. Gejala serupa dijumpai pula pada uterus dupleks. Disini uterus tidak memiliki saluran keluar. Kelainan letak dan bentuk uterus seperti ini tidak selalu berperan karena banyak juga pasien dengan kelainan seperti ini tidak menderita dismenorea.
Satu jenis dismenorea sekunder yang memperlihatkan gejala mirip dismenorea primer adalah dismenorea membranasea, tetapi jenis ini dijumpai pada wanita yang lebih tua. Pada keadaan ini endometrium terlepas dalam fragmen- fragmen yang besar atau dalam bentuk cetakan endometrium atau desidua yang menyebabkan sumbatan serviks. Akibatnya timbul kontraksi uterus yang sangat nyeri. Pengobatan siklik denagan progesterone selama 6 bulan untuk menghasilkan keadaan anovulatorik akan memperbaiki keadaan ini.
Bentuk dismenorea sekunder lain ditemukan pada sindrom vena ovarika kanan. Ini terdiri dari nyeri abdomen kanan yang rekuren, sering kali berhubungan dengan pielonefritis kanan rekuren, terjadi pada fase prahaid dan fase haid dini. Kelainan ini disebabkan oleh obstruksi ureter siklik akibat dilatasi vena ovarika kanan selama bendungan vena pelvis fase prahaid dan peningkatan aliran darah.
2. Dismenorea Primer
Dismenorea primer merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Biasanya tidak pada tahun- tahun pertama menarche karena siklus awal biasanya anovulatorik yang tidak disertai rasa nyeri. Dan biasanya terjadi setelah 12 bulan atau lebih setelah menarche. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan permulan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat terjadi pada beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit- jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah tetapi dapat menyebar pada daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai pula rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya.
Faktor penyebab dismenorea primer adalah :
a. Faktor kejiwaan
Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid.
b. Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor diatas, dapat juga menurunkan ketahanan terghadap rasa nyeri . faktor- faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori tua yang menerangkan terjadinya dismenorea primer adalah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis .
d. Faktor endokrin
Pada umumnya kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan antara tonus otot dengan kontraksi otot uterus. Novak dan Reynold yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormone esterogen merangsang kontraksi uterus, sedangkan hormone progesterone menghambat/ mencegahnya. Tetapi teori ini tidak dapat menerangkan mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar ,yang biasanya bersamaan dengan hormone esterogen yang berlebihan tanpa adanya progesterone.
Penjelasan lain dari Clitheroe dan Pickles menyatakan bahwa karena endometrium dalam fase ekskresi memproduksi Prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot –otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea, muntah.
Diagnosis dismenorea primer
Diagnosis dismenorea primer ditegakkan berdasarkan penapisan bertahap setelah memperhatikan gejala dan tanda spesifik yang dimilikinya, kemudian menyingkirkan kelainan organic genitalia interna dengan pemeriksaan ginekologi.
Tiadanya kelainan organic genitalia interna mengarah ke diagnosis dismenorea primer, tetapi belum menyingkirkan kemungkinan adanya dismenorea sekunder. Untuk itu perlu dinilai adanya ovulasi karena dismenorea primer selalu dijumpai pada wanita denagn siklus ovulatorik. Bukti ovulasi ditentukan dengan pengukuran kadar progesterone seum fase luteal madya sebesar 10 ng/ml.
Diagnosis menunjang lainnya yaitu endoskopi pelvis. Patologi yang ditemukan dengan endoskopi mengarah ke diagnosis sekunder.
E. PENATALAKSANAAN
1. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder diobati secara kausal tergantung faktor penyebab organiknya. Uterus hipoplastik dapat membaik dengan pengobatan kombinasi esterogen-gestagen, yang harus diberikan selama berbulan -bulan. Cara penangannanya yaitu dengan esterogen dosis rendah dan gestagen dosis tinggi secara konstan.
2. Dismenorea Primer
Penatalaksanaan medis.
Seringkali diobati secara simtomatik, namun disamping itu pengobatan suportif dapat membantu keberhasilan pengobatan kausatif. Ini meliputi latihan fisik dan meningkatkan kegiatan siluar rumah. Usaha penunjang lainnya adalah dengan tidur cukup, aktivitas fisik, senam sehat ataupun fisioterapi.
Perbandingan pengobatan dismenorea primer kongestif dan spasmodik.
a. Dismenorea Primer Kongestif
1. Analgesic : aspirin, asetaminofen, proproksifen
2. Diuretic : alami( the, kopi, alcohol dosis rendah), tiazida
3. Hormone : pil kontrasepsi(esterogen rendah, progesterone tinggi)
4. Fisik : panas( penghangat), senam
5. Emosi : nasehat, terapi relaksasi, hypnosis, dukungan
emosional dari keluarga dan dokter
b. Dismenorea Primer Spasmodik
1. Modifikasi siklus : penekanan ovulasi secara hormonal
2. Modifikasi nyeri:
a. Nyeri ringan : aspirin, asetaminofen, proproksifen
b. Nyeri berat : butal bital, oksidon, pentazosin, prometazin, kodein, meperidin
3. Pencegahan nyeri: penekanan aktivitas uterus
a. Antagonis kalsium : nifedifin
b. Spasmolotika : isoksuprin, papaverin, ritrodin
c. Hormone : progestin
BAB III
KASUS DAN ASUHAN KEBIDANAN
Seorang perenang perempuan berumur 18 tahun mengalami sakit pada perut bagian bawah yang disertai dengan kram pada hari pertama menstruasinya. Dia menyadari bahwa pada fase dysmenorrhea ini kemampuannya untuk bertanding pada hari itu akan memberi pengaruh yang merugikan. Non-steroidal anti-inflammatories membantu tetapi tidak seluruhnya efektif. Dia mencari nasihat dari dokter karena jadwal dari Olympic Games swimming adalah delapan bulan lagi bertepatan dengan waktu mensnya keluar. Dia pertama kali mendapat menstruasi pada umur 13 tahun dan sejak itu dia selalu mendapat secara rutin dengan waktu 29 hingga 31 hari. Dysmenorrhea ringan terjadi secara konsisten dan dapat diprediksi selama lima tahun terakhir. Dia tidak aktif secara seksuil.
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI DENGAN DISMENORHEA
PADA Nn. D UMUR 18 TAHUN
DI BPS WIDURI SLEMAN
I. Pengkajian
Ruang : Pemeriksaan
Tanggal Anamnesa : 19 Maret 2011 Jam : 13.00 WIB
No. Reg : 06010511
Oleh : Bidan Y
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama :Nn. D
Umur :18 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan :D3
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat :Jl. Magelang km 24, Medari, Sleman
2. Alasan kunjungan
Nn. D ingin memeriksakan keadaannya
3. Keluhan utama
Nn. D mengatakan nyeri haid pada hari pertama yang sangat mengganggu aktivitasnya
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus haid : teratur 28 hari Lama : 6-7 hari
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut per hari
5. Riwayat perkawinan
Nn. D belum menikah dan belum pernah melakukan hubungan seksual sebelumnya
6. Riwayat obstetri : P0 H0 Ah 0
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Tidak ada
8. Riwayat kontrasepsi : Nn. D Belum pernah menggunakan kontrasepsi jenis apapun
9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan 3x/hari porsi cukup menu nasi,sayur, lauk (tahu+tempe)
Minum 6-8 gelas/hari jenis air putih, teh, susu
b. Pola eliminasi
BAB 1x/ hari (konsistensi lunak, bau khas)
BAK 4-6x/hari (warna kuning, bau khas)
c. Pola aktivitas
Mencuci, membersihkan kamar, kuliah
d. Personal hygiene
Mandi 2x/hari, ganti pembalut 3-5x/hari ganti pakaian 2x/hari, keramas 1x/2hari, gosok gigi 2x/hari
e. Pola istirahat tidur
Siang: - jam : malam: 6-7 jam
10. Riwayat kesehatan
Nn. D mengatakan bahwa ia dan keluarga tidak pernah atau sedang mengalami penyakit seperti hepatitis, TBC, DM, hipertensi,asma, dll.
11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
Nn. tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol maupun jamu jamuan, serta tidak ada makanan pantangan.
12. . Riwayat psikososial spiritual
a. Nn. D mengatakan bahwa ia tinggal di kost dan hubungan dengan teman, keluarga serta tetangga baik.
b. Perasaan saat ini : khawatir dengan keadaannya
c. Nn. D mengatakan bahwa dia hanya mempunyai pengetahuan sedikit tentang menstrulasi
d. Kebiasaan spirirual : Nn. D Beragama islam dan sholat 5 waktu bila tidak sedang haid
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. BB/TB : 58 kg/160 cm
d. Vital sign : T : 110/70 mmHg, S : 36.8 C, N : 88 x/menit, R : 20 x/mnt
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Rambut : Bersih, hitam, tidak berketombe
Muka : Pucat, nampak menahan sakit, tidak oedem
Mata : Simetris, konjungtiva pucat, sclera putih
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada tonsilitis
Telinga : Simetris, tidakada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun vena
jugularis
Payudara : simetris, tidak ada retraksi intracosta, tidak ada
benjolan abnormal, puting menonjol, tidak ada
lecet, tidak ada pengeluaran ASI
Perut : tidak ada luka bekas operasi, tidak kembung, tidak
teraba massa
Genetalia external : tidak oedem, tidak varises, tidak ada pembesaran
kelenjar bartholini, keluar darah mentruasi.
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas atas : tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada
tromboflebitis femuralis, pergerakan aktif
Ekstermitas bawah : tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada
tromboflebitis femuralis, pergerakan aktif
3. Pemeriksaan penunjang
USG : uterus dalam keadaan normal
C. Assesment
Nn. D usia 19 tahun dengan dismenorhea
D. Planning, tanggal 19 Maret 2011 pukul 13.30
1. Menjelaskan kepada Nn. SA tentang dismenorhea yaitu nyeri hebat saat haid. Nn. Memahami penjelasan yang disampaikan
2. Menjelaskan penyebab terjadinya dismenorhea. Nn. memahami penjelasan tersebut dan nampak khawatir
3. Memberikan tips untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi berupa:
a. Menganjurkan untuk makan makanan seimbang sesuai 4 sehat 5 senpurna dan menghindari makanan yang terlalu asam, pedas, minuman beralkohol atau berkarbonat dan kopi karena dapat lebih memperberat keluhan dismenorrhea. Dan Nn. mengerti
b. Menganjurkan untuk mengonsumsi 6-8 gelas (1500-2000cc) untuk untuk mengatasi water loss dalam tubuh selama proses menstruasi. Nn. mengerti
c. Menganjurkan untuk olahraga sebelum dan sesudah masa menstruasi seperti jogging, renang, dsb. Nn. mengerti
d. Menganjurkan untuk menggunakan aromaterapi untuk merileks-kan tubuh sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Nn mengerti.
e. Menganjurkan untuk melakukan pijatan ringan pada kulit paha, punggung bawah dan pantat serta mengelus perut bagian bawah untuk mengurangi rasa nyeri. Nn. mengerti.
f. Menganjurkan posisi sujud atau menungging sehingga rahim tergantung ke bawah sehingga dapat membantu relaksasi, memperlancar aliran darah endometrium yang meluruh keluar dari rahim agar tidak terjebak dengan posisi fisiologis rahim (anterofleksi). Nn. mengerti.
g. Menganjurkan untuk melakukan kompres hangat pada perut untuk mengatasi dismenorrhea dengan cara mengalirkan lebih banyak darah pada area yang dikompres, sehingga mengurangi kekakuan dan spasme otot. Nn. Sangat senang diberi tahu tips-tips tersebut dan merasa lebih lega
4. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan vagina dan mengganti pembalut minimal 2x/hari. Nn bersedia melaksanakan anjuran tersebut.
5. Memberikan resep obat berupa aspirin. Nn. Bersedia minum obat aspirin
6. Mempersilahkan untuk datang lagi ke BPS apabila ada keluhan. Nn. Bersedia untuk datang lagi apabila ada keluhan
7. Mendokumentasikan tindakan. Tindakan telah didokumentasikan pada asuhan kebidanan
TTD,
Bidan Y
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dismenorea primer diderita oleh sekitar 50 % wanita usia reproduksi dengan siklus ovulatorik. Dampaknya cukup besar terhadap berbagai bidang.
Titik tolak pathogenesis dismenorea primer adalah ketidak seimbangan hormone seks steroid yang menimbulkan rangkaian perubahan ptologik sistemik dengan hasil akhir terjadinya peningkatan kadar prostaglandin.
Atas dasar itu, terapi pilihan pertama pada dismenorea primer adalah sediaan progesterone sintetik yang paling mendekati progesterone alamiah(didrogesteron), terutama pada wanita yang belum ingin hamil.
Dosis didrogesteron pada pengobatan dismenorea primer adalah 10 mg/ hari, diberikan pada hari ke 5- 25 dari siklus haid selama 2-6 siklus. Sedangkan pada dismenorea sekunder ditangani secara kausatif tergantung penyebab organiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Baziad, Ali,dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Naylor, Scott. 2005. Obstetri Ginekologi. Jakarta: EGC
Basalamah,Abdullah, dkk. 1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta : Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia
Taber, Ben zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaiman. 1991. Ginekologi. Bandung : Elstar Offset