Sabtu, 18 Juni 2011

ASUHAN KEBIDANAN IV B ( PATOLOGI II ) MYOMA UTERI

Disusun oleh :
• Ruly Catur Wulandari 090105180
• Arum Ismawati 090105181
• Eka Putri Setyaningrum 090105182
• Fatika Ikhtariyani 090105183
• Tri Wahyuni 090105184
• Dian Permatasari 090105185


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Gangguan perdarahan di luar dan di dalam siklus menstruasi “ Amenorhea “
Makalah ini diselesaikan karena bantuan beberapa pihak,maka kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Andari Wuri Astuti ,S.SiT selaku pembimbing.
2. Teman-teman seperjuangan yang telah ikut menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari harapan sempurna untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat orang-orang yang berkecimpung di dunia kesehatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Yogyakarta, Maret 2011

Penyusun









DAFTAR ISI

Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar isi 3

BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang 4
II. Rumusan Masalah 4
III. Tujuan 5
IV. Manfaat 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian myoma uteri 6
II. Penyebab myoma uteri 8
III. Gejala dan tanda myoma uteri 10
IV. Cara mendeteksi myoma uteri........................................................... 11
V. Penanganan dan pengobatan ............................................................ 12

BAB III KASUS 22

BAB IV PEMBAHASAN 24

BAB V PENUTUP
I. Kesimpulan 30
II. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah myoma, myoma dapat mengenai organ genitalia interna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada myoma uteri atau dikenal dengan tumor rahim. Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia, ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke dan menopause. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39%-11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat.
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang paling sering untuk dilakukan

II. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan myoma uteri?
2. Apa yasng menyebabkan myoma uteri ?
3. Apa saja gejala dan tanda myoma uteri?
4. Bagaimana cara mendeteksi myoma uteri?
5. Bagaimana cara penanganan dan pengobatannya?


III. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana myoma uteri dapat terjadi pada perempuan .
2. Untuk menambah pengetahuan tentang gangguan yang terjadi kerena gangguan sistem reproduksi salah satunya myoma uteri .
3. Untuk mengetahui penyebab dan cara mendeteksi myoma uteri.



IV. Manfaat
1. Memberikan penjelasan pada masyarakat khususnya perempuan dalam masa reproduktif mengenai hal-hal yang terjadi bila mengalami myoma uteri.
2. Mendeteksi secara dini yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi oleh perempuan apabila terkenamyoma uteri.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


1. Pengertian myoma uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ rahim. Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot rahim. Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat berkembang ke arah dalam atau ke arah luar. Statistik penderita mioma tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan keluhan atau gejala. Umumnya sekitar 30% terjadi pada wanita yang berumur di atas 35 tahun. Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga mencapai 5 kg.
2. Penyebab myoma uteri
Penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause) Sering kali mioma uteri membesar ke arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa German yang berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.

Jenis
Berdasarkan lokasinya mioma uteri dibagi dalam tiga jenis:
- Pertumbuhan ke arah permukaan dinding rahim (subserosa)
- Pertumbuhan tetap di dalam dinding rahim (intramural)
- Pertumbuhan ke arah rongga rahim (submukosa)
3. Gejala dan tanda myoma uteri
Kebanyakan mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin ataupun saat pemeriksaan ultrasonogafi (USG). Gejala yang timbul bergantung pada lokasi dan besarnya tumor, namun yang paling sering ditemukan adalah :
a. Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid.
b. Penekanan organ di sekitar tumor oleh mioma uteri seperti kandung kemih, saluran kemih (ureter), usus besar (rektum) atau organ rongga panggul lainnya sehingga menimbulkan gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal karena penekanan saluran kemih (ureter).
c. Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya reaksi peradangan steril di dalam rahim.
d. Teraba benjolan pada bagian bawah perut dekat rahim yang terasa kenyal.
e. Gangguan sulit hamil (infertilitas) karena terjadi penekanan pada saluran indung telur ataupun menyebabkan keguguran berulang (recurrent pregnancy loss).
f. Rasa nyeri biasanya diakibatkan oleh perubahan mioma uteri yang disebut degenerasi atau kontraksi uterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke dalam rongga rahim. Gejala sulit hamil ataupun keguguran berulang dapat disebabkan gangguan sumbatan pada saluran telur (tuba fallopi) dan gangguan implantasi sel telur yang telah dibuahi pada endometrium.
Sedangkan mioma uteri selama kehamilan dapat mengganggu kehamilan itu sendiri berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta.Sebaliknya, kehamilan juga dapat merangsang pertumbuhan mioma uteri. Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar seiring dengan meningkatnya kadar hormon wanita (estrogen) selama kehamilan. Pembesaran yang cepat ini memicu perubahan dari mioma uteri (degenerasi) yang dapat menimbulkan rasa nyeri.


4. Cara mendeteksi myoma uteri
1. Pada pemeriksaan fisik, mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin.
Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi kelainain pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan) perkembangan mioma uteri.

b. Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan diagnosis dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
5. Penanganan dan pengobatan myoma uteri
Bila mioma uteri berukuran kecil, tidak cenderung membesar dan tidak memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali termasuk pemeriksaan USG. 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun. Menopause dapat menghentikan pertumbuhan mioma uteri. Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan, akan tetapi pada wanita dengan hormon yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi sebaiknya dilakukan.
Operasi pembedahan
Operasi pembedahan tergantung dari jenis dan letak mioma uteri. Pada kasus mioma submukosum dapat dilakuakan operasi histeroskopi untuk dilakukan reseksi mioma. Jika terdapat mioma uteri jenis subserosa atau intramural dapat dilakukan operasi pengangkatan mioma (miomektomi) melalui laparoskopi atau laparotomi. Banyak wanita dengan mioma uteri memilih untuk dilakukan miomektomi dibandingkan dengan histerektomi (pengangkatan rahim). Saat ini histerektomi tidak hanya dilakukan jika tidak ada rencana hamil lagi. Namun banyak fungsi rahim lainnya selain untuk memiliki keturunan. Akan sangat membantu jika Anda melakukan konseling dengan dokter Anda sehingga pengobatan yang diberikan akan menjawab keinginan dan keluhan Anda.












KASUS


Ibu Nina umur 37 tahun datang ke BPS Rahma bersama suaminya. Ibu Nina mengeluh sudah 5 bulan terakhir ini mengalami menstruasi yang tidak teratur kadang jeda 2 atau 1 minggu menstruasi, mengalami nyeri haid yang hebat, susah buang air besar dan sering buang air kecil, ibu belum mempunyai anak padahal sudah 6 tahun menikah. Pada ssat dilakukan palpasi oleh bidan teraba benjola pada abdoment.hasil pemeriksaannya sebagi berikut:
Tekanan darah: 100/90 Mmhg
Nadi: 84 x/menit
Pernafasan : 60x/menit
Hb : 10 ml/gr




















PEMBAHASAN KASUS








PENUTUP

I. KESIMPULAN
Menstruasi merupakan hal yang sangat fisiologis yang dialami oleh setiap perempuan normal. Namun, apabila perdarahn menstruasi yang terlalu sering dan banyak serta nyeri perut yang hebat itu perlu diperhatikan karena itu merupakan suatu hal yang patologi dan merupakan salah satu tanda myoma uteri. Selain itu myoma uteri juga di pengaruhi hormon estrogen sehingga pada wanita yang menopause lebih sering terserang myoma uteri

II. SARAN

1. Setiap perempuan hendaknya waspada terhadap gejala yang menunjukkan adanya myoma uteri .
2. Hendaknya bidan memberikan penyuluhan pada tiap perempuan mengenai myoma uteri.


DAFTAR PUSTAKA

http://nenkeliezbid.blogspot.com/2010/04/siklus-haid.html
http://akd3b.wordpress.com/2010/06/18/poliminorea/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-nurmasadah-5571-3-babii.pdf
Manuaba,Chandranita,dkk.2008.Gawat Darurat Obstetri-Giekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.Jakarta : ECG

Badziat,Ali.2003.Endokrinologi Ginekologi.Jakarta : Media Aesculapius Buku Panduan Praktikum Kesehatan Reproduksi
Powered by Blogger