Sabtu, 18 Juni 2011

KARSINOMA SERVIK

Makalah ini disusun guna melengkapi tugas Askeb IVB
Dosen pembimbing : Mei Muhartati,S.SiT





Disusun Oleh :
1. Nunung Nurul Umami ( 090105097 )
2. Tias Rizki Ferlina ( 090105098 )
3. Zustiya Prihartanti ( 090105099 )
4. Karlina Febri Nurrahma ( 090105100 )
5. Funny Indah Lestari (090105101 )
6. Annesia Normalina B (090105102 )
7. Risqina Rosiani (090105103 )
8. Cesaria Metripalupi (090105104 )
9. Rinawati Pratiwi (090105105 )





PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan ibu merupakan salah satu sasaran dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan pada ibu dan wanita pada umumnya adalah kesehatan reproduksi wanita. Perkembangan disegala bidang sebagai dampak dari keberhasilan pembangunan, memberikan berbagai nilai positif bagi perkembangan kesehatan diIndonesia. Namun, dilain pihak dampak pembangunan juga sangat mempengaruhi prilaku masyarakat. Pergeseran norma dan pola hidup mengakibatkan pergeseran prilaku lapisan masyarakat termasuk didalamnya wanita. Perubahan terhadap prilaku sex, kebiasaan konsumsi, pemeliharaan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan memiliki kontribusi terhadap munculnya berbagai penyakit degeneratif maupun infeksi. Salah satu bentuk penyakit ganas yang mengenai wanita adalah kanker serviks (E. Sutarto, 1989 hal 1).
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

A. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari carcinoma serviks?
2. Apa penyebab dari carcinoma serviks ?
3. Bagaimana keadaan prekanker pada serviks ?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari carcinoma serviks ?
5. Bagaimana klasifikasi dari carcinoma serviks ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnosis dari carcinoma serviks ?
7. Bagaimana cara pencegahan carcinoma serviks ?
8. Bagaimana pengobatan dari carcinoma serviks ?


B. Tujuan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai carcinoma serviks.
2. Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahai tentang carcinoma serviks.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari carcinoma serviks.
3. Mahasiwa dapat mengetahui keadaan prekanker pada serviks ?
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengenali tanda dan gejala dari carcinoma serviks ?
5. Mahasisawa dapat mengetahui klasifikasi dari carcinoma serviks ?
6. Mahasisawa dapat mengetahui pemeriksaan diagnosis dari carcinoma serviks ?
7. Mahasisawa dapat mengetahui cara pencegahan carcinoma serviks ?
8. Mahasisawa dapat mengetahui Bagaimana pengobatan dari carcinoma serviks ?

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini bermanfaat sebagai suatu referensi baru bagi mahasiswa kebidanan sebagai sarana belajar kaitannya dengancarcinoma serviks.
2. Bagi Bidan
Makalah ini bermanfaat sebagai aplikasi pelayanan gangguan kesehatan reproduksi. Sehingga dengan mengetahui tentang carcinoma serviks lebih mendalam.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui bagaimana tindakan pemeriksaan secara dini agar dapat ditangani sejak awal.



BAB II
ISI


A. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C. Keadaan Prekanker pada serviks
Keadaan Prekanker Pada Serviks Sel-sel pada permukaan serviks kadang tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker. Saat ini telah digunakan istilah yang berbeda untuk perubahan abnormal pada sel-sel di permukaan serviks, salah satu diantaranya adalah lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya kelainan jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang abnormal hanya ditemukan di lapisan permukaan).
Perubahan pada sel-sel ini bisa dibagi ke dalam 2 kelompok:
1. Lesi tingkat rendah : merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk dan jumlah sel yang membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan sendirinya. Tetapi yang lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan lebih abnormal, membentuk lesi tingkat tinggi. Lesi tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1). Lesi tingkat rendah paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada semua kelompok umur.
2. Lesi tingkat tinggi : ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak sangat berbeda dari sel yang normal. Perubahan prekanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks. Selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak akan menjadi ganas dan tidak akan menyusup ke lapisan serviks yang lebih dalam. Lesi tingkat tinggi juga disebut displasia menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3, atau karsinoma in situ. Lesi tingkat tinggi paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun.

D. Tanda dan gejala
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
1. Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
2. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak).
3. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
1. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan.
2. Nyeri panggul, punggung atau tungkai.
3. Dari vagina keluar air kemih atau tinja.
4. Patah tulang (fraktur).
5. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

E. Klasifikasi
1. Stage 0:Ca.Pre invasive
2. Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
3. Stage Ia ; Disertai invasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
4. Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
5. Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
6. Stage III : Sudah sampai dinding panggul dan sepertiga bagian bawah vagina
7. Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.
F. Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
1. Pap smear. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikspun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun. Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
- Normal.
- Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas).
- Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas).
- Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar).
- Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).
2. Biopsi. Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. 3. Kolposkopi. Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahims oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahims, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan 'Pap Smear'. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut: dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahims dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahims yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai.. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahims melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi anda. 4. Tes Schiller. Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
G. Pencegahan
1. Mencegah terjadinya infeksi HPV.
2. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara pemberian vaksinasi HPV, atau dengan menghilangkan resiko perilaku seksual yang meningkatkan paparan terhadap virus tersebut.
3. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur.
4. Mengonsumsi vitamin A, C dan E dapat menghentikan atau mencegah perubahan keganasan pada sel-sel leher rahim
H. Pengobatan
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi. 1. Pembedahan.
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran.
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi: - Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar. Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. - Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah: iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih dan rectum, ovarium berhenti berfungsi.
3. Kemoterapi.
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.
4. Terapi biologis.
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah Interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.














BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya.Penyebabnya adalah umur pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah kehamilan, jumlah perkawinan, infeksi virus, social ekonomi, Hygiene, merokok. Pengobatanya yaitu dengan cara pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi, terapi biologis.

SARAN
Dengan mengetahui faktor resiko yang telah dijelaskan diatas diharapkan pembaca dapat menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker servik dan tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara pemberian vaksinasi HPV, atau dengan menghilangkan resiko perilaku seksual yang meningkatkan paparan terhadap virus tersebut.
















ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “P” UMUR 42 TAHUN
DENGAN KANKER CERVIKS di BPS CINTA KASIH YOGYAKARTA

1. PENGKAJIAN
Tanggal : 23 November 2009
Jam : 10.00 WIB
No. RM : 10852418
Oleh : Bidan

2. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny. P Tn. M
Umur : 42 tahun 49 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Serangan, Yogyakarta Serangan, Yogyakarta

1. Keluhan Utama
Ibu mengeluh mengeluarkan pendarahan melalui jalan lahir sejak ± 1 minggu yang lalu, pendarahan bergumpal, mual muntah dan nyeri perut bagian bawah.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan ini adalah kunjungannya yang pertama ke poli Onkologi untuk melakukan kontrol setelah KRS dari Ruang RSSA Malang. Saat ini ibu mengeluh mengeluarkan pendarahan melalui jalan lahir sejak ± 1 minggu yang lalu, mual muntah dan nyeri perut bawah. Ibu tidak sedang menderita darah tinggi, kencing manis, TBC, hepatitis, HIV/AIDS, dll.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 30 hari / teratur
Lamanya : ± 2 minggu
Banyaknya : 2 x ganti kotex / hari (penuh)
Warna : Merah kehitaman
Bau : Anyir
Dismenorrhea : Ya, sebelum dan saat menstruasi
Fluor Albus : Ya
HPHT : ± 1 tahun yang lalu / bulan Oktober 2008
4. Riwayat Perkawinan
a. Istri
Perkawinan ke : 1
Umur nikah : 19
Lama menikah : 23


b. Suami
Perkawinan ke : 1
Umur nikah : 27
Lama Menikah : 23
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu
P2 A0 Ah2
Kehamilan Persalinan Nifas KB
Suami UK Pylt Jns psl Penol L/P BBL Pnylt Mntk Mtd
1 39 mgg - Normal Bidan L 3500 gr PRM - -
1 40 mgg - Normal Bidan L 3400 gr - -

6. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama ibu menggunakan KB pil selama 4 tahun kemudian berhenti karena ingin punya anak. Setelah melahirkan anak ke dua ibu menggunakan kontrasepsi KB pil smpai sekarang.
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan : 3 x /hari dengan menu nasi 1 piring, sayur, lauk (tahun, tempe, telur, ayam/daging).
Minum : 6-7 gelas air putih /hari, kadang minum teh, tidak pernah minum susu.
b. Istirahat
Tidur malam jam 21.00 – 05.00 WIB (± 8 jam).
Tidur siang jam 12.00 – 14.00 WIB (± 2 jam).

c. Aktivitas
Ibu melakukan pekerjaannya sebagai IRT sseperti memasak, mencuci, menyapu dan mengurus anak serta suami.
d. Eliminasi
BAB: 1-2 x /hari (konsisten lunak, warna kuning, bau khas).
BAK: 5-6 x /hari (warna kuning jernih).
Saat ini Px BAK 6-8 x /hari (warna kuning jernih).
e. Seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 x /minggu.
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual sejak 1 bulan yang lalu.
f. Kebiasaan Lain
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum alkohol, tidak pernah minum jamu dan tidak memelihara hewan seperti anjing, kucing, kera dan burung

8. Keadaan Psikososial Spiritual
Keadaan Psikologis
Ibu mengatakan merasa sedih dan lemas dengan keadaan yang dialaminya.
Keadaan Sosial
Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami, keluarga dan lingkungan sekitar baik.
Keadaan Spiritual
Ibu mengatakan selalu melakukan sholat 5 waktu dan berdoa demi kesehatannya.
B. DATA OBYEKTIF
KU : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120 / 70 mmHg
N : 84 x /menit
S : 37º C
RR : 24 x /menit
BB : 55 kg
TB : 152 cm
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Simetris, rambut hitam, penyebaran merata, tidak rontok, bersih.
Muka : Simetris, pucat, tidak oedem.
Mata : Sklera putih, konjungtiva pucat, tidak ada oedem palpebra,
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret.
Mulut : Bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak syanosis.
Telinga : Bersih tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
Payudara : Simetris, tidak ada benjolan abnormal, puting susu menonjol.
Abdomen : Simetris, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada benjolan abnormal.
Genetalia : Terdapat pendarahan pervaginam ± 50 CC, tidak ada oedem.
Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada gangguan aktivitas.
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada gangguan pergerakan.

b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan abnormal.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis.
Payudara : Tidak teraba benjolan abnormal dan nyeri tekan.
Abdomen : Tidak teraba benjolan abnormal, terdapat nyeri tekan pada bagian bawah.
Ekstremitas : Tidak ada oedem, tidak ada varises

ASSESMENT
Ny “P” P2 A0 Ah2 Umur 42 tahun dengan Ca Cervix.

PLANNING
1. Melakukan pendekatan pada klien dengan cara komunikasi terapeutik untuk menjelaskan tentang kondisi klien saat ini serta untuk menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan.
• Ibu mengatakan lebih tenang, serta mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang penjelasan yang diberikan oleh Bidan
2. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan vital sign.
KU : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120 / 70 mmHg
N : 84 x /menit
S : 37º C
RR : 24 x /menit
BB : 55 kg
TB : 152 cm
• Ibu mengerti dengan keadaannya.
3. Memberitahukan kesimpulan dari pemeriksaan fisik ibu yaitu ibu mengalami penyakit Ca Cervik .
• Ibu merasa cemas dan takut akan kondisinya.
4. Memberikan dukungan moril dan spiritual untuk mengatasi kecemasan ibu.
• Ibu tampak agak berkurang kecemasannya.
5. Menyarankan ibu untuk beristirahat di tempat tidur dengan beristirahat akan mengurangi beban kerja tubuh.
• ibu mau beristirahat di tempat tidur.
6. Menyarankan ibu untuk memeriksakan keadaannya ke dokter SpOG untuk melakukan :
a. Kolposkopi
b. Biopsi
c. Paps Smear
• Ibu bersedia memeriksakan keadaannya ke dokter SpOG.


Petugas


Bidan

















CANDILOMA AKUMINATA
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas Askeb IVB
Dosen pembimbing : Mei Muhartati,S.SiT





Disusun Oleh :
1. Nunung Nurul Umami ( 090105097 )
2. Tias Rizki Ferlina ( 090105098 )
3. Zustiya Prihartanti ( 090105099 )
4. Karlina Febri Nurrahma ( 090105100 )
5. Funny Indah Lestari (090105101 )
6. Annesia Normalina B (090105102 )
7. Risqina Rosiani (090105103 )
8. Cesaria Metripalupi (090105104 )
9. Rinawati Pratiwi (090105105 )





PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Kondiloma Akuminata merupakan salah satu penyakit menular seksual. Selain Gonore (GO), Sifilis,Chlamydia, Herpes Genetalis, kutu kemaluan (pubic lice), Vaginitis. Penularan penyakit menular seksual umumnya adalah melalui hubungan seksual, sedangkan cara lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, dan lain-lain.
Di Amerika Serikat cenderung meningkat 4-5 kali lipat dalam dua dekade terakhir, insidensi tertinggi pada wanita usia 20-30 tahun. Setiap tahun ada 500.000-1.000.000 kasus baru yang ditemukan di Amerika Serikat. Laporan lain telah mencatat bahwa prevalensi penyakit ini empat kali lebih tinggi dalam dua dekade terakhir ini. Laporan dari klinik penyakit menular seksual (PMS) di Inggris, bahwa jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir ini. Di negara Hongkong penyakit ini menduduki peringkat kedua PMS, dan akhir-akhir ini insidensi penyakit ini meningkat terus. Data rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara penyakit penular seksual, sesudah uretritis gonore dan non gonore.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kondiloma akuminata
2. Untuk mengetahui patofisiologi kondiloma akuminata
3. Untuk mengetahui gejala kondiloma akuminata
4. Untuk mengetahui Penatalaksanaan kondiloma akuminata


C. MANFAAT

1. Mahasiswa mampu untuk ntuk mengetahui definisi kondiloma akuminata
2. Mahasiswa mampu untuk mengetahui patofisiologi kondiloma akuminata
3. Mahasiswa mampu untuk mengetahui gejala kondiloma akuminata
4. Mahasiswa mampu untuk mengetahui Penatalaksanaan kondiloma akuminata





BAB II
ISI

A. Definisi
Kondiloma akuminata adalah:
1. Tumor pada genitalia yang ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dan bersifat lunak seperti jengger ayam.
2. Pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah genitalia (kelamin)
3. Penyakit Menular Seksual disebabkan infeksi virus papiloma human (VPH) tipe 6 dan 11. Pertumbuhan nya mula – mula kecil, kemudian cenderung berkelompok dan menyatu membentuk suatu benjolan yang besar yang menyerupai bunga kol [seperti jengger ayam atau brokoli].

Condyloma accuminatum [Kondiloma akuminata ] juga dikenal sebagai:
1. Kutil kelamin
2. Kutil kemaluan
3. Kutil genital (kutil genitalia)
4. Genital warts
5. Veruka akuminata
6. Venereal wart
7. Jengger ayam

B. Penyebab
Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV). HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam). HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat). HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas pada kelamin). Masa inkubasi Kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). VPH (virus papiloma humanus) masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga kondiloma akuminata sering timbul di daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual. Pada pria, tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum, dll.

C. Patofisiologi
Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV. Hal ini berpenetrasi melalui kulit dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan tidak ada tanda atau gejala dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun. Mengikut fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel Host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari kondiloma akuminata. Area yang paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks, perineum dan perineal. Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, larynx, dan trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan onkogenik.

Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk:
1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.

5. Gejala Klinis
a. Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam.
b. Terkadang penderita mengeluh nyeri. Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap.
c. Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna. Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri.

Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan:
1. Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).
2. kolposkopi
Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.
3. Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.





Diagnosis Banding
1. Kondiloma lata atau kondiloma latum (pada sifilis).
2. Moluskum kontagiosum.
3. Veruka vulgaris.
4. Karsinoma sel skuamos
5. Rhabdomyolysis


6. Penatalaksanaan
1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5. Bedah beku dengan nitrogen cair.
6. Bedah skalpel.
7. Laser karbondioksida.
8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).
a. Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu.
b. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut.
9. Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi (khitan).






F. Prognosis
Penyakit ini dapat disembuhkan total, namun kadang – kadang dapat kambuh setelah pengobatan karena adanya infeksi ulang atau timbulnya penyakit yang masih laten. Mengingat virus ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker serviks [kanker mulut rahim], maka jika memang seseorang sudah positif terkena kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan test pap smear juga. Test ini juga dianjurkan bagi wanita paling tidak setiap 1 tahun setelah aktif secara seksual.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Kondiloma akuminata adalah:
1. Tumor pada genitalia yang ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dan bersifat lunak seperti jengger ayam.
2. Pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah genitalia (kelamin)
3. Penyakit Menular Seksual disebabkan infeksi virus papiloma human (VPH) tipe 6 dan 11. Pertumbuhan nya mula – mula kecil, kemudian cenderung berkelompok dan menyatu membentuk suatu benjolan yang besar yang menyerupai bunga kol [seperti jengger ayam atau brokoli].

Gejala Klinis
a. Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam.
b. Terkadang penderita mengeluh nyeri. Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap.
c. Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna. Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri.

Penatalaksanaan
1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5. Bedah beku dengan nitrogen cair.
6. Bedah skalpel.
7. Laser karbondioksida.
8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).


Saran
1. Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui dan memahami tentang penyakit kondiloma akuminata
2. Mahasiswa agar dapat menerapkannya dalam pembuatan asuhan kebidanan tentang kondiloma akuminata










ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU MENOPAUSE DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI CONDILOMA AKUMINATA PADA NY. K
DI BPS PERMATA KASIH

No. Register : 001876
Masuk Tanggal, Jam : 15 April 2011, 17.00 WIB
Dirawat diruang : mawar
Pengkajian data oleh : Bidan Asih
Biodata/ identitas
Ibu Suami
1. Nama : Ny. K Tn. Tono
2. Umur : 40 tahun 45 tahun
3. Agama : Islam Islam
4. Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
5. Pendidikan : SMA S-1
6. Pekerjaan : IRT wiraswasta
7. Alamat : Gamping, Sleman, YK Gamping, Sleman, YK
8. No. HP/ telp. : 0811111111 08222222222
Data Subyektif
1. Alsan Kunjungan
Ingin memeriksakan kondisi kesehatan ibu.
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan ada benjolan di daerah vulva seperti jengger ayam, agak demam, nyeri.
3. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan bahwa menstruasi pertama umur 14 tahun.
Ibu mengatakan sudah tidak menstruasi sejak umur 50 tahun.
4. Riwayat perkawinan
Status pernikahan sah, umur menikah 25 tahun, lama perkawinan 30 tahun

5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
P2 A0 Ah2
Kehamilan Persalinan Nifas KB
No Suami UK Pylt Jns psl Penol L/P BBL Pnylt Mntk Mtd
1 1 39 mgg - Normal Bidan L 3500 gr PRM - -
2 1 40 mgg - Normal Bidan L 3400 gr - -
6. Riwayat Kontrasepsi :
Ibu mengatakan bahwa pernah menggunakan alat kontrasepsi IUD.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari : (khususnya selama sakit ini)
a. Pola nutrisi selama masa nifas
Makan Minum
Frekuensi 1-2x/ hari 5 gelas/ hari
Macam nasi, sayur, lauk pauk air putih, teh
Jumlah 1 porsi -
Keluhan sedikit makan, terasa cepat kenyang tidak ada
dan sering kembung
Pola Eliminasi
BAB BAK
Frekuensi 1x/ hari 4x/ hari
Warna kuning kuning jernih
Bau khas khas
Konsistensi lembek cair
b. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Klien mengatakan melakukan kegiatan rumah tidak seperti dulu, ibu hanya mampu hanya sebatas menyapu, mencuci baju, dan memasak.
Selama sakit : Klien tidak melakukan kegiatan apa-apa hanya tidur dirumah.
c. Pola perawatan diri
Sebelum sakit : mandi 2x/hari, ganti pakaian 1x/hari, keramas 2 hari/1x, gosok gigi 2x/hari
Selama sakit : mandi hanya sekedar diseka, mengganti pembalut 2x/hari, ganti pakaian 1x/hari, keramas 2x/minggu, gosok gigi 1x/hari
d. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : siang 1 jam (13.00 – 14.00 WIB)
malam 6 jam (22.00 – 04.00 WIB)
Selama sakit : siang 30 menit (13.00 – 13.30 WIB)
malam 5 jam (23.00 – 04.00 WIB)
e. Seksualitas : ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2x seminggu.
8. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah/diderita:
Pasien mengatakan bahwa tidak punya riwayat penyakit menular seperti Hepatitis, TBC. Dan menurun seperti DM, hipertensi, dll.
b. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dalam keluarga Ibu pernah operasi pengangkatan kista
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar.
d. Kebiasaan - kebiasaan
Merokok : ibu mengatakan tidak merokok.
Minum jamu – jamuan : ibu mengatakan minum jamu.
Makan / minum pantangan : ibu mengatakan tidak ada makanan pantangan.
9. Riwayat psiko, sosial, spiritual
a. Pasien mengatakan bahwa hubungan dengan suami, keluarga dan tetangga baik.
b. Pasien berasal dari Jawa dan masih melakukan kegiatan adat Jawa yang dilakukan saat ini minum jamu-jamuan.
c. Pasien mengatakan bahwa dia merasa sedih dengan keadaannya sekarang.

Data Obyektif
Pemeriksaan fisik umum :
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. BB/TB : 50 kg/155 cm
4. Tanda-tanda vital : TD : 90/60 mmHg, S : 38,6OC, N : 118 x/menit, RR : 24 x/mnt
Pemeriksaan fisik khusus
1. Rambut : agak kotor, putih, panjang, tidak ada luka
2. Muka : pucat, nampak menyeringai, tidak odeme
3. Mata : simetris, konjungtiva pucat (anemis), sclera putih, palpebra tidak edema
4. Hidung : tidak ada polip, ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, septum nasal lurus
5. Gigi & mulut : mukosa bibir agak kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada tonsillitis
6. Telinga : simetris, ada serumen
7. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis
8. Dada & mamae : tidak simetris, tidak ada retraksi intracosta, tidak ada benjolan abnormal.
9. Perut : ada benjolan sebesar kelereng, sekitar 1,5cm tetapi batasnya tidak tegas di samping kiri dan kanan uterus.
10. Genetalia :
• Eksterna : kotor, tidak ada varices, ada condiloma, ada pus, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan kelenjar scene.
• Internal (inspekulo) : tidak ada pus, tidak nampak massa/tumor, ada spotting.
11. Ekstremitas atas & bawah : tidak ada odeme, tidak ada varises, tidak ada tromboflebitis femuralis, pergerakan kurang aktif
Pemeriksaan penunjang
-

ASSESMENT Tgl: 15 April 2011, Jam :17.20 WIB
Ny.``K`` umur 40 tahun P3 A0 Ah3, ibu menopause dengan condiloma akuminata.

PLANNING Tgl: 15 April 2011 , Jam : 17.30 WIB
7. Melakukan pendekatan pada klien dengan cara komunikasi terapeutik untuk menjelaskan tentang kondisi klien saat ini serta untuk menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan.
• Ibu mengatakan lebih tenang, serta mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang penjelasan yang diberikan oleh Bidan
8. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan vital sign.
K/U : cukup Kesadaran komposmentis
TD : 90/60 mmHg N : 118 x/menit
S : 38,6OC RR : 20 x/menit
TFU : ada benjolan pada kanan-kiri uterus perdarahan 50 cc
UC baik (keras) Conjungtiva pucat
BAB/BAK : -/+
• Ibu mengerti dengan keadaannya.
9. Memberitahukan kesimpulan dari pemeriksaan fisik ibu yaitu ibu mengalami penyakit condiloma akuminata.
• Ibu merasa cemas dan takut akan kondisinya.
10. Memberikan dukungan moril dan spiritual untuk mengatasi kecemasan ibu.
• Ibu tampak agak berkurang kecemasannya.
11. Menyarankan ibu untuk beristirahat di tempat tidur dengan beristirahat akan mengurangi beban kerja tubuh terutama bagian yang rusak.
• ibu mau beristirahat di tempat tidur.
12. Menyarankan ibu untuk memeriksakan keadaannya ke dokter SpOG untuk melakukan :
d. Tes asam asetat
e. Kolposkopi
f. Histopatologi
g. Paps Smear
• Ibu bersedia memeriksakan keadaannya ke dokter SpOG.



Petugas


Bidan Asih
Powered by Blogger