Sabtu, 18 Juni 2011

TUGAS PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN IV B ( PATOLOGI II ) PENYAKIT YANG MENYERTAI IBU MASA NIFAS

Disusun oleh :
Kelompok : 4C_1
Anggota :
Lusi Permanadewi 090105139
Tiara Puspitasari 090105140
Alfian Layli Permata 090105141



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011


PENYAKIT YANG MENYERTAI MASA KEHAMILAN DAN NIFAS

1. Tuberkulosis Paru
Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya perjalanan penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, BB menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit di dada. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan adanya ronkhi basal, suara caverne atau pleural effusion. Penyakit ini mungkin bentuknya aktif atau kronik, dan mungkin pula tertutup atau terbuka.
Pada penderita yang dicurigai menderita TBC Paru sebaiknya dilakukan pemeriksaan tuberkulosa tes kulit dengan PPD (puirified protein derivate) 5u, bila hasil positif dilanjutkan dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan dilindungi janin dari pengaruh sinar X, pada penderita TBC Paru aktif perlu dilakukan pemeriksaan sputum BTA untuk membuat diagnosis secara pasti sekaligus untuk tes kepekaan / uji sensitivitas. Pada janin dengan ibu TBC Paru jarang dijumpai TBC congenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui ibunya.
Penatalaksanaan.
Penyakit ini akan sembuh dengan baik bila pengobatan yang diberikan dipatuhi oleh penderita, berikan penjelasan dan pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya bersifat kronik sehingga diperlukan pengobatan yang lama dan teratur. Ajarkan untuk menutup mulut dan hidungnya bila batuk, bersin dan tertawa,
Sebagian besar obat anti TBC aman untuk wanita hamil, kecuali streptomisin yang bersifat ototoksik bagi janin dan harus diganti dengan etambutol, pasien hamil dengan TBC Paru yang tidak aktif tidak perlu mendapat pengobatan. Sedangkan pada yang aktif dianjurkan untuk menggunakan dua macam obat atau lebih untuk mencegah timbulnya resistensi kuman, dan isoniazid (INH) selalu diikutkan karena paling aman untuk kehamilan, efektifitasnya tinggi dan harganya lebih murah.
Obat-obatan yang dapat digunakan
a. Isoniazid (INH) 300 mg/hari. Obat ini mungkin menimbulkan komplikasi pada hati sehingga timbul gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan berkurang, mual dan muntah. Oleh karena itu –perlu diperiksa faal hati sewaktu-waktu dan bila ada perubahan untuk sementara obat harus segera dihentikan.
b. Etambutol 15-20 mg/kg/hari. Obat ini dapat menimbulkan komplikasi retrobulber neuritis, akan tetapi efek samping dalam kehamilan sangat sedikit dan pada janin belum ada.
c. Streptomycin 1gr/hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam kehamilan, jangan digunakan dalam kehamilan trimester I. Pengaruh obat ini pada janin dapat menyebabkan tuli bawaan (ototoksik). Disamping itu obat ini juga kurang menyenangkan pada penderita karena harus disuntikan setiap hari.
d. Rifampisin 600mg/hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC Paru tetapi memberikan efek teratogenik pada binatang poercobaan sehingga sebaiknya tidak diberikan pada trimester I kehamilan.

Pemeriksaan sputum harus dilakukan setelah 1-2 bulan pengobatan, jika masih positif perlu diulang tes kepekaan kuman terhadap obat, bila pasien sudah sembuh lakukan persalinan secar biasa. Pasien TBC aktif harus ditempatkan dalam kamar bersalin terpisah, persalinan dibantu Ekstraksi Vacum atau Forcep. Usahakan pasien tidak meneran, berikan masker untuk menutupi mulut dan hidung agar kuman tidak menyebar. Setelah persalinan pasien dirawat di ruang observasi 6-8 jam, kemudian dapat dipulangkan langsung. Pasien diberi obat uterotonika dan obat TBC tetap harus diteruskan. Penderita yang tidak mungkin pulang harus dirawat di ruang isolasi, karena bayi cukup rentan terhadap penyakit ini, sebagian besar ahli menganjurkan pemisahan dari ibu jika ibu dicurigai menderita TBC aktif, sampai ibunya tidak memperlihatkan tanda-tanda proses aktif lagi setelah dibuktikan dengan pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali yang selalu memperlihatkan hasil negatif.
Pasien TBC yang menyusui harus mendapat regimen pengobatan yang penuh. Semua obat anti TBC sesuai untuk laktasi sehingga pemberian laktasi dapat dengan aman dan normal. namun bayi harus diberi suntikan mantoux, mendapat profilaksis INH dan imunisasi BCG.

2. Ginjal
Penyakit Ginjal. Dengan berat hanya sekitar 150 gram atau sebesar kira-kira separuh genggaman tangan kita, ginjal memiliki fungsi sangat strategis dalam mempengaruhi kinerja semua bagian tubuh. Selain mengatur keseimbangan cairan tubuh, eletrolit, dan asam basa, ginjal juga akan membuang sisa metabolisme yang akan meracuni tubuh, mengatur tekanan darah dan menjaga kesehatan tulang.
Menurut ahli ginjal, penyakit ginjal disebut kronik jika kerusakannya sudah terjadi selama lebih dari tiga bulan dan lewat pemeriksaan terbukti adanya kelainan struktur atau fungsi ginjal. Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal secara perlahan sehingga terjadi gagal ginjal yang merupakan stadium terberat penyakit ginjal kronik. Jika sudah sampai stadium ini, pasien memerlukan terapi pengganti ginjal berupa cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal yang biayanya mahal.

a. Tanda-Tanda Penyakit Ginjal
Tanda-tanda penyakit ginjal sering tanpa keluhan sama sekali, bahkan tak sedikit penderita mengalami penurunan fungsi ginjal hingga 90 persen tanpa didahului keluhan. Gejala-gejala seperti,
1) tekanan darah tinggi,
2) perubahan jumlah kencing,
3) ada darah dalam air kencing,
4) bengkak pada kaki dan pergelangan kaki,
5) rasa lemah serta sulit tidur,
6) sakit kepala,
7) sesak,
8) dan merasa mual dan muntah.
Penyakit ginjal memang bukan penyakit menular, setiap orang dapat terkena penyakit ginjal, namun mereka yang memiliki faktor risiko tinggi. Faktor resiko tersebut seperti mereka yang memiliki riwayat darah tinggi di keluarga, diabetes, penyakit jantung, serta ada anggota keluarga yang dinyatakan dokter sakit ginjal sebaiknya melakukan pemeriksaan dini.
Ada beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mengetahui kesehatan ginjal, salah satunya yang paling umum adalah pemeriksaan urin. Jika ada kandungan protein atau darah dalam air kencing tersebut, maka menunjukkan kelainan dari ginjal. Atau bisa juga melakukan pemeriksaan darah guna mengukur kadar kreatinin dan urea dalam darah. Jika kadar kedua zat itu meningkat, menunjukan gejala kelainan ginjal. Sementara pemeriksaan tahap lanjut untuk mengenali kelainan ginjal berupa pemeriksaan radiologis dan biopsi ginjal. Biasanya pemeriksaan ini atas indikasi tertentu dan sesuai saran dokter.

b. Langkah Pencegahan Penyakit Ginjal
1) Gangguan ginjal bisa dicegah dengan berbagai cara, terutama dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berhenti merokok, memperhatikan kadar kolesterol, kendalikan berat badan, menghindari kekurangan cairan dengan cukup minum air putih tidak lebih dari 2 liter setiap hari. “Minum air secara berlebihan justru akan merusak ginjal,” kata Dr.David Manuputty, SpBU dari RSCM Jakarta.
2) Selain gaya hidup sehat, lakukan pemeriksaan kesehatan tahunan pada dokter, mintalah pula agar urin Anda diperiksa untuk melihat adanya darah atau protein dalam urin. Yang tak kalah penting, berhati-hatilah dalam menggunakan obat anti nyeri khususnya jenis obat anti inflamasi non steroid.
Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomic ginjal dan saluran kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium.perubahan anatomi terdapat peningkatan pembuluh darah dan ruangan interstisial pada ginjal. Ginjal akan memanjang kurang lebih 1 cm dan kembali normal setelah melahirkan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk dan kadang berpindah letak ke lateral dan akan kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan.
Selain itu juga terjadi hiperlpasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Akibat pembesaran uterus hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal terjadi perubahan pada kendung kemih yang dimulai pada kehamilan 4 bulan. Kandung kemih akan berpindah lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen. Kapasitas kandung kemih meningkat sampai 1 liter karena efek relaksasi dari hormon progesterone.

c. Perubahan Fungsi
Segera sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (Renal Plasma flow) dan tingkat filtrasi gomerolus (Gomerolus Filtration Rate). Sejak kehamilan trimester II GFR akan meningkat 30-50 %, diatas nilai normal wanita tidak hamil. Akibatnya akan terjadi penurunan kadar kreatinin serum dan urin nitrogen darah, normal kreatinin serum adalah 0,5-0,7 mg/100 mll dan urea nitrogen darah 8-12 mg/100 mll.
3. Jantung
a. Etiologi
Sebagian besar disebabkan demam reumatik. Bentuk kelainan katup yang sering dijumpai adalah stenosis mitral, insufisiensi mitral, gabungan stenosis mitral dengan insufisiensi mitral, stenosis aorta, insufisiensi aorta, gabungan antara insufisiensi aorta dan stenosis aorta, penyakit katupulmonal dan trikuspidal.
b. Faktor Predisposisi
Peningkatan usia pasien dengan penyakit jantung hipertensi dan superimposed preeklamsi atau eklamsi, aritmia jantung atau hipertrofi ventrikel kiri, riwayat decompensasi cordis, anemia.
c. Patofisiologi
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler yang baisanya masih dalam batas-batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan karena :
1) Hidrenia (Hipervolemia), dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan puncaknya pada UK 32-36 minggu
2) Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke kiri, dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran.
Volume plasma bertambah juga sebesar 22 %. Besar dan saat terjadinya peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah merah ; hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah).12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstra vascular ke dalam pembuluah darah, kemudian di ikuti periode deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan hemokonsentrasi (penurunan volume plasa). 2 minggu pasca persalinan merupakan penyesuaian nilai volume plasma seperti sebelum hamil.
Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri, tetapi jantung yang sakit tidak. Oleh karena itu dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat dan nadi rata-rata 88x/menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Penyakit jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi decompensasi cordis.
d. Manifestasi Klinis
Mudah lelah, nafas terengah-engah, ortopnea, dan kongesti paru adalah tanda dan gejala gagal jantung kiri. Peningkatan berat badan, edema tungkai bawah, hepato megali, dan peningkatan tekanan vena jugularis adalah tanda dan gejala gagal jantung kanan. Namun gejala dan tanda ini dapat pula terjadi pada wanita hamil normal. Biasanya terdapat riwayat penyakit jantung dari anamnesis atau dalam rekam medis.
Perlu diawasi saat-saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil yaitu :
1. Antara minggu ke 12 dan 32. Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu ke 28 dan 32, saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum
2. Saat persalinan. Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke dalam sirkulasi sistemik sebesar 15 – 20% dan ketika meneran pada partus kala ii, saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.
3. Setelah melahirkan bayi dan plasenta. Hilangnya pengaruh obstruksi uterus yang hamil menyebabkan masuknya darah secara tiba-tiba dari ekstremitas bawah dan sirkulasi uteroplasenta ke sirkulasi sistemik.
4. 4-5 hari seetelah peralinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan emboli pulmonal dari thrombus iliofemoral.
Gagal jantung biasanya terjadi perlahan-lahan, diawali ronkhi yang menetap di dasar paru dan tidak hilang seteah menarik nafas dalam 2-3 kali.
Gejala dan tanda yang biasa ditemui adalah dispnea dan ortopnea yang berat atau progresif, paroxysmal nocturnal dyspnea, sinkop pada kerja, nyeri dada, batuk kronis, hemoptisis, jari tabuh, sianosis, edema persisten pada ekstremitas, peningkatan vena jugularis, bunyi jantung I yang keras atau sulit didengar, split bunyi jantung II, ejection click, late systolic click, opening snap, friction rub, bising sistolik derajat III atau IV, bising diastolic, dan cardio megali dengan heaving ventrikel kiri atau kanan yang difus.
e. Pemeriksaan Penunjang
Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :
1. EKG untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, kardiomegali, tanda penyakit pericardium, iskemia, infark. Bisa ditemukan tanda-tanda aritmia.
2. Ekokardigrafi. Meteode yang aman, cepat dan terpercaya untuk mengetahu kelainan fungsi dan anatomi dari bilik, katup, dan peri kardium
3. Pemeriksaan Radiologi dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberi perlindung diabdomen dan pelvis.
f. Diagnosis
Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria. Diagnosis ditegakkan bila ada satu dari kriteria :
1. Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus
2. Pembesaran jantung yang jelas
3. Bising sistolik yang nyaring, terutama bila disertai thrill
4. Arimia berat
Pada wanita hamil yang tidak menunjukan salah satu gejala tersebut jarang menderita penyakit jantung. Bila terdapat gejala decompensasi jantung pasien harus di golongkan satu kelas lebih tinggi dan segera dirawat
g. Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
Kelas I
1) Tanpa pembatasan kegiatan fisik
2) Tanpa gejala penyakit jantung pada kegiatan biasa
Kelas II
1) Sedikit pembatasan kegiatan fisik
2) Saat istirahat tidak ada keluhan
3) Pada kegiatan fisik biasa timbul gejala isufisiensi jantung seperti: kelelahan, jantung berdebar (palpitasi cordis), sesak nafas atau angina pectoris
Kelas III
1) Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik
2) Saat istirahat tidak ada keluhan
3) Pada aktifitas fisik ringan sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung
Kelas IV
Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun
h. Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi : gagal jantung kongestif, edema paru, kematian, abortus.Pada janin dapat terjadi : prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin, APGAR score rendah, pertumbuhan janin terhambat.
i. Penatalaksanaan
Sebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau ahli jantung. Secara garis besar penatalksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung dengan tirah baring, menurunkan preload dengan deuretik, meningkatkan kontraktilitas jantung dengan digitalis, dan menurunkan after load dengan vasodilator.
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas II
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan memburuk.
Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, membatasi masuknya cairan (75 mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1 minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra indikasi obstetric. Metode anastesi terpilih adalah epidural
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat. Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit. Bila terjadi takikardi, takipnea, sesak nafas (ancaman gagal jantung), berikan digitalis berupa suntikan sedilanid IV dengan dosis awal 0,8 mg, dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2 jam. Selain itu dapat diberi oksigen, morfin (10-15 mg), dan diuretic.
Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit dan ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan segera Tidak diperbolehkan memaki ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah besar.
Rawat pasien sampai hari ke 14, mobilisasi bertahap dan pencegahan infeksi, bila fisik memungkinkan pasien dapat menusui.
Kelas III
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapat diberikan diuretic
Kelas IV
Harus dirawat di RS
Kedua kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis, dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan IV.
Operasi pada jantungn untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II namun berbahaya bagi bayinya karena setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus dan akan menyebabkan bahaya perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara SC, hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena dapat menyebabkan edema paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis aorta atau mitral.
j. Prognosis
Prognosis tergantung klasifikasi, usia, penyulit lain yang tidak berasal dari jantung, penatalaksanaan, dan kepatuhan pasien. Kelainan yang paling sering menyebabkan kematian adalah edema paru akut pada stenosis mitral. Prognosis hasil konsepsi lebih buruk akibat dismaturitas dan gawat janin waktu persalinan.

5. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) adalah tekanan yang diakibatkan dari aliran darah yang dipompa oleh jantung, mengalir cepat sehingga menekan dan merusak dinding arteri pada pembuluh darah. Seseorang dikatakan memiliki hipertensi jika pada pemeriksaan, tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg. Kelebihan berat badan, sensitifitas garam, konsumsi alkohol, kebiasaan hidup tidak sehat dan faktor keturunan adalah beberapa faktor penyebab munculnya masalah hipertensi.
Ada banyak kasus dimana wanita hamil dengan hipertensi mampu menjaga kehamilan sampai dengan kelahiran dengan selamat. Dengan bantuan medis selama kehamilan, komplikasi selama kehamilan dapat dicegah. Bagaimanapun juga, hipertensi selama kehamilan selalu dibutuhkan perhatian khusus. Wanita hamil yang menderita hipertensi dimulai sebelum hamil, memiliki kemungkinan komplikasi pada kehamilannya lebih besar dibandingkan dengan wanita hamil yang menderita hipertensi ketika sudah hamil. Karena beberapa wanita hamil memiliki kemungkinan menderita hipertensi selama kehamilan karena beberapa faktor.
Banyak akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipertensi. Resiko terbesar hipertensi pada wanita hamil adalah kerusakan pada ginjal. Pada kasus yang lebih serius, ibu bisa menderita preeclampsia atau keracunan pada kehamilan, yang akan sangat membahayakan baik baik ibu maupun bagi janin. Selain itu hipertensi bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah, stroke, dan gagal jantung di kemudian hari
Preeclampsia dimulai pada kehamilan minggu ke-20, sebagai akibat dari hipertensi. Berpengaruh pada ginjal dan pengeluaran protein melalui urin, juga mempengaruhi otak, placenta dan hati (liver). Pada janin, preeclampsia bisa menyebabkan berat badan lahir rendah, keguguran, dan lahir prematur. Berdasarkan penelitian, preeclampsia menjadi penyebab terbesar nomer 2 pada kasus keguguran atau kematian janin. Gejala-gejala yang ditimbulkan berupa sering pusing, penglihatan yang kabur dan sensitif terhadap sinar, juga proteinuria (protein pada urin) pada pemeriksaan laboratorium.
Sejauh ini tidak ada penanganan khusus untuk preeclampsia, satu-satunya jalan adalah menjaga kehamilan tetap sehat sehingga janin bisa lahir dengan selamat. Maka itu, dianjurkan untuk calon ibu merencanakan kehamilannya. Selalu periksa tekanan darah, sehingga selalu tetap normal dan tetap terkontrol, jauhi narkoba, alkohol, dan rokok. Jika terpaksa harus mengkonsumsi obat, selalu konsultasikan dengan dokter kandungan anda.
6. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang meninjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatbya resopsi makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
a. Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion. Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
b. Klasifikasi
1. Tidak tergantung insulin (TTI) – Non Insulin Dependent diabetes mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah
2. Tergantung insulin (TI) – Insulin dependent Diabetes Melitus yaitu kasus yan memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.

c. Komplikasi
1. Maternal : infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian ibu
2. Fetal : abortus spontan, kelainan congenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intra uterin,
3. Neonatal : prematuritas, kematian intra uterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia, hipomegnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma gawat nafas, polisitemia.

d. Penatalaksanaan
Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl, dan kadar HbA1c<6%. Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus normal. Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila. Ajarka pasien memantau gula darah sendiri di rumah dan anjurkan untuk kontrol 2-4 minggu sekali bahkan lebih sering lagi saat mendekati persalinan. Obat hipoglikemik oral tidak dapat dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI, kenaikan BB pada trimester I diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5 kg /minggu, total kenaikan BB sekitar 10-12 kg. e. Penatalaksanaan Obstetric Pantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan DJJ, dan secara khusus memakai USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa. Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila UK <38 minggu). Kehamilan dengan DM yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan baisanya memerlukan insulin.

7. Asma
Asma Bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma tidak sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai UK 24-36 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi serangan.
a. Komplikasi
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, partus premature dan gangguan petumbuhan janin.
b. Manifestasi Klinis
Factor pencetus timbulnya asma antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan factor psikis. Penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak, dan batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma diluar kehamilan.
c. Penatalaksanaan
1. mencegah timbulnya stress
2. Menghindari factor resiko/pencetus yang sudah diketahui secara intensif
3. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacamnya yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan
4. Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat local yang berbentuk inhalasi, atau peroral seperti isoproterenol
5. Pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan 1atau lebih dari obat dibawah ini
a) Epinefrin yang telah dilarutkan (1:1000), 0,2-0,5 ml disuntikan SC
b) Isoproterenol (1:100) berupa inhalasi 3-7 hari
c) Oksigen
d) Aminopilin 250-500 mg (6mg/kg) dalam infus glukosa 5 %
e) Hidrokortison 260-1000 mg IV pelan-pelan atau per infus dalam D10%
Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung iodium karena dapat membuat gangguan pada janin, dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan terdapat infeksi. Upayakan persalinan secara spontan namun bila pasien berada dalam serangan, lakukan VE atau Forcep. SC atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan. Jangan berikan analgesik yang mengandung histamin tapi pilihlah morfin atau analgesik epidural.
Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi ASI. Aminopilin dapat terkandung dalam ASI sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan ganggguan tidir. Namun obat anti asma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam ASI sangat kecil.








KASUS
Ny. Y usia 25 tahun P2Ab0Ah2 nifas hari ke-6 datang bersama suaminya ke puskesmas sleman untu memeriksakan keadaanya. Ibu mengeluh mengalami perubahan jumlah kencing menjadi lebih banyak , nyeri pada bagian jahitan saat ibu BAB dan BAK, dan terkadang menahan BAB dan BAK karena takut akan nyerinya. Ny. Y juga mengalami sulit tidur, sakit kepala, sesak, dan merasa mual dan muntah serta sejak kemarin ada darah dalam air kencing. Ibu dan suami sangat khawatir dengan keadaannya dan bayinya yang ikutan rewel.
















ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
PADA Ny.Y USIA 25 TAHUN P2AB0AH2 POSTPARTUM HARI KE- 6
DENGAN GANGGUAN GINJAL
DI PUSKESMAS SLEMAN

No. Register : 798
Tanggal masuk : 11 Juni 2011 pukul 10.20 WIB
Pengkaji : Bidan Titi
A. SUBYEKTIF
Identitas Istri Suami
Nama : Ny. “Y” Tn. “T”
Usia : 25 tahun 30 tahun
Suku : jawa jawa
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wirausaha
Alamat : jl. Melati No 20 Yk jl.Melati No.20 yk
No. Telp : 085229667xxx 085229887xxx
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa ibu mengalami perubahan jumlah kencing menjadi lebih banyak , nyeri pada bagian jahitan, sulit tidur, sakit kepala, sesak, dan merasa mual dan muntah serta sejak kemarin ada darah dalam air kencing. Ibu sangat khawatir dengan keadaannya dan bayinya yang ikutan rewel.

2. Riwayat Perkawinan
Ny. Y mengatakan ini pernikahan yang pertama dan sah. Ibu menikah pada usia 21 tahun dan suami usia 26 tahun.
3. Riwayat menstruasi
Ny. Y mengatakan menarche usia 14 tahun, siklus menstruasi 30 hari selama 5-6 hari, ganti pembalut 2-3x sehari. Tidak ada dismenore dan flour albus.
4. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ny. Y mengatakan bahwa anak pertama lahir pada usia ibu 22 tahun, lahir normal, spontan,dan tidak mengalami gangguan apapun. Anak ke dua lahir pada usia ibu 25 tahun, lahir spontan dan dalam keadaan normal.
5. Riwayat kehamilan, persalinan sekarang
Ibu mengatakan masa kehamilannya 9 bulan, keluhan pusing dan mual muntah, dilahirkan di BPS oleh bidan, lahir spontan berat 3500 gram dan dalam keadaan normal
6. Riwayat kontrasepsi
Ny. Y mengatakan ibu menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 2 tahun alasannya karena ingin mempunyai anak dan tidak mengalami keluhan.
7. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/ sedang diderita
Pasien mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit berat seperti hipertensi, DM, jantung, TBC.
b. Penyakit yang pernah/ sedang di derita keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga yaitu dari ayah pernah/sedang menderita penyakit yaitu ginjal dan kakek yang hipertensi.
c. Riwayat penyakit ginekologi
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit ginekologi
d. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan mengalami perubahan jumlah kencing menjadi lebih banyak , nyeri pada bagian jahitan, sulit tidur, sakit kepala, sesak, dan merasa mual dan muntah serta sejak kemarin ada darah dalam air kencing.

8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari masa nifas
a. Pola nutrisi makan minum
Frekuensi 2 kali sehari 6–7 kali sehari
Macam nasi, sayur dan lauk air putih, dan teh
Jumlah ½ - 1 porsi habis 1 gelas habis
Keluhan mual-mual tidak ada
b. Pola eliminasi BAB BAK
Frekuensi 1 kali sehari 6-7 kali sehari
Warna kuning kuning agak kemerahan
Bau khas khas
Konsistensi lembek encer
Keluhan nyeri nyeri
c. Pola aktivitas
Ibu mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari karena rasa nyerinya tersebut. Dan merasakan ketidaknyamanan saat beraktifitas dengan adanya keluhan tersebut.
d. Istirahat/ tidur: siang tidak pernah, malam 6 jam dan mengalami kesulitan tidur.
e. Pola Seksualitas : sampai sekarang belum
f. Personal hygiene
Kebiasaan mandi 2 kali perhari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin: saat mandi, sehabis buang air kecil dan besar.
Kebiasaan mengganti pakaian dalam: setiap habis mandi
Jenis pakaian dalam yang digunakan: katun
g. Kebiasaan yang merugikan
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak merokok maupun minum-minum beralkohol. Tetapi orangtua (ayah dari pasien) merokok.
b. Keadaan psiko social spiritual
a. Pengetahuan pasien tentang gangguan/ penyakit yang diderita saat ini
Pasien merasa khawatir dan cemas dengan keadaannya takut kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
b. Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi
Menurut pasien, gangguan reproduksi yang dialaminya tidak normal dan sangat mengganggu.
c. Dukungan keluarga
Suami menemani Ny.Y untuk memeriksaan keadaannya, untuk mengetahui bahwa Ny. Y dalam keadaan baik-baik saja atau tidak .
d. Ketaatan beribadah
Pasien taat menjalankan sholat 5 waktu dan menutup aurat. Ibu dan keluarga berusaha dan berdoa agar tidak terjadi ganguan yang tidak diinginkan.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
a. TD : 130/90 Mmhg
b. Nadi : 80 kali/menit
c. Suhu : 370C
d. Pernafasan : 24 kali/menit
4. Inspeksi, palpasi, perkusi
a. Kepala : keadaan rambut bersih, hitam, lurus, tidak berketombe dan tidak rontok
b. Muka : Ekspresi wajah ibu merintih bila merasakan sakit kepala.
c. Mata : sklera tidak ikterik dan konjungtiva merah muda
d. Hidung : tidak ada polip dan sekret
e. Mulut : Tampak bersih, bibir tampak lembab dan tidak ada caries gigi
f. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan tidak ada pembengkakan kelenjar vena jugularis
g. Payudara : simetris, hyperpigmentasi pada areola, payudara menonjol, bersih.
h. Abdomen : Tampak linea nigra, tidak ada bekas operasi dan TFU tidak teraba lagi.
i. Genitalia : vulva kurang bersih, jahitan perineum masih basah, merah dan nyeri saat di palpasi. dan tampak pengeluaran lokhea sangiuleta.
j. Punggung : simetris , dan lurus
k. Dilakukan ketuk ginjal : ibu merintih kesakitan (+)
l. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : tangan simetris dan tidak ada oedem
b) Ekstremitas bawah : bengkak pada kaki dan pergelangan kaki dan reflek patela (+) kiri kanan

C. ASSESMENT
Ny. Y usia 25 tahun P2Ab0Ah2 Postpartum hari ke-6 dengan gangguan/penyakit ginjal dengan masalah :
a. Asupan makanan yang kurang dalam sehari
b. Nyeri di saat BAB dan BAK.
c. Bayi rewel
d. Personal hygiene yang kurang pada daerah genitalia.
e. Kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari.
f. Khawatir dengan keadaanya sekarang.

D. PLANNING Tanggal : 11 Juni 2011 pukul : 11.00 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu terkena gangguan ginjal. Gangguan ginjal adalah suatu bentuk respon organ dalan tubuh akibat dari hilangnya kemampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya disamping karena faktor genetik maupun faktor-faktor tertentu lainnya.
Ibu mengerti dengan penjelasan Bidan.
2. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit ginjal. Tanda dan gejalanya yaitu tekanan darah tinggi, perubahan jumlah kencing, ada darah dalam air kencing, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki, rasa lemah serta sulit tidur, sakit kepala, sesak, dan merasa mual dan muntah.
Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
3. Memberitahukan hasil pengukuran tanda-tanda vital.
Hasil :
a. Tekanan Darah : 130/90 Mmhg
b. Nadi : 80 kali/menit
c. Suhu : 370C
d. Pernafasan : 24 kali/menit
4. Menganjurkan pada ibu agar memeras atau memompa terlebih dahulu payudaranya agar payudaranya lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
Hasil : Ibu bersedia melakukannya.
5. Mengajarkan cara menyusui dengan baik dan benar agar bayi tidak rewel. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah posisi tubuh bayi . Kepala bayi lurus dihadapkan ke dada ibu, sehingga kapala bayi menghadap ibu. Mendekatkantubuh bayi sehingga menentuh bibir ke puting susu dan menunggu sampai muluit bayi terbuka lebar. Segera dekatkan bayi sehingga bibir bawah bayi terletak di puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan puting : dagu menempel pada areola ibu. Mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
6. Memberikan KIE tentang pentingnya nutrisi bagi ibu. Nutrisi merupakan bahan pokok tubuh dalam memberikan ketahanan dan stamina sehingga harus dipenuhi secara teratur.
Ibu mengerti dan bersedia untuk makan secara teratur
7. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan daerah genital khusunya di bagian jahitan, agar infeksi yang terjadi sekarang bisa berkurang dan sembuh. Bagian genital sangat sensitif dan harus dijaga kebersihannya karena apabila kotor akan beresiko terjadi infeksi.
Ibu mengerti.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan BAK maupun BAB,agar intensitas rasa nyeri yang dirasakan berkurang. Ibu bersedia dan berusaha untuk melakuknnya.
9. Memberikan motivasi kepada pasien untuk istirahat atau tidak memaksakan untuk beraktifitas dalam bebarapa hari agar aktifitasnya tidak merasakan gangguan.
Ibu bersedia untuk tidak memaksakan akifitasnya.
10. Memberikan pada klien untuk minum air hangat dan mengajarkan relaksasi dengan tiduran senyaman mungkin.
Ibu relax dan mengerti penjelasan bidan .
11. Memberikan konseling agar klien tidak cemas, dan mendukung pasien untuk tetap berusaha dan berdoa agar diberi kesembuhan,sehingga mendapatkan kesembuhan.
Klien mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan .
12. Menyarankan kepada klien agar tidak teralu stress dan tetap optimis bahwa Allah akan senantiasa memberikan kesembuhan bagi hamba-Nya yang selalu taat beribadah.
Klien mengerti dan mengatakan akan selalu berdoa kepada Allah SWT demi kesembuhannya.
13. Merujuk Klien ke Rumah Sakit/dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut atau pemeriksaan laboratorium.
Klien bersedia untuk dirujuk ke rumah sakit/dokter.


(ttd)
Bidan Titi




DAFTAR PUSTAKA

Badziat,Ali.2003.Endokrinologi Ginekologi.Jakarta : Media Aesculapius Buku Panduan Praktikum Kesehatan Reproduksi
Manuaba,Chandranita,dkk.2008.Gawat Darurat Obstetri-Giekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.Jakarta : ECG
http://obatpropolis.com/penyakit-ginjal
http://www.g-excess.com/id/askeb-macam-macam-penyakit-yang-menyertai-kehamilan-dan-persalinan-ibu-hamil.html
Powered by Blogger