Kamis, 08 Desember 2011

Penggunaan Antibiotik Penisilin Untuk Pengobatan Sifilis

Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang diakibatkan oleh spiroseta jenis Treponema pallidum. Organisme tersebut masuk kedalam tubuh pasangan seksual melalui luka pada kulit atau epitel, dan juga melalui luka darah. Sifilis sendiri terjadi karena sering melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti (kecuali oral seks). Luka pada sifilis terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit, luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh. Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain. Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina Sifilis dapat ditularkan dari ibu yang hamil ke janinnya melalui plasenta. Gambaran klinis dari sifilis adalah:

Sifilis primer, waktu rata-rata inkubasi 3 minggu. Papula yang membentuk ulkus yang tidak nyeri (chancre primer) terbentuk didaerah inokulasi pada penis atau serviks atau labia. Limfadenopati inguinal terjadi, dan juga lesi sembuh secara spontan setelah beberapa minggu.

Sifilis sekunder, terjadi rata-rata 6-8 minggu kemudian dengan ruam makulopapular generalisata (termasuk ditelapak tangan dan kaki), limfadenopati generalisata, dan kondiloma lata (plak yang lembab, lebar, dan sangat infeksius didaerah intertriginosa yang hangat). Gejala sistemik terdiri dari demam, nyeri kepala, dan nyeri tenggorokan.

Sifilis laten, gejala dan tanda menghilang. Satu-satunya manisfetasi infeksi adalah pemeriksaan serologis yang positif. Infeksi SSP asimtomatik pada silifis laten ini umum terjadi.

Sifilis tersier, guma (lesi granulomatosa yang keras) muncul setelah 3-10 tahun diberbagai tempat, termasuk dikulit, dimana terjadi ulkus setelah ada kerusakan jaringan kartilago dan jaringan ikat dibawahnya. Efek dari sifilis tersier ini adalah terjadinya aortitis, terjadi setelah 10-30 tahun dan menyebabkan aneurisma aorta asendens. Neurosilifis menyebabkan penyakit dengan spektrum gejala yang luas termasuk: meningovaskuler (4-7 tahun), general paresis of the insane (10-20 tahun), tabes dorsalis (15-25).

Kemungkinan terburuk dari penyakit sifilis ini adalah kemungkinan terserang PMS lain. Jika tidak dirawat, walaupun secara fisik sudah sembuh, dapat kambuh lagi karena penyakit ini masih bersarang di tubuh. Jika ini terjadi, maka dapat menyebabkan kerusakan orak, hati, system syaraf dan dapat menyebabkan kematian. Sifili dapat mempengaruhi pembentukan fetus pada wanita hamil, sehingga memperbesar resiko keguguran atau bayi mati dalam kandungan. Diagnosis penyakit sifilis ini diidentifikasi dengan adanya Treponema pallidum menggunakan mikroskop lapang gelap pada lesi sifilis primer atau sekunder. Uji serologis, dilakukan dengan memeriksa LCS pada dugaan neurosifilis.

Tujuan terapi pada pengobatan sifilis ini adalah mengobati dan membunuh spiroseta jenis Treponema pallidum agar tidak tumbuh dan berkembang biak lagi, sedangkan sasaran terapi pengobatan sifilis itu sendiri adalah spiroseta jenis Treponema pallidum

Pengobatan silifis ini menggunakan antibiotik Penisilin, regimen dan dosis yang diberikan tergantung pada tahapan penyakit. Obat alternatif lain adalah tetrasiklin dan seftriakson. Steroid diperlukan untuk mencegah reaksi Jarisch-Herxheimer (anafilaksis akibat spiroseta yang mati atau akan mati), dan juga setelah terapi sifilis tahap lanjut. Riwayat kontak harus dicari dan pasangan turut diterapi.

Pengobatan non farmakologi, pada pasien yang terinfeksi sifilis harus berhenti melakukan aktivitas seksualnya sampai sifilisnya benar-benar sembuh (negatif terinfeksi sifilis), dan juga dalam melalukan hubungan seksual hendaknya jangan berganti-ganti pasangan. Pada sekali waktu pasien sifilis harus melakukan tes HIV pada saat didiagnosis sifilis. Pasien harus selalu memeriksakan diri setiap 3-6 bulan sekali setelah diterapi, serta selalu menjaga kebersihan didaerah kelamin. Dalam melalukan hubungan seksual hendaknya yang pria menggunakan kondom, dan setelah melakukan hubungan seksual baik pria maupun wanita mencuci tangan dengan air dan sabun hingga bersih.

Pengobatan secara farmakologi menggunakan antibiotik penisilin, penisilin bersifat bakterisid dan bekerja secara dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi dengan baik dijaringan dan cairan tubuh manusia, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.obat ini diekskresi ke urin dalam kadar terapeutik. Probenesid menghambat ekskresi penisilin oleh tubulus ginjal sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan masa kerjanya lebih panjang. Efek samping yang terpenting adalah reaksi yang dapat menimbulkan urtikaria, dan kadang-kadang reaksi anafilaksis dapat menjadi fatal. Pasien yang alergi terhadap suatu penisilin biasanya alergi terhadap semua turunan penisilin karena hipersensitifitas ditentukan oleh struktur dasar penisilin. Ensefalopati akibat iritasi serebral merupakan efek samping yang jarang namun serius. Hal ini dapat terjadi pada pemberian dosis yang berlebihan atau dosis normal pada pasien gagal ginjal. Penisilin tidak boleh diberikan secara intratekal karena cara ini dapat menimbulkan ensefalopati yang mungkin fatal.

Benzilpenisilin (Penisilin G) Obat ini merupakan first line sifilis, efektif untuk mengobati infeksi streptokokus, pneumokokus, sifilis, tetanus, dan gonokokus, harus diperhatikan bagi pasien yang hipersensitif terhadap penisilin dan gangguan fungsi ginjal. Untuk pasien yang tidak tahan terhadap penisilin dapat menggunakan tetrasiklin oral sebagai pilihan obatnya. Perlu diingat bahwa obat ini dapat rusak jika diberikan secara peroral, karena absorpsi per oral dapat dirusak oleh asam lambung, oleh karena itu sebaiknya obat ini digunakan secara parenteral. Interaksi obat yang dapat terjadi karena penggunaan obat penisilin ini adalah jika digunakan bersamaan dengan obat antasid, antikoagulan, urikosurika, sitotoksika, dan kontrasepsi oral. Efek samping yang sering terjadi reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopenia, trombositopenia, syok anafilaksis pada pasien yang alergi, dan diare pada pemberian secara peroral. Untuk pasien yang sedang hamil obat ini termasuk dalam kategori faktor resiko B (studi terhadap sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil atau sistem reproduksi binatang percobaan yang menunjukkan adanya efek samping pada kehamilan trimester pertama) Pemberian dosis untuk pasien sifilis: injeksi intravena lambat, intramuskular atau infus, 1,2 g/haridalam dosis terbagi 4, jika diperlukan dapat ditingkatkan 2,4 g/hari atau lebih. Bayi prematur dan neonatal 50 mg/kgdalam dosis terbagi 2; bayi 1-4 minggu 75 mg/kg/hr dalam dosis terbagi 4 (dosis lebih tinggi mungkin dibutuhkan). Nama generik obat ini adalah benzatin penisilin G, sedangkan nama dagangnya adalah prokain penisili G, dan penatur LA.

Daftar Pustaka

http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antibiotik-penisilin-untuk-pengobatan-sifilis/
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2006, Drug Information Handbook, 14th Ed., 593-595, 868-870, Lexicomp, Inc., USA. Neal, M.J., 2006, At a Galance Farmakologi Medis, Edisi V, Erlangga, Jakarta. Tierney, L.M., McPhee, S.J., dan Papadakis, M.A., 2006, Current Medical Diagnosis & Treatment, Edisi 45, Lange Medical Books, McGraw-Hill.
Powered by Blogger