PEMBIMBING:
IKA SILVITASARI, S.KEP.NS.
KELOMPOK 4
1. NURIL IMANIA KAMILA (090201047)
2. BUDHI SANTOSA (090201050)
3. ERWI ROSALINA (090201051)
4. SUMIN TATIK LESTARI (090201052)
5. MEIGA ANGGRAINI (090201053)
6. STALASATUN KHASANAH (090201055)
7. ARIFAH NUR KHASANAH (090201056)
8. DEWI RATIH MERDEKA WATI (090201057)
9. FITRIANA SITORESMI (090201058)
10. RAHAYU MARTHA SUSIANTI (090201059)
11. IIN INDRAYATI (090201060)
12. INDRI WULANSARI (090201061)
13. MUH FERY SETIAWAN (090201062)
14. ANGGUN PUTRI PERTIWI (090201063)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinis bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untukonset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan (Pardamean E,2007).
Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik, pada mana tak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor psikologis atau konflik. Karena gejala tak spesifik dari beberapa sistem organ dapat terjadi pada penderita anxietas maupun penderita somatoform disorder, diagnosis anxietas sering disalahdiagnosiskan menjadi somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya somatoform disorder, tidak menyebabkan diagnosis anxietas menjadi hilang. Pada DSM-IVada 4 kategori penting dari somatoform disorder, yaitu hipokhondriasis, gangguan somatisasi, gangguan konversi dan gangguan nyeri somatoform (Iskandar Y, 2009).
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut. (PPDGJ III, 1993)
BAB II
SCENARIO 2
Seorang perempuan berusia 29 tahun, mendatangi klinik penyakit dalam. Kunjungan ini adalah yang ketiga kalinya dalam satu bulan terakhir. Keluhan nyeri pinggang, nyeri perut, susah BAB, dan menstruasi yang tidak teratur dia ceritakan dengan detail, akhir-akhir ini klien juga sering merasakan pusing dan gliyeng dipagi hari. Pada saat kunjungan klien dengan sungguh-sungguh menceritakan keluhan yang dirasakan, tetapi dokter mendiagnosis bahwa klien tidak mengalami penyakit serius dan hasil dari pemeriksaan fisik maupun data laboratorium didapatkan normal, tidak ada nilai yang menyimpang.
STEP 1
KATA SULIT
Gliyeng :pusing atau sempoyongan, berkunang-kunang serasa pengeliatan kabur
Nyeri pinggang: rasa tidak nyaman disekitar pinggang
Menstruasi: peluruhan dinding rahim disertai perdarahan dengan siklus 28 hari sekali tidak dialami oleh orang hamil.
Nyeri perut: rasa sakit atau tidak nyaman disemua kuadran perut.
STEP 2
Pertanyaan: mengapa klien mersa sakit, nyeri perut, nyeri pinggang, susah BAB. Menstruasi tidak teratur tetapi diagnosis dokter mengatakan klien normal.
Masalah:
Gangguan neurotic: somatoform disorder
Merasa sakit padahal fungsi organnya normal
STEP 3-STEP 4
Nyeri merupakan respon tubuh terhadap kerusakan jaringan dalam tubuh walaupun tidak terdiktesi oleh dokter. Mungkin adanya stres yang menyebabkan pusing, nyeri perut, nyeri pinggang, gliyeng.
Gangguan nyeri somatoform ini merupakan preokupasi nyeri tanpa adanya penyalit fisik yang menyebabakan intensitas nyeri.
STEP 5
1. Perbedaan neurotik dan psikotik
2. Definisi gangguan neurotik
3. Rentang respon
4. Analisa ciri dan gejala neurotic
5. Factor predisposisi dan presipitasi
6. Klasifikasi somatoform
7. Identifikasi terhadap stressor
8. Mekanisme dan sumber koping
9. Pemeriksaan status mental pasien
10. Tahap penanganan
11. Pemeriksaan diagnosis medis
12. Askep
STEP 6-STEP 7
1. NEUROTIK: kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak dapat diselesaikannya suatu konflik a-sadar. Biasanya menyadari penyakitnya dan pasien mau datang ke rumah sakit dengan sendirinya.
PSIKOTIK: gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, biasannya pasien tidak mau datang ke rumah sakit dengan sendirinya.
2. DEFINISI
Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok gangguan ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidakdapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik (Nevid, dkk, 2005). Padagangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan padagangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukansebagai penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaanemosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranansosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-purayang disadari atau gangguan buatan
3. MANIFESTASI KLINIS
- Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik
yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.
- Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang“menekan di dalam tenggorokan”. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan.
- sejumlah simptom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti “kelumpuhan” padatangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf.
- Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi di mana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan .
- sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.
4. RENTANG RESPON
Respon adaptif Respon maladaptif
Alarm resistens kelelahan
Reaksi alarm
Respon langsung terhadap stressor yang belum disingkirkan. Meksnisme respons adrenokortikal digerakan sehingga menimbulkan perilaku yang berkaitan dengan respon menyerang atau menghindar (fight-or-flight).
Tahap resistens
Pada tahap ini terjadi beberapa resistens terhadap stressor. Tubuh beradaptasi pada tingkat fungsi yang rendah sehingga memerlukan pengeluaran energi yang lebih besar dari biasnya untuk dapat bertahan hidup.
Tahap kelelahan
Mekanisme adaptif menjadi melemah dan gagal pada tahap ini. Akibat negative dari stressor menyebar keseluruh organisme. Apabila stressor tidak dihilangkan atau dilawan, dapat terjadi kematian.
5. GEJALA SOMATOFORM
- Penderita mengalami rasa sakit yang menyebabkan ketidak mampuan secara signifikan (pain disorder)
- Mual
- Pusing
- Nyeri
-
6. FAKTOR PREDISPOSISI
• Faktor biologi
Emosi dikaitkan dengan bangkitan sistem neuroindokrin melalui pelepasan kortikosteroid, aksi sistem neurotransmiter, dan perubahan reseptor pascasinaptik dalam berespon terhadap stres.
umpan balik pengaturan gangguan stres yang relevan, terutama aktivasi kekebalan dan peradangan, dapat, pada gilirannya, memberikan kontribusi untuk patologi stres yang terkait, termasuk perubahan dalam perilaku, sensitivitas insulin, metabolisme tulang, dan diperoleh respon imun
teori genetik menunjukkan bahwa stres berkepanjangan dapat menyebabkan perubahan fisiologis, yang mengakibatkan gangguan fisik, penyakit jantung, gangguan pencernaan, dan iritasi kulit.
• Faktor psikologis
Kepribadian tipe A mewakili hubungan tipe kepribadian dengan gangguan fisiologis, dalam hal ini penyakit jantung.
Penyakit fisik dapat terjadi tanpa disertai kerusakan organic
optimis tampaknya memiliki gejala fisik lebih sedikit dan dapat menunjukkan pemulihan lebih cepat dari penyakit
percaya pada kendali pribadi, atau self-efficacy
focuse peningkatan pada peran pelindung negara emosional yang positif. satu gagasan tentang sifat-sifat ini adalah bahwa kepribadian penyembuhan diri, yang dicirikan oleh antusiasme
• Faktor sosiokultural
Keparahan gejala pada individu dipengaruhi oleh aspek lingkungan sosial dan budaya pengalaman subjektif stres dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan sifat dan jumlah masalah dalam dunia orang tersebut, perubahan iklim dunia yang emosional, dan dengan kehidupan sosial orang yang sakit itu.
menjadi sakit adalah peran sosial akan sebagai kondisi dan masyarakat ditempatkan keyakinan tertentu dan harapan pada orang yang jatuh sakit.
7. FAKTOR PRESIPITASI
• Faktor biologis
o Penyakit psikofisiologis diakibatkan akumulasi kejadian kecil yang menimbulkan stres.
• Faktor Psikologis
o Sulit mengenali satu atau lebih stressor yang menyeababkan masalah
• Faktor sosiokultural
o pola bekerja terlalu berat dan berlebih-lebihan
8. KLASIFIKASI
1.F. 45.0 Gangguan Somatisasi
Definisi
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan somatik yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya pada usia remaja, dan berakibat antara menuntut perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti dalam memenuhi peran sosial
Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya
mencakup sistem-sistem organ yang berbeda seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan
problem menstruasi/seksual
Orgasme terhambat
penyakit-penyakit neurologic,gastrointestinal, genitourinaria, kardiopulmonar
pergantian status kesadaran yang sulit ditandai dan lain sebagainya.
orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan medis.
Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau melebihi apa yang dapat diharapkan dari suatu masalah fisik yang diketahui
Keluhan tersebut juga tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang itu sering kali menerima perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat yang sama.
Etiologi: belum diketahui
Epidemiologi
−wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda
−pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform (beresiko 10-20x > besar dibanding yang tidak ada riwayat).
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi
Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
a) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
Prognosis
Bervariasi, sulit diprediksi karena prognosisnya bergantung pada gejala yang lebih dominan.
2.F. 45.1 Gangguan Somatoform tak terinci
Bilamana keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi.
Misalnya saja :
cara mengemukakan tidak terlalu banyak, atau tidak ada gangguan pada fungsi sosial dan fungsi keluarganya.
memungkinkan ada atau tidak ada dasar faktor penyebab psikologis
tidak boleh ada dasar fisik untuk keluhan-keluhannya yang digunakan sebagai dasar diagnosis psikiatrik
3. F.45.2 Gangguan Hipokondriasis
Definisi
Hipokondriasis adalah keterpakuan (PREOKUPASI) pada ketakutan menderita, atau keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan. Berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya meminta pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya.
Ciri utama dari hipokondriasis adalah:
fokus atau ketakutan bahwa simtomfisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung.
Rasa takut tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidakberdasar.
Gangguan ini paling sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun,meski dapat terjadi di usia berapa pun.
Tidak secara sadar berpura-pura akan simptom fisiknya
Mereka umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik
seringkali melibatkan sistem pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri.
orang dengan hipokondriasis sangat peduli, bahkan benar-benar terlalu peduli pada simtom dan hal-halyang mungkin mewakili apa yang ia takutkan.
orang menjadi sangat sensitif terhadap perubahan ringandalam sensasi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit serta nyeri. Padahal kecemasan akan simtom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik itu sendiri, misalnya keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan.
Mereka memiliki lebih lanjut kekhawatiran akan kesehatan, lebihbanyak simtom psikiatrik, dan memersepsikan kesehatan yang lebih burukdaripada orang lain.
Sebagian besar juga memiliki gangguan psikologis lain,terutama depresi mayor dan gangguan kecemasan.
Etiologi : masih belum jelas
Epidemiologi
Biasanya terjadi pada usia dewasa, rasio antara wanita dan pria sama
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
Untuk diagnosis pasti gangguan hipokondrik, kedua hal ini harus ada:
a) Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaanyang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai,ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atauperubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham)
b) Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapadokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yangmelandasi keluhan-keluhannya
Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis
−Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
−Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat
−Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
−Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
−Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik,gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguansomatoform lain.
Prognosis
10 % pasien bisa sembuh, 65 % berlanjut manjadi kronik dengan onset yang berfluktuasi, 25 % prognosisinya buruk.
4.F.45.3 Gangguan Disfungsi Otonomik Somatoform
Kriteria diagnostik yang diperlukan :
−ada gejala bangkitan otonomik ex, palpitasi, berkeringat, tremor,
muka panas, yang sifatnya menetap dan mengganggu
−gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu
(tidak khas)
−preokupasi dengan penderitaan mengenai kemungkinan adanya
gangguan yang serius yang menimpanya, yang tidak terpengaruh oleh
hasil Px maupun penjelasan dari dokter
−tidak terbukti adanya gangguan tang cukup berarti pada
struktur/fungsi dari sistem/organ yang dimaksud
−kriteria ke 5, ditambahkan :
F.45.30 = Jantung Dan Sistem Kardiovaskular
F.45.31 = Saluran Pencernaan Bgn Atas
F.45.32 = Saluran Pencernaan Bgn Bawah
F.45.33 = Sistem Pernapasan
F.45.34 = Sistem Genito-Urinaria
F.45.38 = SistemAtau Organ Lainnya
5.F. 45.4 . Gangguan Nyeri Yang Menetap
Definisi
Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungandengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktorpsikologis.
Ciri-ciri:
Pasien sering wanita yang merasa mengalami nyeri yang penyebabnya tidak dapat ditemukan.
Munculnya secara tiba-tiba
biasanya setelah suatu stres dan dapat hilang dalam beberapa hari atau berlangsungbertahun-tahun.
Biasanya disertai penyakit organik yang walaupun demikiantidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan nyerinya (Tomb, 2004).
Individu yang merasakan nyeri akibat gangguan fisik, menunjukkan lokasi rasa nyeri yang dialaminya dengan lebih spesifik, lebih detail dalammemberikan gambaran sensoris dari rasa nyeri yang dialaminya, danmenjelaskan situasi dimana rasa nyeri yang dirasakan menjadi lebih sakit ataulebih berkurang (Adler et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).
Etiologi, tidak diketahui
Epidemiologi
Terjadi pada semua tingkatan usia, di USA 10-15% pasien datang dengan
keluhan nyeri punggung.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
−Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis
−Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
−Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,
kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
−Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
−Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,
kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.
Prognosis :
jika gejala terjadi < 6 bulan, cenderung baik, dan jika gejala terjadi > 6 bulan,
cenderung buruk (cenderung menjadi kronik).
6.F.45.8Gangguan Somatoform Lainnya
Pedoman Diagnostik :
−keluhan yang ada tidak melalui saraf otonom, terbatas secara spesifik
pada bagian tubuh/sistem tertentu
−tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan
−termasuk didalamnya, pruritus,psikogenik, ”globushistericus”(perasaan ada benjolan di kerongkongan disfagia) dan dismenore psikogenik
TAMBAHAN DSM IV
A. Gangguan Konversi
Definisi adalah suatu tipe gangguan somatoform yang ditandai oleh kehilangan atau kendala dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebaborganis yang jelas.
Gangguan ini dinamakan konversi karena adanyakeyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif yang direpresikanke simtom fisik. Simtom-simtom itu tidak dibuat secara sengaja atau yang disebut malingering. Simtom fisik biasanya muncul tiba-tiba dalam situasi yang penuh tekanan. Tangan seorang tentara dapat menjadi “lumpuh” saat pertempuran yang hebat, misalnya.
Dinamakan gangguan konversi karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif yang direpresikan ke simtom fisik.
Gangguan ini sebelumnya disebut neurosis histerikal atauhisteria dan memainkan peranan penting dalam perkembangan psikoanalisis Freud.
Simptom-simptom tubuh yang ditemukan dalam gangguan konversisering kali tidak sesuai dengan kondisi medis yang mengacu. Misalnyakonversi epilepsi, tidak seperti pasien epilepsi yang sebenarnya, dapatmempertahankan kontrol pembuangan saat kambuh; konversi kebutaan, orangyang penglihatannya seharusnya mengalami hendaya dapat berjalan ke kantordokter tanpa membentur mebel; orang yang menjadi “tidak mampu” berdiriatau berjalan di lain pihak dapat melakukan gerakan kaki lainnya secara normal.
Etiologi
−Teori psikoanalisis,(1895/1982), Breuer dan freud : disebabkan
ketika seseorang mengalami peristiwa yang menimbulkanpeningkatan emosi yang besar, namun afeknya tidak dapat diekspresikan dan ingatan tentang peristiwa tersebut dihilangkan dari kesadaran.
−Teori behavioral, Ullman&Krasner (dalam Davidson, Neale, Kring,
2004), terjadi karena individu mengadopsi simtom untuk mencapaisuatu tujuan. Individu berusaha untuk berperilaku sesuai denganpandangan mereka mengenai bagaimana seseorang dengan penyakityang mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik, akan bereaksi
B. CHRONIC FATIGUE SYNDROME
Adalah penyakit yang sangat dimengerti dan ini mungkin mengapa ada begitu banyak mitos tentang hal itu. Mungkin mitos yang paling umum adalah bahwa hal itu efektif kondisi mental, dan nama lain untuk depresi.
Keberadaan empat atau lebih gejala baru sebagai berikut:
- Sakit tenggorokan
- Gangguan memory atau konsentrasi
- Tender kelenjar getah bening
- Nyeri otot dan sendi
- Susah tidur
- Malaise
- Gejala yang meliputi kelelahan yang hebat, kelemahan, demam, sakit kerongkongan , dan simpul-simpul getah bening, kebingungan, dan depresi.
Tanda:
- Keringat malam
- Muka merah
9. PENILAIAN TERHADAP STRESOR
Stresor Kognitif afektif fisiologi Perilaku sosial Diagnosa
Bangkitan neuro endokrin nyeri pinggang, nyeri perut, susah BAB, dan menstruasi yang tidak teratur dia ceritakan dengan detail, akhir-akhir ini klien juga sering merasakan pusing dan gliyeng Sedih dan merasa membebani keluarga Perubahan pasca sinaps, hasil lab normal Terlihat memegangi perut dan pinggang Tetap bersosialisasi dengan lingkungan Nyeri kronis b.d. beban kerja
Psikologis
Percaya pada kendali pribadi (self-efficialy) Dalam pikiran klien itu seperti apa Perasaan klien bagaimana Dalam fisik terjadi apa? Perilaku yang terlihat seperti apa Bagaimana soaial masyarakatnya Penyangkalan tidak efektif b.d keraguan penilaian diri
Sosial kultural -Budaya pengalaman subjektif stress
-Perubahan iklim dunia yang emosional
- Kehidupan social klien
10. MEKANISME KOPING
Diagnosa Kemampuan personal Aset materi Dukungan sosial Keyakinan positif
Nyeri kronis b.d. beban kerja
• Tidak bisa mengontrol perasaannya/ halusinasinya
• Tidak bisa membedakan stresor nyata dan tidak nyata Ada biaya untuk berobat, transportasi Dokter yang memeriksa,
Keluarga,
Saudara Klien berkeyakinan dengan datang keklinik penyakit dalam dia akan sembuh
11. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL :
a. deskripsi umum
1. penampilan: seorang wanita 29 tahun
2. kesadaran rendah
3. perilaku dan aktifitas psikomotor: bersungguh-sungguh dalam bercerita
4. pembicaraan: bisa dengan detail dan sungguh-sungguh menceritakan keluhannya
5. sikap terhadap pemeriksa: kooperatif
b. keadaan afektif
1. mood: sulit dinilai
2. afek: tumpul
3. empati: tidak dapat dirabarasakan
c. fungsi intelektual kognitif
1. taraf pendidikan, pengetahuan umum, kecerdasan: sesuai dengan tingkat pendidikan umum
2. daya konsentrasi: baik
3. orientasi (waktu,tempat,orang): baik
4. daya ingat: baik
5. pikiran abstrak: buruk
6. bakat kreatif: tidak ditelusuri
d. gangguan persepsi
1. halusinasi: tidak ada
2. ilusi: tidak ada
3. depersonalisasi dan derealisasi: tidak ada
e. proses berfikir
1. arus pikiran
a. produktifitas: ada
2. isi pikiran
a. gangguan pikiran: delusion of influence
merasa nyeri pinggang, nyeri perut
12. PENANGANAN
Farmakologi
Obat transquilizer dan psikotropika
Obat ansietas
Obat anti depresan
No KELAS Nama obat (generic) Dosis (MG) Paruh waktu (jam)
1. Benzodiazepine short-acting Triazolan (Halcion) 0,125-0,5 3
2. Benzodiazepine intermediate Lorazepam (Ativan) 1-6 14
Temazepan (Restoril) 7,5-30 8
Estazolam (Prosom) 1-4 16
3. Benzodiazepine long-acting Flurazepam (Dalmane) 15-30 100++
Quazepam (Doral) 7,5-15 39
4. non-Benzodiazepine Zaleplon (Sonata) 5-10 1-2,5
Zolpidem (ambien) 5-10 1-2,5
5. Antidepresant Trazodone (Desyrel) 50-200 4
6. Antihistamine Diphenhydramine(Benadryl) 50 Belum diketahui
Non farmakologi
Gngguan dismorfik tubuh
Pengobatan: terapi perilaku kognitif membantu pasien mengidentifikasi dan menantang gangguan presepsi tubuh dan gangguan berfikir kritis, terutama menghadapi pemajanan yang terarah dan pencegahan respon.
Gangguan hipokondriasis
Pengobatan: terapi perilaku kognitif terbukti bermanfaat dalam mengoreksi informasi yang salah dan keyakinan yang berlebihan, juga menunjukan proses kognitif yang mempertahankan rasa sakit akan penyakit pada hipokondria.
Gangguan nyeri
Pengobatan: perilaku kognitif individu dan kelompok mengurangi distres yang berhubungan dengan nyeri dan disabilitas. Anti depresan mengurangi intensitas nyeri.
Gangguan tidur
Pengobatan:benzodiazepin dan zolpidem biasanya mengurangi awetan tidur 15-30 menit, mengurangi jumlah waktu bangun pada tingkat absolut 1-3 kali per malam dan meningkatkan total tidur sekitar 15-45 menit.
13. DIAGNOSA MEDIS
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi :
F.45.0 gangguan somatisasi
F.45.1gangguan somatoform tak terperinci
F.45.2 gangguan hipokondriasis
F.45.3disfungsi otonomik somatoform
F.45.4gangguan nyeri somatoform menetap
F.45.8gangguan somatoform lainnya
F.45.9gangguan somatoform YTT
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari
PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.
Pada bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah
gangguian somatisasi dan hipokondriasis
14. ASKEP
PENGKAJIAN
- Data subjectif
o Klien mengeluh nyeri pinggang
o Nyeri perut
o Susah BAB
o Menstruasi tidak teratur
o Merasa pusing dan gliyeng pagi hari
- Data objectif
o Tidak ada nilai yang menyimpang dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium
- Faktor predisposisi
• Faktor biologi
Emosi dikaitkan dengan bangkitan sistem neuroindokrin melalui pelepasan kortikosteroid, aksi sistem neurotransmiter, dan perubahan reseptor pascasinaptik dalam berespon terhadap stres.
Faktor genetik terbukti mempengaruhi prevalensi beberapa gangguan psikofisiologis
Psikoimunologi mengkaji hubungan antara jiwa dan sistem imun
• Faktor psikologis
Kepribadian tipe A mewakili hubungan tipe kepribadian dengan gangguan fisiologis, dalam hal ini penyakit jantung.
Penyakit fisik dapat terjadi tanpa disertai keruskan organik
• Faktor sosiokultural
Keparahan gejala pada individu dipengaruhi oleh aspek lingkungan sosial dan budaya
Faktor presipitasi
• Faktor biologis
Penyakit psikofisiologis diakibatkan akumulasi kejadian kecil yang menimbulkan setres.
DX TUJUAN INTERVENSI
- Nyeri kronis b.d. beban kerja
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, rasa nyeri klien berkurang
Kriteria hasil :
Individu akan :
1. Mengungkapkan bahwa orang lain mengesahkan nyeri itu ada
2. Melakukan tindakan penurun nyeri noninvasive yang di pilih untuk menangani nyeri.
Mengungkapkan adanya kemajuan dan peningkatan aktivitas sehari-hari seperti yang di buktikan 1. Kaji pengalaman nyeri individu : tentukan intensitas nyeri pada saat terburuk dan terbaik.
2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi ketakutan.
3. Ungkapkan penerimaan anda tentang respon terhadap nyeri.
4. Kaji keluarga untuk mengetahui adanya kesalahan konsep tentang nyeri atau penanganannya.
5. Berikan individu kesempatan untuk istirahat selama siang dan dengan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari.
6. Berikan infomasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada keluarga.
7. Kaji pengaruh nyeri kronis pada kehidupan individu melalui individu dan keluarga.
8. Jelaskan hubungan antara nyeri kronis dan depresi
- Penyangkalan tidak efektif b.d. keraguan penilaian diri
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,
Criteria hasil :
Individu akan :
1. Mengidentifikasi ketakutan atau ansietas
2. Mengekspresikan rasa berharap
3. Menggunakan mekanisme koping alternative
1. Berikan kesempatan individu untuk menceritakan ketakutan dan ansietas
2. Bantu dalam menurunkan tingkat ansietas
3. Hindari mengkonfrontasi individu yang menggunakan menyangkal
4. Gali interpretasi terhadap situasi bersama individu dengan hati-hati
5. Berikan pujian positif untuk setiap pengekspresian dari dalam
6. Libatkan dalam kelompok sesi sehingga orang lain dapat menceritakan pandangannya tentang situasi
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memilikigejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapatditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gambaran yang penting dari gangguansomatoform adalah adanyagejala fisik, pada mana tak ada kelainan organik ataumekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebutterdapat bukti positif atau perkiraanyang kuat bahwa gejala tersebut terkait denganadanya faktor psikologis ataukonflik.
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejalafisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudahberkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwatidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi :gangguan somatisasi, gangguan somatoform tak terperinci, gangguanhipokondriasis, disfungsi otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoformmenetap, gangguan somatoform lainnya, dan gangguan somayoform YTT.Sedangkan pada DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awaldari PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
___. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. 2001. Media Aesculapicus : Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Kaplan, B.J., Sadock, V.A, 2007, Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry :
Behavioral
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan.
Airlangga University Press : Surabaya
Nevid, J.S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilid I.Edisi 5. PenerbitErlangga :
Jakarta
Pardamean E. 2007. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka
Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia : Gangguan Somatoform. Ikatan
Dokter Indonesia Cabang Jakarta Barat.
Tomb, D. A. 2004.Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. EGC : Jakarta