Selasa, 25 Oktober 2011

TUGAS PRAKTIKUM ASUHAN NEONATUS , BAYI, DAN ANAK BALITA II MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT “ DISENTRI “

Dosen Pembimbing : Evi Nurhidayati, M.Keb





Disusun oleh :
Atik Maria Hari Pertiwi
090105186


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus-menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. (J. Kopecko, 2005)

Disentri basiler yaitu gangguan pada radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja, lendir bercampur darah. (R. Linggappa, 1997)

Disentri basiler adalah infeksi usus yang menyebabkan diare hebat. Infeksi melalui tinja orang terinfeksi,juga bisa ditularkan melalui kontak mulut ke dubur atau dari makanan,benda-benda atau alat lain. (R.Butterton, 2005)

B. ETIOLOGI
 Bakteri (Disentri basiler)
a. Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
b. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
c. Salmonella
d. Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
 Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun

C. TANDA DAN GEJALA
a. Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
b. Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
c. Muntah-muntah.
d. Anoreksia.
e. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
f. Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

D. PATOFISIOLOGI
Penularan : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi
Mikro Organisme mengalami kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal invasi ke sel epitel mukosa usus kemudian terjadi multiplikas menyebabkan penyebaran intrasel dan intersel memproduksi enterotoksin sehingga ↑ cAMP dan hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi). Memproduksi eksotoksin (Shiga toxin) dan sitotoksik terjadi infiltrasi sel radang mengalami nekrosis sel epitel mukosa berkembang menjadi ulkus-ulkus kecil menuju eritrosit dan plasma keluar ke lumen usus sehingga tinja bercampur darah. Mengalami invasi ke lamina propia dan bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1)


E. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia.
3. Kejang
4. Protein loosing enteropathy
5. Sepsis dan DIC
6. Sindroma Hemolitik Uremik
7. Malnutrisi/malabsorpsi
8. Hipoglikemia
9. Prolapsus rektum
10. Reactive arthritis
11. Sindroma Guillain-Barre
12. Ameboma
13. Megakolon toksik
14. Perforasi lokal
15. Peritonitis

F. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan :
1. Pemeriksaan tinja
 Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja
 Benzidin test
Test benzidin adalah suatu test penyaring untuk darah samar ( Yang tidak terlihat ).
Prinsip test ini adalah :
Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.
Hasil:
Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas saring.
Dari refrensi, test ini dapat digunakan utk mencari tau apakah ada perdrhan di saluran pencernaan akibat mikroba, parasit cacing dll.
Prosedur pemeriksaan,
Penderita yang akan diperiksa, disarankan tdk mengkonsumsi protein hewani sehari sebelum pemeriksaan, karena bisa berikan false positif. Keesokan harinya, faeses penderita diperiksa dengan test benzidin. Bila positif bisa diperkirakan terjadi proses perdarahan yang tidak terlihat. Hal ini bisa karena amoeba, parasit ascaris lumbricoides, cacing pita, taenea saginatta dan lainnya yang melukai usus.
 Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .
2. Biakan tinja :
 Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
3. Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), terkadang dapat ditemukan leukopenia.

G. TERAPI YANG DIBERIKAN
a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b. Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit.
c. Antibiotika
Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian.
Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari
Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan plasebo10.
Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal. pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.
d. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.








DAFTAR PUSTAKA

Kamus Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2001

Dharma, Andi Pratama. Buku Saku Diare Edisi 1. Bandung : Bagian/SMF IKA FK-UP/RSHS; 2001

Behrman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. UK : Saunders; 2004

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Jakarta : Bagian IKA FK-UI; 1998.

Gandahusada, Srisasi, et al. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2000.

Kumpulan catatan kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2004-2005.

Lengkong, John B. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure) Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta; 2004.

A, Dini, et al. Pengaruh Pemberian Preparat Seng Oral Terhadap Perjalanan Diare Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004

Nafianti, Selvi, et al. Efektivitas Pemberian Trimetoprim-Sulfametoksazol pada Anak dengan Diare Disentri Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004

Cahyono, Haryudi Aji, et al. Manipulasi Perjalanan Diare Pada Anak dengan Bakteri Hidup, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta. FK-UI; EGC. 2007.









ASUHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT “DISENTRI”
DI BPS KASIH IBU
Jl. Titi Bumi Timur No. 07 Banyuraden, Gamping

NO. REGISTER : 101010
MASUK RS/BP TANGGAL, JAM : 5 Mei 2011, pukul 09.00 WIB
DIRAWAT DI RUANG : Ruang Pemeriksaan
PENGKAJIAN DATA, Oleh : Bidan C Tanggal/jam : 5 Mei 2011, pukul 09.00 WIB
SUBYEKTIF
Biodata Anak Ayah Ibu
1. Nama : Mb Nn. YH Ny. KJ
2. Umur : 15 bulan 26 tahun 24 tahun
3. Agama : islam Islam Islam
4. Suku Bangsa : jawa Jawa Jawa
5. Pendidikan : - S1 D3
6. Pekerjaan : - PNS PNS
7. Alamat : Desa Tambah Dadi, kec. Purbolinggo
8. No. Telp : 081234567xxx 081234566xxx

DATA SUBYEKTIF
1. Alasan kunjungan saat ini
Ibu ingin memeriksakan keadaan anaknya.

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya panas, muntah-muntah, tidak nafsu makan, sering BAB berdarah sejak 3 hari yang lalu.
3. Riwayat Perkawinan
a. Kawin : 1 kali syah, dengan suami yang sekarang.
b. Usia Kawin : ibu usia 24tahun, suami 26 tahun .
c. Lama perkawinan : 2 tahun
4. Riwayat Obstetri (Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu)
G1P1A0AH1
Anakn ke- Persalinan Nifas
Lahir Umur khamilan Jns prsalinan penolong komplikasi JK BB Lahir Laktasi Komplikasi
1 26/01/2010 aterm normal bidan Tidak ada L 3000 gr Ya Tidak ada

5. Riwayat Persalianan yang lalu :
Tanggal persalinan : 26 januari 2010 pukul 10.30 WIB
Tempat persalianan : BPS Kasih ibu
Jenis persalinan : spontan/normal
Penolong : Bidan C
6. Keadaan Balita
Lahir tanggal : 26 januari 2010 pukul 10.30 WIB
BB/PB : 3000 gram/ 50 cm
Jenis kelamin : laki-laki
Pola tidur : tidur siang 3 jam, malam 8 jam
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
• Pola nutrisi
Frekuensi menyusui : 3-4 x/ hari ditambah susu formula
Durasi : 10 menit
Masalah pada bayi : bayi tidak mau menyusu
• Pola eliminasi
BAK : 2-7 kali/hari
 Konsistensi : cair
 Warna : kuning jernih
 Bau : khas urine .
BAB : 6-7 kali/hari
 Konsistensi : cair
 Warna : kuning kemerahan
 Bau : khas feces
• Aktifitas : bayi rewel, lemas, tidak mau menyusu
• Personal hygiene : mandi 2 kali sehari, ganti celana ketika basah, ganti baju setelah mandi.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Umum
a. keadaan umum : terlihat lemas kesadaran: compos mentis
b. Tanda vital
tekanan darah : 80/60 mmHg
nadi : 130 x/menit
pernafasan : 35 x/menit
suhu : 39oC


a. Antropometri
BB/TB : 9 kg/ 75cm
LK : 46 cm
LD : 48 cm
B. Pemeriksaan Fisik (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi)
a. Kepala dan Leher
oedem wajah : tidak ada
mata : sklera putih, konjungtiva pucat
mulut : bersih tidak ada caries gigi
leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan pelebaran vena jugularis
b. Payudara
Bentuk : simetris
Benjolan : tidak ada
Putting susu : menonjol
Pengeluaran : tidak ada
Keluhan : tidak ada
c. Abdomen
Bekas luka : tidak ada

d. Tangan dan Kaki
Oedem : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflek Pattela : kanan (+) Kiri (+)
Kuku : bersih


e. Genetalia Luar
Oedem : tidak dilakukan pemeriksaan
Varices : tidak dilakukan pemeriksaan
Bekas Luka : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Anus : tidak ada hemoroid
2. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
darah, tanggal: tidak dilakukan
urine, tanggal: tidak dilakukan
b. Pemeriksaan Penunjang lainnya: tidak dilakukan
c. Catatan medic lainnya
riwayat imunisasi : lengkap
riwayat pemberian vitamin A : 1 kali

ASSESMENT
Bayi Mb umur 15 bulan dengan disentri.

PLANNING Tanggal/Jam: 5 mei 2011, 11.30 wib
1. Menjelaskan kepada ibu tentang keadaan hasil pemeriksaan:
tekanan darah : 80/60 mmHg
nadi : 130 x/menit
pernafasan : 35 x/menit
suhu : 39oC
ibu mengerti tentang penjelasan bidan.
2. Memberikan KIE kepada ibu bahwa anak menderita disentri.
Ibu mengerti penjelasan bidan.
3. Memberi KIE tentang nutrise dan kebersihan makanan.
Ibu mengerti penjelasan bidan.
4. Memberikan KIE kepada ibu untuk menjaga pola istirahat pada anaknya.
Ibu mengerti penjelasan bidan.
5. Memberikan antibiotik amokcicilin syrup 12,5 ml/hari atau 2,5 sendok takar.
Bidan sudah memberikan antibiotik.
6. Menasihati ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera minimal 2 hari setelah periksa.
Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang dua hari yang akan datang.
Powered by Blogger