Jl. Suronatan Yogyakarta
Di susun oleh :
Arifiati hidayah 090105194
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, tertinggi di ASEAN 20 per 1000 kelahiran hidup. (SUSENAS Depkes RI, 2004). Sedangkan di Rumah Sakit RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2008 angka kematian (1 tahun) terdapat 82 kasus salah satunya disebabkan oleh Ikterus Neonatorum. Dalam upaya mewujudkan visi “Indonesia Sehat 2010”, maka salah satu tolok ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kern ikterus).
Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa normal.
Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek. Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500 g atau usia gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupannya. Data epidemiologi yang ada menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya. Pada kebanyakan kasus ikterus neonatorum, kadar bilirubin tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Sebagian besar tidak memiliki penyebab dasar atau disebut ikterus fisiologis yang akan menghilang pada akhir minggu pertama kehidupan pada bayi cukup bulan. Sebagian kecil memiliki penyebab seperti hemolisis, septikemi, penyakit metabolik (ikterus non-fisiologis) ( Diakses dari smallcrab.com. 7 Juli 2009). BAB II TINJAUAN TEORI 1. Pengertian ikterus Pengertian ikterus (‘jaundice’) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit (terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum biliribun > 2 mg/dL (> 17 mmol/L), sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum biliribun > 5 mg/dL (> 86 mmol/L).
2. Klasifikasi
Ikterus dapat dibagi menjadi ikterik fisiologis dan ikterik patologis.
a. Ikterik fisiologis
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara lain ke 5-7 kehidupan. Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus “fisiologis” dan diduga sebagai akibat hancurnya sel darah merah janin yang disertai pembatasan sementara pada konjugasi dan ekskresi bilirubin oleh hati.
Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih lama, pada umumnya mengakibatkan kadar yang lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung pada waktu yang diperlukan oleh bayi preterm mencapai pematangan mekanisme metabolisme ekskresi bilirubin. Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan kadang-kadang ikterus ditemukan setelah hari ke-10.
Diagnosis ikterus fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyebab ikterus berdasarkan anamnesis dan penemuan klinik dan laboratorium. Pada umumnya untuk menentukan penyebab ikterus jika :
1. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl/24 jam.
3. Kadar bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan lebih besar dari 14 mg/dl pada bayi preterm.
4. Ikterus persisten sampai melewati minggu pertama kehidupan, atau
5. Bilirubin direk lebih besar dari 1 mg/dl. (4,5,8)
b. Ikterik Patologis
Ikterus patologis mungkin merupakan petunjuk penting untuk diagnosis awal dari banyak penyakit neonatus. Ikterus patologis dalam 36 jam pertama kehidupan biasanya disebabkan oleh kelebihan produksi bilirubin, karena klirens bilirubin yang lambat jarang menyebabkan peningkatan konsentrasi diatas 10 mg/dl pada umur ini. Jadi, ikterus neonatorum dini biasanya disebabkan oleh penyakit hemolitik.
3. Etiologi
Penyebab ikterik dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan.
b. Gangguan dalam proses pengambilan dan konjugasi hepar dapat disebabkan oleh imaturitas hepar. Kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, hipoksia, gangguan fungsi hepar akibat asidosis dan infeksi.
c. Gangguan dalam transportasi metabolisme, bilirubin dalam darah terikat dalam albumin. Kemudian diangkat ke hepar. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas. Yang bebas dalam darah yang mudah melekat pada otak.
d. Gangguan dalam ekskresi dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
e. bayi yang mengalami ikterus neonatorum dalam 1 minggu pertama kehidupannya, terutama pada bayi kecil (berat lahir kurang dari 2500 gram).
4. Pencegahan
a. Pengawasan antenatal yang baik.
b. Menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan ikterik bayi pada masa kehamilan dan kelahiran.
c. Mencegah dan mengobati hipoksia pada jenis dan neonatus.
d. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
e. Iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir yaitu hepatitis B dimulai 0-7 hari pertama.
f. Pemberian makanan yang dini dan pencegahan infeksi.
5. Jenis – jenis ikterus nenonatal
a. Ikterus Hemolitik yang Berat
1) Inkompatibilitas Rhesus
2) Inkompatibilitas ABO
3) Ikterus hemolitik karena inkompatibilitas golongan darah lain
4) Penyakit hemolitik karena kelainan eritrosit kongenital
5) Hemolisis karena defisiensi enzim glukosa-6-phospate dehidrogenase (G-6 PO deficiency).
b. Ikterus Obstruktika
1) Hepatitis Neonatal
2) Hepatitis Virus
c. Ikterus yang disebabkan oleh hal – hal
1) Pengaruh hormon atau obat.
2) Hipoalbuminemia
3) Adanya obat atau zat kimia yang mengurangi ikatan bilirubin tidak langsung pada albumin, misalnya sulfafurazole, salisilat dan heparin.
4) Sindroma Crigler-Najjar ialah suatu penyakit herediter yang bersifat resesif.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI UMUR 1 HARI DENGAN IKTERUS
DI BPS CINTA IBU
Jl. Suronatan Yogyakarta
No. Register : 123456
Tanggal / jam : 5 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
Tempat : BPS Cinta Ibu
I. DATA SUBYEKTIF
IDENTITAS ANAK ISTRI SUAMI
Nama An. Ny Rina Amalia Ny Rina Amalia Tn Rudi Prabowo
Umur 1 hari 20 tahun 25tahun
Agama Islam Islam Islam
Suku/Bangsa Jawa indonesia Jawa indonesia Jawa indonesia
Pendidikan - SMA Sarjana Teknik
Pekerjaan - - PNS
Alamat Jl. Suronatan No.22 Jl. Suronatan No.22 Jl, Suronatan No.22
No. telp. - 081335336337 081335446556
1. Alasan kunjungan
Ibu ingin memeriksakan kondisi kesehatan anaknya
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh bahwa warna kulit anak berubah menjadi kuning
3. Riwayat perkawinan
Ibu menikah umur 19 tahun suami 24 tahun, perkawinan yang pertama, lama perkawinan 1 tahun
4. Riwayat Obstetri :
P1 A0 AH1
Hamil ke Persalinan Nifas
Lahir UH Jenis persalinan Penolong Komplikasi JK BB lahir Laktasi Komplikasi
1 Preterm 36+3 mg Spontan pervaginam Bidan - perempuan 2700gr Tidak lancar -
5. Riwayat persalinan ini :
Tanggal persalinan : 5 Mei 2011 jam : 06.00 WIB
Tempat persalinan : BPS CINTA IBU
Jenis persalinan : Normal pervaginam
Penolong : bidan
6. Keadaan bayi baru lahir
Lahir tanggal : 2 Mei 2011 jam :06.00 WIB
BB/PB lahir : 2700 gr/49cm
Jenis kelamin : perempuan
Pola tidur : bayi tidur selama 16 jam dan terbangun setiap 6 jam
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari :
• Pola nutrisi
Frekuensi menyusui : setiap 6 jam sekali
Durasi : 5-8 menit
Masalah pada ibu / bayi : menyusu tidak efektif karena posisi dan pelekatan yang salah
• Pola Eliminasi bayi :
BAB BAK
Frekuensi 3x/hari 6-10x/hari
Warna Kehitaman Kuning
Bau Khas Khas
Konsistensi Lembek Cair
Jumlah Sedikit Normal
8. Pola Aktivitas :
Bayi tidur lama 16 jam dan hanya bergerak pada waktu bangun, bayi bangun setiap 6 jam.
9. Personal Hygiene : pada perawatan bayi ini yaitu merawat tali pusat, eliminasi (BAK, BAB), kebersihan kulit.
Mandi : 2x sehari, ganti baju 3x/hari
10. Istirahat bayi : Bayi tidur kira-kira 16 jam terbangun bila BAK dan menyusu
11. Riwayat Post partum :
Pola pemenuhan sehari-hari
• Pola tidur dan istirahat : Ibu tidur siang selama 2 jam, tidak ada keluhan
• Pole eliminasi
BAB BAK
Frekuensi 1x /hari 4x/hari
Warna Kuning kecoklatan Kuning
Bau Khas Khas
Konsistensi Lembek Cair
Jumlah Normal Normal
• Pola nutisi:
Makan Minum
Frekuensi 3x/hari 8x/hari
Macam Nasi, soup, tempe, buah Teh, air putih, minuman isotonik
Jumlah 1 porsi sedang 1 liter
Keluhan Tidak ada Tidak ada
12. Riwayat kesehatan
Ibu dan keluarga tidak punya riwayat penyakit kuning, jantung, DM, hipertensi, penyakit keturunan, cacat bawaan, dan riwayat kembar.
13. Pola Aktivitas : mengurus anak, memasak, mencuci
14. Personal Hygiene : ibu mandi 2x/hari, keramas 2x seminggu, gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian dalam 2x, ganti pembalut 3x sehari
15. Istirahat dan tidur : ibu mengikuti pola tidur bayi
16. Pengalaman menyusui :
Posisi : Perlekatan benar, posisi benar, menyusu efektif
Durasi : 10-15 menit
Perawatan payudara : dilakukan
Masalah : Menyusu efektif karena posisi dan perlekatan sudah benar.
17. Riwayat Psikososial Spiritual :
- Ibu, suami dan keluarga sangat menerima kehadiran bayi
- Pada waktu nifas suami dan keluarga mendampingi
- Ibu berencana merawat bayinya sendiri
- Ibu cemas karena warna kulit bayinya kuning
II. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Terlihat kuning pada muka dan leher
Kesadaran : compos mentis
b. Tanda vital
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Frekuens jantung : 130x /menit
Suhu : 36,7oC
Pernapasan : 50x /menit
c. Antropometri
BB / TB : 2700 gram / 49 cm
LK : 33 cm
LD : 31 cm
Lila : 10 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : mesosefal, UUK datar, tidak ada moulase
Muka : simetris, warna kuning
Mata : simetris, sklera kuning, konjungtiva agak pucat, tidak juling, reflek cahaya (+)
Hidung : ada septum, tidak ada polip
Mulut : simetris, tidak ada labiopalatiskizis atau labioskizis, tidak ada sianosis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, vena jugularis, kelenjar limfe, dan warna kulit leher kuning.
b. Dada : simetris, tidak ada fraktur clavicula, tidak ada pembesaran, puting menonjol. Frekuensi jantung : 130x/menit
c. Abdomen : simetris, tali pusat warna kebiruan, tidak ada pus, tidak ada
penonjolan tali pusat sehingga tidak ada kecurigaan hernia umbilikalis, tidak ada kecurigaan hernia diafragmatika.
d. Genital : ada labia mayor dan labia minor (labia mayor menutupi labia minor) lubang uretra, lubang vagina
e. Anus : sudah mengeluarkan BAB, berarti terdapat lubang anus.
f. Ekstremitas : simetris, jumlah jari lengkap, tidak ada sindaktili maupun polidaktili, tidak ada sianosis.
g. warna kulit : tidak ada bercak dan tanda lahir, warna kulit keseluruhan kemerahan kecuali muka dan leher kuning ( Derajat kremer 1)
3. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan
c. Catatan medik lain :
Riwayat imunisasi : sudah diberi imunisasi Hepatitis B 1 jam setelah lahir
Riwayat pemberian vitamin K1 : sudah diberi vit K1
III. ASSASMENT, tanggal 5 Mei 2011 pukul 20.15 WIB
Seorang bayi Ny R umur 4 hari, lahir spontan dengan ikterus sedang
IV. PLANNING, tanggal 5 Mei 2011 pukul 20.20 WIB
1) Menyampaikan pada ibu dan suami bahwa bayinya mengtalami ikterus berat
- Ibu dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2) Memberikan dukungan emosional kepada ibu dan suami agar tetap tenang mengahadapi ini supaya kondisinya tidak menurun pasca melahirkan.
- Ibu bersedia agar selalu tenang agar kondisinya tidak menurun
3) Mencegah agar gula darah tidak turun dengan cara ibu diminta tetap menyusui bayinya dan pandu untuk menyusui bayi dengan posisi dan pelekatan yang benar, agar menyusu efektif.
- Ibu mengerti dan mau menyusui bayinya dengan posisi dan pelekatan yang sudah benar.
4) Nasehati cara menjaga bayi agar tetap hangat dengan cara mengeringkan bayi segera setiap kali bayi basah terkena air atau air kencing dan tinja bayi, membungkus bayi dengan kain kering dan hangat, beri tutup kepala pada bayi.
- Ibu mengerti dengan nasehat yang diberikan bidan dan mau melakukan apa yang dianjurkan bidan untuk menjaga kehangatan bayinya.
5) Menganjurkan kepada ibu agar menjemur bayinya setiap pagi dengan bayi telanjang ± 1,5 jam.
- Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan melakukan anjuran bidan.
TTD
(Bidan)