
Mereka sepakat untuk mengundi, siapa yang namanya keluar dialah yang mencari makan. Muncullah nama Muhammad bin Khuzaimah dalam undian tersebut. Beliaupun berkata, “Beri aku waktu untuk berwudhu dan shalat istikharah”. Kemudian segera beliau shalat istikharah.
Saat-saat itulah, dalam redup sinar lilin yang menereangi mereka, tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Seorang utusan dari penguasa Mesir dating. Setelah mereka membuka pintu, utusan itupun turun dari tunggangannya.
Sang utusan bertanya, “Siapa diantara kalian yang bernama Muhammad bin Nashr?” “Ini dia,” sahut salah seorang dari mereka. Utusan itupun mengeluarkan sekantong uang, berisi lima puluh dinar. Diserahkan kepada Muhammad bin Nashr.
Kemudian bertanya lagi, “Siapa diantara kalian bernama Muhammad bin Jarir?’ Mereka menjawab, “ini dia”. Demikian semuanya mendapat lima puluh dinar dari penguasa Mesir.
Setelah itu, utusan tersebut bercerita, “Kemarin, Amir tidur siang menjelang Zhuhur. Dalam tidurnya ia bermimpi. ‘Bebereapa Muhammad melipat perut karena lapar. Berilah mereka kantong-kantong uang ini”. Sang Amir meminta kalian atas nama Allah, apabila uang ini habis, utuslah salah saeorang kaian kepadanya. (Thabaqat Asy Syafi’iyah2/251 dari Majalah Qudwah Edisi 5 Vol. 01 1434 H)