Jumat, 01 Februari 2013
Kisah UANG Rp 1.000 dan Rp 100.000
Uang Rp 1.000 dan Rp 100.000 sama-sama terbuat
dari kertas, sama-sama dicetak dan diedarkan oleh
Bank Indonesia (BI).
Ketika bersamaan mereka keluar dan berpisah dari
Bank dan beredar di masyarakat, 4 bulan
kemudian mereka bertemu lagi secara tidak
sengaja di dalam dompet seorang pemuda.
Kemudian diantara kedua uang tersebut terjadilah
percakapan
:
Yang Rp 100. 000 bertanya kepada Rp 1.000,
'Kenapa badan kamu begitu lusuk, kotor dan bau
amis?
Rp 1.000 menjawab, 'Karena aku begitu keluar dari
Bank langsung ditangan orang-orang bawahan dari
tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan
ditangan pengemis.
Lalu Rp 1.000 bertanya balik kepada Rp 100.000,
'Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan
masih bersih?'
Dijawabnya, 'Karena begitu aku keluar dari Bank,
langsung disambut perempuan cantik, dan
beredarnya pun di restoran mahal, di mall dan
juga hotel-hotel berbintang serta keberadaanku
selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet.'
Lalu Rp 1.000 bertanya lagi, 'Pernahkah engkau
mampir di tempat ibadah?'
Dijawablah, 'Belum pernah'
Rp 1.000 pun berkata lagi, 'Ketahuilah walaupun
aku hanya Rp 1.000, tetapi aku selalu mampir di
seluruh tempat ibadah, dan ditangan anak-anak
yatim piatu dan fakir miskin bahkan aku selalu
bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang
bukan sebuah nilai, tetapi adalah sebuah manfaat.'
Akhirnya menangislah Rp 100.000 karena merasa
besar, hebat, tinggi tetapi tidak begitu bermanfaat
selama ini.
----------------------
PESAN :
Jadi bukan seberapa besar penghasilan kita, tetapi
seberapa bermanfaat penghasilan kita pakai untuk
ke jalan yang benar. Karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan.
Semua TUHAN sediakan semata untuk kebahagiaan sesama manusia untuk memuliakan nama-Nya yang kudus.
AMEN. Tuhan Yesus beserta kita selamanya.