A. Pengertian Obat
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit.
Menurut undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
B. Pengertian Obat Secara Khusus
1. Obat Jadi
Obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria, cairan salep atau bentuk lainnya yang mempunyai teknis sesuai dengan F1 atau buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah.
2. Obat Paten
Yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang dikhususkannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
3. Obat Baru
Yaitu obat yang terdiri atas atau berisi zat yang berkhasiat ataupun tidak berkhasiat, misalnya lapisan pengisi, pelarut, pembantu, atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
4. Obat Asli
Yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alami Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
5. Obat Tradisional
Yaitu obat yang didapat dari bahan alam (Mineral, tumbuhan, atau hewan) terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
6. Obat Esensial
Yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam daftar obat esensial (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI
7. Obat Generik
Yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam F1 untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
C. Sejarah Munculnya Obat
a. Obat-obatan pada Masa Awal Sejarah
Bahan obat-obatan dalam bentuk tumbuh-tumbuhan dan mineral telah ada jauh sebelum keberadaan manusia. Penyakit-penyakit yang diderita manusia dan naluri dari manusia untuk mempertahankan hidupnya telah memicu berbagai penemuan-penemuan obat, walaupun dalam bentuk yang sederhana. Sebagai contoh, naluri orang-orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka adalah dengan merendamnya pada air dingin atau menempelkan daun segar pada luka. Anggapan bahwa penyakit disebabkan oleh masuknya roh jahat ke dalam tubuh penderita. Pengobatan biasanya dilakukan dengan cara mengusir pengganggu yang masuk dari tubuh penderita. Dari sejarah diketahui bahwa cara pengobatan seperti ini memakai mantra, penggunaan bunyi-bunyian dan pemberian ramuan tumbuh-tumbuhan.
b. Obat-obatan pada Masa Manusia Mengenal Tulisan
Ahli arkeologi menemukan tablet kuno dan tulisan-tulisan pada batu tentang dokumen ilmu kedokteran dan farmasi yang ditulis pada sekitar tahun 3000 sebelum masehi. Penemuan yang paling terkenal adalah Papyrus Ebers, suatu kertas yang panjangnya 60 kaki dan lebarnya 1 kaki pada abad ke-16 sebelum masehi di kuburan mumi oleh George Ebers, seorang Mesir berkewarganegaraan Jerman. Isi dari Papyrus Ebers menguraikan lebih dari 800 formula atau resep dan menyebutkan sekitar 700 obat-obatan. Obat-obatan tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan beberapa obat berasal dari mineral dan hewan.
Pada masa itu bahan pembawa yang digunakan dalam sediaan adalah anggur, susu, madu dan bir. Lumpang, penggilingan tangan, ayakan dan timbangan biasa telah digunakan oleh orang Mesir untuk membuat suppositoria, obat kumur, pil, obat hisap, lotion, salep mata dan plester. Jadi pada masa tersebut, pembuatan obat-obatan masih sangat tradisional dan tidak efisien, selain itu hasilnya pun menjadi kurang efektif (misalnya untuk membuat obat jantung hanya bisa dibuat infus dari daun digitalis).
Di masa modern ini dengan semakin berkembangnya teknologi pembuatan obat (misalnya ekstraksi, timbangan elektrik yang peka, mesin tablet dan lain-lain) maka banyak ditemukan obat-obat baru yang lebih manjur, tidak beracun dan mudah dipakai.
D. Penggolongan Obat
Macam-macam penggolongan obat:
1. Menurut kegunanaan obat
a. Untuk menyembuhkan (terapetik)
b. Untuk mencegah (profilaktit)
c. Untuk mencegah (diagnostik)
2. Menurut cara penggunaan Obat
a. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral beretiket putih
b. Medicamentum ad usum externum (pemakaina luar) memakai implantansi, injeksi, membrane mukosa, rectal, vaginal, nasal, ophtalmic, aurial, collucio/gargarisma, gargle, beretikat biru.
3. Menurut cara kerjanya
a. Local : obat yang bekerja pada jaringan setempat seperti pemakaian topical
b. Sistemik : obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh melalui oral.
4. Menurut undang-undang
a. Narkotik (obat bius atau daftar O=Optium) merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK dan dapat menimbulkan ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang sangant merugikan masyarakat dan individu jika digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter. Misalnya candu, opium, morfin, petidin, metadon, kodein dll.
b. Psikotropika (obat berbahaya) merupakan obat yang mempengaruhi proses mental, merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran, perasaan atau kelakuan orang. Misalnya golongan ekstasi, diazepam, barbital/luminal.
c. Obat keras adalah semua obat yang :
a) Mempunyai takaran atau dosis maksimum (DM) atau yang tercantum dalam daftar obat keras yang ditetapkan pemerintah
b) Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi hitam dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya.
c) Semua obat baru kecuali dinyatakan oleh pemerintah (DepkesRI) yang membahayakan
d) Semua sediaan parenteral/ injeksi/ infuse intravena.
d. Obat Bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya dari produsen atau pabriknya dan diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam serta diberikan tanda peringatan (P No. 1 s/d P No. 6 misalnya P No. 1 Awas obat keras bacalah aturan pakainya)
e. Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak dapat membahayakan bagi si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan, diberi tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
5. Menurut sumber obat
Obat yang kita gunakan bersumber dari:
a. Tumbuhan (flora, nabati) misalnya digitalis, kina, minyak jarak
b. Hewan (fauna, hayati) misalnya minyak ikan, adeps lanae, cera
c. Mineral (pertambangan) misalnya iodkali, garam dapur, vaselin.
d. Sintesis ( tiruan/buatan) misalnya kamfer sintesis vit C.
e. Mikroba/ fungi/jamur, misalnya antibiotic (penicillin)
Sumber-sumber ini masih harus diolah menjadi sediaan kimia dan seduaan galenis, supaya lebih sederhana dan lebih mudah dalam pemakaian dan penyimpanan.
6. Menurut bentuk sediaan Obat
a. Bentuk padat : serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria.
b. Bentuk setengah padat: salep/ unguetum, krim, pasta, cerata, gel, oculenta (salep mata)
c. Bentuk cair/ larutan : potio, sirup, eliksir, obat tetes, gagarisma, injeksi infuse intravena, douce, lotio, mixturae.
d. Bentuk gas : inhalasi/ spray/aerosol
7. Menurut proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh
a. Obat farmakodinamis yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia dalam tubuh. Misalnya hormone diuretic, hypnotic dan otonom.
b. Obat kemoterapetik, dalam membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil-kecilnya terhadap organism tuan rumah dan berkhaiat untuk melawan sebanyak mungkin parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat-obat neoplasma (onkolitika, sitostatika, obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini.
c. Obat diagnostic, yaitu obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit) misalnya dari saluran lambung usus (barium sulfat) dan saluran empedu (natrium iopanoat dan asam iod organic lainnya).
CARA KERJA
Mahasiswa bekerja secara berkelompok. Tiap kelompok bekerja dengan obat tertentu secara bergantian, mati tiap sediaan obat, catatlah:
a. Nama obat (merk dagang)
b. Nama generik (zat berkhasiat/isi obat)
c. Jumlah dosis kandungan obat
d. Bentuk sediaan jadi
e. Ciri-ciri fisik (warna, baud an lainnya)
f. Cara penggunaan (p.o;s.c.l,dll)
HASIL PENGAMATAN
NO PENGAMATAN HASIL
1. Nama obat (merk) FENICOL
Nama generik (isi obat) Chloramphenicol, Polymyxin B sulfate
Jumlah dosis (mg/g) Setiap gr:
Chloramphenicol 10 mg
Polymyxin B sulfate 5.000 IU
Bentuk sediaan Salep mata
Ciri – ciri fisik Berwarna putih, lengket (berminyak), susah dibersihkan.
Pabrik pembuat Cendo
2. Nama obat (merk) CALADINE
Nama generik (isi obat) Diphenhydramine HCl, Calamine, Zinc Oxide, Glycerin.
Jumlah dosis (mg/g) Diphenhydramine HCl, Calamine 5 %, Zinc Oxide 10 %, Glycerin 5 %
Bentuk sediaan Lotion mukosa
Ciri – ciri fisik Lembut, berwarna pink, harum, mudah dicuci.
Pabrik pembuat Yupharin.
3. Nama obat (merk) OSTEOCAL
Nama generik (isi obat) Ca Carbonate
Jumlah dosis (mg/g) Ca Carbonate 1.250 mg (setara dgn 500 mg elemen Ca)
Bentuk sediaan Tablet kunyah.
Ciri – ciri fisik Tablet berbentuk kotak, ukuran besar, bau wangi.
Pabrik pembuat Nicholas
4. Nama obat (merk) ANTASIDA
Nama generik (isi obat) Antasida
Jumlah dosis (mg/g) Tiap 5 ml suspensi mengandung alumunium hidroksida
Bentuk sediaan Suspensi oral
Ciri – ciri fisik Cair, berwarna putih keruh.
Pabrik pembuat Ferron Parmacheutical.
5. Nama obat (merk) NEBACETIN
Nama generik (isi obat) Neomycin Sulphate
Jumlah dosis (mg/g) Neomycin Sulphate 5 mg, Bacitracin 250 IU
Bentuk sediaan Serbuk topikal.
Ciri – ciri fisik Berbentuk serbuk, berwarna putih.
Pabrik pembuat PT Pharos - Jakarta
6. Nama obat (merk) SUPRADYN
Nama generik (isi obat) Vit A 3,33 IU, Vit B1 7,5mg, Vit B2 5mg, Vit B3 50 mg, Vit B5 11,6mg, Vit B6 10 mg, Vit B12 5mcg, Vit E 10 mg, d-biotin 250mg, folic acid 0,4mg,Ca 50mg,Mg 5mg, Fe 1,25mg, Copper 0,1mg, Magnese 0,5mg, Zn 0,5mg, phosphorus 45mg,Molybdenum 0,1mg
Jumlah dosis (mg/g) Tablet effervescent
Bentuk sediaan Peroral
Ciri – ciri fisik Bulat, besar, berwarna merah bata
Pabrik pembuat Bayer consumer care
7. Nama obat (merk) VENTOLIN NEBULE
Nama generik (isiobat) Salbutamol sulfate
Jumlah dosis (mg/g) Salbutamol sulfate 2,5mg
Bentuk sediaan Inhalasi
Ciri – ciri fisik Jernih, cair
Pabrik pembuat Glaxo smithKline
8. Nama obat (merk) CEDOCARD
Nama generik (isi obat) Isosorbide Dinitrat
Jumlah dosis (mg/g) Isosorbide Dinitrat 5 mg
Bentuk sediaan Tablet peroral
Ciri – ciri fisik Putih, bulat kecil, harum
Pabrik pembuat Cedona
9. Nama obat (merk) SMECTA
Nama generik (isi obat) Dioctahedral smectite
Jumlah dosis (mg/g)
Bentuk sediaan Serbuk oral
Ciri – ciri fisik Serbuk, halus
Pabrik pembuat Beaufor Ipsen
10. Nama obat (merk) ISOSORBIDE DINITRAT
Nama generik (isi obat) isosorbide dinitrat
Jumlah dosis (mg/g) isosorbide dinitrat 5mg
Bentuk sediaan Peroral
Ciri – ciri fisik Tablet bulat, putih, keras.
Pabrik pembuat Indofarma
11. Nama obat (merk) CORTIDEX
Nama generik (isi obat) Dexamethasone PO4
Jumlah dosis (mg/g) Dexamethasone Na2PO4 = 5mg Dexamethasone
Bentuk sediaan Intramuscular (IM) dan intravena (IV)
Ciri – ciri fisik Cairan putih bening
Pabrik pembuat PT. Sanbe Farma
12. Nama obat (merk) NEUROBION
Nama generik (isi obat) Thiamine HCl + Pyrodoxol HCl + Cyanocobalamin, Vitamin Neurotropik
Jumlah dosis (mg/g) Per ampul Neurobion mengandung vitamin B1 Hydrochloride 100mg, vitamin B6, Hydrochloride100 mg, vitamin B12 1.000mcg
Bentuk sediaan Injeksi IM
Ciri – ciri fisik Cairan, Putih bening
Pabrik pembuat PT. Sanbe Farma
13. Nama obat (merk) SANPICILLIN
Nama generik (isi obat) Ampicillin
Jumlah dosis (mg/g) Setelah penambahan air minum, tiap satu sendok teh (5ml) mengandung Ampicillin Trihidrat = 125mg/250mg Ampicillin Anhidrat
Bentuk sediaan Dry syrup peroral
Ciri – ciri fisik Serbuk kering berwarna putih
Pabrik pembuat PT. Sanbe Farma
14. Nama obat (merk) Otsu- MgSO4
Nama generik (isi obat) Magnesium Sulfate
Jumlah dosis (mg/g) 25 ml Contains = MgSO4 7H20 10,0 g
Bentuk sediaan Injeksi intravena dan intramuscular.
Ciri – ciri fisik Cairan bening
Pabrik pembuat PT. Otsuka Indonesia
15. Nama obat (merk) COHISTAN EXPECTORAN
Nama generik (isi obat) Glyseryl Guaicolate
Jumlah dosis (mg/g) Per 5 mL Gliseril guaicolate 50mg, chlorpeniramine malaeate 1mg
Bentuk sediaan Syrup
Ciri – ciri fisik Cair, berwarna merah.
Pabrik pembuat Medi Farma
16. Nama obat (merk) REVANOL
Nama generik (isi obat) Larutan Rivanol
Jumlah dosis (mg/g) larutan rivanol 0,1% volume 100 ml
Bentuk sediaan Cairan Topical atau cairan antiseptik
Ciri – ciri fisik cairan berwarna kuning
Pabrik pembuat Nufarindo
17. Nama obat (merk) CALCIDIN
Nama generik (isi obat) Ca phosphate, Ca lactate, Vitamin C, Vitamin D3
Jumlah dosis (mg/g) per tablet dibasic Ca phosphate 200mg, Ca lactate 100mg, Vitamin C 25mg, Vitamin D3 100 IU.
Bentuk sediaan Tablet salut
Ciri – ciri fisik Berwarna kuning, mengkilat, pipih seperti cakram.
Pabrik pembuat Otto
18. Nama obat (merk) PIL KB 1 KOMBINASI
Nama generik (isi obat) Levonorgestrel, Ethinyi Estradiol
Jumlah dosis (mg/g) Levonorgestrel 0,15 mg, ethinil estradiol 0,03mg
Bentuk sediaan Tablet salut
Ciri – ciri fisik Warna kuning, putih, rasa manis, bentuk bulat
Pabrik pembuat PT. Sunthi senturi
19. Nama obat (merk) TRUNAL DX RETRAD
Nama generik (isi obat) Tramadol Hcl
Jumlah dosis (mg/g)
Bentuk sediaan Tablet
Ciri – ciri fisik Bulat, pipih
Pabrik pembuat Ferron / Heumann
20. Nama obat (merk) DEPO MEDROL
Nama generik (isi obat) Methlylprednisolone acetate
Jumlah dosis (mg/g) AR dan OA sendi besar : 20-80 mg. sendi sedang : 10-40 mg. sendi kecil 4-10 mg
Bentuk sediaan Suspensi injeksi i.m dan i.v
Ciri – ciri fisik serbuk cair warna putih seperti susu.
Pabrik pembuat Pfizer
21. Nama obat (merk) KETRICIN
Nama generik (isi obat) Triamcinolone
Jumlah dosis (mg/g) Awal 4-8 mg/hari, tergantung dari penyakit spesifik tertentu yang sedang diobati
Bentuk sediaan Salep tropical
Ciri – ciri fisik Lengket, lembut, susah dibersihkan.
Pabrik pembuat
22. Nama obat (merk) METRONIDAZOL INFUS
Nama generik (isi obat)
Jumlah dosis (mg/g)
Bentuk sediaan
Ciri – ciri fisik
Pabrik pembuat
23. Nama obat (merk) DANSERA
Nama generik (isi obat) Serrapeptase
Thiamine mononitrate
Ribovlavine
Pyridoxine HCl
Cyanocobalamin
Nicotinamide
Tocopherol acetate
Jumlah dosis (mg/g) Serrapeptase 5 mg
Thiamine mononitrate 1.4 mg
Ribovlavine 1.5 mg
Pyridoxine HCl 2.2 mg
Cyanocobalamin 3 g
Nicotinamide 15 mg
Tocopherol acetate 3 mg
Bentuk sediaan Tablet Oral
Ciri – ciri fisik Bentuk bulat, keras.
Pabrik pembuat Otto
24. Nama obat (merk) COLME EYE
Nama generik (isi obat) Chlorampenicol
Jumlah dosis (mg/g) Chlorampenicol 0.5%
Bentuk sediaan Obat tetes mata
Ciri – ciri fisik Cair, jernih
Pabrik pembuat PT Interbat
25. Nama obat (merk) CANESTEN
Nama generik (isi obat) Clotrimazole
Jumlah dosis (mg/g)
Bentuk sediaan Krim/salep kulit.
Ciri – ciri fisik Putih, lembek.
Pabrik pembuat Bayer Schering Pharma
26. Nama obat (merk) MICONAZOLE
Nama generik (isi obat)
Jumlah dosis (mg/g)
Bentuk sediaan
Ciri – ciri fisik
Pabrik pembuat
27. Nama obat (merk) CAVIT – D3
Nama generik (isi obat)
Jumlah dosis (mg/g)
Bentuk sediaan
Ciri – ciri fisik
Pabrik pembuat
KESIMPULAN
1. Ada berbagai macam bentuk dan cara penggunaan obat yang memudahkan untuk memilih sesuai jenis terapi yang akan diberikan pada pasien.
2. Obat yang aman dan baik yaitu yang manjur, tidak beracun dan mudah dipakai dapat diperoleh dengan perkembangan teknologi pembuatan obat.
3. Macam-macam bentuk sediaan obat memberikan pilihan untuk menentukan cara pengobatan yang akan memberikan hasil yang lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia.
Syamsuni, H.A,Drs.2006.Ilmu Resep.EGC.Jakarta
MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 9 2009/2010. BIP Kelompok Gramedia: Jakarta.
ISO Indonesia Vol. 42. 2007. Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia: Jakarta
Senin, 23 Mei 2011
MAKALAH OBAT – OBAT ANESTETIKA
A. DEFINISI ANESTESI
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
B. TIPE ANESTESI
Beberapa tipe anestesi adalah:
• Pembiusan total : hilangnya kesadaran total.
• Pembiusan lokal : hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
• Pembiusan regional : hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
C. RANGKAIAN KEGIATAN ANESTESIOLOGIS
Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.
Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:
• Mempertahankan jalan napas
• Memberi napas bantu
• Membantu kompresi jantung bila berhenti
• Membantu peredaran darah
• Mempertahankan kerja otak pasien.
D. PENGGUNAAN OBAT-OBATAN DALAM ANESTESI
Dalam membius pasien, dokter anestesi memberikan obat-obatan (suntik, hirup, ataupun lewat mulut) yang bertujuan menghilangkan rasa sakit (pain killer), menidurkan, dan membuat tenang (paraytic drug). Pemberian ketiga macam obat itu disebut triangulasi. Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:
• Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934)
• Benzodiazepine Intravena
• Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)
• Etomidate (suatu derifat imidazole)
• Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai 'Debu Malaikat'/'PCP' (phencyclidine)
• Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)
• Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane, sevoflurane
• Opioid-opioid sintetik baru - fentanyl (d 1960 Paul Janssen), alfentanil, sufentanil (1981), remifentanil, meperidine
• Neurosteroid
CARA KERJA
Mahasiswa bekerja secara berkelompok. Tiap kelompok bekerja dengan obat tertentu secara bergantian mengamati tiap sediaan obat kemudian mencatat:
a. Nama obat (merk dagang dan zat berkhasiat)
b. Indikasi, kontraindikasi
c. Farmakokinetik, farmakodinamik
d. Efek samping
e. Cara pemberian
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses asuhan kebidanan
HASIL PENGAMATAN
NO PENGAMATAN HASIL
1. Nama Obat (merk) FORANE
Nama Generik (isi obat) Isoflurane
Jumlah dosis (mg/g)
Indikasi Obat Anestesi inhalasi umum
Kontr aindikasi obat
Disposisi genetik pada hipertermia maligna, riwayat hipertermia maligna atau dg disfungsi hati, ikterik, demam yg tidak bisa dijelaskan, lekositosis, eosinofilia terjadi setela anestetik halogen, op obstetri.
Cara Penggunaan
Efek samping Hipotensi arterial, peningkatan denyut nadi jantung, ggn serius ritme ventrikular, depresi nafas, ggn fungsi hati, ikterus & erusakan hati, menggigil, mual, muntah setelah sadar, hipertermia maligna, ruam, iritasi pada membran mukosa.
US FDA Preg Cat -
2. Nama Obat (merk) XYLOCAINE SPRAY
Nama Generik (isi obat) Lidocaine
Jumlah dosis (mg/g) 10%/5 Ml
Indikasi Obat Pencegahan nyeri pada prosedur pembedahan hidung, mulut dan gigi, orofaring, sal pernapasan, laring an ginekologi.
Kontr aindikasi obat
Cara Penggunaan Inhalasi
Efek samping Reaksi alergik, mengantuk, gelisah, pusing,
US FDA Preg Cat B
3. Nama Obat (Merek) Prokain HCl
Nama Generik (isi Obat) Prokain HCl 40 mg/ml
Jumlah dosis (mg/g) Infiltasi <500 mg larutan 0,5%-2% Epidural < 500 mg larutan 1%-2% Spinal 50-200mg larutan 10% dengan glucose 5 % Indikasi Obat Potensi rendah,anestesi infiltrasi dan spinal. Kontraindikasi Obat Cara Penggunaan Injeksi SC. Efek samping Toksisitas rendah. 4. Nama Obat (Merek) Extracaine Nama Generik (isi Obat) lidokaina HCl 20 mg Adrenalin 0,0125 mg Jumlah dosis (mg/g) Tergantung pada derajat anestesi yang diperlukan. Umumnya 1–2 ml IM atau SC Indikasi Obat Semua tipe anestesi suntikan dan tropical, sedasi, aritmia, hipertensi intracranial. Kontraindikasi Obat Hati-hati terhadap penderita yang mempunyai gangguan jantung, misalnya bradikardi, payah jantung dan hipertensi. Cara penggunaan Injeksi SC. Efek samping Kecemasan, pusing, penglihatan kabur, sedasi, tinitus, gangguan GI. 5. Nama obat (Merk) Xylocaine 2% Nama generic Lignocaine hydrochloride Jumlah Dosis 400 mg/20 ml atau 20mg/ml = 2% Indikasi Infiltrasi, anestesi IV regional, blok saraf perifer, blok pleksus mayor, blok epidural, blok subaraknoid. Kontra indikasi Anestesi spinal dan epidural pada pasien dengan lipotensi yang tidak dikoreksi, yang mendapat terapi antikogulen. Inflamasi dan atau sepsis pada region yang akan diinjeksi dan atau adanya septicemia. Cara penggunaan Injeksi ( NOT FOR IV ) Efek samping Gangguan SSP, gangguan KU, hipotensi maternal, reaksi alergi , rasa kebas yang parsisten, parestesis, gangguan sensorik lain. Sakit kepala, hipotensi, nyeri punggung, menggigil, gejala-gejala saraf perifer, mual, penglihatan ganda. Kategori kehamilan B ( sebagai anastesi local dan obat jantung ) 6.. Nama Merk Sevorane Nama generic Sevoflurane Jumlah Dosis Induksi nafas tunggal 8 %. Pemeliharaan 0,5-3% dengan atau tanpa digunakan bersama dengan nitrogen oksida. Indikasi Untuk induksi dan pemeliharaan anestesi Kontra indikadsi Diketahui / diduga memiliki kerentanan genetic terhadap hipertermia malignan. Cara penggunaan Inhalasi Efek samping Depresi kardio respirasi yang tergantung pada dosis obat, mual, muntah, hipotensi Kategori kehamilan B 7. . Nama obat (merek) Marcain spinal 0,5% Nama generik (isi obat) Bupivacaine HCl Jumlah dosis (mg/g) Maksimal 4 Ml Indikasi obat Anestesi spinal untuk bedah Kontraindikasi obat Penyakit SSP aktif & akut seperti meningitis, tumor, poliornielitis, perdarahan otak, TBC aktif atau lesi metastasis pada kolum tulang belakang. Septicemia, anemia pernisiosa subakut dengan kombinasi degenmerasi medulla spinalis. Infeksi piogenik kulit pada sisi pungsi, atau daerah di dekatnya. Syok kardiogenik atau hipovolemik. Gangguan koagulasi atau sedang dalam terapi dengan antikoagulen. Efek samping Hipotensi, bradikardi, sakit kepala setelah anestesi spina. Jarang, blokade tinggi atau total yang menyebabkan depresi pernafasan & kardiovaskuler. Komplikasi saraf. Kategori kehamilan Kategori C (tidak boleh diberikan kepada ibu hamil). 8. Nama obat (merek) Dura lidocaine Nama generik (isi obat) Xylocaine-HCl 40 mg, Adrenalin 0,1 mg, Solvens ad 2 mL Indikasi obat Obat stimulant jantung yang aktif pada keadaan darurat seperti colaps, syok anafilaktis atau jantung berhenti, memperpanjang efek anestesi local Kontraindikasi obat Cara penggunaan IV Efek samping Nekrosis jari-jari akibat fase kronsriksi dan akhirnya kolaps. Kategori kehamilan 9. Nama Obat Halothane Generic Halothane Indikasi Obat anesth inhalasi umum Kontra indikasi riwayat jaundice yang tidak diketahui atau pireksia yg sbelum terpapar oleh halothan Cara penggunaan Inhalasi Efek samping Menggigil Kategori Kehamilan C 10. Nama Obat Diprivan Generik Propofol10 mg/mL Indikasi Obat induksi&pemeliharaan anestesi umum, sedatif untuk pasien dlm perwatan intensif Kontra indikasi Anak lebih dari tiga tahun Cara penggunaan Injeksi Efek Samping hipotensi, apnea sementara, demam pasca operasi (sangat jarang), gerakan seperti epilepsi termasuk konvulsi&opistotonus, mual, muntah sakit kepala pasca operasi. Kategori kehamilan B 11. Nama Obat EMLA 5 % Generik Lidocaine, Prilocaine Indikasi Obat Anestesi topikal pada kulit yang berhubungan dengan penggunaan jarum suntik, prosedur pembedahan superfisial. Kontra indikasi Methhemoglobinemia kongenital atau idiopatik. Cara penggunaan Krim. Oleskan pada lapisan yang tebal @ gunakan secara tipis. . Efek Samping Reaksi lokal ringan seperti kepucatan, eritema, edema. Jarang reaksi alergi (termasuk syok anafilaktik), methhemoglobinemia. Kategori kehamilan - 12. Nama Obat Anexate Generik Flumazenil 0,5 mg/1 mL Indikasi Obat Sedatif pada anestesia. Kontra indikasi Cara penggunaan Injeksi intravena Efek Samping Kategori kehamilan 13. Nama Obat Lidocain HCL Generik Lidocain 20 mg/mL. Indikasi Obat Anestetika lokal. Kontra indikasi Hipotensi. Cara penggunaan Injeksi intramuscular. Efek Samping Kategori kehamilan FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT ANESTETIKA 1. Prilocaine Adalah derifat yang mulai kerja dan kekuatannya sama dengan lidokain (1963). Toksisitasnya lebih rendah daripada lidokain, karena efek fasodilatasinya juga lebih lambat dan perombakannya lebih cepat. Di dalam hati zat ini dirombak menjadi o-toluidin dan metabolit lain. Ekskresi melalui kemih (kurang dari 1%). Obat ini digunakan pada anesthesia permukaan (4%) dan secara parenteral 1 – 1,5 % dengan atau tanpa adrenalin. 2. Bupivacaine Adalah derivate-butil (1967) yang k.l 3 kali lebih kuat dan bersifat long acting (5-8 jam). Obat ini terutama digunakan untuk anestesi daerah luas ( larutan 0,25-0,5%) dikombinasi dengan adrenalin 1: 200.000. derajat relaksasinya terhadap otot tergantung pada kadarnya. Pp-nya sebesar 82-96%. Melalui N dealkinasi zat ini dimetabolasi menjadi pipekoloksilidin (PPX). Ekskresinya melalui kemih 5% dalam keadaan utuh, sebagian kecil sebagai PPX dan sisanya metabolit-metabolit lain. Plasma-t1/2-nya 1,5-5,5 jam. Pada kehamilan sama dengan mepivakain. Zat ini dapat digunakan selama kehamilan dengan kadar 2,5 – 5 mg/mL. dari semua anestetika local, Bupivacaine adalah yang paling sedikit melintasi plasenta. 3. Procain Farmakokinetik : Reabsorbsinya di kulit buruk, maka hanya digunakan sebagai injeksi dan seringkali bersamaan dangan adrenalin untuk memperpanjang daya kerjanya. Sebagai anestesik local, prokain sudah banyak digantikan oleh lidokain dengan efek samping lebih ringan. Farmakodinamik : Dalam tubuh zat ini dengan cepat dan sempurna dihidrolisasi oleh kolinesterase menjadi dietilamenoetanol dan PABA (asam-paraaminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja sulfanomida. 4. Lidokaine Farmakokinetik : Senyawa-senyawa vasokonstriktor seperti epineprin mengurangi absorbsi sistemik anestesika local dari tempat penimbunan dengan jalan menurunkan aliran darah di area-area ini. Hal ini terutama berlaku bagi obat-obat dengan lama kerja pendek dan menengah seperti procaine, lidokain, dan mepivacaine (prilokaine tidak termasuk). Pada tingkat serabut saraf, berbagai studi dengan menyekat saraf skiatrik dengan menggunakan lidokain radioaktif menimbulkan dugaan bahwa hanya fraksi kecil dari anestetika yang menembus serabut saraf. Meskipun demikian hasil dari penyakatan fungsional sebanding dengan kadar intraneuronal. Oleh karena anestesika local dalam bentuk tidak bermuatan berdifusi dengan cepat melalui lipid , maka sedikit sekali atau tidak sama sekali dari bentuk netral yang akan diekskresi di dalam urin. Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi dari basa tersier menjadi bentuk bermuatan yang lebih larut air, yang lebih mudah diekresi karena tidak mudah mengalami reabsorbsi oleh tubulus ginjal. Farmakodinamik : Obat-obat ini digunakan secara local dengan menghambat inplus konduksi saraf sensorik dari perifer ke SSP. Anestesik lokal menghilangkan sensasi (dan pada konsentrasi tinggi, aktivitas motor) pada daerah tubuh terbatas tanpa menghasilkan ketidaksadaran. Obat ini menghambat saluran natrium membrane saraf. Serabut saraf tidak bermielin yang kecil, yang memacu inplus untuk sakit , temperature dan aktivitas autonomik, sangat sensitif terhadap kerja obat anestetik lokal. 5. Propofol (Diprivan) Farmakokinetik : IV/ didistribusi luas, cepat, >99% dimetabolisme oleh glukorunidase, sulfooksidasi, ekskresi ginjal.
Farmakodinamik : Efek SSP 2x lebih kuat dari thiopental, efek sama. Efek kardiovaskular bradikardi, 15 – 30 % penurunan tekanan darah.
6. Halotan (Fluothane)
Faramakokinetik : Distribusi cepat ke otak, <40% dimetabolisme (metabolism P450: dehalogenasi, dealkilasi-O,epoksidasi) Halotan, tetapi tidak enfluran atau isofluran, juga dimetabolisme dengan reduksi. Obat yang tidak dimetabolisme dikeluarkan selama berhari – hari.
Farmakodinamik : Pada efek SSP mekanisme belum jelas. Menginduksi anestesi yang cepat dan nyaman dan relaksasi otot skelet. Pada kardiovaskular menurunkan curah jantung, meningkatkan tekanan atrium kanan, depresi sedang fungsi miokardial, paling mungkin mensensitisasi miokardium terhadap katekolamin dan menurunkan reflex baroreseptor.
7. Isofluran
Farmakokinetik : Paling sedikit dimetabolisme. Tidak adanya metabolit dipercaya untuk keamanan hati dan ginjal.
Farmakodinamik : Paling sedikit kemungkinannya meningkatkan tekanan atrium kanan, menekan fungsi miokardium atau sensitisasi miokardium terhadap katekolamin. Nyata meningkatkan frekuensi jantung. Pada pernapasan, bronkodilatasi dan supresor control ventilasi paling tidak poten. Supresi nyata pada respon vasokonstriktor pada hipoksik, sedikit efek pada sekresi. Sedikit efek pada ginjal/hati.
KESIMPULAN
Ada berbagai macam bentuk sediaan anestesi, yaitu anestesi umum, anestesi lokal dan anestesi inhalasi. Sebelum memberikan anestesi, kita harus mengetahui mana yang paling tepat untuk diberikan kepada pasien, terutama pada kasus yang berkaitan dengan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia.
Syamsuni, H.A,Drs.2006.ilmu Resep.EGC.Jakarta
Olson, James. 2004. Belajar Mudah Farmakologi. EGC: Jakarta
Drs Tan Hoan Tjay, Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat – Obat Penting. Elexmedia Komputindo:Jakarta.
Katzung, Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba Medika:Jakarta.
MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 9 2009/2010. BIP Kelompok Gramedia: Jakarta.
ISO Indonesia Vol. 42. 2007. Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia: Jakarta
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.
B. TIPE ANESTESI
Beberapa tipe anestesi adalah:
• Pembiusan total : hilangnya kesadaran total.
• Pembiusan lokal : hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
• Pembiusan regional : hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
C. RANGKAIAN KEGIATAN ANESTESIOLOGIS
Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.
Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:
• Mempertahankan jalan napas
• Memberi napas bantu
• Membantu kompresi jantung bila berhenti
• Membantu peredaran darah
• Mempertahankan kerja otak pasien.
D. PENGGUNAAN OBAT-OBATAN DALAM ANESTESI
Dalam membius pasien, dokter anestesi memberikan obat-obatan (suntik, hirup, ataupun lewat mulut) yang bertujuan menghilangkan rasa sakit (pain killer), menidurkan, dan membuat tenang (paraytic drug). Pemberian ketiga macam obat itu disebut triangulasi. Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:
• Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934)
• Benzodiazepine Intravena
• Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)
• Etomidate (suatu derifat imidazole)
• Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai 'Debu Malaikat'/'PCP' (phencyclidine)
• Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)
• Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane, sevoflurane
• Opioid-opioid sintetik baru - fentanyl (d 1960 Paul Janssen), alfentanil, sufentanil (1981), remifentanil, meperidine
• Neurosteroid
CARA KERJA
Mahasiswa bekerja secara berkelompok. Tiap kelompok bekerja dengan obat tertentu secara bergantian mengamati tiap sediaan obat kemudian mencatat:
a. Nama obat (merk dagang dan zat berkhasiat)
b. Indikasi, kontraindikasi
c. Farmakokinetik, farmakodinamik
d. Efek samping
e. Cara pemberian
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses asuhan kebidanan
HASIL PENGAMATAN
NO PENGAMATAN HASIL
1. Nama Obat (merk) FORANE
Nama Generik (isi obat) Isoflurane
Jumlah dosis (mg/g)
Indikasi Obat Anestesi inhalasi umum
Kontr aindikasi obat
Disposisi genetik pada hipertermia maligna, riwayat hipertermia maligna atau dg disfungsi hati, ikterik, demam yg tidak bisa dijelaskan, lekositosis, eosinofilia terjadi setela anestetik halogen, op obstetri.
Cara Penggunaan
Efek samping Hipotensi arterial, peningkatan denyut nadi jantung, ggn serius ritme ventrikular, depresi nafas, ggn fungsi hati, ikterus & erusakan hati, menggigil, mual, muntah setelah sadar, hipertermia maligna, ruam, iritasi pada membran mukosa.
US FDA Preg Cat -
2. Nama Obat (merk) XYLOCAINE SPRAY
Nama Generik (isi obat) Lidocaine
Jumlah dosis (mg/g) 10%/5 Ml
Indikasi Obat Pencegahan nyeri pada prosedur pembedahan hidung, mulut dan gigi, orofaring, sal pernapasan, laring an ginekologi.
Kontr aindikasi obat
Cara Penggunaan Inhalasi
Efek samping Reaksi alergik, mengantuk, gelisah, pusing,
US FDA Preg Cat B
3. Nama Obat (Merek) Prokain HCl
Nama Generik (isi Obat) Prokain HCl 40 mg/ml
Jumlah dosis (mg/g) Infiltasi <500 mg larutan 0,5%-2% Epidural < 500 mg larutan 1%-2% Spinal 50-200mg larutan 10% dengan glucose 5 % Indikasi Obat Potensi rendah,anestesi infiltrasi dan spinal. Kontraindikasi Obat Cara Penggunaan Injeksi SC. Efek samping Toksisitas rendah. 4. Nama Obat (Merek) Extracaine Nama Generik (isi Obat) lidokaina HCl 20 mg Adrenalin 0,0125 mg Jumlah dosis (mg/g) Tergantung pada derajat anestesi yang diperlukan. Umumnya 1–2 ml IM atau SC Indikasi Obat Semua tipe anestesi suntikan dan tropical, sedasi, aritmia, hipertensi intracranial. Kontraindikasi Obat Hati-hati terhadap penderita yang mempunyai gangguan jantung, misalnya bradikardi, payah jantung dan hipertensi. Cara penggunaan Injeksi SC. Efek samping Kecemasan, pusing, penglihatan kabur, sedasi, tinitus, gangguan GI. 5. Nama obat (Merk) Xylocaine 2% Nama generic Lignocaine hydrochloride Jumlah Dosis 400 mg/20 ml atau 20mg/ml = 2% Indikasi Infiltrasi, anestesi IV regional, blok saraf perifer, blok pleksus mayor, blok epidural, blok subaraknoid. Kontra indikasi Anestesi spinal dan epidural pada pasien dengan lipotensi yang tidak dikoreksi, yang mendapat terapi antikogulen. Inflamasi dan atau sepsis pada region yang akan diinjeksi dan atau adanya septicemia. Cara penggunaan Injeksi ( NOT FOR IV ) Efek samping Gangguan SSP, gangguan KU, hipotensi maternal, reaksi alergi , rasa kebas yang parsisten, parestesis, gangguan sensorik lain. Sakit kepala, hipotensi, nyeri punggung, menggigil, gejala-gejala saraf perifer, mual, penglihatan ganda. Kategori kehamilan B ( sebagai anastesi local dan obat jantung ) 6.. Nama Merk Sevorane Nama generic Sevoflurane Jumlah Dosis Induksi nafas tunggal 8 %. Pemeliharaan 0,5-3% dengan atau tanpa digunakan bersama dengan nitrogen oksida. Indikasi Untuk induksi dan pemeliharaan anestesi Kontra indikadsi Diketahui / diduga memiliki kerentanan genetic terhadap hipertermia malignan. Cara penggunaan Inhalasi Efek samping Depresi kardio respirasi yang tergantung pada dosis obat, mual, muntah, hipotensi Kategori kehamilan B 7. . Nama obat (merek) Marcain spinal 0,5% Nama generik (isi obat) Bupivacaine HCl Jumlah dosis (mg/g) Maksimal 4 Ml Indikasi obat Anestesi spinal untuk bedah Kontraindikasi obat Penyakit SSP aktif & akut seperti meningitis, tumor, poliornielitis, perdarahan otak, TBC aktif atau lesi metastasis pada kolum tulang belakang. Septicemia, anemia pernisiosa subakut dengan kombinasi degenmerasi medulla spinalis. Infeksi piogenik kulit pada sisi pungsi, atau daerah di dekatnya. Syok kardiogenik atau hipovolemik. Gangguan koagulasi atau sedang dalam terapi dengan antikoagulen. Efek samping Hipotensi, bradikardi, sakit kepala setelah anestesi spina. Jarang, blokade tinggi atau total yang menyebabkan depresi pernafasan & kardiovaskuler. Komplikasi saraf. Kategori kehamilan Kategori C (tidak boleh diberikan kepada ibu hamil). 8. Nama obat (merek) Dura lidocaine Nama generik (isi obat) Xylocaine-HCl 40 mg, Adrenalin 0,1 mg, Solvens ad 2 mL Indikasi obat Obat stimulant jantung yang aktif pada keadaan darurat seperti colaps, syok anafilaktis atau jantung berhenti, memperpanjang efek anestesi local Kontraindikasi obat Cara penggunaan IV Efek samping Nekrosis jari-jari akibat fase kronsriksi dan akhirnya kolaps. Kategori kehamilan 9. Nama Obat Halothane Generic Halothane Indikasi Obat anesth inhalasi umum Kontra indikasi riwayat jaundice yang tidak diketahui atau pireksia yg sbelum terpapar oleh halothan Cara penggunaan Inhalasi Efek samping Menggigil Kategori Kehamilan C 10. Nama Obat Diprivan Generik Propofol10 mg/mL Indikasi Obat induksi&pemeliharaan anestesi umum, sedatif untuk pasien dlm perwatan intensif Kontra indikasi Anak lebih dari tiga tahun Cara penggunaan Injeksi Efek Samping hipotensi, apnea sementara, demam pasca operasi (sangat jarang), gerakan seperti epilepsi termasuk konvulsi&opistotonus, mual, muntah sakit kepala pasca operasi. Kategori kehamilan B 11. Nama Obat EMLA 5 % Generik Lidocaine, Prilocaine Indikasi Obat Anestesi topikal pada kulit yang berhubungan dengan penggunaan jarum suntik, prosedur pembedahan superfisial. Kontra indikasi Methhemoglobinemia kongenital atau idiopatik. Cara penggunaan Krim. Oleskan pada lapisan yang tebal @ gunakan secara tipis. . Efek Samping Reaksi lokal ringan seperti kepucatan, eritema, edema. Jarang reaksi alergi (termasuk syok anafilaktik), methhemoglobinemia. Kategori kehamilan - 12. Nama Obat Anexate Generik Flumazenil 0,5 mg/1 mL Indikasi Obat Sedatif pada anestesia. Kontra indikasi Cara penggunaan Injeksi intravena Efek Samping Kategori kehamilan 13. Nama Obat Lidocain HCL Generik Lidocain 20 mg/mL. Indikasi Obat Anestetika lokal. Kontra indikasi Hipotensi. Cara penggunaan Injeksi intramuscular. Efek Samping Kategori kehamilan FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT ANESTETIKA 1. Prilocaine Adalah derifat yang mulai kerja dan kekuatannya sama dengan lidokain (1963). Toksisitasnya lebih rendah daripada lidokain, karena efek fasodilatasinya juga lebih lambat dan perombakannya lebih cepat. Di dalam hati zat ini dirombak menjadi o-toluidin dan metabolit lain. Ekskresi melalui kemih (kurang dari 1%). Obat ini digunakan pada anesthesia permukaan (4%) dan secara parenteral 1 – 1,5 % dengan atau tanpa adrenalin. 2. Bupivacaine Adalah derivate-butil (1967) yang k.l 3 kali lebih kuat dan bersifat long acting (5-8 jam). Obat ini terutama digunakan untuk anestesi daerah luas ( larutan 0,25-0,5%) dikombinasi dengan adrenalin 1: 200.000. derajat relaksasinya terhadap otot tergantung pada kadarnya. Pp-nya sebesar 82-96%. Melalui N dealkinasi zat ini dimetabolasi menjadi pipekoloksilidin (PPX). Ekskresinya melalui kemih 5% dalam keadaan utuh, sebagian kecil sebagai PPX dan sisanya metabolit-metabolit lain. Plasma-t1/2-nya 1,5-5,5 jam. Pada kehamilan sama dengan mepivakain. Zat ini dapat digunakan selama kehamilan dengan kadar 2,5 – 5 mg/mL. dari semua anestetika local, Bupivacaine adalah yang paling sedikit melintasi plasenta. 3. Procain Farmakokinetik : Reabsorbsinya di kulit buruk, maka hanya digunakan sebagai injeksi dan seringkali bersamaan dangan adrenalin untuk memperpanjang daya kerjanya. Sebagai anestesik local, prokain sudah banyak digantikan oleh lidokain dengan efek samping lebih ringan. Farmakodinamik : Dalam tubuh zat ini dengan cepat dan sempurna dihidrolisasi oleh kolinesterase menjadi dietilamenoetanol dan PABA (asam-paraaminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja sulfanomida. 4. Lidokaine Farmakokinetik : Senyawa-senyawa vasokonstriktor seperti epineprin mengurangi absorbsi sistemik anestesika local dari tempat penimbunan dengan jalan menurunkan aliran darah di area-area ini. Hal ini terutama berlaku bagi obat-obat dengan lama kerja pendek dan menengah seperti procaine, lidokain, dan mepivacaine (prilokaine tidak termasuk). Pada tingkat serabut saraf, berbagai studi dengan menyekat saraf skiatrik dengan menggunakan lidokain radioaktif menimbulkan dugaan bahwa hanya fraksi kecil dari anestetika yang menembus serabut saraf. Meskipun demikian hasil dari penyakatan fungsional sebanding dengan kadar intraneuronal. Oleh karena anestesika local dalam bentuk tidak bermuatan berdifusi dengan cepat melalui lipid , maka sedikit sekali atau tidak sama sekali dari bentuk netral yang akan diekskresi di dalam urin. Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi dari basa tersier menjadi bentuk bermuatan yang lebih larut air, yang lebih mudah diekresi karena tidak mudah mengalami reabsorbsi oleh tubulus ginjal. Farmakodinamik : Obat-obat ini digunakan secara local dengan menghambat inplus konduksi saraf sensorik dari perifer ke SSP. Anestesik lokal menghilangkan sensasi (dan pada konsentrasi tinggi, aktivitas motor) pada daerah tubuh terbatas tanpa menghasilkan ketidaksadaran. Obat ini menghambat saluran natrium membrane saraf. Serabut saraf tidak bermielin yang kecil, yang memacu inplus untuk sakit , temperature dan aktivitas autonomik, sangat sensitif terhadap kerja obat anestetik lokal. 5. Propofol (Diprivan) Farmakokinetik : IV/ didistribusi luas, cepat, >99% dimetabolisme oleh glukorunidase, sulfooksidasi, ekskresi ginjal.
Farmakodinamik : Efek SSP 2x lebih kuat dari thiopental, efek sama. Efek kardiovaskular bradikardi, 15 – 30 % penurunan tekanan darah.
6. Halotan (Fluothane)
Faramakokinetik : Distribusi cepat ke otak, <40% dimetabolisme (metabolism P450: dehalogenasi, dealkilasi-O,epoksidasi) Halotan, tetapi tidak enfluran atau isofluran, juga dimetabolisme dengan reduksi. Obat yang tidak dimetabolisme dikeluarkan selama berhari – hari.
Farmakodinamik : Pada efek SSP mekanisme belum jelas. Menginduksi anestesi yang cepat dan nyaman dan relaksasi otot skelet. Pada kardiovaskular menurunkan curah jantung, meningkatkan tekanan atrium kanan, depresi sedang fungsi miokardial, paling mungkin mensensitisasi miokardium terhadap katekolamin dan menurunkan reflex baroreseptor.
7. Isofluran
Farmakokinetik : Paling sedikit dimetabolisme. Tidak adanya metabolit dipercaya untuk keamanan hati dan ginjal.
Farmakodinamik : Paling sedikit kemungkinannya meningkatkan tekanan atrium kanan, menekan fungsi miokardium atau sensitisasi miokardium terhadap katekolamin. Nyata meningkatkan frekuensi jantung. Pada pernapasan, bronkodilatasi dan supresor control ventilasi paling tidak poten. Supresi nyata pada respon vasokonstriktor pada hipoksik, sedikit efek pada sekresi. Sedikit efek pada ginjal/hati.
KESIMPULAN
Ada berbagai macam bentuk sediaan anestesi, yaitu anestesi umum, anestesi lokal dan anestesi inhalasi. Sebelum memberikan anestesi, kita harus mengetahui mana yang paling tepat untuk diberikan kepada pasien, terutama pada kasus yang berkaitan dengan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia.
Syamsuni, H.A,Drs.2006.ilmu Resep.EGC.Jakarta
Olson, James. 2004. Belajar Mudah Farmakologi. EGC: Jakarta
Drs Tan Hoan Tjay, Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat – Obat Penting. Elexmedia Komputindo:Jakarta.
Katzung, Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba Medika:Jakarta.
MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 9 2009/2010. BIP Kelompok Gramedia: Jakarta.
ISO Indonesia Vol. 42. 2007. Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia: Jakarta
MAKALAH OBAT – OBAT ANTIDIABETIKA
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui penggolongan, indikasi, kontra indikasi, farmakokinetik, farmakodinamik, efek samping, cara pemberian dan hal-hal yang berhubungan dengan proses asuhan kebidanan dari obat-obat antihipertensi.
B. CARA KERJA
Mahasiswa bekerja secara kelompok. Tiap kelompok bekerja dengan obat tertentu secara bergantian. Amati tiap sediaan obat, mencatat :
a. nama obat (merek dagang) dan zat berkhasiat
b. indikasi, kontra indikasi,
c. farmakokinetik, farmakodinamik
d. efek samping
e. cara pemberian
f. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses asuhan kebidanan
C. BAHAN DAN ALAT
No Nama obat No Nama obat
1 Glibenkamid tab 11 Avandaryl 2 mg
2 Metformin tab 12 Actos tab
3 Metrix tab 1 mg 13 Actaprith HM 100
4 Glucobay tab 14 Actrapid Novolet
5 Glucontrol tab 15 Insulatard HM 100
6 Glucovance 500/2,5 16 Mixtrad HM 100
7 Avandia 17 Novomix flexpent
8 Avandamet 2 mg 18 Novorapid flexpen
9 Glurenorm 30 tab 19 Lantus
10 Diamicron
D. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Diabetes adalah suatu kondisi yang ditandai meningkatnya kadar gula dalam darah (hyperglycemia) sehingga menimbulkan risiko kerusakan microvascular (retinopathy, nephropathy dan sakit saraf). Dan macrovascular (stroke, tekanan darah tinggi dan kelainan jantung)
Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM(mg/dl[2]
Kadar gula darah acak
Plasma vena Bukan DM Belum pasti DM DM
<110 110 - 199 >200
Darah kapiler <90 90 - 199 >200
Kadar gula darah puasa
Plasma vena
<110 110 - 126 >126
Darah kapiler <90 <90 - 109 >110
2. Penyebab
Penyebab diabetes yang utama adalah karena kurangnya produksi insulin (diabetes mellitus tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus yang juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1 membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan pengobatan oral dan hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.
3. Jenis Diabetes Mellitus Ada 2
Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 — dulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, "diabetes yang bergantung pada insulin"), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 — dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM, "diabetes yang tidak bergantung pada insulin") — terjadi karena kombinasi dari "kecacatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap insulin" atau "berkurangnya sensitifitas terhadap insulin"(adanya defek respon jaringan terhadap insulin)yang melibatkan reseptor insulin di membran sel.
Tipe 3
Diabetes Gestasional, ini terjadi pada ibu hamil.
4. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus
Polyuria
Polyuria berarti penderita mengalami banyak kencing(sering kencing)
Polydipsia
Akibat banyak kencing sehingga penderita mengalami haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi)
Polyphagia
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi)
Terapi diabetes mellitus hendaklah bertujuan untuk mencegah akibat-akibat defisiensi insulin yang akan segera timbul, yang meliputi hiperglikemia simptomatik (yaitu : polyuria, polydipsia dan penurunan berat badan), ketoasidosis diabetika (KAD) dan sindroma hyperosmolar non-ketotic (SHNK) dan mencegahkan atau meminimalkan komplikasi-komplikasi penyakit yang berlangsung lama yang timbul akibat diabetes mellitus.
Strategi terapi :
Strategi terapi (penatalaksanaan terapi) untuk penderita diabetes mellitus secara non farmakologi dan farmakologi.
A. Non Farmakologi
1. Pendidikan pada Pasien
Agar pengobatan diabetes mellitus dapat optimum pasien perlu diberikan pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan diabetes mellitus. Tetapi tidak hanya untuk pasien juga untuk keluarganya harus mendapat pengetahuan yang cukup mendalam mengenai peyebab dan strategi terapi diabetes mellitus. Pengobatan akan diperudah bia pasien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam perawatan penyakitnya sehari-hari.
Pemberian pengetahuan secara dini hendaklah menekankan pentingnya segi-segi praktis pengobatan penyakit, yang meliputi perencanaan diet dan tekhnik pemantauan glukosa dan keton-keton. Perlu disampaikan kepada pasien kaitan-kaitan yang ada antara diet, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.dukungan dari dokter (pemberi diagnosis/sebagai pemberi instruksi), apoteker (pemberi obat dan informasi), dan ahli gizi serta perawat (untuk membantu perawatan) merupakan hal penting dalam mencapai sasaran pemberian pengetahuan. Pemberian pengetahuan dan pengobatan akan paling efektif bila semua unsur profesional tersebut saling berkomunikasi mengenai pasiennya secara perorangan.
2. Diet
Diet merupakan hal penting pada semua jenis diabetes mellitus dan juga bermanfaat bagi pasien yang menderita gangguan toleransi glukosa. Tujuan terapi diet hendaknya diberitahukan kepada pasien dan ahli gizi yang merawat dan sasaran pemberian diet supaya ditelaah ulang secara teratur. Rencana makanan harus dibuat dengan mempertimbangkan kesukaan, penghasilan dan kebutuhan masing-masing pasien
3. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa darah tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat tetapi olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olah raga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur). Disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Ctoh olah raga yang disarankan seperti jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang dll.
B. Farmakologi
Terapi obat dengan obat antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien diabetes mellitus tipe II. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antidiabetik oral terbagi menjadi 5 golongan. Salah satu terapi obat antidiabetik oral adalah golongan sulfonilurea.
1. Terapi Insulin
a. Memulai terapi insulin
Untuk penderita DMT1 insulin segera diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Sementara untuk DMT2, terapi insulin dapat dimulai antara lain untuk pasien dengan kegagalan terapi oral, kendali kadar glukosa darah yang buruk (A1c>7,5 % atau kadar glukosa darah puasa >250 mg/ dL), riwayat pankreatektomi, atau disfungsi pankreas, riwayat fluktuasi kadar glukosa darah yang lebar, riwayat ketoasidosis, riwayat penggunaan insulin lebih dari 5 tahun, dan penyandang DM lebih dari 10 tahun.
Menurut Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien DM yang disusun oleh Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) 2007, pada pasien DMT1, pemberian insulin yang dianjurkan adalah injeksi harian multipel dengan tujuan mencapai kendali kadar glukosa darah yang baik. (Selain itu, pemberian dapat juga dilakukan dengan menggunakan pompa insulin (continous subcutaneous insulin infusion [CSII]).
Sedangkan untuk DMT2, ada beberapa cara untuk memulai dan penyesuaian dosis insulin. Tapi sebagai pegangan, jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1C > 6.5%) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat antidiabetik oral dan insulin.Pada keadaan tertentu, di mana kendali glikemik amat buruk dan disertai kondisi katabolisme, seperti kadar glukosa darah puasa >250 mg/dL, kadar glukosa darah acak menetap >300 mg/dL, A1C >10%, atau ditemukan ketonuria, maka terapi insulin dapat mulai diberikan bersamaan dengan intervensi pola hidup. Selain itu, terapi insulin juga dapat langsung diberikan pada pasien DM yang memiliki gejala nyata (poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan). Kondisi-kondisi tersebut sering ditemukan pada pasien DMT1 atau DMT2 dengan defisiensi insulin yang berat. Apabila gejala hilang, obat antidiabetik oral dapat ditambahkan dan penggunaan insulin dapat dihentikan.
Untuk mencapai sasaran pengobatan yang baik, maka diperlukan insulin dengan karakteristik menyerupai orang sehat, yeitu kadar insulin yang sesuai dengan kebutuhan basal dan prandial. Pemberian insulin basal, selain insulin prandial, merupakan salah satu strategi pengobatan untuk memperbaiki kadar glukosa darah puasa atau sebelum makan. Oleh karena glukosa darah setelah makan merupakan keadaan yang dipengaruhi oleh kadar glukosa darah puasa, maka diharapkan dengan menurunkan kadar glukosa darah basal, kadar glukosa darah setelah makan juga ikut turun.
Cara pemberian insulin basal dapat dilakukan dengan pemberian insulin kerja cepat drip intravena (hanya dilakukan pada pasien rawat inap), atau dengan pemberian insulin kerja panjang secara subkutan. Jenis insulin kerja panjang yang tersedia di Indonesia saat ini adalah insulin NPH, insulin detemir dan insulin glargine.
Idealnya, sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial untok kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
ntuk penderita DMT1 tidak dianjurkan memberikan terapi insulin dengan dua kali suntikan karena sangat sulit mencapai kendali glukosa darah yang baik. Pada penderita DMT2 rejimen seperti pada penderita DMT1 juga dapat digunakan, namun karena pada penderita DMT2 tidak ditemukan kekurangan insulin yang mutlak dan untuk meningkatkan kenyamanan penderita, pemberian insulin dapat dimodifikasi. Misalnya untuk penderita DMT2 masih bisa menggunakan rejimen dua kali suntikan sehari dengan insulin campuran/kombinasi yang diberikan sebelum makan pagi dan sebelum makan malam. Atau hanya diberikan satu kali sehari dengan insulin basal yang diberikan pada malam hari dengan kombinasi obat oral. Misalnya, metformin yang diberikan sebagai tambahan terapi insulin dapat memperbaiki glukosa darah dan lipid serum lebih baik dibandingkan hanya meningkatkan dosis insulin. Demikian juga efek sampingnya seperti hipoglikemia dan penambahan berat badan menjadi berkurang.
E. HASIL PRAKTIKUM
No. Pengamatan Hasil
1. Nama obat (merek) Avandia
Nama generik (isi obat) Rosiglitazone maleate
Jumlah dosis (mg/g) 4 mg/ tablet
Indikasi obat Untuk terapi tunggal (mmonoterapi) DM tipe 2, sebagai tambahan terhadap diet dan olahraga. Digunakan dalam kombinasi dengan metformin atau sulfonilurea.
Kontraindikasi obat DM tipe 1, ketoasidosis diabetic
Farmakokinetik
Farmakodinamik Rosglitazone meningkatkan sensitivitas insulin.
Digunakan dalam kombinasi dengan metformin
bilamana diet. Latihan dan avandia saja tidak dapat
mengontrol gula kadar gula darah. Pada pasien-
pasien yang tidak terkontrol dengan dosis
maksimum metformin, dapat ditambahkan avandia.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Anemia ringan s/d sedang, edema, hiperkolesterolemia.
IKK C
2. Nama obat (merek) Actos
Nama generik (isi obat) Pioglitazone
Jumlah dosis (mg/g) 5 mg
Indikasi obat Terapi tambahan terhadap diet dan olahraga untuk memperbaiki kontrol glukosa pada pasien DM tipe 2. Sebagai monoterapi. Juga untuk terapi kombinasi dengan sulfonilurea atau metformin dimana diet dan olahraga plus monotertapi tidak menghasilkan kontrol glukosa darah yang adekuat.
Kontraindikasi obat Gagal jantung atau ada riwayat gagal jantung (NYHA stadium I s/d IV), gangguan hati, terapi kombinasi dengan insulin.
Farmakokinetik Tidak ada interaksi obat dengan digoksin, warfarin, phenprocoumon, metformin dan sulfonilurea.
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Edema
IKK C
3. Nama obat (merek) Glucotrol XL
Nama generik (isi obat) Glipizide gits
Jumlah dosis (mg/g) 5 mg
Indikasi obat Mengontrol hiperglikemia pada pasien NIDDM
Kontraindikasi obat Gangguan berat fungsi ginjal dan hati, IDDM, khususnya diabetes juvenile, ketoasidosis, pra-koma diabetes.
Farmakokinetik
Farmakodinamik Aksi Glipizida terpotensiasi oleh obat-obat anti radang non steroid dan obat-obat lain yang berikatan kuat dengan protein, Salisilat, Sulfonamida, Kloramfenikol, Probenesid, Koumarin, obat-obat penghambat mono amin oksidase, β-adrenergik bloker.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Hipoglikemi, erupsi mukokutan,, gangguan GI dan hati, kolestatik jaundice, agranulositosis, trombositopeni, anemia hemolitik dan aplastik, pansitopeni porfiria dan reaksi seperti disulfiram.
IKK C
4. Nama obat (merek) Glucobay 100
Nama generik (isi obat) Acarbose
Jumlah dosis (mg/g) 100 mg
Indikasi obat Terapi kombinasi dengan diet untuk DM
Kontraindikasi obat Penderita <18 thn, gangguan GI kronik Berkaitan dengan absorbsi dan pencernaan. Keadaan yang bisa memburuk karenapembentukan gas dalam usus. Kerusakan ginjal berat (bersihan kreatinin<25 ml/mnt). Hamil , laktasi
Farmakokinetik Dalam duodenum, zat ini berkhasiat menghambat enzim glucosidase (maltase, sukrase, glukoamilase) yang perlu untuk perombakan di/polisakarida dari makanan menjadi monosakarida. Resobsinya dari usus buruk, hanya kurang lebih 1.2% dan naik sampai lebih kurang 35% setelah dirombak secara enzimatis oleh kuman usus. Ekskresinya berlangsung cepat lewat kemih.
Farmakodinamik Berasal dari kuman, sehingga cara kerjanya berbeda dengan antidiabetika yang lain. Interaksi dengan makanan yang mengandung gula (sakarosa) meningkatkan resiko efek samping. Obat- obat lambung (antaside, enzim cerna, adsorbensia), laksansia, dan kolestiramin dapat mengurangi daya kerja akarbose. Resobsi obat- obat lain dapat dikurangi olehnya bila terjadi diare sebagai efek samping.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Kembung, bising usus meningkat. Kadang diare dan nyeri abdomen.
IKK B
5. Nama obat (merek) Glucovance
Nama generik (isi obat) Metformin HCL – glibenclamide
Jumlah dosis (mg/g) 500 mg/ 2,5 mg / tablet
Indikasi obat Terapi tahap kedua untuk DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol dngan diet, olahraga, dan sulfonilurea atau metformin.
Kontraindikasi obat Gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongestif, hipersensitif terhadap metformin HCL atau glibenclamide atau sulfonilurea lain, asidosis metabolik akut atau kronik, gangguan fungsi hati, intiksikasi akut alkohol, alkoholisme, porfiria, laktasi.
Farmakokinetik Absorpsinya berjalan lambat. Waktu paruhnya 6-8 jam. Obat ini dieliminasi lewat urin dan feses.
Farmakodinamik Obat ini digunakan pada penderita Diabetes Melitus tipe 2. Obat ini akan dapat menimbulkan efek agonis bila diminum sesuai dosis.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Infeksi saluran napas atas, diare, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, pusing.
IKK D
6. Nama obat (merek) Glurenorm
Nama generik (isi obat) Glicuidone
Jumlah dosis (mg/g) 30 mg/ tab
Indikasi obat NIDDM yang tidak cukup dikendalikan dengan diet saja.
Kontraindikasi obat IDDM, koma dan pre-koma diabetik, DM dengan komplikasi asidosis dan ketosis, alergi terhadap sulfonamida, porfiria, gagal ginjal, penyakit hati berat, penyakit infeksi akut. Hamil, laktasi.
Farmakokinetik Efek hipoglikemik diperkuat oleh alkohol, salsilat, sulfonamid, fenilbutazon, tuberkulostatik, kloramfenikol, tetrasiklin, derivat kumarin, siklofosfamid, kotrimoksasol, mikonidazole. Efek hipoglikemik berkurang oleh klorpromazin, simpatomimetik, kortikosteroid, hormon tiroid.
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Gangguan GI, sakit kepala. Jarang : reaksi hipoglikemik, reaksi alergi pada kulit, perubahan pada sistem hemopoietik, intoleransi GI, trombositopenia, anemia aplastik, agranulositosis.
IKK
7. Nama obat (merek) Metrix
Nama generik (isi obat) Glimepiride
Jumlah dosis (mg/g) 1 mg/ tablet
Indikasi obat NIDDM yang tidak terkontrol secara adekuat hanya dengan diet, olahraga dan penurunan berat badan.
Kontraindikasi obat Ketoasidosis diabetes dengan atau tanpa koma. Hamil dan laktasi.
Farmakokinetik Dengan insulin dan oral antidiabetik lain, penghambat ACE, allopurinol, steroid anabolic, dan hormone seks pria, kloramfenikol, turunan kumarin, siklofosfamid, disopiramid, tentfluramin, feniramidol, fibrat, fluoxentin, guanetidin, ifosfamid, MAOI, mikonazol, para aminosalisilat, pentoksifilin (dosis tinggi parenteral), fenilbutazon, probenecid, gol kuinolon, salisilat, sulfonamide. Tetrasiklin dapat menimbulkan hipoglikemia. Dengan acetozolamid, barbiturate, kortikosteroid, diuretic, epinefrin dapat meningkatkan kadar gula darah. Antagonis reseptor H2, klonidin dan reserpin dapat mempotensiasi kadar gula darah. Beta bloker dapat menurunkan toleransi laktosa. Dapat menurunkan atau meningkatkan efek kumarin. Berkhasiat anti agregasi trombosit dan dapat memperbaiki aktivitas fibrinolitis.
Farmakodinamik Jarang menimbulkan ‘hipo’
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Muntah, nyeri saluran cerna, diare. Hipoglikemia. Kerusakan fungsi hati. Reaksi alergi pada kulit. Leukopenia. Gangguan akomodasi dan atau pandangan kabur.
IKK C
8. Nama obat (merek) Diamicron
Nama generik (isi obat) Glicazide
Jumlah dosis (mg/g) 30 mg
Indikasi obat DM tipe 2
Kontraindikasi obat Gagal ginjal berat, ensefalopati hepatik atau gagal hati berat, hipokalemia, trauma serebrovaskuler yang belum lama terjadi.
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan
Efek samping Mual, sakit kepala, ruam, gangguan GI, hipoglikemia, vaskulitis alergi, peningkatan kadar enzim hati. Jarang : diskrasia darah.
IKK B
9. Nama obat (merek) Glibenclamide
Nama generik (isi obat) Glibenclamide
Jumlah dosis (mg/g) 5 mg/ tablet
Indikasi obat NIDDM
Kontraindikasi obat IDDM, diabetes, koma, ketoasidosis, DM dengan komplikasi (demam, trauma, gangren) kerusakan fungsi hati dan adrekortikal, kerusakan ginjal berat, kahamilan dan laktasi.
Farmakokinetik Reabsobsinya dari usus praktis lengkap, PP-nya di atas 99%, plasma –t1/2-nya kurang lebih 10 jam, daya kerjanya dapat bertahan sampai 24 jam. Dalam hati dirombak menjadi metabolit kurang aktif, yang diekskresikan sama rata lewat kemih dan tinja.
Farmakodinamik Khasiat hipoglikemisnya kira- kira 100 kali lebih kuat daripada tolbutamida. Resiko ‘hipo’ juga lebih besar dan lebih sering terjadi. Cara kerjanya lain dengan sulfonylurea lain, yaitu single dose pagi hari mampu menstimulir sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa (sewaktu makan). Dengan demikian selama 24 jam tercapai regulasi gula darah optimal yang mirip pola normal.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Sensitisasi kulit, gangguan GI, leukopenia, intoleransi alkohol dan ikterus. Perubahan dari sistem hemopoetik.
IKK C
10. Nama obat (merek) Actos
Nama generik (isi obat) Pioglitazone
Jumlah dosis (mg/g) 4 mg/2 mg/ tablet
Indikasi obat Terapi tambahan terhadap diet dan olahraga untuk memperbaiki kontril glukosa darah pada pasien DM tipe 2. Sebagai monoterapi. Juga untuk terapi kombinasi dengan sulfonilurea atau metformin dimana diet dan olahraga plus monoterapi tidak menghasilkan kontror glokosa darah yang adekuat.
Kontraindikasi obat Gagal jantung atau ada riwayat gagal jantung (NYHA stadium I s/d IV ), gangguan hati . Terapi kombinasi untuk insulin
Farmakokinetik Tidak ada interaksi obat dengan digoksin, warfarin, phenprocoumon, metformin dan sulfonilurea.
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Edema
IKK C
11. Nama obat (merek) Avandaryl
Nama generik (isi obat) Rosiglitazone maleate / glimepiride tablets.
Jumlah dosis (mg/g) 4 mg /2 mg tablet
Indikasi obat Sebagaibtambahan terhadap diet dan olahraga guna memperbaiki kontrol gula darah pada pasien DM tipe 2.
Kontraindikasi obat Ketoasidosis diabetik dengan tau tanpa koma.
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Sakit kepala, nasofaringitis, hipertensi, hipoglokemia, edema.
Golongan
12. Nama obat (merek) Mixtard ® 30 HM Penfill ®
Nama generik (isi obat) Biosynthetic Human Insulin
Jumlah dosis (mg/g) 3 ml 100 iµ / ml
Indikasi obat DM yang memerlukan insulin
Kontraindikasi obat Hipoglikemia
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Jarang , alergi dan lipoatrofi
IKK B
13. Nama obat (merek) Insulatard ® HM Penfill ®
Nama generik (isi obat) Biosynthetic Human Insulin
Jumlah dosis (mg/g) 3 ml 100 iµ / ml
Indikasi obat DM yang memerlukan insulin
Kontraindikasi obat Hipoglikemia
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Hipoglikemia
IKK B
14. Nama obat (merek) Actrapid ® HM Penfill ®
Nama generik (isi obat) Biosynthetic Human Insulin
Jumlah dosis (mg/g) 3 ml 100 iµ / ml
Indikasi obat DM
Kontraindikasi obat Hipoglikemia
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Hipoglikemia
IKK B
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis DM ada 3 macam. Tipe I, II, dan III. Antidiabetika yang aman untuk ibu hamil antara lain Glucobay, Actrapid HM, Actrapid Novolet, Insulatard HM, dan Mixtard HM.
DAFTAR PUSTAKA
Mengetahui penggolongan, indikasi, kontra indikasi, farmakokinetik, farmakodinamik, efek samping, cara pemberian dan hal-hal yang berhubungan dengan proses asuhan kebidanan dari obat-obat antihipertensi.
B. CARA KERJA
Mahasiswa bekerja secara kelompok. Tiap kelompok bekerja dengan obat tertentu secara bergantian. Amati tiap sediaan obat, mencatat :
a. nama obat (merek dagang) dan zat berkhasiat
b. indikasi, kontra indikasi,
c. farmakokinetik, farmakodinamik
d. efek samping
e. cara pemberian
f. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses asuhan kebidanan
C. BAHAN DAN ALAT
No Nama obat No Nama obat
1 Glibenkamid tab 11 Avandaryl 2 mg
2 Metformin tab 12 Actos tab
3 Metrix tab 1 mg 13 Actaprith HM 100
4 Glucobay tab 14 Actrapid Novolet
5 Glucontrol tab 15 Insulatard HM 100
6 Glucovance 500/2,5 16 Mixtrad HM 100
7 Avandia 17 Novomix flexpent
8 Avandamet 2 mg 18 Novorapid flexpen
9 Glurenorm 30 tab 19 Lantus
10 Diamicron
D. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Diabetes adalah suatu kondisi yang ditandai meningkatnya kadar gula dalam darah (hyperglycemia) sehingga menimbulkan risiko kerusakan microvascular (retinopathy, nephropathy dan sakit saraf). Dan macrovascular (stroke, tekanan darah tinggi dan kelainan jantung)
Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM(mg/dl[2]
Kadar gula darah acak
Plasma vena Bukan DM Belum pasti DM DM
<110 110 - 199 >200
Darah kapiler <90 90 - 199 >200
Kadar gula darah puasa
Plasma vena
<110 110 - 126 >126
Darah kapiler <90 <90 - 109 >110
2. Penyebab
Penyebab diabetes yang utama adalah karena kurangnya produksi insulin (diabetes mellitus tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus yang juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1 membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan pengobatan oral dan hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.
3. Jenis Diabetes Mellitus Ada 2
Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 — dulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, "diabetes yang bergantung pada insulin"), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 — dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM, "diabetes yang tidak bergantung pada insulin") — terjadi karena kombinasi dari "kecacatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap insulin" atau "berkurangnya sensitifitas terhadap insulin"(adanya defek respon jaringan terhadap insulin)yang melibatkan reseptor insulin di membran sel.
Tipe 3
Diabetes Gestasional, ini terjadi pada ibu hamil.
4. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus
Polyuria
Polyuria berarti penderita mengalami banyak kencing(sering kencing)
Polydipsia
Akibat banyak kencing sehingga penderita mengalami haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi)
Polyphagia
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi)
Terapi diabetes mellitus hendaklah bertujuan untuk mencegah akibat-akibat defisiensi insulin yang akan segera timbul, yang meliputi hiperglikemia simptomatik (yaitu : polyuria, polydipsia dan penurunan berat badan), ketoasidosis diabetika (KAD) dan sindroma hyperosmolar non-ketotic (SHNK) dan mencegahkan atau meminimalkan komplikasi-komplikasi penyakit yang berlangsung lama yang timbul akibat diabetes mellitus.
Strategi terapi :
Strategi terapi (penatalaksanaan terapi) untuk penderita diabetes mellitus secara non farmakologi dan farmakologi.
A. Non Farmakologi
1. Pendidikan pada Pasien
Agar pengobatan diabetes mellitus dapat optimum pasien perlu diberikan pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan diabetes mellitus. Tetapi tidak hanya untuk pasien juga untuk keluarganya harus mendapat pengetahuan yang cukup mendalam mengenai peyebab dan strategi terapi diabetes mellitus. Pengobatan akan diperudah bia pasien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam perawatan penyakitnya sehari-hari.
Pemberian pengetahuan secara dini hendaklah menekankan pentingnya segi-segi praktis pengobatan penyakit, yang meliputi perencanaan diet dan tekhnik pemantauan glukosa dan keton-keton. Perlu disampaikan kepada pasien kaitan-kaitan yang ada antara diet, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.dukungan dari dokter (pemberi diagnosis/sebagai pemberi instruksi), apoteker (pemberi obat dan informasi), dan ahli gizi serta perawat (untuk membantu perawatan) merupakan hal penting dalam mencapai sasaran pemberian pengetahuan. Pemberian pengetahuan dan pengobatan akan paling efektif bila semua unsur profesional tersebut saling berkomunikasi mengenai pasiennya secara perorangan.
2. Diet
Diet merupakan hal penting pada semua jenis diabetes mellitus dan juga bermanfaat bagi pasien yang menderita gangguan toleransi glukosa. Tujuan terapi diet hendaknya diberitahukan kepada pasien dan ahli gizi yang merawat dan sasaran pemberian diet supaya ditelaah ulang secara teratur. Rencana makanan harus dibuat dengan mempertimbangkan kesukaan, penghasilan dan kebutuhan masing-masing pasien
3. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar glukosa darah tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat tetapi olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olah raga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur). Disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Ctoh olah raga yang disarankan seperti jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang dll.
B. Farmakologi
Terapi obat dengan obat antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien diabetes mellitus tipe II. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antidiabetik oral terbagi menjadi 5 golongan. Salah satu terapi obat antidiabetik oral adalah golongan sulfonilurea.
1. Terapi Insulin
a. Memulai terapi insulin
Untuk penderita DMT1 insulin segera diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Sementara untuk DMT2, terapi insulin dapat dimulai antara lain untuk pasien dengan kegagalan terapi oral, kendali kadar glukosa darah yang buruk (A1c>7,5 % atau kadar glukosa darah puasa >250 mg/ dL), riwayat pankreatektomi, atau disfungsi pankreas, riwayat fluktuasi kadar glukosa darah yang lebar, riwayat ketoasidosis, riwayat penggunaan insulin lebih dari 5 tahun, dan penyandang DM lebih dari 10 tahun.
Menurut Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien DM yang disusun oleh Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) 2007, pada pasien DMT1, pemberian insulin yang dianjurkan adalah injeksi harian multipel dengan tujuan mencapai kendali kadar glukosa darah yang baik. (Selain itu, pemberian dapat juga dilakukan dengan menggunakan pompa insulin (continous subcutaneous insulin infusion [CSII]).
Sedangkan untuk DMT2, ada beberapa cara untuk memulai dan penyesuaian dosis insulin. Tapi sebagai pegangan, jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1C > 6.5%) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat antidiabetik oral dan insulin.Pada keadaan tertentu, di mana kendali glikemik amat buruk dan disertai kondisi katabolisme, seperti kadar glukosa darah puasa >250 mg/dL, kadar glukosa darah acak menetap >300 mg/dL, A1C >10%, atau ditemukan ketonuria, maka terapi insulin dapat mulai diberikan bersamaan dengan intervensi pola hidup. Selain itu, terapi insulin juga dapat langsung diberikan pada pasien DM yang memiliki gejala nyata (poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan). Kondisi-kondisi tersebut sering ditemukan pada pasien DMT1 atau DMT2 dengan defisiensi insulin yang berat. Apabila gejala hilang, obat antidiabetik oral dapat ditambahkan dan penggunaan insulin dapat dihentikan.
Untuk mencapai sasaran pengobatan yang baik, maka diperlukan insulin dengan karakteristik menyerupai orang sehat, yeitu kadar insulin yang sesuai dengan kebutuhan basal dan prandial. Pemberian insulin basal, selain insulin prandial, merupakan salah satu strategi pengobatan untuk memperbaiki kadar glukosa darah puasa atau sebelum makan. Oleh karena glukosa darah setelah makan merupakan keadaan yang dipengaruhi oleh kadar glukosa darah puasa, maka diharapkan dengan menurunkan kadar glukosa darah basal, kadar glukosa darah setelah makan juga ikut turun.
Cara pemberian insulin basal dapat dilakukan dengan pemberian insulin kerja cepat drip intravena (hanya dilakukan pada pasien rawat inap), atau dengan pemberian insulin kerja panjang secara subkutan. Jenis insulin kerja panjang yang tersedia di Indonesia saat ini adalah insulin NPH, insulin detemir dan insulin glargine.
Idealnya, sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin prandial untok kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
ntuk penderita DMT1 tidak dianjurkan memberikan terapi insulin dengan dua kali suntikan karena sangat sulit mencapai kendali glukosa darah yang baik. Pada penderita DMT2 rejimen seperti pada penderita DMT1 juga dapat digunakan, namun karena pada penderita DMT2 tidak ditemukan kekurangan insulin yang mutlak dan untuk meningkatkan kenyamanan penderita, pemberian insulin dapat dimodifikasi. Misalnya untuk penderita DMT2 masih bisa menggunakan rejimen dua kali suntikan sehari dengan insulin campuran/kombinasi yang diberikan sebelum makan pagi dan sebelum makan malam. Atau hanya diberikan satu kali sehari dengan insulin basal yang diberikan pada malam hari dengan kombinasi obat oral. Misalnya, metformin yang diberikan sebagai tambahan terapi insulin dapat memperbaiki glukosa darah dan lipid serum lebih baik dibandingkan hanya meningkatkan dosis insulin. Demikian juga efek sampingnya seperti hipoglikemia dan penambahan berat badan menjadi berkurang.
E. HASIL PRAKTIKUM
No. Pengamatan Hasil
1. Nama obat (merek) Avandia
Nama generik (isi obat) Rosiglitazone maleate
Jumlah dosis (mg/g) 4 mg/ tablet
Indikasi obat Untuk terapi tunggal (mmonoterapi) DM tipe 2, sebagai tambahan terhadap diet dan olahraga. Digunakan dalam kombinasi dengan metformin atau sulfonilurea.
Kontraindikasi obat DM tipe 1, ketoasidosis diabetic
Farmakokinetik
Farmakodinamik Rosglitazone meningkatkan sensitivitas insulin.
Digunakan dalam kombinasi dengan metformin
bilamana diet. Latihan dan avandia saja tidak dapat
mengontrol gula kadar gula darah. Pada pasien-
pasien yang tidak terkontrol dengan dosis
maksimum metformin, dapat ditambahkan avandia.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Anemia ringan s/d sedang, edema, hiperkolesterolemia.
IKK C
2. Nama obat (merek) Actos
Nama generik (isi obat) Pioglitazone
Jumlah dosis (mg/g) 5 mg
Indikasi obat Terapi tambahan terhadap diet dan olahraga untuk memperbaiki kontrol glukosa pada pasien DM tipe 2. Sebagai monoterapi. Juga untuk terapi kombinasi dengan sulfonilurea atau metformin dimana diet dan olahraga plus monotertapi tidak menghasilkan kontrol glukosa darah yang adekuat.
Kontraindikasi obat Gagal jantung atau ada riwayat gagal jantung (NYHA stadium I s/d IV), gangguan hati, terapi kombinasi dengan insulin.
Farmakokinetik Tidak ada interaksi obat dengan digoksin, warfarin, phenprocoumon, metformin dan sulfonilurea.
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Edema
IKK C
3. Nama obat (merek) Glucotrol XL
Nama generik (isi obat) Glipizide gits
Jumlah dosis (mg/g) 5 mg
Indikasi obat Mengontrol hiperglikemia pada pasien NIDDM
Kontraindikasi obat Gangguan berat fungsi ginjal dan hati, IDDM, khususnya diabetes juvenile, ketoasidosis, pra-koma diabetes.
Farmakokinetik
Farmakodinamik Aksi Glipizida terpotensiasi oleh obat-obat anti radang non steroid dan obat-obat lain yang berikatan kuat dengan protein, Salisilat, Sulfonamida, Kloramfenikol, Probenesid, Koumarin, obat-obat penghambat mono amin oksidase, β-adrenergik bloker.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Hipoglikemi, erupsi mukokutan,, gangguan GI dan hati, kolestatik jaundice, agranulositosis, trombositopeni, anemia hemolitik dan aplastik, pansitopeni porfiria dan reaksi seperti disulfiram.
IKK C
4. Nama obat (merek) Glucobay 100
Nama generik (isi obat) Acarbose
Jumlah dosis (mg/g) 100 mg
Indikasi obat Terapi kombinasi dengan diet untuk DM
Kontraindikasi obat Penderita <18 thn, gangguan GI kronik Berkaitan dengan absorbsi dan pencernaan. Keadaan yang bisa memburuk karenapembentukan gas dalam usus. Kerusakan ginjal berat (bersihan kreatinin<25 ml/mnt). Hamil , laktasi
Farmakokinetik Dalam duodenum, zat ini berkhasiat menghambat enzim glucosidase (maltase, sukrase, glukoamilase) yang perlu untuk perombakan di/polisakarida dari makanan menjadi monosakarida. Resobsinya dari usus buruk, hanya kurang lebih 1.2% dan naik sampai lebih kurang 35% setelah dirombak secara enzimatis oleh kuman usus. Ekskresinya berlangsung cepat lewat kemih.
Farmakodinamik Berasal dari kuman, sehingga cara kerjanya berbeda dengan antidiabetika yang lain. Interaksi dengan makanan yang mengandung gula (sakarosa) meningkatkan resiko efek samping. Obat- obat lambung (antaside, enzim cerna, adsorbensia), laksansia, dan kolestiramin dapat mengurangi daya kerja akarbose. Resobsi obat- obat lain dapat dikurangi olehnya bila terjadi diare sebagai efek samping.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Kembung, bising usus meningkat. Kadang diare dan nyeri abdomen.
IKK B
5. Nama obat (merek) Glucovance
Nama generik (isi obat) Metformin HCL – glibenclamide
Jumlah dosis (mg/g) 500 mg/ 2,5 mg / tablet
Indikasi obat Terapi tahap kedua untuk DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol dngan diet, olahraga, dan sulfonilurea atau metformin.
Kontraindikasi obat Gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongestif, hipersensitif terhadap metformin HCL atau glibenclamide atau sulfonilurea lain, asidosis metabolik akut atau kronik, gangguan fungsi hati, intiksikasi akut alkohol, alkoholisme, porfiria, laktasi.
Farmakokinetik Absorpsinya berjalan lambat. Waktu paruhnya 6-8 jam. Obat ini dieliminasi lewat urin dan feses.
Farmakodinamik Obat ini digunakan pada penderita Diabetes Melitus tipe 2. Obat ini akan dapat menimbulkan efek agonis bila diminum sesuai dosis.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Infeksi saluran napas atas, diare, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, pusing.
IKK D
6. Nama obat (merek) Glurenorm
Nama generik (isi obat) Glicuidone
Jumlah dosis (mg/g) 30 mg/ tab
Indikasi obat NIDDM yang tidak cukup dikendalikan dengan diet saja.
Kontraindikasi obat IDDM, koma dan pre-koma diabetik, DM dengan komplikasi asidosis dan ketosis, alergi terhadap sulfonamida, porfiria, gagal ginjal, penyakit hati berat, penyakit infeksi akut. Hamil, laktasi.
Farmakokinetik Efek hipoglikemik diperkuat oleh alkohol, salsilat, sulfonamid, fenilbutazon, tuberkulostatik, kloramfenikol, tetrasiklin, derivat kumarin, siklofosfamid, kotrimoksasol, mikonidazole. Efek hipoglikemik berkurang oleh klorpromazin, simpatomimetik, kortikosteroid, hormon tiroid.
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Gangguan GI, sakit kepala. Jarang : reaksi hipoglikemik, reaksi alergi pada kulit, perubahan pada sistem hemopoietik, intoleransi GI, trombositopenia, anemia aplastik, agranulositosis.
IKK
7. Nama obat (merek) Metrix
Nama generik (isi obat) Glimepiride
Jumlah dosis (mg/g) 1 mg/ tablet
Indikasi obat NIDDM yang tidak terkontrol secara adekuat hanya dengan diet, olahraga dan penurunan berat badan.
Kontraindikasi obat Ketoasidosis diabetes dengan atau tanpa koma. Hamil dan laktasi.
Farmakokinetik Dengan insulin dan oral antidiabetik lain, penghambat ACE, allopurinol, steroid anabolic, dan hormone seks pria, kloramfenikol, turunan kumarin, siklofosfamid, disopiramid, tentfluramin, feniramidol, fibrat, fluoxentin, guanetidin, ifosfamid, MAOI, mikonazol, para aminosalisilat, pentoksifilin (dosis tinggi parenteral), fenilbutazon, probenecid, gol kuinolon, salisilat, sulfonamide. Tetrasiklin dapat menimbulkan hipoglikemia. Dengan acetozolamid, barbiturate, kortikosteroid, diuretic, epinefrin dapat meningkatkan kadar gula darah. Antagonis reseptor H2, klonidin dan reserpin dapat mempotensiasi kadar gula darah. Beta bloker dapat menurunkan toleransi laktosa. Dapat menurunkan atau meningkatkan efek kumarin. Berkhasiat anti agregasi trombosit dan dapat memperbaiki aktivitas fibrinolitis.
Farmakodinamik Jarang menimbulkan ‘hipo’
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Muntah, nyeri saluran cerna, diare. Hipoglikemia. Kerusakan fungsi hati. Reaksi alergi pada kulit. Leukopenia. Gangguan akomodasi dan atau pandangan kabur.
IKK C
8. Nama obat (merek) Diamicron
Nama generik (isi obat) Glicazide
Jumlah dosis (mg/g) 30 mg
Indikasi obat DM tipe 2
Kontraindikasi obat Gagal ginjal berat, ensefalopati hepatik atau gagal hati berat, hipokalemia, trauma serebrovaskuler yang belum lama terjadi.
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan
Efek samping Mual, sakit kepala, ruam, gangguan GI, hipoglikemia, vaskulitis alergi, peningkatan kadar enzim hati. Jarang : diskrasia darah.
IKK B
9. Nama obat (merek) Glibenclamide
Nama generik (isi obat) Glibenclamide
Jumlah dosis (mg/g) 5 mg/ tablet
Indikasi obat NIDDM
Kontraindikasi obat IDDM, diabetes, koma, ketoasidosis, DM dengan komplikasi (demam, trauma, gangren) kerusakan fungsi hati dan adrekortikal, kerusakan ginjal berat, kahamilan dan laktasi.
Farmakokinetik Reabsobsinya dari usus praktis lengkap, PP-nya di atas 99%, plasma –t1/2-nya kurang lebih 10 jam, daya kerjanya dapat bertahan sampai 24 jam. Dalam hati dirombak menjadi metabolit kurang aktif, yang diekskresikan sama rata lewat kemih dan tinja.
Farmakodinamik Khasiat hipoglikemisnya kira- kira 100 kali lebih kuat daripada tolbutamida. Resiko ‘hipo’ juga lebih besar dan lebih sering terjadi. Cara kerjanya lain dengan sulfonylurea lain, yaitu single dose pagi hari mampu menstimulir sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa (sewaktu makan). Dengan demikian selama 24 jam tercapai regulasi gula darah optimal yang mirip pola normal.
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Sensitisasi kulit, gangguan GI, leukopenia, intoleransi alkohol dan ikterus. Perubahan dari sistem hemopoetik.
IKK C
10. Nama obat (merek) Actos
Nama generik (isi obat) Pioglitazone
Jumlah dosis (mg/g) 4 mg/2 mg/ tablet
Indikasi obat Terapi tambahan terhadap diet dan olahraga untuk memperbaiki kontril glukosa darah pada pasien DM tipe 2. Sebagai monoterapi. Juga untuk terapi kombinasi dengan sulfonilurea atau metformin dimana diet dan olahraga plus monoterapi tidak menghasilkan kontror glokosa darah yang adekuat.
Kontraindikasi obat Gagal jantung atau ada riwayat gagal jantung (NYHA stadium I s/d IV ), gangguan hati . Terapi kombinasi untuk insulin
Farmakokinetik Tidak ada interaksi obat dengan digoksin, warfarin, phenprocoumon, metformin dan sulfonilurea.
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Edema
IKK C
11. Nama obat (merek) Avandaryl
Nama generik (isi obat) Rosiglitazone maleate / glimepiride tablets.
Jumlah dosis (mg/g) 4 mg /2 mg tablet
Indikasi obat Sebagaibtambahan terhadap diet dan olahraga guna memperbaiki kontrol gula darah pada pasien DM tipe 2.
Kontraindikasi obat Ketoasidosis diabetik dengan tau tanpa koma.
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Per oral
Efek samping Sakit kepala, nasofaringitis, hipertensi, hipoglokemia, edema.
Golongan
12. Nama obat (merek) Mixtard ® 30 HM Penfill ®
Nama generik (isi obat) Biosynthetic Human Insulin
Jumlah dosis (mg/g) 3 ml 100 iµ / ml
Indikasi obat DM yang memerlukan insulin
Kontraindikasi obat Hipoglikemia
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Jarang , alergi dan lipoatrofi
IKK B
13. Nama obat (merek) Insulatard ® HM Penfill ®
Nama generik (isi obat) Biosynthetic Human Insulin
Jumlah dosis (mg/g) 3 ml 100 iµ / ml
Indikasi obat DM yang memerlukan insulin
Kontraindikasi obat Hipoglikemia
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Hipoglikemia
IKK B
14. Nama obat (merek) Actrapid ® HM Penfill ®
Nama generik (isi obat) Biosynthetic Human Insulin
Jumlah dosis (mg/g) 3 ml 100 iµ / ml
Indikasi obat DM
Kontraindikasi obat Hipoglikemia
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Cara penggunaan Injeksi
Efek samping Hipoglikemia
IKK B
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis DM ada 3 macam. Tipe I, II, dan III. Antidiabetika yang aman untuk ibu hamil antara lain Glucobay, Actrapid HM, Actrapid Novolet, Insulatard HM, dan Mixtard HM.
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH BOUNDING ATTACHMENT
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Mengingat pentingnya keterikatan kasih sayang (Bounding Attechment) antara ibu dan anak, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat dengan hal tersebut, maka didalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana cara mewujudkan kasih sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujud dari janin masih berada didalam kandungan dan untuk mempererat hubungan antara ibu dengan sibuah hati.. Kelahiran anggota keluarga baru dalam sebuah keluaga merupakan satu hal yang membawa perubahan terhadap anggota keluarga lainnya. Mereka beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap bayi yang baru dilahirkan. Berbagai perasaan dan tingkah laku mengalami perubahan, ada yang makin bahagia dengan kehadiran bayi namun tidak sedikit juga yang mengingkarinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Bounding Attechment?
2. Apa sajakah tahap tahap dari Bounding Attechment?
3. Apa sajakah prinsip yang ada dalam Bounding Attechment?
4. Apa sajakah elemen elemen yang ada dalam Bounding Attechment?
5. Bagaimanakah cara cara yang dilakukan dalam Bounding Attechment?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah agar ibu nifas atau ibu menyusui mengerti dan bisa melakukan penyesuaian dan juga pendekatan dengan cara yang benar sehingga bisa terwujudnya Bounding Attechment antara ibu dan anak.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian Bounding Attechment
b. mengetahui tahap tahap dari Bounding Attechment
c. Mengetahui prinsip yang ada dalam Bounding Attechment
d. Mengetahui elemen elemen yang ada dalam Bounding Attechment
e. Mengetahui cara cara yang dilakukan dalam Bounding Attechment
D. MANFAAT
Penulisan laporan ini dapat diharapkan dapat memberikan manfaat pada petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan informasi-informasi mengenai Bounding Attachment
Adapun manfaat itu antara lain :
1. Ibu nifas atau menyusui mengetahui cara atau tehnik untuk melakukan IMD dan mewujudkan Bounding Attechment
2. Ibu nifas atau menyusui mengerti akan manfaat dari Bounding Attecment.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BOUNDING ATTACHMENT
1. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
5. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
6. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
7. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
9. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
10. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
B. TAHAP-TAHAP BOUNDING ATTACHMENT
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain. Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
C. PRINSIP-PRINSIP DAN UPAYA MENINGKATKAN BOUNDING ATTACHMENT
1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2. Sentuhan orang tua pertama kali.
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4. Kesehatan emosional orang tua.
5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6. Persiapan PNC sebelumnya.
7. Adaptasi.
8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11. Penekanan pada hal-hal positif.
12. Perawat maternitas khusus (bidan).
13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
D. ELEMEN-ELEMEN BOUNDING ATTACHMENT
1. Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
3. Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
4. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5. Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6. Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
2. Reflek menghisap dilakukan dini.
3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
E. CARA MELAKUKAN BOUNDING ATTACHMENT
Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:
1. Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
2. Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
Berhasil atau tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
2. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
3. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
4. Kedekatan orang tua ke anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
5. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang lain juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang ayah, diantaranya :
1. Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah.
2. Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga prihatin yang disebabkan oleh :
a. cemas akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak
b. kekhawatiran adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah tentang bagaimana perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain sebagainya.
c. Gelisah tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya sebagai seorang ayah)
d. Harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah jenis kelamin.
e. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Yang Baru Lahir
Berbagai perasaan dan tingkah laku mengalami perubahan, ada yang makin bahagia dengan kehadiran bayi namun tidak sedikit juga yang mengingkarinya. Sikap dan perasaan anggota keluarga tersebut akan membawa pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi itu nantinya. Akan tetapi sebelum menghadapi respon terhadap bayi baru lahir, orang tua akan melalui suatu proses untuk menjadi orang tua.
Disini kelompok kami mengambil contoh keterkaitan IMD dengan bounding attachment
1. PENGERTIAN IMD (INISIASI MENYUSUI DINI)
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah lahiran.Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Berikut informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dapat mendorong untuk melakukan IMD sesaat setelah bayi dilahirkan:
Percayalah bayi dapat melakukan ini sendiri. Sebenarnya, ada kodrat alami seorang bayi untuk menyusu dari ibu bahkan saat dia baru lahir. Jadi Anda tidak perlu terlalu mengkuatirkan bayi Anda.
Ini merupakan tahap awal yang sangat baik bila Anda ingin memberikan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama. Bayi akan menyukai ASI dan ibu tidak akan kekurangan untuk memberikannya. IMD juga mengurangi rasa nyeri saat harus menyusui.
1. Jangan kuatir bayi Anda kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus dibiarkan selama kurang lebih 1 jam untuk mencari puting susu ibu. Karena kulit ibu dapat menghangatkan bayi secara sempurna. Bila bayi merasa kedinginan, suhu tubuh ibu akan meningkat 2 derajat Celcius, sedangkan bila bayi kepanasan, kulit ibu akan menyesuaikan dengan menurunkan suhu sebanyak 1 derajat Celcius.
2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mengurangi tingkat kematian bayi yang baru lahir.
3. Gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim dan mengelurkan hormon yang membantu menghentikan pendarahan ibu.
4. Bila bayi dalam melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat Anda menyerah untuk memberikan ASI. Bayi menangis belum tentu karena merasa lapar. Biarkan bayi Anda menemukan susu sendiri.
5. Bila persalinan harus melalui proses Cesar, Anda dapat tetap melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) walaupun kemungkinan berhasilnya sekitar 50% daripada persalinan normal.
6. IMD membantu meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.
Proses Inisiasi Menyusu Dini :
1. Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di dada si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit. Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi Tuhan sudah mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini terjadi karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
2. Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
3. Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan juga ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu untuk mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati puting ibu. Ketika sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat dada si ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi karena hanya si bayi yang tahu seberapa banyak dia harus membersihkan dada si ibu.
4. Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang bertujuan untuk kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu.
5. Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu.
Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
1. Untuk bayi
a. Kehangatan
Christensson et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan bayi-bayi yang diletakan dalam boks ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan kulit ibunya mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat dan stabil.
b. Kenyamanan
Ternyata bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini lebih jarang menangis di bandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya.
c. Kualitas perlekatan
Di banding bayi yang dipiosahkan dari ibunya, bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik pada waktu menyusu.
2. Untuk ibu
Pelepasan plasenta yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan.
Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan).
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan makanan.
5. Asi yang pertama (colostrums) mengandung beberapa Antibodi yang dapat mencegah infeks pada bayi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
6. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena:
a. Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
b. Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
c. Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
Inisiasi Menyusu Dini Pada Partus Spontan
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
2. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi/tidak menggunakan obat kimiawi
3. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi top
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
6. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
7. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
8. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi.
9. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K.
10. Rawat gabung bayi: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
11. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar operasi atau dikamar pemulihan.
2. Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk dinilai, dikeringkan secepatnya terutama kepala tanpa menghilangkan vernix ; kecuali tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi, talipusat diikat.
3. Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu.
4. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi.
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
6. Biarkan kulit Bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama satu jam, bila menyusu awal selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya 1 jam.
7. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dg mendekatkan bayi ke puting tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri tambahan waktu melekat padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.
8. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat didadanya dan dipeluk erat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih (RR) dengan bayi tetap didadanya.
9. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan mendoakan anaknya saat di kamar pulih.
10. Rawat gabung: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
Inisiasi Menyusu Dini Pada Gemelli
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
2. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi. Bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
5. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah.
6. Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
7. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu berdampingan dengan saudaranya, Ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi – bayi dapat diberi topi.
8. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
9. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi kulit melekat pada kulit
10. Rawat gabung bayi :Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bounding attachment merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Bonding attachment sangat diperlukan untuk bayi dan ibu terutama bagi ibu primipara. Bagi ibu primipara akan banyak mendapatkan pengalaman dan perubahan yang dialami sangat banyak setelah melahirkan karena adanya pergantian peran dari seorang ibu yang dulunya belum pernah memiliki anak dan tidak tahu cara merawat anak,sekarang sudah berganti peran dan mau tidak mau ibu tersebut harus dapat mengambil peran antaralain merawat bayi, memberi ASI dan masih banyak lagi peran yang berubah setelah melahirkan. Ibu disini tidak hanya focus pada perubahan dirinya dan perawatan untuk dirinya sendiri namun ibu harus bisa merawat bayinya juga. Bonding attachment juga tidak hanya untuk ibu yang primipara namun juga untuk ibu yang multipara.
2. ASI ekslusif merupakan makanan terbaik bagi bayi. Namun karena informasi ASI yang kurang, tanpa kita sadari sudah menggangu proses kehidupan manusia ,Inisiasi Menyusui Dini memang hanya 1 jam, tapi mempengaruhi seumur hidup si Bayi.
B. SARAN
Masih banyak sekali bidan atau tenaga kesehatan yang belum melakukan hal ini begitu bayi lahir. Banyak yang melakukan inisiasi menyusu dini namun hanya sebentar saja. Bayi langsung di bawa keruang bayi tanpa mendapatkan kontak dengan ibunya secara maksimal. Sedangkan dalam asuhan ibu bersalin dan bayi baru lahir, sebaiknya di lakukan IMD agar ada kontak dan bonding attachment antara ibu dan bayinya.
Diharapkan bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan bonding attachment bagi ibu dan bayinya agar terjadi ikatan yang kuat antara keduanya. Selain itu bounding attachment dilakukan dengan IMD,dan IMD tersebut sangat penting untuk merangsang bayi untuk mencari,menghisap dan menelan ASI,sedangkan untuk ibu berguna untuk mencegah terjadinya perdarahan dikarenakan adanya hisapan bayi sehingga memproduksi hormon yang dapat mempengaruhi kontraksi uterus dan kembali seperti semula.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 63-65)
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. (hlm: 54-55). books.google.co.id/books?id=ZkPup-
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
KoleksiMediague.wordpress.com
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 64-66).
Telli, L. Bounding Attachment. Diunduh 15 Januari 2010, 10:15 PM. akbidypsdmi.net/download/pdf/asuhan26.pdf
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Mengingat pentingnya keterikatan kasih sayang (Bounding Attechment) antara ibu dan anak, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat dengan hal tersebut, maka didalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana cara mewujudkan kasih sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujud dari janin masih berada didalam kandungan dan untuk mempererat hubungan antara ibu dengan sibuah hati.. Kelahiran anggota keluarga baru dalam sebuah keluaga merupakan satu hal yang membawa perubahan terhadap anggota keluarga lainnya. Mereka beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap bayi yang baru dilahirkan. Berbagai perasaan dan tingkah laku mengalami perubahan, ada yang makin bahagia dengan kehadiran bayi namun tidak sedikit juga yang mengingkarinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Bounding Attechment?
2. Apa sajakah tahap tahap dari Bounding Attechment?
3. Apa sajakah prinsip yang ada dalam Bounding Attechment?
4. Apa sajakah elemen elemen yang ada dalam Bounding Attechment?
5. Bagaimanakah cara cara yang dilakukan dalam Bounding Attechment?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah agar ibu nifas atau ibu menyusui mengerti dan bisa melakukan penyesuaian dan juga pendekatan dengan cara yang benar sehingga bisa terwujudnya Bounding Attechment antara ibu dan anak.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian Bounding Attechment
b. mengetahui tahap tahap dari Bounding Attechment
c. Mengetahui prinsip yang ada dalam Bounding Attechment
d. Mengetahui elemen elemen yang ada dalam Bounding Attechment
e. Mengetahui cara cara yang dilakukan dalam Bounding Attechment
D. MANFAAT
Penulisan laporan ini dapat diharapkan dapat memberikan manfaat pada petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan informasi-informasi mengenai Bounding Attachment
Adapun manfaat itu antara lain :
1. Ibu nifas atau menyusui mengetahui cara atau tehnik untuk melakukan IMD dan mewujudkan Bounding Attechment
2. Ibu nifas atau menyusui mengerti akan manfaat dari Bounding Attecment.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BOUNDING ATTACHMENT
1. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
5. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
6. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
7. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
9. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
10. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
B. TAHAP-TAHAP BOUNDING ATTACHMENT
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain. Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
C. PRINSIP-PRINSIP DAN UPAYA MENINGKATKAN BOUNDING ATTACHMENT
1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2. Sentuhan orang tua pertama kali.
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4. Kesehatan emosional orang tua.
5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6. Persiapan PNC sebelumnya.
7. Adaptasi.
8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11. Penekanan pada hal-hal positif.
12. Perawat maternitas khusus (bidan).
13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
D. ELEMEN-ELEMEN BOUNDING ATTACHMENT
1. Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
3. Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
4. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5. Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6. Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
2. Reflek menghisap dilakukan dini.
3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
E. CARA MELAKUKAN BOUNDING ATTACHMENT
Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:
1. Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
2. Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
Berhasil atau tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
2. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
3. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
4. Kedekatan orang tua ke anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
5. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang lain juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang ayah, diantaranya :
1. Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah.
2. Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga prihatin yang disebabkan oleh :
a. cemas akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak
b. kekhawatiran adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah tentang bagaimana perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain sebagainya.
c. Gelisah tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya sebagai seorang ayah)
d. Harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah jenis kelamin.
e. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Yang Baru Lahir
Berbagai perasaan dan tingkah laku mengalami perubahan, ada yang makin bahagia dengan kehadiran bayi namun tidak sedikit juga yang mengingkarinya. Sikap dan perasaan anggota keluarga tersebut akan membawa pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi itu nantinya. Akan tetapi sebelum menghadapi respon terhadap bayi baru lahir, orang tua akan melalui suatu proses untuk menjadi orang tua.
Disini kelompok kami mengambil contoh keterkaitan IMD dengan bounding attachment
1. PENGERTIAN IMD (INISIASI MENYUSUI DINI)
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah lahiran.Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Berikut informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dapat mendorong untuk melakukan IMD sesaat setelah bayi dilahirkan:
Percayalah bayi dapat melakukan ini sendiri. Sebenarnya, ada kodrat alami seorang bayi untuk menyusu dari ibu bahkan saat dia baru lahir. Jadi Anda tidak perlu terlalu mengkuatirkan bayi Anda.
Ini merupakan tahap awal yang sangat baik bila Anda ingin memberikan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama. Bayi akan menyukai ASI dan ibu tidak akan kekurangan untuk memberikannya. IMD juga mengurangi rasa nyeri saat harus menyusui.
1. Jangan kuatir bayi Anda kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus dibiarkan selama kurang lebih 1 jam untuk mencari puting susu ibu. Karena kulit ibu dapat menghangatkan bayi secara sempurna. Bila bayi merasa kedinginan, suhu tubuh ibu akan meningkat 2 derajat Celcius, sedangkan bila bayi kepanasan, kulit ibu akan menyesuaikan dengan menurunkan suhu sebanyak 1 derajat Celcius.
2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mengurangi tingkat kematian bayi yang baru lahir.
3. Gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim dan mengelurkan hormon yang membantu menghentikan pendarahan ibu.
4. Bila bayi dalam melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat Anda menyerah untuk memberikan ASI. Bayi menangis belum tentu karena merasa lapar. Biarkan bayi Anda menemukan susu sendiri.
5. Bila persalinan harus melalui proses Cesar, Anda dapat tetap melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) walaupun kemungkinan berhasilnya sekitar 50% daripada persalinan normal.
6. IMD membantu meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.
Proses Inisiasi Menyusu Dini :
1. Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di dada si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit. Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi Tuhan sudah mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini terjadi karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan.
2. Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi.
3. Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan juga ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu untuk mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati puting ibu. Ketika sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat dada si ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi karena hanya si bayi yang tahu seberapa banyak dia harus membersihkan dada si ibu.
4. Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang bertujuan untuk kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu.
5. Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu.
Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
1. Untuk bayi
a. Kehangatan
Christensson et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan bayi-bayi yang diletakan dalam boks ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan kulit ibunya mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat dan stabil.
b. Kenyamanan
Ternyata bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini lebih jarang menangis di bandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya.
c. Kualitas perlekatan
Di banding bayi yang dipiosahkan dari ibunya, bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik pada waktu menyusu.
2. Untuk ibu
Pelepasan plasenta yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan.
Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan).
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan makanan.
5. Asi yang pertama (colostrums) mengandung beberapa Antibodi yang dapat mencegah infeks pada bayi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
6. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena:
a. Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
b. Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
c. Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
Inisiasi Menyusu Dini Pada Partus Spontan
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
2. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi/tidak menggunakan obat kimiawi
3. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi top
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
6. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
7. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
8. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi.
9. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K.
10. Rawat gabung bayi: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
11. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar operasi atau dikamar pemulihan.
2. Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk dinilai, dikeringkan secepatnya terutama kepala tanpa menghilangkan vernix ; kecuali tangannya. Dibersihkan mulut dan hidung bayi, talipusat diikat.
3. Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu.
4. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi.
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
6. Biarkan kulit Bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama satu jam, bila menyusu awal selesai sebelum 1 jam; tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya 1 jam.
7. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dg mendekatkan bayi ke puting tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri tambahan waktu melekat padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.
8. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat didadanya dan dipeluk erat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang pulih (RR) dengan bayi tetap didadanya.
9. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan mendoakan anaknya saat di kamar pulih.
10. Rawat gabung: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
Inisiasi Menyusu Dini Pada Gemelli
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
2. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi. Bayi di tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
5. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah.
6. Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix . Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
7. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu berdampingan dengan saudaranya, Ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi – bayi dapat diberi topi.
8. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
9. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi kulit melekat pada kulit
10. Rawat gabung bayi :Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bounding attachment merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Bonding attachment sangat diperlukan untuk bayi dan ibu terutama bagi ibu primipara. Bagi ibu primipara akan banyak mendapatkan pengalaman dan perubahan yang dialami sangat banyak setelah melahirkan karena adanya pergantian peran dari seorang ibu yang dulunya belum pernah memiliki anak dan tidak tahu cara merawat anak,sekarang sudah berganti peran dan mau tidak mau ibu tersebut harus dapat mengambil peran antaralain merawat bayi, memberi ASI dan masih banyak lagi peran yang berubah setelah melahirkan. Ibu disini tidak hanya focus pada perubahan dirinya dan perawatan untuk dirinya sendiri namun ibu harus bisa merawat bayinya juga. Bonding attachment juga tidak hanya untuk ibu yang primipara namun juga untuk ibu yang multipara.
2. ASI ekslusif merupakan makanan terbaik bagi bayi. Namun karena informasi ASI yang kurang, tanpa kita sadari sudah menggangu proses kehidupan manusia ,Inisiasi Menyusui Dini memang hanya 1 jam, tapi mempengaruhi seumur hidup si Bayi.
B. SARAN
Masih banyak sekali bidan atau tenaga kesehatan yang belum melakukan hal ini begitu bayi lahir. Banyak yang melakukan inisiasi menyusu dini namun hanya sebentar saja. Bayi langsung di bawa keruang bayi tanpa mendapatkan kontak dengan ibunya secara maksimal. Sedangkan dalam asuhan ibu bersalin dan bayi baru lahir, sebaiknya di lakukan IMD agar ada kontak dan bonding attachment antara ibu dan bayinya.
Diharapkan bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan bonding attachment bagi ibu dan bayinya agar terjadi ikatan yang kuat antara keduanya. Selain itu bounding attachment dilakukan dengan IMD,dan IMD tersebut sangat penting untuk merangsang bayi untuk mencari,menghisap dan menelan ASI,sedangkan untuk ibu berguna untuk mencegah terjadinya perdarahan dikarenakan adanya hisapan bayi sehingga memproduksi hormon yang dapat mempengaruhi kontraksi uterus dan kembali seperti semula.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 63-65)
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. (hlm: 54-55). books.google.co.id/books?id=ZkPup-
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
KoleksiMediague.wordpress.com
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 64-66).
Telli, L. Bounding Attachment. Diunduh 15 Januari 2010, 10:15 PM. akbidypsdmi.net/download/pdf/asuhan26.pdf
MAKALAH PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN , PENYAKIT TIROID PADA KEHAMILAN , PENYAKIT TIPOID PADA KEHAMILAN , INFEKSI PADA KEHAMILAN , PENYAKIT MALARIA PADA KEHAMILAN
TINJAUAN TEORI
DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN
Diabetes mellitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Patofiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
Klasifikasi :
1. Tidak tergantung insulin (TTI) – Non Insulin Dependent diabetes mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2. Tergantung insulin (TI) – Insulin dependent Diabetes Melitus yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.
Komplikasi
1. Maternal : infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian ibu
2. Fetal : abortus spontan, kelainan congenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intra uterin,
3. Neonatal : prematuritas, kematian intra uterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia, hipomegnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma gawat nafas, polisitemia.
Penatalaksanaan
Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl, dan kadar HbA1c<6%. Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus normal. Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila. Ajarkan pasien memantau gula darah sendiri di rumah dan anjurkan untuk kontrol 2-4 minggu sekali bahkan lebih sering lagi saat mendekati persalinan. Obat hipoglikemik oral tidak dapat dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI, kenaikan BB pada trimester I diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5 kg /minggu, total kenaikan BB sekitar 10-12 kg. Penatalaksanaan Obstetric Pantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan DJJ, dan secara khusus memakai USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila UK <38 minggu). Kehamilan dengan DM yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan baisanya memerlukan insulin. Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabia diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus – menerus. Pengelolaan medis Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu. 1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips. 2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik. 3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa. 4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah. 5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB. 6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari: a) Kalori basal 25 kal/kgBB ideal b) Kalori kegiatan jasmani 10-30% c) Kalori untuk kehamilan 300 kalor d) Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai. Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk : 1. Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl 2. Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl 3. Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6% 4. Mencegah episode hipoglikemia 5. Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik 6. Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal. Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkanterbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan.Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI. PENYAKIT TIROID PADA KEHAMILAN Tiroid adalah kelenjar yang beratnya kira-kira 15 gram yang berlokasi pada depan leher tepat dibawah Adam's apple (cricoid cartilage). Kelenjar tiroid bertanggung jawab untuk produksi dari hormon tiroid tubuh. Tiroid merespon pada sinyal-sinyal hormon dari otak untuk mempertahankan tingkat hormon tiroid yang konstan. Sinyal-sinyal hormon dikirim oleh area-area khusus dari otak (hypothalamus dan pituitary), akhirnya mengirim thyroid stimulating hormone (TSH) yang memajukan produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Penyakit tiroid adalah terutama umum pada wanita-wanita dari yang berumur melahirkan anak. Sebagai akibatnya, adalah tidak mengherankan bahwa penyakit tiroid mungkin merumitkan perjalanan kehamilan. Diperkirakan bahwa 2.5% dari semua wanita-wanita hamil mempunyai beberapa derajat dari hypothyroidism. Frekwensinya bervariasi diantara populasi-populasi yang berbeda dan negara-negara yang berbeda. Sementara kehamilan sendiri adalah keadaan yang alamiah, dan sama sekalai tidak harus dipertimbangkan sebagai "penyakit", penyakit-penyakit tiroid selama kehamilan mungkin mempengaruhi keduanya ibu dan bayi. Artikel ini berfokus secara spesifik pada hypothyroidism dan kehamilan. Setelah penggambaran umum dari fungsi tiroid yang normal dan abnormal, data baru-baru ini pada konsekwensi-konsekwensi jangka panjang pada anak-anak dari ibu-ibu yang mempunyai hypothyroidism selama kehamilan akan ditinjau ulang. Pada kehamilan normal akan terjadi beberapa perubahan penting yang mengubah fungsi tiroid. Saat tiga bulan pertama kehamilan, beberapa hormon akan mengalami perubahan, seperti kadar thyroid stimulating hormone (TSH) sedikit lebih rendah karena tingginya kadar hCG (hormon yang dinilai pada tes kehamilan) dan akan kembali normal sepanjang masa kehamilan berikutnya. Peningkatan kadar hormon tiroid (T4 total) juga sering meningkat karena peningkatan protein pengikat akibat naiknya kadar estrogen. Namun, kadar hormon tiroid bebas (bentuk aktif, yaitu T4 /FT4) tetap normal. Selain kadar hormon yang bisa berubah, ukuran kelenjar tiroid juga dapat membesar selama kehamilan terutama apabila sebelumnya mengalami kekurangan yodium. Pada 10 – 12 minggu pertama kehamilan, bayi sangat tergantung pada produksi hormon tiroid ibu. Pada akhir trimester pertama kehamilan, tiroid bayi mulai mampu memproduksi hormon sendiri. Namun, kebutuhan yodium bayi untuk membuat hormon tiroid tetap tergantung dari makanan ibu . Penyebab utama hipertiroidisme pada kehamilan adalah penyakit Graves dan terjadi pada 1 dari 1500 kehamilan. Diagnosis hipertiroidisme pada kehamilan didapatkan melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium. Apabila hipertiroidisme tidak diterapi dengan baik akan menyebabkan persalinan prematur dan komplikasi kehamilan yang disebut preeklamsia. Penyakit Graves sering membaik selama trimester ketiga kehamilan dan mungkin memburuk setelah persalinan, karena berkurangnya kadar protein pengikat hormon. Dampak lain akibat hipertiroidisme pada kehamilan adalah denyut jantung bayi yang lebih cepat, bayi kecil, prematur, bayi lahir mati, serta kemungkinan kelainan kongenital (kelainan yang didapat saat lahir). Hal inilah yang menjadi alasan pentingnya menata laksana hipertiroidisme pada kehamilan. Selain itu, keadaan ini dapat pula menyebabkan hipertiroidisme pada bayi yang baru dilahirkan walaupun jarang ditemui. Gejala-gejala : Gejala- gejalanya bervariasi tergantung pada apakah ada terlalu banyak atau terlalu sedikit T4 (thyroxine)dalam darah : 1. pasien mengeluhkan perasaan gelisah 2. emosi 3. panas dan berkeringat 4. tubuh gemetaran 5. kesulitan berkonsentrasi 6. kehilangan berat badan 7. Buang air besar dan diare yang sering adalah umum. Jika tingkat-tingkat T4 adalah rendah (hypothyroidism) sebagai akibat dari produksi yang berkurang oleh kelenjar tiroid, pasien-pasien seringkali mencatat kelelahan, kelesuan, dan kenaikan berat badan. Sembelit adalah umum dan banyak pasien-pasien dengan hypothyroidism melaporkan perasaan kedinginan yang berlebihan. Hipotiroidisme/hipotiroid adalah kondisi dimana kelenjar gondok/kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon yang cukup dan gejala yang timbul antara lain kelelahan, depresi, sering lupa, tidak toleran terhadap dingin, sembelit dan kulit mengering. Penanganan hipotiroid pada wanita hamil sama dengan pada wanita yang tidak hamil, seperti konsumsi hormon tiroid sintetis, synthetic levothyroxine (T4) yang biasanya diperoleh dari tiroid yang dikeringkan dari kelenjar-kelenjar tiroid hewan Karena sifat perawatan hipotiroid yang sepanjang umur, maka sebelum hamil, ibu sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk memperoleh dosis konsumi T4 yang tepat Ibu dengan terapi T4 yang hamil umumnya harus meningkatkan dosis konsumsi khususnya pada trimester pertama sampai sekurangnya 50 persen. Hipotiroid pada ibu hamil yang tidak tertangani atau kurang cukup tertangani dapat mengakibatkan keguguran, lahir prematur dan penurunan IQ pada janin. Anak/bayi yang lahir dengan hipotiroid bawaan (tanpa kelenjar tiroid sejak lahir) biasanya akan berkembang tidak normal jika tidak teridentifikasi dan tertangani dengan segera. Di Amerika, semua bayi yang dilahirkan harus melalui pemeriksaan tiroid untuk mengetahui apakah ia memiliki kelainan tiroid bawaan agar dapat ditentukan terapi lebih dini untuk mencegah terjadinya retardasi/penurunan metal anak. Delapan sampai sepuluh persen ibu ditengarai menderita postpartum thyoriditis (tiroiditis pasca salin) yang terjadi dalam 12 bulan pertama pasca melahirkan dimana terjadi hipertiroid yang diikuti dengan hipotiroid 2-3 bulan kemudian dan selanjutnya berangsur normal. PENYAKIT TYPHOID PADA KEHAMILAN A. Pengrtian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999). B. Etiologi Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. C. Patofisiologi Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. D. Tanda dan Gejala Masa tunas typhoid 10 - 14 hari 1. Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. 2. Minggu II Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran. E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium : 1. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : o Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). o Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman). o Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. 2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. F. Penatalaksanaan 1. Perawatan a. Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan. 2. Diet a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein. b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari. 3. Pengobatan a. Klorampenikol b. Tiampenikol c. Kotrimoxazol d. Amoxilin dan ampicillin PENYAKIT INFEKSI PADA KEHAMILAN Infeksi didefinisikan sebagai invasi dan pembiakan mikro-organisme di jaringan tubuh, dengan akibat yang mungkin dapat dideteksi secara klinis atau hanya merupakan jejas seluler local Secara praktis, Infeksi dapat bergejala dan memberikan tanda klinis, dapat pula tidak terdeteksi. Infeksi disebut bersifat sistemik, bila mengenai tubuh secara keseluruhan. Infeksi sistemik, dibedakan dengan infeksi fokal, yang merupakan infeksi yang terbatas pada organ/jaringan tubuh tertentu1. Secara praktis, infeksi sistemik memberikan gejala demam, peningkatan respirasi dan denyut nadi, serta memperlihatkan keterlibatan yang jelas sistem organ lain. Beberapa infeksi sistemik akan dibahas dalam makalah ini, khususnya dalam kaitan dengan pengaruh, pengenalan dan penatalaksanaannya pada kehamilan.Dalam memahami seberapa besar pengaruh infeksi terhadap individu, perlu dipahami konsep dasar penyakit infeksi, yaitu adanya interaksi antara 3 komponen : host (pejamu/individu), agent (kuman penyakit, bisa berupa bakteri, jamur, virus, protozoa, parasit), dan environment (lingkungan). Penyakit infeksi terjadi karena terdapat hubungan antara 3 komponen tersebut. Berat infeksi akan ditentukan oleh sifat yang terdapat pada 3 komponen tersebut. Rangkuman hal tersebut disajikan pada tabel 12. Kehamilan merupakan salah satu faktor pada komponen host, yang berpengaruh terhadap perjalanan penyakit infeksi. Secara ringkas tentang penyakit-penyakit infeksi (yang perlu diwaspadai) pada ibu hamil adalah: 1. Toxoplasma Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasa hidup di dalam usus hewan peliharaan rumah seperti kucing, berkembang dalam sel epitel usus kucing berubah menjadi kista (ookista) yang keluar bersama tinja kucing tersebut. Sehingga sumber penularannya adalah kotoran hewan tersebut. Hewan lain yang dapat menjadi pembawa Toxoplasma adalah tikus, burung merpati, ayam, anjing dan mamalia lain yang mencari makan di tanah. Cara penularan penyakit ini dapat melalui berbagai cara yaitu: 1. Mengkonsumsi daging mentah/kurang matang yang mengandung ookista 2. Menkonsumsi sayuran/buah mentah yang mengandung ookista tidak dicuci bersih. 3. Kontaminasi lewat darah (transfusi/suntikan) atau saliva (ludah) yang mengandung ookista. 4. Transplantasi organ yang terinfeksi toxoplasma. 5. Janin terinfeksi dari ibu (parasit dapat menembus sawar plasenta) a. Pada umumnya, infeksi toxoplasma terjadi tanpa disertai dengan gejala yang spesifik, sehingga penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Kira-kira hanya 10 - 20% kasus infeksi toxoplasma yang disertai gejala ringan mirip influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam ringan, sakit kepala, nyeri otot, dan umumnya tidak menimbulkan masalah yang berat. Kecurigaan terhadap toxoplasmosis baru timbul bila gejala klinis disertai pembesaran kelehjar limfe, khususnya di sudut rahang, di daerah depan dan belakang telinga, dan tidak nyeri tekan. Infeksi toxoplasma lebih berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu misalnya penderita AIDS, pasien transplantasi organ yang mendapat obat penekan respon imun (seperti kortikosteroid), mendapat radioterapi dan lainnya. Beberapa penelitian menyebutkan ibu hamil yang terkena infeksi toxoplasma pada trimester pertama, 15% dari janin yang dikandungnya akan turut terinfeksi, dibandingkan dengan 30% jika terinfeksi pada trimester kedua dan 45-60% pada trimester ketiga. Infeksi yang terjadi pada kehamilan yang lebih muda akan menimbulkan gejala yang lebih berat bahkan dapat fatal. Jika wanita hamil terinfeksi toxoplasma, maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus atau keguguran (sekitar 4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita toxoplasmosis bawaan. Pada toxoplasmosis bawaan, gejala dapat langsung terlihat adanya masalah klinis dan atau kecacatan seperti splenomegali (pembesaran limpa), hepatomegali (pembesaran hati), ikterik (bayi kuning), demam, pneumonia (radang paru), konvulsi (kejang), hidrocepalus (pembesaran ukuran kepala), mikrocephalus (ukuran kepala kecil) dan sebagainya. Sedangkan toxoplasmosis bawaan yang asimptomatik (gejala tidak langsung nampak), gejala baru muncul/tampak beberapa hari, minggu, atau bulan, bahkan beberapa tahun kemudian seperti kelainan mata dan telinga, kelainan otak, ensefalitis (radang otak), keterbelakangan mental, kelainan jantung dan sebagainya. Dengan gejala-gejala yang tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik), diagnosis toxoplasmosis sukar ditentukan secara klinis. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan diagnosisnya. Kadang perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan (diulang) untuk mendapatkan hasil positif. Cara untuk menghindarkan diri dari Toxoplasmosis, antara lain: • Pencegahan terjadinya Toxoplasmosis kongenital adalah dengan menjaga tidak terjadi infeksi akut selama selama kehamilan, atau jika infeksi akut segera diobati. • Menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum makan, atau setelah kontak dengan kucing dan atau kotoran kucing. • Konsumsi makanan yang dimasak sampai matang benar (kista dalam jaringan mati pada pemanasan > 66° C)
• Jangan makan daging dan atau telur mentah atau setengah matang
• Cuci bersih semua buah dan sayuran sebelum dimakan mentah.
• Gunakan sarung tangan (karet) saat berkebun, membersihkan kandang hewan, dan terutama selama berhubungan dengan kotoran kucing. Setelah selesai cuci tangan, sarung tangan dan semua peralatan yang dipakai dengan sabun sampai bersih. Jangan meletakkan peralatan tersebut sembarangan (harus jauh dengan makanan atau peralatan makan).
• Binatang yang dapat memindahkan toxoplasma seperti tikus, kecoa, lalat dan binatang merayap lainnya harus dibasmi.
• Karena kucing bisa menghasilkan oosit, pembuangan fesesnya harus diperhatikan benar.
2. Rubella
Infeksi rubella disebabkan oleh virus rubella, bisa menyerang anak-anak dan dewasa muda. Biasanya infeksi karena virus ini ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Apabila terjadi pada wanita hamil muda infeksi rubella sangat berbahaya karena menyebabkan kelainan pada bayi. Menurut American College of Obstetrician and Gynekologyst (1981), jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka resiko kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi terjadi di trimester pertama maka resikonya menjadi 25%.
Cara penularan (transmisi) infeksi ini adalah melalui
• Saluran pernafasan
• Janin terinfeksi dari ibu
Penentuan diagnosisnya juga dengan pemeriksaan laboratorium. Apabila memungkinkan, bisa dilakukan vaksinasi agar memiliki kekebalan terhadap infeksi virus tersebut.
3. Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus cytomegalo. Virus ini termasuk golongan keluarga herpes, dan dapat tinggal secara laten di dalam tubuh.
Jika ibu hamil terinfeksi CMV maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga terjadi gangguan yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Umumnya bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah, ada gangguan gejala kuning, pembesaran hati dan limpa, ketulian, pengkapurn otak, mikrosefali (kepala kecil), retardasi mental dan sebagainya.
Infeksi akut virus ini mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada infeksi berulang.
Cara penularan (transmisi) penyakit ini adalah melalui:
• Kontak langsung/tidak langsung
• Hubungan seksual
• Transfusi darah
• Transplantasi organ
• Janin terinfeksi dari ibu
• Bayi infeksi saat menyusui
Adanya infeksi tersebut bisa diketahui dengan pemeriksaan laboratorium.
4. Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkanoleh virus herpes simplex tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam di ganglion sistem syaraf otonom.
Infeksi virus ini dapat menyebabkan terjadinya kanker leher rahim (serviks uteri) dan bila terjadi pada ibu hamil dapat menyebabkan kelainan serius pada janin.
Kelainan pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II, dapat berupa lepuh pada kulit (tidak selalu muncul), stomatis rekuren, mikrosefali (kepala kecil), radang otak, radang mata, radang hati dan sebagainya.
Penularan (transmisi) penyakit ini melalui :
• Kontak langsung/tidak langsung
• Hubungan seksual
• Janin terinfeksi dari ibu
• Bayi terinfeksi saat lahir (kontak dengan leher rahim yang terinfeksi)
Kemungkinan terjadinya infeksi virus ini bisa dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium
5. Infeksi Lain : PHS, Hepatitis B, HIV AIDS dan lainnya
PHS atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti Gonorrhoea (GO), Shyphilis, dan Chlamydia dan atau Hepatitis B, HIV AIDS bila menginfeksi ibu hamil dapat menyebabkan kelainan-kelainan pada janin berupa kecacatan. Penyakit yang akan muncul kemudian misalnya sirosis hati dan kanker hati (bila terinfeksi Hepatits B), tertular penyakit HIV AIDS maupun terjadinya keguguran.
Cara penularan (transmisi) bisa melalui:
• Hubungan seksual
• Kontak langsung/tidak langsung
• Janin terinfeksi dari ibu
• Bayi terinfeksi saat hamil
Beberapa tips untuk menghindari Infeksi TORCH dan Infeksi lainnya.
1. Pola hidup yang bersih dan sehat, baik makanan, pakaian, kebersihan diri, tempat tinggal, dan sebagainya.
2. Periksa dan konsultasi pada dokter bila termasuk resiko tinggi terinfeksi penyakit torch dan infeksi lainnya.
3. Bila hamil, harus rutin periksa ke dokter (ahlinya) terutama bagi yang beresiko tinggi agar dapat dideteksi dini sehingga bila positif terinfeksi dapat segera ditangani.
4. Hanya melakukan hubungan seksual yang sehat dengan istri.
5. membiasakan hidup sehat dan seimbang dengan makanan bergizi, rutin olahraga, istirahat cukup serta kehidupan spiritual yang taat.
6. Bagi yang suka berkebun dan atau memelihara hewan yang bisa menularkan penyakit ini harus selalu menjaga dan mencegah (mengantisipasi) resiko terjadi atau tertularnya penyakit.
Malaria Pada Kehamilan
Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
dinegara-negara seluruh dunia, baik didaerah tropis maupun sub tropis, terutama
dinegara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit malaria disebabkan oleh parasit
protozoa dari Genus plasmodium. Empat spesies yang ditemukan pada manusia
adalah Plasmodium Vivax, P. ovale, P. malariae dan P. Falciparum. Badan kesehatan
seduania (WHO) melaporkan tiga juta anak manusia meninggal setiap tahun karena
menderita malaria. Dan tiap tahun terdapat 110 juta penderita malaria, 280 juta
orang sebagai “Carrier” dan 2/5 penduduk dunia selalu kompak dengan malaria
(1,3,31).
Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin, tidak
terkecuali wanita hamil merupakan golongan yang rentan. Malaria pada kehamilan
dapat disebabkan oleh keempat spesies plasmodium, tetapi plasmodium Falciparum
merupakan parasit yang dominan dan mempunyai dampak paling berat terhadap
morbiditas dam mortalitas ibu dan janinnya (2,4,5).
Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria
dibandingkan wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan
yang menurun selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi
densitas parasit malaria berat (10).
Laporan dari berbagai negara menunjukan insidens malaria pada wanita hamil
umumnya cukup tinggi, dari El vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113 wanita hamil;
dari berbagai tempat bervariasi antara 2-76% (6,13).
Berdasarkan hal-hal diatas terlihat bahwa malaria selama kehamilan perlu
mendapat perhatian khusus. Selanjutnya pada tinjauan pustaka ini akan dibahas
pengaruh malaria terhadap ibu dan janinnya serta kontrol terhadap malaria selama
kehamilan.
II. PENGARUH MALARIA SELAMA KEHAMILAN
A. PADA IBU
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada
tingkat kekebalan seseotrang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas (jumlah
kehamilan). Ibu hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai kekebalan dapat
menderita malaria klinis berat sampai menyebabkan kematian (4).
Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan kematian ibu hamil jarang
dilaporkan (15). Gejala klinis malaria dan densitas para sitemia dipengaruhi paritas,
sehingga akan lebuh berat pada primigravida (kehamilan pertama) daripada
multigravida (kehamilan selanjutnya) 2.
Pada ibu hamil dengan malaria, gejala klinis yang penting diperhatikan ialah
demam, anemia, hipoglikemia, edema paru, akut dan, malaria berat lainnya.
© 2003 Digitized by USU digital library 2
1. Demam
Demam merupakan gejala akut malaria yang lebih sering dilaporkan pada ibu
hamil dengan kekebalan rendah atau tanpa kekebalan, terutama pada Primigravida.
Pada ibu hamil yang multigravida dari daerah endemisitas tinggi jarang timbul gejala
malaria termasuk demam, meskipun terdapat parasitemia yang tinggi (8,26).
2. Anemia
Menurut defenisi WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar haemoglobin
(Hb) < 11 g/ dl. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa penurunan kadar Hb dalam darah hubungannya dengan parasitemia, terbesar terjadi pada primigravida dan berkurang sesuai dengan penyusunan peningkatan paritas (2). Van Dongen (1983) melaporkan bahwa di Zambia, primigravida dengan infeksi P. falciparum merupakan kelompokyang beresiko tinggi menderita anemia dibandingkan dengan multigravida (23). Di Nigeria Fleming (1984) melaporkan bahwa malaria sebagai penyebab anemia ditemukan pada 40% penderita anemia primigravida (24). Anemia pada malaria terjadi karena lisis sel darah merah yang mengandung parasit. Hubungan antara anemia dan splenomegali dilaporkan oleh Brabin (1990) yang melakukan penelitian pada wanita hamil di Papua Neu Geuinea, dan menyatakan bahwa makin besar ukuran limpa makin rendah nilai Hb-nya (28). Pada penelitian yang sama Brabin melaporkan hubungan BBLR (berat badan lahir rendah) dan anemia berat pada primigravida. Ternyata anemia yang terjadi pada trimester I kehamilan, sangat menentukan apakah wanita tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau tidak karena kecepatan pertumbuhan maksimal janin terjadi sebelum minggu ke 20 usia kehamilan (28). Laporan WHO menyatakan bahwa anemia berpengaruh terhadap morbiditas ibu hamil, dan secara tidak langsung dapat menyebabkan kematian ibu dengan meningkatnya angka kematian kasus yang disebabkan oleh pendarahan setelah persalinan (Post-partum hemorrhage) 15. 3. Hipoglikemia Hipoglikemia juga terdapat sebagai komplikasi malaria, sering ditemukan pada wanita hamil daripada tidak hamil. Pada wanita hamil terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang cenderung menyebebkan terjadinya Hipoglikemia, terutama pada trimester akhir kehamilan (3,21,22). Dilaporkan juga bahwa sel darah merah yang terinfeksi parasit malaria memerlukan glukosa 75 kali lebih banyak daripada sel darah merah yang tidak terinfeksi, sehingga pada penderita dengan hiperparasitemia dapat terjadi hipoglikemia. Selain daripada itu, pada wanita hamil dapat terjadi hipoglikemia karena meningkatnya fungsi sel B pankreas, sehingga pembentukan insulin bertambah (15). Seorang menderita hipoglikemia bila kadar glukosa dalam darah lebih rendah dari 2, 2 m.mol perliter. Mekanisme terjadinya hipoglikemia sangat kompleks dan belum diketahui secara pasti. Berdasarkan faktor tersebut diatas jelaslah bahwa wanita hamil yang terinfeksi malaria cenderung untuk menderita hipoglikemia. Migasena (1983) melaporkan bahwa wanita hamil diantara 6 kasus menderita hipoglikemia dan White (1983) mendapatkan 50% kasus hipoglikemia yang diteliti ternyata wanita hamil (14,27). Gejala hipoglikemia dapat berupa gangguan kesadaran sampai koma. Bila sebelumnya penderita sudah dalam keadaan koma karena ‘ malaria serebral’, maka komanya akan lebih dalam lagi. Penderita ini bila diinjeksikan glukosa atau diinfus dengan dekstrosa maka kesadarannya akan pulih kembali, tetapi karena ada hiperinsulinemia, keadaan hipoglikemia dapat kambuh dalam beberapa hari (7). © 2003 Digitized by USU digital library 3 4. Edema paru akut Biasanya kelainan ini terjadi setelah persalinan bagaimana cara terjadinya edema paru ini masih belum jelas kemungkinan terjadi karena autotransfusi darah post-partum yang penuh dengan sel darah merah yang terinfeksi. Gejalanya, mulamula frekuensi pernafasan meningkat, kemudian terjadi dispenia (sesak nafas) dan penderita dapat meninggal dalam waktu beberapa jam (3,21,22). 5. Malaria Berat Lainnya Menurut WHO, penderita malaria berat adalah penderita yang darah tepinya mengandung stadium aseksual palsmodium falciparum yang disertai gejala klinik berat dengan catatan kemungkinan penyakit lain telah disingkirkan3. Gejala klinik dan tanda malaria berat antara lain hiperparasitemia (> 5% sdm
terinfeksi), malaria otak, anemia berat (Hb < 7,1 g/ dl), hiperpereksia (suhu > 40
oC), edema paru, gaagl ginjal, hipoglikemia, syok (3,21,22). Gejala dan tanda-tanda
malaria tersebut diatas perlu diperhatikan, karena kasus ini memerlukan
penanganan khusus baik untuk keselamatan ibu maupun untuk kelangsungan hidup
janinnya.
B. PADA JANIN
Malaria Plasenta.
Plasenta (ari-ari) merupakan organ penghubung antara ibu dan janinnya.
Fungsi plasenta antara lain :
1. memberi makanan kejanin (nutrisi)
2. mengeluarkan sisa metabolisme (ekskresi)
3. memberi O2 dan mengeluarkan CO2
4. membentuk hormon dan
5. mengeluarkan anti bodi kejanin (25).
Plasenta juga berfungsi sebagai “Barrier” (penghalang) terhadap bakteri,
parasit dan virus. Karena itu ibu terinfeksi parasit malaria, maka parasit akan
mengikuti peredaran darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal
(7,29,30).
Bila terjadi kerusakan pada plasenta, barulah parasit malaria dapat
menembus plasenta dan masuk kesirkulasi darah janin, sehingga terjadi malaria
kongenital. Beberapa penelitii menduga hal ini terjadi karena adanya kerusakan
mekanik, kerusakan patologi oleh parasit, fragilitas dan permeabilitas plasenta yang
meningkat akibat demam akut dan akibat infeksi kronis @ 5.
Kekebalan ibu berperan menghambat transmisi parasit kejanin. Oleh sebab
itu pada ibu-ibu yang tidak kebal atau dengan kekebalan rendah terjadi transmisi
malaria intra-uretrin ke janin, walaupun mekanisme transplasental dari parasit ini
masih belum diketahui 20.
Abortus, kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi
pada malaria berat dan apa yang menyebabkan terjadinya kelainan tersebut diatas
masih belum diketahui 32. Malaria maternal dapat menyebabkan kematian janin,
karena terganggunya tarnsfer makanan secara transplasental, demam yang tinggi
(hiper-pireksia) atau hipoksia karena anemial5. Kemungkinan lain adalah Tumor
Necrosis Factor (TNF) yang dikeluarkan oleh makrofag bila di aktivasi oleh antigen,
merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai Kelainan pada
malaria, antara lain demam, kematian janin, abortus32.
Umumnya infeksi pada plasenta lebih berat daripada darah tepil9. Kortmann
(1972) melaporkan bahwa plasenta dapat mengandung banyak eritrosit yang
terinfeksi (sampai 65%), meskipun pada darah tepi tidak ditemukan parasit. Jadi
tidak ada hubungan antara kepdatan parasit dalam darah tepi dan plasenta pada
plasenta yang baik perkembangan kekebalannya. Sebaliknya pada wanita yang tidak
© 2003 Digitized by USU digital library 4
kebal dari daerah non endemi, sering terdapat parasit ilmiah tinggi tanpa infeksi
parasit yang berat pada plasenta. Jefile di Kampala Uganda, melaporkan dari 750
wanita hamil yang diperiksa, 5,6% di antaranya menanggung parasit malaria dalam
darah tepinya, tetapi pada pemeriksaan plasenta infeksinya mencapai 6,1%. Hal ini
mungkin terjadi karena plasenta merupakan tempat parasit berkembang biak,
seperti pada kapiler alat dalam lainnya12.
Pada semua daerah, malaria maternal dapat dihubungkan dengan
berkurangnya berat badan lahir, terutama pada kelahiran anak pertama15. Hal ini
mungkin akibat gangguan pertumbuhan intra-uretrin, persalinan prematur atau
keduanya. Selama epidemi telah dilaporkan kelahiran prematur yang tinggi, mungkin
hal ini berhubungan dengan gejala infeksi akut. Pertumbuhan lambat intra-uretrin
pada malaria maternal berhubungan dengan malaria plasenta dan hal ini disebabkan
oleh berkurangnya transfer makanan dan oksigen dari ibu ke janin15. Tetapi hal ini
biukan suatu mekanisme yang menghambat pertumbuhan intra uretrin, karena berat
badan lahir rendah (BBLR) dilaporkan pada daerah dengan pervalensi malaria
plasenta rendah. Laporan terakhir menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara BBLR dengan malaria plasenta. Hal ini berarti bahwa patofisiologi
pertumbuhan lambat intra-uretrin pada malaria adalah multifactor. Sebagai contoh,
anemia maternal berhubungan dengan BBLR baik di daerah endemi maupun pada
daerah non-endemi.
Insidens malaria plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu yaitu lebih tinggi
daripada primipara (persalinan pertama) dan makin rendah sesuai dengan
peningkatan paritas ibu. Demikain pula berat badan lahir dipengaruhi oleh paritas
ibu, ini dapat diterangkan bahwa pada multi gravida kekeblan pada ibu telah
dibentuk dan meningkat.
III. KONTROL MALARIA SELAMA KEHAMILAN
1. Kemoprofilaksis
Strategi kontrol malaria saat ini untuk kehamilan masih merupakan
pemberian kemoprofilaksis anti malaria yang rutin yaitu klorokuin pada setiap wanita
hamil dalam daerah endemi malaria. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
kemoprofilaksis dapat mengurangi anemia pada ibu dan menambah berat badan
lahir terutama pada kelahiran pertama. Resiko malaria dan konsekwensi bahayanya
tidak meningkat selama kehamilan kedua pada wanita yang menerima
kemoprofilaksis selama kehamilan pertama14.
Pada daerah endemisitas tinggi untuh P. falciparun infeksi malaria selama
kehamilan menyebabkan rendahnya berat bayi lahir merupakan faktor resiko yang
paling besar untuk mortalitas neonatal17. Kemoprofilaksis yang diberikan selama
kehamilan dapat meningkatkan berat kelahiran rata-rata, terutama pada kehamilan
pertama dn menurunkan tingkat mortalitas bayi kira-kira 20%11.
Rata-rata bayi yang dilahirkan pada kehamilan pertama bagi ibu yang
menerima kemoprofilaksis lebih tinggi daripada berat bayi yang ibunya tidak
menerima kemoprofilaksis. Kelahiran mati dan setelah mati lahir lebih kurang pada
bayi dan ibu-ibu yang menerima kemoprofilaksis dibandingkan denghan bayi dari
ibu-ibu yang tidak mendapat kemoprofilaksis11.
2. Kemoterapi
Kemoterpi tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan klinis segera.
Kecuali pada wanita yang tidak kebal, efektifitas kemoterpi pada wanita hamil
tampak kurang rapi karena pada wanita imun infeksi dapat berlangsung tanpa
gejala. Pada wanita dengan kekebalan rendah, walaupun dilakukan diagnosis dini
© 2003 Digitized by USU digital library 5
dan pengobatan segera ternyata belum dapat mencegah perkembanagan anemia
pada ibu dan juga berkurangnya berat badan lahir bayi15.
3. Mengurangi Kontak dengan Vektor
Mengurangi kontak dengan vektor seperti insektisida, pemakaian kelabu yang
dicelup dengan insektisida mengurangi prevalensi parasitemia, khususnya densitas
tinggi, insidens klinis dan mortalitas malaria. Pada wanita hamil di Thailand
dilaporkan bahwa pemakaian kelambu efektif dalam mengurangi anemia maternal
dan parasitemia densitas tinggi, tetapi tidak efektif dalam meningkatkan berat badan
lahir rendah15.
4. Vaksinasi
Target vaksin malaria antara lain mengidentifikasi antigen protektif pada
ketiga permukaan stadium parasit malaria yang terdiri dari sporozoit, merozoit, dan
gametosit31.
Kemungkinan penggunaan vaksin yang efektif selama kehamilan baru muncul
dan perlu pertimbangan yang kompleks. Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penggunaan vaksin untuk mencegah malaria selama kehamilan, yaitu :
a. Tingkat imunitas sebelum kehamilan
b. Tahap siklus hidup parasit
c. Waktu pemberian vaksin15.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang aman dan efektif untuk
penanggulangan malaria7.
DAFTAR PUSTAKA
http://pkusolo.wordpress.com/2007/11/20/penyakit-infeksi-sistemik-pada-kehamilan-segi-praktis-pengenalan-dan-penatalaksanaannya/
DIABETES MELLITUS PADA KEHAMILAN
Diabetes mellitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Patofiologi Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
Klasifikasi :
1. Tidak tergantung insulin (TTI) – Non Insulin Dependent diabetes mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2. Tergantung insulin (TI) – Insulin dependent Diabetes Melitus yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.
Komplikasi
1. Maternal : infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian ibu
2. Fetal : abortus spontan, kelainan congenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intra uterin,
3. Neonatal : prematuritas, kematian intra uterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia, hipomegnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma gawat nafas, polisitemia.
Penatalaksanaan
Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl, dan kadar HbA1c<6%. Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus normal. Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila. Ajarkan pasien memantau gula darah sendiri di rumah dan anjurkan untuk kontrol 2-4 minggu sekali bahkan lebih sering lagi saat mendekati persalinan. Obat hipoglikemik oral tidak dapat dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI, kenaikan BB pada trimester I diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5 kg /minggu, total kenaikan BB sekitar 10-12 kg. Penatalaksanaan Obstetric Pantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan DJJ, dan secara khusus memakai USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila UK <38 minggu). Kehamilan dengan DM yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan baisanya memerlukan insulin. Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk, dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis menjadi lebih buruk. Apabia diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya kehamilan 36-37 minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai komplikasi, maka dipertimbangkan untuk menghindari kehamilan lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan terlebih dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus pervaginam, baik yang tanpa dengan induksi, keadaan janin harus lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin terus – menerus. Pengelolaan medis Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu. 1. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips. 2. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik. 3. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa. 4. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah. 5. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB. 6. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari: a) Kalori basal 25 kal/kgBB ideal b) Kalori kegiatan jasmani 10-30% c) Kalori untuk kehamilan 300 kalor d) Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai. Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk : 1. Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl 2. Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl 3. Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6% 4. Mencegah episode hipoglikemia 5. Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik 6. Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal. Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkanterbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin.Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan.Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI. PENYAKIT TIROID PADA KEHAMILAN Tiroid adalah kelenjar yang beratnya kira-kira 15 gram yang berlokasi pada depan leher tepat dibawah Adam's apple (cricoid cartilage). Kelenjar tiroid bertanggung jawab untuk produksi dari hormon tiroid tubuh. Tiroid merespon pada sinyal-sinyal hormon dari otak untuk mempertahankan tingkat hormon tiroid yang konstan. Sinyal-sinyal hormon dikirim oleh area-area khusus dari otak (hypothalamus dan pituitary), akhirnya mengirim thyroid stimulating hormone (TSH) yang memajukan produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Penyakit tiroid adalah terutama umum pada wanita-wanita dari yang berumur melahirkan anak. Sebagai akibatnya, adalah tidak mengherankan bahwa penyakit tiroid mungkin merumitkan perjalanan kehamilan. Diperkirakan bahwa 2.5% dari semua wanita-wanita hamil mempunyai beberapa derajat dari hypothyroidism. Frekwensinya bervariasi diantara populasi-populasi yang berbeda dan negara-negara yang berbeda. Sementara kehamilan sendiri adalah keadaan yang alamiah, dan sama sekalai tidak harus dipertimbangkan sebagai "penyakit", penyakit-penyakit tiroid selama kehamilan mungkin mempengaruhi keduanya ibu dan bayi. Artikel ini berfokus secara spesifik pada hypothyroidism dan kehamilan. Setelah penggambaran umum dari fungsi tiroid yang normal dan abnormal, data baru-baru ini pada konsekwensi-konsekwensi jangka panjang pada anak-anak dari ibu-ibu yang mempunyai hypothyroidism selama kehamilan akan ditinjau ulang. Pada kehamilan normal akan terjadi beberapa perubahan penting yang mengubah fungsi tiroid. Saat tiga bulan pertama kehamilan, beberapa hormon akan mengalami perubahan, seperti kadar thyroid stimulating hormone (TSH) sedikit lebih rendah karena tingginya kadar hCG (hormon yang dinilai pada tes kehamilan) dan akan kembali normal sepanjang masa kehamilan berikutnya. Peningkatan kadar hormon tiroid (T4 total) juga sering meningkat karena peningkatan protein pengikat akibat naiknya kadar estrogen. Namun, kadar hormon tiroid bebas (bentuk aktif, yaitu T4 /FT4) tetap normal. Selain kadar hormon yang bisa berubah, ukuran kelenjar tiroid juga dapat membesar selama kehamilan terutama apabila sebelumnya mengalami kekurangan yodium. Pada 10 – 12 minggu pertama kehamilan, bayi sangat tergantung pada produksi hormon tiroid ibu. Pada akhir trimester pertama kehamilan, tiroid bayi mulai mampu memproduksi hormon sendiri. Namun, kebutuhan yodium bayi untuk membuat hormon tiroid tetap tergantung dari makanan ibu . Penyebab utama hipertiroidisme pada kehamilan adalah penyakit Graves dan terjadi pada 1 dari 1500 kehamilan. Diagnosis hipertiroidisme pada kehamilan didapatkan melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium. Apabila hipertiroidisme tidak diterapi dengan baik akan menyebabkan persalinan prematur dan komplikasi kehamilan yang disebut preeklamsia. Penyakit Graves sering membaik selama trimester ketiga kehamilan dan mungkin memburuk setelah persalinan, karena berkurangnya kadar protein pengikat hormon. Dampak lain akibat hipertiroidisme pada kehamilan adalah denyut jantung bayi yang lebih cepat, bayi kecil, prematur, bayi lahir mati, serta kemungkinan kelainan kongenital (kelainan yang didapat saat lahir). Hal inilah yang menjadi alasan pentingnya menata laksana hipertiroidisme pada kehamilan. Selain itu, keadaan ini dapat pula menyebabkan hipertiroidisme pada bayi yang baru dilahirkan walaupun jarang ditemui. Gejala-gejala : Gejala- gejalanya bervariasi tergantung pada apakah ada terlalu banyak atau terlalu sedikit T4 (thyroxine)dalam darah : 1. pasien mengeluhkan perasaan gelisah 2. emosi 3. panas dan berkeringat 4. tubuh gemetaran 5. kesulitan berkonsentrasi 6. kehilangan berat badan 7. Buang air besar dan diare yang sering adalah umum. Jika tingkat-tingkat T4 adalah rendah (hypothyroidism) sebagai akibat dari produksi yang berkurang oleh kelenjar tiroid, pasien-pasien seringkali mencatat kelelahan, kelesuan, dan kenaikan berat badan. Sembelit adalah umum dan banyak pasien-pasien dengan hypothyroidism melaporkan perasaan kedinginan yang berlebihan. Hipotiroidisme/hipotiroid adalah kondisi dimana kelenjar gondok/kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon yang cukup dan gejala yang timbul antara lain kelelahan, depresi, sering lupa, tidak toleran terhadap dingin, sembelit dan kulit mengering. Penanganan hipotiroid pada wanita hamil sama dengan pada wanita yang tidak hamil, seperti konsumsi hormon tiroid sintetis, synthetic levothyroxine (T4) yang biasanya diperoleh dari tiroid yang dikeringkan dari kelenjar-kelenjar tiroid hewan Karena sifat perawatan hipotiroid yang sepanjang umur, maka sebelum hamil, ibu sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk memperoleh dosis konsumi T4 yang tepat Ibu dengan terapi T4 yang hamil umumnya harus meningkatkan dosis konsumsi khususnya pada trimester pertama sampai sekurangnya 50 persen. Hipotiroid pada ibu hamil yang tidak tertangani atau kurang cukup tertangani dapat mengakibatkan keguguran, lahir prematur dan penurunan IQ pada janin. Anak/bayi yang lahir dengan hipotiroid bawaan (tanpa kelenjar tiroid sejak lahir) biasanya akan berkembang tidak normal jika tidak teridentifikasi dan tertangani dengan segera. Di Amerika, semua bayi yang dilahirkan harus melalui pemeriksaan tiroid untuk mengetahui apakah ia memiliki kelainan tiroid bawaan agar dapat ditentukan terapi lebih dini untuk mencegah terjadinya retardasi/penurunan metal anak. Delapan sampai sepuluh persen ibu ditengarai menderita postpartum thyoriditis (tiroiditis pasca salin) yang terjadi dalam 12 bulan pertama pasca melahirkan dimana terjadi hipertiroid yang diikuti dengan hipotiroid 2-3 bulan kemudian dan selanjutnya berangsur normal. PENYAKIT TYPHOID PADA KEHAMILAN A. Pengrtian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999). B. Etiologi Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. C. Patofisiologi Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. D. Tanda dan Gejala Masa tunas typhoid 10 - 14 hari 1. Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. 2. Minggu II Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran. E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium : 1. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : o Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). o Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman). o Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. 2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. F. Penatalaksanaan 1. Perawatan a. Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan. 2. Diet a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein. b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari. 3. Pengobatan a. Klorampenikol b. Tiampenikol c. Kotrimoxazol d. Amoxilin dan ampicillin PENYAKIT INFEKSI PADA KEHAMILAN Infeksi didefinisikan sebagai invasi dan pembiakan mikro-organisme di jaringan tubuh, dengan akibat yang mungkin dapat dideteksi secara klinis atau hanya merupakan jejas seluler local Secara praktis, Infeksi dapat bergejala dan memberikan tanda klinis, dapat pula tidak terdeteksi. Infeksi disebut bersifat sistemik, bila mengenai tubuh secara keseluruhan. Infeksi sistemik, dibedakan dengan infeksi fokal, yang merupakan infeksi yang terbatas pada organ/jaringan tubuh tertentu1. Secara praktis, infeksi sistemik memberikan gejala demam, peningkatan respirasi dan denyut nadi, serta memperlihatkan keterlibatan yang jelas sistem organ lain. Beberapa infeksi sistemik akan dibahas dalam makalah ini, khususnya dalam kaitan dengan pengaruh, pengenalan dan penatalaksanaannya pada kehamilan.Dalam memahami seberapa besar pengaruh infeksi terhadap individu, perlu dipahami konsep dasar penyakit infeksi, yaitu adanya interaksi antara 3 komponen : host (pejamu/individu), agent (kuman penyakit, bisa berupa bakteri, jamur, virus, protozoa, parasit), dan environment (lingkungan). Penyakit infeksi terjadi karena terdapat hubungan antara 3 komponen tersebut. Berat infeksi akan ditentukan oleh sifat yang terdapat pada 3 komponen tersebut. Rangkuman hal tersebut disajikan pada tabel 12. Kehamilan merupakan salah satu faktor pada komponen host, yang berpengaruh terhadap perjalanan penyakit infeksi. Secara ringkas tentang penyakit-penyakit infeksi (yang perlu diwaspadai) pada ibu hamil adalah: 1. Toxoplasma Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasa hidup di dalam usus hewan peliharaan rumah seperti kucing, berkembang dalam sel epitel usus kucing berubah menjadi kista (ookista) yang keluar bersama tinja kucing tersebut. Sehingga sumber penularannya adalah kotoran hewan tersebut. Hewan lain yang dapat menjadi pembawa Toxoplasma adalah tikus, burung merpati, ayam, anjing dan mamalia lain yang mencari makan di tanah. Cara penularan penyakit ini dapat melalui berbagai cara yaitu: 1. Mengkonsumsi daging mentah/kurang matang yang mengandung ookista 2. Menkonsumsi sayuran/buah mentah yang mengandung ookista tidak dicuci bersih. 3. Kontaminasi lewat darah (transfusi/suntikan) atau saliva (ludah) yang mengandung ookista. 4. Transplantasi organ yang terinfeksi toxoplasma. 5. Janin terinfeksi dari ibu (parasit dapat menembus sawar plasenta) a. Pada umumnya, infeksi toxoplasma terjadi tanpa disertai dengan gejala yang spesifik, sehingga penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Kira-kira hanya 10 - 20% kasus infeksi toxoplasma yang disertai gejala ringan mirip influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam ringan, sakit kepala, nyeri otot, dan umumnya tidak menimbulkan masalah yang berat. Kecurigaan terhadap toxoplasmosis baru timbul bila gejala klinis disertai pembesaran kelehjar limfe, khususnya di sudut rahang, di daerah depan dan belakang telinga, dan tidak nyeri tekan. Infeksi toxoplasma lebih berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu misalnya penderita AIDS, pasien transplantasi organ yang mendapat obat penekan respon imun (seperti kortikosteroid), mendapat radioterapi dan lainnya. Beberapa penelitian menyebutkan ibu hamil yang terkena infeksi toxoplasma pada trimester pertama, 15% dari janin yang dikandungnya akan turut terinfeksi, dibandingkan dengan 30% jika terinfeksi pada trimester kedua dan 45-60% pada trimester ketiga. Infeksi yang terjadi pada kehamilan yang lebih muda akan menimbulkan gejala yang lebih berat bahkan dapat fatal. Jika wanita hamil terinfeksi toxoplasma, maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus atau keguguran (sekitar 4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita toxoplasmosis bawaan. Pada toxoplasmosis bawaan, gejala dapat langsung terlihat adanya masalah klinis dan atau kecacatan seperti splenomegali (pembesaran limpa), hepatomegali (pembesaran hati), ikterik (bayi kuning), demam, pneumonia (radang paru), konvulsi (kejang), hidrocepalus (pembesaran ukuran kepala), mikrocephalus (ukuran kepala kecil) dan sebagainya. Sedangkan toxoplasmosis bawaan yang asimptomatik (gejala tidak langsung nampak), gejala baru muncul/tampak beberapa hari, minggu, atau bulan, bahkan beberapa tahun kemudian seperti kelainan mata dan telinga, kelainan otak, ensefalitis (radang otak), keterbelakangan mental, kelainan jantung dan sebagainya. Dengan gejala-gejala yang tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik), diagnosis toxoplasmosis sukar ditentukan secara klinis. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan diagnosisnya. Kadang perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan (diulang) untuk mendapatkan hasil positif. Cara untuk menghindarkan diri dari Toxoplasmosis, antara lain: • Pencegahan terjadinya Toxoplasmosis kongenital adalah dengan menjaga tidak terjadi infeksi akut selama selama kehamilan, atau jika infeksi akut segera diobati. • Menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum makan, atau setelah kontak dengan kucing dan atau kotoran kucing. • Konsumsi makanan yang dimasak sampai matang benar (kista dalam jaringan mati pada pemanasan > 66° C)
• Jangan makan daging dan atau telur mentah atau setengah matang
• Cuci bersih semua buah dan sayuran sebelum dimakan mentah.
• Gunakan sarung tangan (karet) saat berkebun, membersihkan kandang hewan, dan terutama selama berhubungan dengan kotoran kucing. Setelah selesai cuci tangan, sarung tangan dan semua peralatan yang dipakai dengan sabun sampai bersih. Jangan meletakkan peralatan tersebut sembarangan (harus jauh dengan makanan atau peralatan makan).
• Binatang yang dapat memindahkan toxoplasma seperti tikus, kecoa, lalat dan binatang merayap lainnya harus dibasmi.
• Karena kucing bisa menghasilkan oosit, pembuangan fesesnya harus diperhatikan benar.
2. Rubella
Infeksi rubella disebabkan oleh virus rubella, bisa menyerang anak-anak dan dewasa muda. Biasanya infeksi karena virus ini ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Apabila terjadi pada wanita hamil muda infeksi rubella sangat berbahaya karena menyebabkan kelainan pada bayi. Menurut American College of Obstetrician and Gynekologyst (1981), jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka resiko kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi terjadi di trimester pertama maka resikonya menjadi 25%.
Cara penularan (transmisi) infeksi ini adalah melalui
• Saluran pernafasan
• Janin terinfeksi dari ibu
Penentuan diagnosisnya juga dengan pemeriksaan laboratorium. Apabila memungkinkan, bisa dilakukan vaksinasi agar memiliki kekebalan terhadap infeksi virus tersebut.
3. Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus cytomegalo. Virus ini termasuk golongan keluarga herpes, dan dapat tinggal secara laten di dalam tubuh.
Jika ibu hamil terinfeksi CMV maka janin yang dikandung mempunyai resiko tertular sehingga terjadi gangguan yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Umumnya bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah, ada gangguan gejala kuning, pembesaran hati dan limpa, ketulian, pengkapurn otak, mikrosefali (kepala kecil), retardasi mental dan sebagainya.
Infeksi akut virus ini mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada infeksi berulang.
Cara penularan (transmisi) penyakit ini adalah melalui:
• Kontak langsung/tidak langsung
• Hubungan seksual
• Transfusi darah
• Transplantasi organ
• Janin terinfeksi dari ibu
• Bayi infeksi saat menyusui
Adanya infeksi tersebut bisa diketahui dengan pemeriksaan laboratorium.
4. Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkanoleh virus herpes simplex tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam di ganglion sistem syaraf otonom.
Infeksi virus ini dapat menyebabkan terjadinya kanker leher rahim (serviks uteri) dan bila terjadi pada ibu hamil dapat menyebabkan kelainan serius pada janin.
Kelainan pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II, dapat berupa lepuh pada kulit (tidak selalu muncul), stomatis rekuren, mikrosefali (kepala kecil), radang otak, radang mata, radang hati dan sebagainya.
Penularan (transmisi) penyakit ini melalui :
• Kontak langsung/tidak langsung
• Hubungan seksual
• Janin terinfeksi dari ibu
• Bayi terinfeksi saat lahir (kontak dengan leher rahim yang terinfeksi)
Kemungkinan terjadinya infeksi virus ini bisa dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium
5. Infeksi Lain : PHS, Hepatitis B, HIV AIDS dan lainnya
PHS atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti Gonorrhoea (GO), Shyphilis, dan Chlamydia dan atau Hepatitis B, HIV AIDS bila menginfeksi ibu hamil dapat menyebabkan kelainan-kelainan pada janin berupa kecacatan. Penyakit yang akan muncul kemudian misalnya sirosis hati dan kanker hati (bila terinfeksi Hepatits B), tertular penyakit HIV AIDS maupun terjadinya keguguran.
Cara penularan (transmisi) bisa melalui:
• Hubungan seksual
• Kontak langsung/tidak langsung
• Janin terinfeksi dari ibu
• Bayi terinfeksi saat hamil
Beberapa tips untuk menghindari Infeksi TORCH dan Infeksi lainnya.
1. Pola hidup yang bersih dan sehat, baik makanan, pakaian, kebersihan diri, tempat tinggal, dan sebagainya.
2. Periksa dan konsultasi pada dokter bila termasuk resiko tinggi terinfeksi penyakit torch dan infeksi lainnya.
3. Bila hamil, harus rutin periksa ke dokter (ahlinya) terutama bagi yang beresiko tinggi agar dapat dideteksi dini sehingga bila positif terinfeksi dapat segera ditangani.
4. Hanya melakukan hubungan seksual yang sehat dengan istri.
5. membiasakan hidup sehat dan seimbang dengan makanan bergizi, rutin olahraga, istirahat cukup serta kehidupan spiritual yang taat.
6. Bagi yang suka berkebun dan atau memelihara hewan yang bisa menularkan penyakit ini harus selalu menjaga dan mencegah (mengantisipasi) resiko terjadi atau tertularnya penyakit.
Malaria Pada Kehamilan
Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
dinegara-negara seluruh dunia, baik didaerah tropis maupun sub tropis, terutama
dinegara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit malaria disebabkan oleh parasit
protozoa dari Genus plasmodium. Empat spesies yang ditemukan pada manusia
adalah Plasmodium Vivax, P. ovale, P. malariae dan P. Falciparum. Badan kesehatan
seduania (WHO) melaporkan tiga juta anak manusia meninggal setiap tahun karena
menderita malaria. Dan tiap tahun terdapat 110 juta penderita malaria, 280 juta
orang sebagai “Carrier” dan 2/5 penduduk dunia selalu kompak dengan malaria
(1,3,31).
Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin, tidak
terkecuali wanita hamil merupakan golongan yang rentan. Malaria pada kehamilan
dapat disebabkan oleh keempat spesies plasmodium, tetapi plasmodium Falciparum
merupakan parasit yang dominan dan mempunyai dampak paling berat terhadap
morbiditas dam mortalitas ibu dan janinnya (2,4,5).
Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria
dibandingkan wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan
yang menurun selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi
densitas parasit malaria berat (10).
Laporan dari berbagai negara menunjukan insidens malaria pada wanita hamil
umumnya cukup tinggi, dari El vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113 wanita hamil;
dari berbagai tempat bervariasi antara 2-76% (6,13).
Berdasarkan hal-hal diatas terlihat bahwa malaria selama kehamilan perlu
mendapat perhatian khusus. Selanjutnya pada tinjauan pustaka ini akan dibahas
pengaruh malaria terhadap ibu dan janinnya serta kontrol terhadap malaria selama
kehamilan.
II. PENGARUH MALARIA SELAMA KEHAMILAN
A. PADA IBU
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada
tingkat kekebalan seseotrang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas (jumlah
kehamilan). Ibu hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai kekebalan dapat
menderita malaria klinis berat sampai menyebabkan kematian (4).
Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan kematian ibu hamil jarang
dilaporkan (15). Gejala klinis malaria dan densitas para sitemia dipengaruhi paritas,
sehingga akan lebuh berat pada primigravida (kehamilan pertama) daripada
multigravida (kehamilan selanjutnya) 2.
Pada ibu hamil dengan malaria, gejala klinis yang penting diperhatikan ialah
demam, anemia, hipoglikemia, edema paru, akut dan, malaria berat lainnya.
© 2003 Digitized by USU digital library 2
1. Demam
Demam merupakan gejala akut malaria yang lebih sering dilaporkan pada ibu
hamil dengan kekebalan rendah atau tanpa kekebalan, terutama pada Primigravida.
Pada ibu hamil yang multigravida dari daerah endemisitas tinggi jarang timbul gejala
malaria termasuk demam, meskipun terdapat parasitemia yang tinggi (8,26).
2. Anemia
Menurut defenisi WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar haemoglobin
(Hb) < 11 g/ dl. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa penurunan kadar Hb dalam darah hubungannya dengan parasitemia, terbesar terjadi pada primigravida dan berkurang sesuai dengan penyusunan peningkatan paritas (2). Van Dongen (1983) melaporkan bahwa di Zambia, primigravida dengan infeksi P. falciparum merupakan kelompokyang beresiko tinggi menderita anemia dibandingkan dengan multigravida (23). Di Nigeria Fleming (1984) melaporkan bahwa malaria sebagai penyebab anemia ditemukan pada 40% penderita anemia primigravida (24). Anemia pada malaria terjadi karena lisis sel darah merah yang mengandung parasit. Hubungan antara anemia dan splenomegali dilaporkan oleh Brabin (1990) yang melakukan penelitian pada wanita hamil di Papua Neu Geuinea, dan menyatakan bahwa makin besar ukuran limpa makin rendah nilai Hb-nya (28). Pada penelitian yang sama Brabin melaporkan hubungan BBLR (berat badan lahir rendah) dan anemia berat pada primigravida. Ternyata anemia yang terjadi pada trimester I kehamilan, sangat menentukan apakah wanita tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau tidak karena kecepatan pertumbuhan maksimal janin terjadi sebelum minggu ke 20 usia kehamilan (28). Laporan WHO menyatakan bahwa anemia berpengaruh terhadap morbiditas ibu hamil, dan secara tidak langsung dapat menyebabkan kematian ibu dengan meningkatnya angka kematian kasus yang disebabkan oleh pendarahan setelah persalinan (Post-partum hemorrhage) 15. 3. Hipoglikemia Hipoglikemia juga terdapat sebagai komplikasi malaria, sering ditemukan pada wanita hamil daripada tidak hamil. Pada wanita hamil terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang cenderung menyebebkan terjadinya Hipoglikemia, terutama pada trimester akhir kehamilan (3,21,22). Dilaporkan juga bahwa sel darah merah yang terinfeksi parasit malaria memerlukan glukosa 75 kali lebih banyak daripada sel darah merah yang tidak terinfeksi, sehingga pada penderita dengan hiperparasitemia dapat terjadi hipoglikemia. Selain daripada itu, pada wanita hamil dapat terjadi hipoglikemia karena meningkatnya fungsi sel B pankreas, sehingga pembentukan insulin bertambah (15). Seorang menderita hipoglikemia bila kadar glukosa dalam darah lebih rendah dari 2, 2 m.mol perliter. Mekanisme terjadinya hipoglikemia sangat kompleks dan belum diketahui secara pasti. Berdasarkan faktor tersebut diatas jelaslah bahwa wanita hamil yang terinfeksi malaria cenderung untuk menderita hipoglikemia. Migasena (1983) melaporkan bahwa wanita hamil diantara 6 kasus menderita hipoglikemia dan White (1983) mendapatkan 50% kasus hipoglikemia yang diteliti ternyata wanita hamil (14,27). Gejala hipoglikemia dapat berupa gangguan kesadaran sampai koma. Bila sebelumnya penderita sudah dalam keadaan koma karena ‘ malaria serebral’, maka komanya akan lebih dalam lagi. Penderita ini bila diinjeksikan glukosa atau diinfus dengan dekstrosa maka kesadarannya akan pulih kembali, tetapi karena ada hiperinsulinemia, keadaan hipoglikemia dapat kambuh dalam beberapa hari (7). © 2003 Digitized by USU digital library 3 4. Edema paru akut Biasanya kelainan ini terjadi setelah persalinan bagaimana cara terjadinya edema paru ini masih belum jelas kemungkinan terjadi karena autotransfusi darah post-partum yang penuh dengan sel darah merah yang terinfeksi. Gejalanya, mulamula frekuensi pernafasan meningkat, kemudian terjadi dispenia (sesak nafas) dan penderita dapat meninggal dalam waktu beberapa jam (3,21,22). 5. Malaria Berat Lainnya Menurut WHO, penderita malaria berat adalah penderita yang darah tepinya mengandung stadium aseksual palsmodium falciparum yang disertai gejala klinik berat dengan catatan kemungkinan penyakit lain telah disingkirkan3. Gejala klinik dan tanda malaria berat antara lain hiperparasitemia (> 5% sdm
terinfeksi), malaria otak, anemia berat (Hb < 7,1 g/ dl), hiperpereksia (suhu > 40
oC), edema paru, gaagl ginjal, hipoglikemia, syok (3,21,22). Gejala dan tanda-tanda
malaria tersebut diatas perlu diperhatikan, karena kasus ini memerlukan
penanganan khusus baik untuk keselamatan ibu maupun untuk kelangsungan hidup
janinnya.
B. PADA JANIN
Malaria Plasenta.
Plasenta (ari-ari) merupakan organ penghubung antara ibu dan janinnya.
Fungsi plasenta antara lain :
1. memberi makanan kejanin (nutrisi)
2. mengeluarkan sisa metabolisme (ekskresi)
3. memberi O2 dan mengeluarkan CO2
4. membentuk hormon dan
5. mengeluarkan anti bodi kejanin (25).
Plasenta juga berfungsi sebagai “Barrier” (penghalang) terhadap bakteri,
parasit dan virus. Karena itu ibu terinfeksi parasit malaria, maka parasit akan
mengikuti peredaran darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal
(7,29,30).
Bila terjadi kerusakan pada plasenta, barulah parasit malaria dapat
menembus plasenta dan masuk kesirkulasi darah janin, sehingga terjadi malaria
kongenital. Beberapa penelitii menduga hal ini terjadi karena adanya kerusakan
mekanik, kerusakan patologi oleh parasit, fragilitas dan permeabilitas plasenta yang
meningkat akibat demam akut dan akibat infeksi kronis @ 5.
Kekebalan ibu berperan menghambat transmisi parasit kejanin. Oleh sebab
itu pada ibu-ibu yang tidak kebal atau dengan kekebalan rendah terjadi transmisi
malaria intra-uretrin ke janin, walaupun mekanisme transplasental dari parasit ini
masih belum diketahui 20.
Abortus, kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi
pada malaria berat dan apa yang menyebabkan terjadinya kelainan tersebut diatas
masih belum diketahui 32. Malaria maternal dapat menyebabkan kematian janin,
karena terganggunya tarnsfer makanan secara transplasental, demam yang tinggi
(hiper-pireksia) atau hipoksia karena anemial5. Kemungkinan lain adalah Tumor
Necrosis Factor (TNF) yang dikeluarkan oleh makrofag bila di aktivasi oleh antigen,
merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai Kelainan pada
malaria, antara lain demam, kematian janin, abortus32.
Umumnya infeksi pada plasenta lebih berat daripada darah tepil9. Kortmann
(1972) melaporkan bahwa plasenta dapat mengandung banyak eritrosit yang
terinfeksi (sampai 65%), meskipun pada darah tepi tidak ditemukan parasit. Jadi
tidak ada hubungan antara kepdatan parasit dalam darah tepi dan plasenta pada
plasenta yang baik perkembangan kekebalannya. Sebaliknya pada wanita yang tidak
© 2003 Digitized by USU digital library 4
kebal dari daerah non endemi, sering terdapat parasit ilmiah tinggi tanpa infeksi
parasit yang berat pada plasenta. Jefile di Kampala Uganda, melaporkan dari 750
wanita hamil yang diperiksa, 5,6% di antaranya menanggung parasit malaria dalam
darah tepinya, tetapi pada pemeriksaan plasenta infeksinya mencapai 6,1%. Hal ini
mungkin terjadi karena plasenta merupakan tempat parasit berkembang biak,
seperti pada kapiler alat dalam lainnya12.
Pada semua daerah, malaria maternal dapat dihubungkan dengan
berkurangnya berat badan lahir, terutama pada kelahiran anak pertama15. Hal ini
mungkin akibat gangguan pertumbuhan intra-uretrin, persalinan prematur atau
keduanya. Selama epidemi telah dilaporkan kelahiran prematur yang tinggi, mungkin
hal ini berhubungan dengan gejala infeksi akut. Pertumbuhan lambat intra-uretrin
pada malaria maternal berhubungan dengan malaria plasenta dan hal ini disebabkan
oleh berkurangnya transfer makanan dan oksigen dari ibu ke janin15. Tetapi hal ini
biukan suatu mekanisme yang menghambat pertumbuhan intra uretrin, karena berat
badan lahir rendah (BBLR) dilaporkan pada daerah dengan pervalensi malaria
plasenta rendah. Laporan terakhir menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara BBLR dengan malaria plasenta. Hal ini berarti bahwa patofisiologi
pertumbuhan lambat intra-uretrin pada malaria adalah multifactor. Sebagai contoh,
anemia maternal berhubungan dengan BBLR baik di daerah endemi maupun pada
daerah non-endemi.
Insidens malaria plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu yaitu lebih tinggi
daripada primipara (persalinan pertama) dan makin rendah sesuai dengan
peningkatan paritas ibu. Demikain pula berat badan lahir dipengaruhi oleh paritas
ibu, ini dapat diterangkan bahwa pada multi gravida kekeblan pada ibu telah
dibentuk dan meningkat.
III. KONTROL MALARIA SELAMA KEHAMILAN
1. Kemoprofilaksis
Strategi kontrol malaria saat ini untuk kehamilan masih merupakan
pemberian kemoprofilaksis anti malaria yang rutin yaitu klorokuin pada setiap wanita
hamil dalam daerah endemi malaria. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
kemoprofilaksis dapat mengurangi anemia pada ibu dan menambah berat badan
lahir terutama pada kelahiran pertama. Resiko malaria dan konsekwensi bahayanya
tidak meningkat selama kehamilan kedua pada wanita yang menerima
kemoprofilaksis selama kehamilan pertama14.
Pada daerah endemisitas tinggi untuh P. falciparun infeksi malaria selama
kehamilan menyebabkan rendahnya berat bayi lahir merupakan faktor resiko yang
paling besar untuk mortalitas neonatal17. Kemoprofilaksis yang diberikan selama
kehamilan dapat meningkatkan berat kelahiran rata-rata, terutama pada kehamilan
pertama dn menurunkan tingkat mortalitas bayi kira-kira 20%11.
Rata-rata bayi yang dilahirkan pada kehamilan pertama bagi ibu yang
menerima kemoprofilaksis lebih tinggi daripada berat bayi yang ibunya tidak
menerima kemoprofilaksis. Kelahiran mati dan setelah mati lahir lebih kurang pada
bayi dan ibu-ibu yang menerima kemoprofilaksis dibandingkan denghan bayi dari
ibu-ibu yang tidak mendapat kemoprofilaksis11.
2. Kemoterapi
Kemoterpi tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan klinis segera.
Kecuali pada wanita yang tidak kebal, efektifitas kemoterpi pada wanita hamil
tampak kurang rapi karena pada wanita imun infeksi dapat berlangsung tanpa
gejala. Pada wanita dengan kekebalan rendah, walaupun dilakukan diagnosis dini
© 2003 Digitized by USU digital library 5
dan pengobatan segera ternyata belum dapat mencegah perkembanagan anemia
pada ibu dan juga berkurangnya berat badan lahir bayi15.
3. Mengurangi Kontak dengan Vektor
Mengurangi kontak dengan vektor seperti insektisida, pemakaian kelabu yang
dicelup dengan insektisida mengurangi prevalensi parasitemia, khususnya densitas
tinggi, insidens klinis dan mortalitas malaria. Pada wanita hamil di Thailand
dilaporkan bahwa pemakaian kelambu efektif dalam mengurangi anemia maternal
dan parasitemia densitas tinggi, tetapi tidak efektif dalam meningkatkan berat badan
lahir rendah15.
4. Vaksinasi
Target vaksin malaria antara lain mengidentifikasi antigen protektif pada
ketiga permukaan stadium parasit malaria yang terdiri dari sporozoit, merozoit, dan
gametosit31.
Kemungkinan penggunaan vaksin yang efektif selama kehamilan baru muncul
dan perlu pertimbangan yang kompleks. Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penggunaan vaksin untuk mencegah malaria selama kehamilan, yaitu :
a. Tingkat imunitas sebelum kehamilan
b. Tahap siklus hidup parasit
c. Waktu pemberian vaksin15.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang aman dan efektif untuk
penanggulangan malaria7.
DAFTAR PUSTAKA
http://pkusolo.wordpress.com/2007/11/20/penyakit-infeksi-sistemik-pada-kehamilan-segi-praktis-pengenalan-dan-penatalaksanaannya/
Langganan:
Postingan (Atom)